Share

Bab 12

Graham sudah terpikir akan sebuah ide sejak tadi. Saat ini, Jackal sepertinya juga sudah paham. Dia bertanya, "Tuan menyuruhku mencarikan jantung untuk ...."

Sebelum Jackal selesai berbicara, Yvonne sudah keluar dengan membawa kotak pertolongan pertama. Melihat ini, Jackal buru-buru menutup mulutnya.

Graham yang duduk di sofa, berdiri dengan bantuan kruk seraya berkata kepada Yvonne, "Ikuti aku."

Seusai memerintahkan, Graham berjalan ke arah ruang bacanya. Yvonne pun meletakkan barangnya di atas meja, lalu mengikuti Graham masuk.

Graham duduk di kursinya, lalu memasang ekspresi sedih sembari berkata, "Shawn kehilangan orang tuanya terlalu cepat sehingga aku yang membesarkannya. Ketika masa sekolah, dia tinggal di asrama. Setelah lulus kuliah, dia tinggal di vila dan mengurus perusahaan. Karena terlalu sibuk, Shawn jarang sekali pulang ke kediaman tua."

Suara Graham terdengar sangat berat. Ayah Shawn adalah putra sulungnya. Meskipun sudah lama meninggal, dia tetap saja merasa sedih saat memikirkan kepergian anaknya. Sementara itu, Shawn juga memiliki alasan tersendiri untuk menolak pulang.

Graham sudah bisa memprediksi bagaimana Shawn akan menghadapi keluarga putra keduanya setelah kematiannya. Shawn masih bisa menahan diri hingga sekarang, juga karena menjaga perasaan Graham. Itu sebabnya, dia ingin ada wanita yang menemani Shawn, yang bisa membuatnya luluh dan tidak berpikir untuk membalas dendam lagi. Bagaimanapun, Graham tidak ingin keturunannya terluka.

"Kakek." Yvonne tidak tahu harus bagaimana menghibur. Graham selalu memperlakukannya dengan baik. Jelas-jelas, Calvin memaksa Shawn menikahi Yvonne karena ketamakannya. Namun, Graham tidak pernah merendahkannya.

Graham mengangkat tangan sebagai isyarat agar Yvonne tidak perlu khawatir. Kemudian, dia berkata, "Aku menyetujui pernikahan ini karena tahu kamu adalah gadis baik-baik. Kakekmu sangat setia dan baik hati. Kamu adalah cucunya dan pasti mewarisi sifatnya. Itu sebabnya, aku ingin kamu berada di sisi Shawn untuk menjaganya."

"Kakek, aku merasa Shawn hanya akan bahagia jika bersama wanita yang benar-benar dicintainya," ucap Yvonne dengan tulus. Namun, perkataan ini terdengar seperti alasan di telinga Graham. Pria tua ini mengira bahwa Yvonne ingin mundur dari pernikahan ini.

Graham sudah melewati berbagai hal. Mudah saja baginya untuk mengendalikan Yvonne. Dia pun membalas, "Aku tahu kamu punya masalah."

Kemudian, Graham mengeluarkan sebuah dokumen dari laci dan menyerahkannya kepada Yvonne. "Aku tahu ibumu akan melakukan transplantasi jantung. Aku sudah mencarikan jantung yang sesuai, juga sudah menyuruh orang mengantarnya ke rumah sakit. Asalkan kamu menandatangani perjanjian ini, ibumu bisa langsung dioperasi. Aku yang akan membayar semua biayanya."

Yvonne awalnya terkejut sekaligus bahagia. Namun, dia tahu bahwa masalah ini tidak sesederhana yang terlihat. Tatapannya segera tertuju pada dokumen tersebut. Ini adalah surat jaminan, bahwa dia tidak akan pernah bercerai dengan Shawn.

"Aku dengar, kondisi ibumu sangat kritis. Kalau ditunda lagi, dewa pun nggak akan bisa menolongnya. Jantung juga bukan organ yang mudah didapatkan. Orang kaya saja sulit untuk menemukannya, apalagi orang biasa sepertimu," lanjut Graham. Dia tahu bahwa dia harus memegang kelemahan Yvonne jika ingin wanita ini terus menemani Shawn.

Yvonne menggenggam dokumen di tangannya dengan erat. Perasaannya benar-benar campur aduk. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Akhirnya, dia telah mengerti alasan Graham memanggilnya ke kediaman tua hari ini.

"Kakek, kenapa kamu merasa aku bisa menjaga Shawn?" tanya Yvonne.

"Sudah kubilang, karena kamu adalah cucu kakekmu. Jadi, aku memercayaimu," jawab Graham.

Yvonne berusaha keras untuk menenangkan dirinya, tetapi tetap merasa panik. Ibunya harus segera menjalani operasi agar bisa sembuh. Lagi pula, dia telah menikah dengan Shawn. Demi nyawa ibunya, dia akan menyetujui kesepakatan ini. "Oke."

"Baguslah. Aku nggak mungkin salah menilaimu, aku yakin kamu akan membuat Shawn bahagia," ucap Graham. Wajahnya yang serius akhirnya memperlihatkan senyuman.

Yvonne hanya mengerutkan bibirnya tanpa mengatakan apa pun. Dia bergumam dalam hati, 'Kakek, kamu sudah salah. Aku nggak bisa membuat Shawn bahagia. Yang bisa membahagiakannya adalah Jolene.'

Kemudian, Graham mengambil ponselnya sembari berkata, "Aku akan menelepon pihak rumah sakit supaya mereka segera melakukan operasi untuk ibumu."

Yvonne bangkit dari kursinya. Dia merasa gugup sekaligus penuh penantian. Sesudah Graham selesai menelepon, Yvonne bertanya, "Kakek, apa aku boleh pergi ke rumah sakit?"

Yvonne adalah anak yang sangat berbakti. Jadi, Graham menyetujuinya, "Oke, pergilah."

Lagi pula, setelah terjadi masalah sebesar itu, Shawn tidak mungkin mengizinkan Yvonne memasuki kamarnya lagi. Dia pun menghela napas, lalu berterima kasih dengan tulus, "Terima kasih, Kakek."

Graham melambaikan tangannya, lalu memerintahkan Jackal yang berdiri di luar pintu, "Jackal, siapkan mobil untuk Yvonne."

"Nyonya, silakan ikut denganku," ujar Jackal yang menghampiri. Kemudian, Yvonne pun mengikutinya.

Setelah duduk di dalam mobil, Yvonne masih sulit untuk percaya. Semua ini terjadi terlalu mendadak sehingga terasa tidak nyata. Setibanya di rumah sakit, Yvonne melihat semua telah diatur oleh Graham. Saat ini, dia baru menyadari bahwa ini bukanlah mimpi. Ibunya benar-benar akan dioperasi.

Sesudah malam yang penuh bahaya berlalu, operasi akhirnya berhasil dilakukan. Hanya saja, ibunya masih harus menjalani masa observasi dan perawatan yang lama. Ketika melihat ibunya berbaring di ruang pemantauan pasca operasi, Yvonne merasa sangat lega. Ibunya akhirnya terselamatkan.

Pada akhirnya, Yvonne kembali ke ruang kantor tanpa tidur semalaman. Tiba-tiba, ada orang yang memanggilnya saat melewati koridor. "Dokter Yvonne."

Yvonne pun berbalik dan melihat suster yang sedepartemen dengannya. Suster itu menghampiri, lalu berkata, "Kamu pulang cepat sekali kemarin. Kamu nggak mendengar gimana Jolene menyombongkan diri. Dia menjadi sangat sombong karena punya pendukung."

Yvonne perlahan-lahan menunduk. Dia tidak mengomentari sikap Jolene yang sombong. Kemudian, suster itu menambahkan, "Aku merasa kamu lebih cantik dari Jolene. Entah apa yang disukai Shawn darinya?"

Yvonne tidak ingin melibatkannya dalam gosip. Jadi, dia membalas, "Jolene sangat cantik. Pak Shawn menyukainya pasti karena dia memiliki pesona yang memikatnya. Sebaiknya, kita nggak membahasnya di belakang."

Suster itu pun mencebik, lalu menyahut, "Pokoknya, kemarin itu bukan pesta perpisahan. Jolene hanya sengaja ingin pamer. Semua orang tahu bahwa kuota itu sebenarnya milikmu ...."

"Aku masih ada urusan," sela Yvonne. Ucapan seperti ini mudah menimbulkan masalah jika didengar orang lain.

Suster itu pun merasa Yvonne tidak ingin membahas masalah ini sehingga tidak melanjutkannya lagi. Bagaimanapun, rumah sakit sangat ramai pada pagi hari. Para pasien sudah mengambil nomor dan mengantre sejak tadi. Jadi, mereka pun pergi untuk melakukan kesibukan masing-masing.

Hari ini, Yvonne harus melakukan operasi. Setelah beristirahat sekitar 2 jam, dia pun memasuki ruang operasi. Setelah selesai, Yvonne merasa sangat lelah, apalagi tidak tidur semalaman. Ketika istirahat makan siang, dia berniat untuk tidur sebentar. Namun, seorang suster tiba-tiba masuk dan berkata, "Pak Hank menyuruhmu ke kantornya."

"Ada urusan apa?" tanya Yvonne. Kalau tidak penting, dia akan pergi nanti.

"Entahlah, dia hanya menyuruhku menyampaikannya. Setelah pergi, kamu akan tahu," jawab suster itu seraya tersenyum.

"Baiklah," balas Yvonne. Kemudian, dia bangkit untuk pergi ke ruang kantor direktur. Setelah mengetuk pintu dan diminta untuk masuk, Yvonne baru mendorong pintu dan menyapa, "Pak Hank."

Hank duduk di kursi kerjanya. Begitu melihat Yvonne, dia mengesampingkan pekerjaannya dulu. Dia terlihat seperti sulit untuk berbicara, tetapi tidak punya pilihan lain. Pada akhirnya, dia bertanya, "Yvonne, apa kamu telah menyinggung Shawn?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status