Share

Bab 11

Author: Aku Suka Uang
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Suara yang muncul mendadak ini membuat Yvonne terperanjat. Begitu berbalik, lengannya tidak sengaja menyenggol rak dan menjatuhkan kotak tersebut. Seketika, kotak pun terjatuh ke lantai.

Shawn menatapnya dengan galak. Amarah yang berkecamuk di hatinya, membuatnya terlihat sangat mengerikan.

Yvonne buru-buru menjelaskan, "Aku ... aku nggak sengaja ...." Kemudian, dia buru-buru berjongkok untuk memungut kotak tersebut. Begitu menyentuhnya, pergelangan tangannya sudah diraih dengan erat. Saking besarnya tenaga Shawn, Yvonne merasa tulangnya akan segera hancur.

Sakit sekali! Keringat dingin sampai bercucuran dari dahi Yvonne. Di sisi lain, Shawn memelototinya dengan mata memerah. Dia membentak dengan marah, "Singkirkan tanganmu yang kotor itu!"

Selesai mengatakan itu, Shawn langsung mengempaskan tangan Yvonne dengan kuat. Tubuh Yvonne yang kehilangan keseimbangan seketika jatuh ke belakang, lalu kepalanya membentur sudut lemari.

Rasa sakit yang dahsyat ini membuat Yvonne mati rasa untuk sesaat. Kepalanya berdengung, dia juga bisa merasakan cairan hangat yang mengalir. Begitu menjulurkan tangan ke belakang untuk meraba, dia pun merasakan sesuatu yang agak lengket. Sesuai dugaannya, dia berdarah, tetapi tidak terlalu banyak.

Yvonne menengadah, lalu melihat Shawn yang mengambil kotak itu dengan hati-hati. Hanya dilihat dari gerakannya, Yvonne sudah bisa merasakan bahwa benda itu sangat penting bagi Shawn.

Saat ini, Shawn membuka kotak tersebut untuk memeriksa karena khawatir barang di dalamnya rusak. Untungnya, tidak ada yang rusak karena dilindungi kotak ini. Shawn akhirnya menghela napas lega. Namun, begitu teringat pada Yvonne yang hampir merusaknya, dia murka hingga ingin membunuh Yvonne.

Shawn langsung menatapnya dengan dingin, lalu membentak dengan geram, "Yvonne, kamu sudah bosan hidup, ya!"

Yvonne berdiri dengan susah payah. Tubuhnya tidak mati rasa lagi sehingga dia bisa merasakan sakit yang dahsyat. Dia tahu bahwa benda itu sangat penting bagi Shawn. Jadi, dia berusaha mengontrol tubuhnya yang gemetaran, lalu bangkit sembari menimpali, "Maafkan aku ...."

"Maaf? Kamu kira aku akan menerima permintaan maafmu?" hardik Shawn. Wanita ini bukan hanya tidak tahu malu, tetapi juga bernyali besar.

Shawn mendekatinya selangkah demi selangkah. Auranya yang begitu mengintimidasi menyebabkan Yvonne ketakutan hingga terus mundur, lalu akhirnya bersandar pada dinding. Dia berteriak dengan panik, "Jangan mendekat ...."

Shawn sontak menekan dagu Yvonne dengan kuat. Yvonne pun bisa mendengar suara tulangnya yang bergeser, bahkan kesakitan hingga tidak bisa bersuara lagi. Dia hanya menatap Shawn dengan takut. Penampilan Shawn yang seperti ini sungguh menyeramkan, dia benar-benar sadis!

Kemudian, Shawn mencondongkan tubuhnya. Yvonne meronta-ronta dengan kuat, tetapi hanya bisa membiarkan bibir Shawn mendekati telinganya. Shawn pun berbisik, "Aku pasti akan menghancurkan semua hal yang penting bagimu!"

Shawn yang menekankan kalimatnya membuat Yvonne langsung bergidik ketakutan. Kemudian, dia melepaskan tangannya sehingga tubuh Yvonne seketika miring ke samping. Tanpa dinding di belakang, Yvonne pasti sudah terjatuh. Saat ini, dia hanya bisa berdiri dengan gemetaran. Dia terus bersandar pada dinding karena tidak bisa berdiri dengan tegak.

Sementara itu, Shawn meletakkan kotak tersebut ke tempat semula. Di samping kotak itu, terlihat foto Shawn dengan orang tuanya.

Yvonne tanpa sengaja melirik ke arah foto itu. Setelah menatap beberapa detik, dia merasa benda di dalam kotak itu agak familier. Sebelum sempat melihatnya dengan jelas, Shawn sudah membentak, "Keluar!"

Yvonne tidak sempat berpikir lagi. Dia buru-buru mengulurkan tangan untuk membuka pintu. Dia takut pria ini akan membunuhnya jika berlama-lama di kamar ini. Jadi, Yvonne pun keluar seperti orang yang tengah melarikan diri.

Sesudah Yvonne keluar, ekspresi Shawn tidak lagi sedingin sebelumnya. Dia menunduk untuk menatap kotak tersebut, sorot matanya pun memancarkan sedikit kelembutan. Setelah orang tuanya meninggal, dia tidak pernah merasakan kehangatan lagi.

Pemilik kotak inilah yang memberikan sedikit kehangatan untuk hatinya. Meskipun belasan tahun telah berlalu, Shawn selalu mengingat gadis mungil yang memberinya keteguhan. Sepasang matanya yang jernih itu adalah mata terindah yang pernah dilihat Shawn. Ketika berada di dalam air, tubuh gadis itu juga sangat hangat sehingga menghangatkan hatinya.

....

Di luar kamar, Yvonne memegang kepalanya yang berdarah. Begitu melihat wajahnya yang pucat pasi, Graham bergegas bertanya, "Kenapa bisa begini?"

"Hanya luka kecil," sahut Yvonne dengan lirih.

Raut wajah Graham menjadi sangat murung. Dia tahu bahwa cucunya sangat pemarah, tetapi Shawn tidak seharusnya bermain tangan dengan wanita. Kemudian, dia bertanya, "Apa yang terjadi?"

"Aku nggak sengaja menjatuhkan sebuah kotak," jawab Yvonne.

"Kotak yang ditempatkan bersama foto keluarga?" tanya Graham langsung.

Yvonne pun mengangguk dan mengiakannya, "Ya."

Graham yang mengerti sontak menghela napas. Dia berkata, "Benda itu sangat penting baginya. Aku saja nggak berani menyentuhnya."

Yvonne mengerti bahwa kotak itu sangatlah penting bagi Shawn, sehingga ditempatkan bersama foto keluarganya. Dulu, dia juga memiliki benda penting seperti itu, tetapi sudah hilang sekarang. Itu adalah hadiah ulang tahun pertama yang diberikan kakeknya.

Yvonne masih ingat bagaimana benda itu bisa hilang. Ketika berusia 7 tahun, kakeknya membawanya ke kediaman tua Keluarga Jamison. Waktu itu, dia masih kecil dan hanya tahu bahwa Keluarga Jamison sedang mengadakan pemakaman. Yvonne tidak tahu siapa yang meninggal waktu itu. Setelah dewasa, dia baru tahu bahwa itu adalah pemakaman orang tua Shawn.

Yvonne yang masih tidak mengerti apa-apa pun bermain di halaman belakang Keluarga Jamison. Dia melihat seorang wanita melemparkan seorang anak laki-laki berusia belasan tahun ke dalam air. Itu pertama kalinya Yvonne melihat sisi jahat manusia.

Waktu itu, Yvonne sangat takut hingga ingin kabur. Namun, dia merasa kasihan pada anak laki-laki itu. Jadi, setelah wanita itu pergi, dia baru memberanikan diri untuk menyelamatkan anak itu. Untungnya, dia pernah belajar berenang. Meskipun kesusahan hingga hampir tidak bisa keluar dari air, kakeknya tiba tepat waktu sehingga menyelamatkan mereka berdua.

Saat itu, anak laki-laki itu tidak sadarkan diri. Dengan bantuan Yvonne dan kakeknya, anak itu akhirnya memuntahkan banyak air. Ketika anak itu hendak siuman, kakeknya tiba-tiba menariknya pergi. Yvonne tidak mengerti mengapa kakeknya terlihat begitu panik. Jadi, dia bertanya dengan penasaran, "Kakek, siapa anak itu? Kenapa ada orang yang ingin mencelakainya?"

Kakeknya pun menjawab, "Dia sama denganmu. Dia datang untuk menghadiri pemakaman ini."

Yvonne tidak tahu bahwa kakeknya berbohong. Kakeknya khawatir ada orang yang membalas dendam kepadanya sehingga memilih untuk berbohong. Pada akhirnya, kakeknya berpesan, "Lupakan kejadian hari ini, jangan pernah beri tahu siapa pun."

Yvonne sangat menuruti kakeknya. Setelah pulang, dia baru menyadari bahwa liontin gioknya hilang. Itu adalah kalung pemberian kakeknya. Kakeknya berharap dia bisa menjadi orang yang welas asih, toleransi, dan optimis, sehingga memberinya kalung tersebut.

Dengan kata lain, kalung itu adalah doa kakeknya. Yvonne sudah memakai kalung itu sejak berusia 1 tahun. Itu sebabnya, dia sangat memahami perasaan Shawn. Dia pun tidak marah dengan sikap Shawn barusan. Hanya saja, dia merasa takut pada pria ini karena sikapnya yang terlalu kasar.

"Jackal, panggil dokter kemari," perintah Graham.

Mendengar ini, Yvonne tersadar kembali dari lamunannya. Dia segera membalas, "Nggak usah. Apa ada kotak pertolongan pertama di rumah? Aku bisa mengobati lukaku sendiri."

Yvonne tahu bahwa lukanya tidak serius. Dia pun menatap sorot mata Graham yang terlihat heran, lalu menambahkan, "Aku juga dokter, aku tahu apa yang harus kulakukan."

Melihat Yvonne yang begitu yakin, Graham pun tidak memaksa lagi.

Cederanya memang tidak parah. Hanya luka kecil, tetapi agak dalam sehingga bisa berdarah. Yvonne menggunakan bantuan cermin untuk membersihkan lukanya. Dia tidak membalutnya dengan perban karena tidak baik untuk lukanya. Lagi pula, lukanya ditutupi oleh rambutnya sehingga sulit untuk menggunakan perban dan plester.

Jackal melirik ke dalam toilet. Setelah memastikan Yvonne tidak bisa mendengar, dia berkata dengan lirih, "Nyonya Yvonne baru menikah, tapi sudah terluka. Kejadian ini bahkan terjadi di kediaman tua. Kalau di vila, Tuan Muda mungkin ...."

Jackal tidak melanjutkan perkataannya lagi. Namun, Graham memahaminya dengan jelas. Dia pun membalas, "Kita harus melakukan sesuatu supaya Yvonne nggak minta cerai."
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Bayumi
makin kesini ceritanya makin bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 12

    Graham sudah terpikir akan sebuah ide sejak tadi. Saat ini, Jackal sepertinya juga sudah paham. Dia bertanya, "Tuan menyuruhku mencarikan jantung untuk ...."Sebelum Jackal selesai berbicara, Yvonne sudah keluar dengan membawa kotak pertolongan pertama. Melihat ini, Jackal buru-buru menutup mulutnya.Graham yang duduk di sofa, berdiri dengan bantuan kruk seraya berkata kepada Yvonne, "Ikuti aku."Seusai memerintahkan, Graham berjalan ke arah ruang bacanya. Yvonne pun meletakkan barangnya di atas meja, lalu mengikuti Graham masuk.Graham duduk di kursinya, lalu memasang ekspresi sedih sembari berkata, "Shawn kehilangan orang tuanya terlalu cepat sehingga aku yang membesarkannya. Ketika masa sekolah, dia tinggal di asrama. Setelah lulus kuliah, dia tinggal di vila dan mengurus perusahaan. Karena terlalu sibuk, Shawn jarang sekali pulang ke kediaman tua."Suara Graham terdengar sangat berat. Ayah Shawn adalah putra sulungnya. Meskipun sudah lama meninggal, dia tetap saja merasa sedih saat

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 13

    "Pak, kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Yvonne yang samar-samar merasakan firasat buruk."Kamu juga tahu apa akibatnya jika diboikot seluruh rumah sakit." Hank berjeda sebelum melanjutkan, "Sepertinya, kariermu sebagai dokter harus berhenti di sini. Nggak akan ada rumah sakit yang berani merekrutmu lagi."Yvonne benar-benar syok dengan kabar mendadak ini. Dia mengepalkan dan melonggarkan tangannya berulang kali, lalu akhirnya berkata, "Pak Hank, aku sangat mencintai pekerjaanku. Selain itu, aku nggak boleh kehilangan pekerjaan.""Aku juga ingin membantumu, tapi nggak ada yang bisa kulakukan." Hank sungguh menyayangkan hal ini. Padahal, dia sangat mengagumi profesionalisme dan keterampilan medis Yvonne. Hanya saja, dia tidak punya kemampuan untuk melindungi Yvonne."Kalau ingin mempertahankan pekerjaan ini, kamu harus mencari Shawn dan minta maaf karena sudah menyinggungnya," ujar Hank yang berbaik hati memperingatkan."Aku ...." Yvonne seketika kehabisan kata-kata. Kesalahpahama

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 14

    Xavier juga tidak tahu. Dia juga merasa heran dan terkejut saat melihat Neil makan bersama Yvonne. Keduanya bahkan terlihat sangat bahagia. Kalau tidak kebetulan melewati restoran itu, dia tidak akan mengetahuinya. Xavier mengusulkan, "Bagaimana kalau aku panggil Dokter Neil kemari?"Mendengar usul ini, Shawn mengiakan dengan tidak acuh. Kemudian, Xavier langsung menelepon Neil.Sekitar 20 menit kemudian, Neil tiba di Grup Skyward. Begitu masuk, dia langsung berkata, "Kebetulan sekali, aku juga punya urusan denganmu ....""Kamu mengenal Yvonne?" sela Shawn. Neil pun tertegun sejenak, lalu mengangguk seraya menjawab, "Ya, dia adik kelasku. Dia yang mengobati lukamu waktu itu."Shawn bersandar pada sofa kulit berwarna cokelat. Sorot matanya tampak mendalam, sementara bulu matanya yang tebal dan panjang bergerak sesaat. Ternyata, Yvonne yang mengobatinya waktu itu? Hal ini cukup mengejutkannya."Omong-omong, Shawn, apa kamu bisa bersikap lebih baik padanya?" tanya Neil sembari mendekat da

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 15

    Yvonne memang telah membuat keputusan. Namun, dia tetap saja ketakutan saat teringat dirinya harus menghadapi Shawn. Dia masih mengingat jelas betapa kasarnya perlakuan Shawn kemarin. Pada akhirnya, Yvonne menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk melangkah masuk.Begitu membuka pintu, terlihat Leah yang tersenyum seraya menyapa, "Nyonya sudah pulang?"Yvonne mengiakan sembari melihat ke dalam. Dia mendapati bahwa ada orang yang duduk di dalam, tetapi tidak bisa melihat wajah orang itu.Leah pun berkata dengan lirih, "Tuan Shawn ada di sini."Yvonne melepaskan sepatunya, lalu berjalan masuk. Dia berusaha untuk memaksakan senyuman, lalu mengambil inisiatif untuk menyapa, "Pak Shawn."Shawn meletakkan majalah ekonomi di tangannya, lalu meliriknya sekilas dan menyindir, "Pak Shawn?"Wanita ini tidak ingin bercerai darinya, tetapi berpura-pura tidak ingin dekat dengannya. Dia jual mahal, ya?Yvonne sudah meminta maaf sebelumnya. Sekarang, dia berkata lagi dengan tulus, "Maafkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 16

    Yvonne mimpi buruk. Dia bermimpi dirinya dililit oleh 2 ekor ular besar hingga tidak bisa bernapas. Tepat ketika mengira dirinya akan mati, muncul sebuah cahaya. Dia pun berusaha keras meraih cahaya tersebut.Yvonne mengira dirinya akan terselamatkan, tetapi malah tiba-tiba terbangun. Begitu membuka mata, dia langsung melihat pria dengan pakaian acak-acakan di hadapannya. Shawn bahkan terlihat sangat marah, seperti ingin melahapnya hidup-hidup.Dalam sekejap, Yvonne pun tersadar kembali. Dia bangkit dan meringkuk di ujung sofa dengan takut, lalu bertanya dengan suara yang bergetar dan agak serak karena baru bangun, "Kamu ... apa yang kamu lakukan?"Shawn seketika tersenyum mengejek. Wanita ini yang menarik piamanya, tetapi masih berpura-pura ketakutan. Dia pun menjawab, "Jelas-jelas kamu yang bernafsu, makanya pura-pura menyerangku saat tidur."Yvonne terkejut mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya dengan perlahan, lalu memelototi Shawn sambil membantah dengan yakin, "Aku nggak sepert

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 17

    Ternyata, Shawn tidak tidur di kamar Yvonne kemarin malam. Kamarnya sangat rapi, bahkan Shawn tidak menyentuh apa pun.Yvonne memasuki kamarnya, lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah pergi ke rumah sakit, dia baru tahu bahwa Hank telah memberi posisinya kepada dokter lain. Dia tidak punya tempat di rumah sakit ini lagi. Hal ini membuatnya merasa sangat kecewa.Sesudah keluar dari rumah sakit, Yvonne termangu sambil berdiri di anak tangga. Dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain lagi sekarang.Malamnya, Yvonne datang ke Blue Bridge yang disebutkan Shawn. Ketika hendak masuk, dia tiba-tiba melihat Jolene. Mengapa Jolene datang kemari? Begitu teringat pada hubungan Jolene dengan Shawn, Yvonne pun tidak merasa heran lagi.Yvonne akhirnya melangkah masuk, lalu mengikuti Jolene dengan murung. Dia melihat Jolene masuk ke sebuah ruang privat, tetapi tidak ada Shawn di dalamnya. Sebaliknya, terlihat seorang pria kaya raya yang pernah mengejar Jolene pada masa kuliah.Meskipun pria in

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 18

    Sesudah mengakhiri panggilan, Shawn langsung melemparkan ponselnya ke atas meja. Yvonne pun tercengang hingga berdiri diam di samping tanpa berani bersuara. Orang biasa sekalipun tidak akan bisa menerima kekasih mereka berhubungan dengan mantan, apalagi Shawn yang begitu sombong."Errr ...," ucap Yvonne dengan lirih. Shawn sedang marah besar sehingga keberadaan Yvonne sangat mengganggunya untuk sekarang. Lantaran tidak bisa tenang, Shawn mondar-mandir tanpa henti, juga menggertakkan giginya dengan geram. Terpancar kemarahan yang tak terkendali dari sorot matanya.Shawn tahu bahwa dirinya begitu marah, karena wanita yang diinginkannya ternyata begitu murahan. Kenangan indah malam itu seketika hancur. Dia tidak bisa berlama-lama di tempat ini karena suara yang menjijikkan itu terus terngiang di telinganya. Jadi, Shawn bergegas meninggalkan ruang privat.Yvonne tanpa sadar mengikutinya. "Pak Shawn ...."Shawn yang murka sontak berteriak, "Minggir!"Yvonne langsung menghentikan langkah kak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 19

    Lagi pula, memang Shawn yang memperkenalkan wanita ini kepadanya. Itu sebabnya, Harvey sama sekali tidak peduli.Begitu mendengar jawaban ini, Yvonne langsung merasa kecewa. Ternyata, Shawn ingin menjebaknya lagi."Aku punya ruang privat pribadi di sini. Kita akan bersenang-senang nanti. Sebenarnya, aku merasa aneh. Kenapa Shawn nggak mau mencicipi wanita sepertimu? Jangan-jangan, dia memang nggak suka pada wanita?" ucap Harvey seraya menatap Yvonne.Shawn sudah jomblo selama bertahun-tahun. Siapa pun yang mengenalnya pasti tahu bahwa pria ini hanya memiliki teman pria. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia impoten atau gay. Pokoknya, pria ini memang tidak terlihat normal.Yvonne pun tersenyum sinis mendengarnya. Bukannya Shawn tidak menyukai wanita, pria ini hanya tidak menyukai dirinya! Lihatlah Shawn yang begitu marah saat melihat Jolene masih berhubungan dengan mantan kekasihnya. Dia semarah ini tentu karena peduli pada Jolene."Tapi, aku harus berterima kasih pada Shawn. Tanpa ba

Latest chapter

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status