Share

Bab 15

Penulis: Aku Suka Uang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Yvonne memang telah membuat keputusan. Namun, dia tetap saja ketakutan saat teringat dirinya harus menghadapi Shawn. Dia masih mengingat jelas betapa kasarnya perlakuan Shawn kemarin. Pada akhirnya, Yvonne menarik napas dalam-dalam dan memberanikan diri untuk melangkah masuk.

Begitu membuka pintu, terlihat Leah yang tersenyum seraya menyapa, "Nyonya sudah pulang?"

Yvonne mengiakan sembari melihat ke dalam. Dia mendapati bahwa ada orang yang duduk di dalam, tetapi tidak bisa melihat wajah orang itu.

Leah pun berkata dengan lirih, "Tuan Shawn ada di sini."

Yvonne melepaskan sepatunya, lalu berjalan masuk. Dia berusaha untuk memaksakan senyuman, lalu mengambil inisiatif untuk menyapa, "Pak Shawn."

Shawn meletakkan majalah ekonomi di tangannya, lalu meliriknya sekilas dan menyindir, "Pak Shawn?"

Wanita ini tidak ingin bercerai darinya, tetapi berpura-pura tidak ingin dekat dengannya. Dia jual mahal, ya?

Yvonne sudah meminta maaf sebelumnya. Sekarang, dia berkata lagi dengan tulus, "Maafkan aku, aku bukan ingin menyentuh barangmu kemarin."

"Apa kamu merasa aku akan melepaskanmu hanya dengan meminta maaf?" timpal Shawn sembari bersandar dengan culas dan menyilangkan kakinya dengan elegan.

Entah mengapa, Shawn merasa cukup senang saat melihat wanita ini terpaksa merendahkan diri saat berhadapan dengannya. Dia sangat suka melihat Yvonne berwaspada seperti ini di depannya, seolah-olah membuatnya merasa tertekan adalah hal yang sangat menyenangkan.

Apabila Yvonne mengetahui pemikiran Shawn ini, dia pasti sudah memaki pria ini tidak waras. Faktanya, dia bersikap seperti ini hanya demi kelangsungan hidupnya.

Yvonne menatap Shawn lekat-lekat untuk sesaat. Demi mempertahankan pekerjaannya, dia terpaksa harus menyanjung pria ini.

Kemudian, Yvonne berinisiatif menuangkan air untuk Shawn. Dia memaksakan seulas senyuman dan berkata, "Pak Shawn, tolong maafkan orang rendahan sepertiku."

Senyuman palsu seperti ini membuat Shawn semakin kesal. Dia pun membalas, "Senyumanmu benar-benar jelek."

Yvonne juga ingin bersikap lebih rileks di hadapan pria ini. Namun, dia sama sekali tidak bisa rileks saat berhadapan dengan Shawn. Pada akhirnya, Yvonne menggigit bibirnya dan berusaha membuat Shawn merasa puas. Dia menimpali dengan rendah diri, "Maaf."

"Kalau mau minta maaf, kamu harus menunjukkan ketulusanmu. Misalnya, keluar dari vila ini?" ucap Shawn tanpa ekspresi apa pun, padahal perkataannya ini terdengar sangat kejam.

Di mata Shawn, Yvonne mungkin telah memasuki wilayah kekuasaannya sehingga harus keluar. Namun, dia juga tidak bermaksud untuk menerobos masuk wilayahnya Shawn. Semua orang hanya tahu bahwa Shawn menikahi Yvonne secara terpaksa. Lantas, apakah Yvonne ingin menikah dengannya? Siapa yang pernah mempertimbangkan ataupun memahami perasaannya?

Yvonne membuka sepasang matanya yang indah. Saat ini, matanya yang jernih tampak berkaca-kaca. Ketika bertatapan dengan mata ini, hati Shawn seketika tergerak. Dia bahkan merasa agak sesak napas. Untuk sesaat, dia seperti merasa pernah melihat tatapan ini.

Shawn pura-pura bersikap tenang. Nada bicaranya menjadi lebih lembut. "Kenapa? Mau berpura-pura menyedihkan supaya aku kasihan padamu?"

Yvonne berusaha menahan kesedihannya, lalu menjawab dengan tenang, "Bukannya aku nggak ingin bercerai darimu. Tapi, aku sudah menandatangani kesepakatan dengan kakekmu. Jadi, aku nggak boleh menyetujui perceraian itu."

Jika itu sebelumnya, Yvonne tidak akan memberi tahu siapa pun tentang masalahnya untuk mendapat simpati. Namun, situasi sekarang tidak memungkinkannya untuk bersikap keras. Yvonne melanjutkan, "Ibuku sakit, kakekmu yang membantuku membayar biaya pengobatannya. Aku pun terpaksa menjadi istrimu. Kamu kira, hanya kamu yang menentang pernikahan ini?"

Shawn memicingkan matanya yang dingin, lalu bertanya, "Kenapa? Kamu juga menentang pernikahan ini?"

"Tentu saja. Kalau bukan karena ibuku, aku nggak akan menyetujui permintaan ayahku," sahut Yvonne yang menahan kesedihannya. Jika nasibnya berada di tangan sendiri, dia tidak akan semenyedihkan ini.

Shawn tersenyum mencibir. Maksud wanita ini, dia terpaksa untuk menikah? Lantas, mengapa Shawn malah merasa kesal setelah mendengarnya?

"Kamu nggak ingin menikah denganku?" tanya Shawn dengan geram.

"Benar," jawab Yvonne dengan jujur.

Namun, jawaban ini malah membuat Shawn gusar. Pembuluh darah di dahinya sampai terlihat. Atas dasar apa wanita ini tidak ingin menikah dengannya? Memangnya siapa dia? Wanita kotor seperti dia tidak pantas merasa keberatan! Hal ini adalah suatu penghinaan untuk Shawn!

"Kamu sangat tersiksa karena menikah denganku, ya?" Wajah Shawn yang tersenyum palsu ini tampak sangat mengerikan.

"Ya." Yvonne tidak tahu mengapa pria ini marah, tetapi masih menjawab dengan jujur. Baginya, setiap menit dan detik yang dihabiskannya bersama Shawn adalah suatu siksaan. Jawaban tanpa rasa ragu ini membuktikan betapa bencinya dia terhadap pernikahan ini.

"Huh! Kalau begitu, silakan nikmati penderitaanmu ini," ujar Shawn sembari bangkit. Dia pun menjadi tidak terburu-buru untuk meninggalkan vila ini. Tidak peduli seberapa tidak sukanya Yvonne, Shawn tetap ingin melihatnya menderita.

"Pak Shawn ...," panggil Yvonne.

"Jangan harap kamu masih bisa bekerja," sela Shawn dengan galak.

Yvonne yang panik sontak menarik lengan bajunya. Dia berkata, "Aku benar-benar membutuhkan dan mencintai pekerjaanku. Kumohon ...."

Shawn telah kehilangan kesabarannya. Dia langsung mengempaskan tangan Yvonne. Lantaran terlalu lelah, tubuh Yvonne sangat lemas sekarang. Dia terjatuh di atas sofa dengan pakaian yang berantakan, sehingga terlihat pinggangnya yang putih dan ramping. Dia terlihat sangat rapuh, membuat pria yang melihatnya ingin sekali memeluknya.

Tatapan Shawn menjadi suram. Suaranya terdengar agak serak saat bertanya dengan sinis, "Kenapa? Kamu ingin menggodaku?"

Yvonne benar-benar lemas sekarang. Benturan ini membuat luka di kepalanya sakit kembali. Sesudah menunduk, dia baru mendapati bahwa bajunya terangkat sehingga buru-buru merapikannya.

"Meskipun kamu telanjang di hadapanku, aku tidak akan tertarik padamu," ucap Shawn dengan tidak acuh.

Setiap patah kata ini sangat menusuk hati Yvonne. Dia pun tidak berbicara lagi karena tahu bahwa dia tidak bisa membujuk pria berdarah dingin ini.

Pada akhirnya, Shawn naik ke lantai atas, sedangkan Yvonne berbaring lemas di sofa. Melihat Shawn sudah pergi, Leah baru berani menghampiri Yvonne dan bertanya, "Wajahmu sangat pucat, apa kamu sakit?"

Yvonne menggeleng seraya menjawab, "Nggak."

"Kamu belum makan malam, 'kan? Mau makan sesuatu?" tanya Leah lagi.

"Aku mau tidur," balas Yvonne yang benar-benar tidak selera makan. Dia tahu bahwa Shawn masuk ke kamar tidur utama. Jadi, dia lebih memilih untuk tidur di sofa. "Bibi Leah, tolong ambilkan selimut."

Leah bisa melihat bahwa Yvonne sangat lelah. Dia pergi mengambil selimut, lalu menyelimuti Yvonne dengan penuh perhatian dan berkata, "Tidurlah, aku akan memanaskan lauk untukmu. Setelah bangun, kamu bisa memakannya."

Yvonne menatap Leah dengan matanya yang mengantuk. Di vila ini, Leah adalah satu-satunya orang yang memberinya kehangatan. Kemudian, dia berkata dengan serak, "Terima kasih, Bibi Leah."

"Sama-sama," balas Leah seraya tersenyum. Melihat Yvonne perlahan-lahan memejamkan matanya, Leah mematikan lampu yang paling terang dan hanya menyisakan 2 lampu remang-remang.

Yvonne tidur dengan sangat lelap, bahkan masih tidur saat pukul 23.00 lewat. Saat ini, Leah juga sudah tidur.

Shawn yang turun ke lantai bawah untuk mengambil air pun melihat Yvonne tidur di sofa. Selimut tipis yang menutupi tubuh Yvonne terjatuh. Dia menghampiri dan melirik sekilas, tetapi tidak berniat untuk membantu Yvonne.

Ketika Shawn hendak berbalik dan pergi, Yvonne sontak meraih piamanya. Shawn mengenakan piama model kimono. Dengan tarikan yang kuat, tali yang mengikat piamanya pun lepas dan memperlihatkan tubuhnya yang kekar. Shawn benar-benar kesal sehingga berteriak, "Apa yang kamu lakukan?"

Bab terkait

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 16

    Yvonne mimpi buruk. Dia bermimpi dirinya dililit oleh 2 ekor ular besar hingga tidak bisa bernapas. Tepat ketika mengira dirinya akan mati, muncul sebuah cahaya. Dia pun berusaha keras meraih cahaya tersebut.Yvonne mengira dirinya akan terselamatkan, tetapi malah tiba-tiba terbangun. Begitu membuka mata, dia langsung melihat pria dengan pakaian acak-acakan di hadapannya. Shawn bahkan terlihat sangat marah, seperti ingin melahapnya hidup-hidup.Dalam sekejap, Yvonne pun tersadar kembali. Dia bangkit dan meringkuk di ujung sofa dengan takut, lalu bertanya dengan suara yang bergetar dan agak serak karena baru bangun, "Kamu ... apa yang kamu lakukan?"Shawn seketika tersenyum mengejek. Wanita ini yang menarik piamanya, tetapi masih berpura-pura ketakutan. Dia pun menjawab, "Jelas-jelas kamu yang bernafsu, makanya pura-pura menyerangku saat tidur."Yvonne terkejut mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya dengan perlahan, lalu memelototi Shawn sambil membantah dengan yakin, "Aku nggak sepert

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 17

    Ternyata, Shawn tidak tidur di kamar Yvonne kemarin malam. Kamarnya sangat rapi, bahkan Shawn tidak menyentuh apa pun.Yvonne memasuki kamarnya, lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah pergi ke rumah sakit, dia baru tahu bahwa Hank telah memberi posisinya kepada dokter lain. Dia tidak punya tempat di rumah sakit ini lagi. Hal ini membuatnya merasa sangat kecewa.Sesudah keluar dari rumah sakit, Yvonne termangu sambil berdiri di anak tangga. Dia tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain lagi sekarang.Malamnya, Yvonne datang ke Blue Bridge yang disebutkan Shawn. Ketika hendak masuk, dia tiba-tiba melihat Jolene. Mengapa Jolene datang kemari? Begitu teringat pada hubungan Jolene dengan Shawn, Yvonne pun tidak merasa heran lagi.Yvonne akhirnya melangkah masuk, lalu mengikuti Jolene dengan murung. Dia melihat Jolene masuk ke sebuah ruang privat, tetapi tidak ada Shawn di dalamnya. Sebaliknya, terlihat seorang pria kaya raya yang pernah mengejar Jolene pada masa kuliah.Meskipun pria in

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 18

    Sesudah mengakhiri panggilan, Shawn langsung melemparkan ponselnya ke atas meja. Yvonne pun tercengang hingga berdiri diam di samping tanpa berani bersuara. Orang biasa sekalipun tidak akan bisa menerima kekasih mereka berhubungan dengan mantan, apalagi Shawn yang begitu sombong."Errr ...," ucap Yvonne dengan lirih. Shawn sedang marah besar sehingga keberadaan Yvonne sangat mengganggunya untuk sekarang. Lantaran tidak bisa tenang, Shawn mondar-mandir tanpa henti, juga menggertakkan giginya dengan geram. Terpancar kemarahan yang tak terkendali dari sorot matanya.Shawn tahu bahwa dirinya begitu marah, karena wanita yang diinginkannya ternyata begitu murahan. Kenangan indah malam itu seketika hancur. Dia tidak bisa berlama-lama di tempat ini karena suara yang menjijikkan itu terus terngiang di telinganya. Jadi, Shawn bergegas meninggalkan ruang privat.Yvonne tanpa sadar mengikutinya. "Pak Shawn ...."Shawn yang murka sontak berteriak, "Minggir!"Yvonne langsung menghentikan langkah kak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 19

    Lagi pula, memang Shawn yang memperkenalkan wanita ini kepadanya. Itu sebabnya, Harvey sama sekali tidak peduli.Begitu mendengar jawaban ini, Yvonne langsung merasa kecewa. Ternyata, Shawn ingin menjebaknya lagi."Aku punya ruang privat pribadi di sini. Kita akan bersenang-senang nanti. Sebenarnya, aku merasa aneh. Kenapa Shawn nggak mau mencicipi wanita sepertimu? Jangan-jangan, dia memang nggak suka pada wanita?" ucap Harvey seraya menatap Yvonne.Shawn sudah jomblo selama bertahun-tahun. Siapa pun yang mengenalnya pasti tahu bahwa pria ini hanya memiliki teman pria. Banyak orang yang mengatakan bahwa dia impoten atau gay. Pokoknya, pria ini memang tidak terlihat normal.Yvonne pun tersenyum sinis mendengarnya. Bukannya Shawn tidak menyukai wanita, pria ini hanya tidak menyukai dirinya! Lihatlah Shawn yang begitu marah saat melihat Jolene masih berhubungan dengan mantan kekasihnya. Dia semarah ini tentu karena peduli pada Jolene."Tapi, aku harus berterima kasih pada Shawn. Tanpa ba

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 20

    Di ruang tamu, terlihat Kayla Gaboury yang mengenakan piama sutra dan duduk di sofa dengan postur seksi. Ketika melihat Yvonne, Kayla mengangkat alisnya seraya berkata, "Oh, ternyata Yvonne."Yvonne seketika mengepalkan tangannya dengan erat. Selama ibunya sakit-sakitan, wanita murahan ini tinggal di kediaman Keluarga Staford? Kemudian, tatapannya tertuju pada pergelangan tangan Kayla yang mengenakan gelang giok mahal. Sepertinya, Calvin sudah menjadi kaya karena uang pemberian Keluarga Jamison.Yvonne merasa sangat getir melihat situasi ini. Dia berkata dengan dingin, "Aku mau bertemu Calvin."Kayla menyibakkan rambut merahnya yang keriting, lalu membalas, "Ayahmu nggak ada di rumah."Yvonne langsung berbalik mendengarnya. Tiba-tiba, Kayla menghentikannya. "Sebentar. Kamu bukan datang untuk meminta uang, 'kan? Kamu sudah menjadi Nyonya Muda Keluarga Jamison, masa masih kekurangan uang? Biar kuberi tahu dulu, kami nggak akan memberimu sepeser pun. Biaya pengobatan ibumu itu sudah sanga

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 21

    Xavier bertemu dengan Shawn yang memasuki area kantor. Dia bergegas maju untuk menyapa, "Pak Shawn."Shawn meliriknya sekilas, lalu bertanya dengan jengkel, "Kamu sudah menyelidiki hal itu?"Xavier pun menggerutu dalam hati, 'Memangnya aku bisa jurus 1.000 bayangan? Pekerjaanku hari ini sangat banyak.'"Be ... belum, aku mau keluar untuk menyelidikinya sekarang," jawab Xavier dengan gugup. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa bosnya ini begitu marah?Saat ini, sekretaris perusahaan menghampiri dan melapor, "Pak Shawn, resepsionis bilang ada wanita yang ingin bertemu denganmu.""Apa itu Jolene ...." Xavier masih ingin melanjutkan kata-katanya, tetapi dia melihat raut wajah Shawn sangat suram dan terlihat marah. Dia buru-buru menutup mulutnya.Suasana seketika menjadi tegang. Kemudian, Shawn memerintahkan dengan dingin, "Xavier, bawa dia ke atas.""Baik." Tidak berselang lama, Xavier pun membawa Jolene ke ruang kantor presdir. Shawn berdiri di samping meja kerja. Dia melepaskan jasnya, l

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 22

    Shawn menarik dasinya dengan kesal sambil mendengkus dingin. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa wanita yang berhubungan dengannya pada malam itu masih perawan. Sementara itu, Jolene sudah memiliki kekasih. Dilihat dari hubungan mereka yang begitu mesra, Jolene pasti sudah pernah berhubungan intim dengan kekasihnya itu."Kamera pengawas dirusak seseorang waktu itu sehingga tidak meninggalkan bukti apa pun. Aku akan pergi memeriksanya lagi. Mungkin saja, ada sesuatu yang salah. Alangkah bagusnya kalau Pak Shawn memberi wanita itu barang sebagai tanda pengenalan malam itu," keluh Xavier sembari mengurus pekerjaannya."Sebentar," ujar Shawn untuk menghentikannya. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Lupakan saja masalah ini."Jika dipikirkan kembali, mana ada wanita baik-baik yang bersedia berhubungan intim dengan pria asing? Wanita itu menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Shawn, lalu Shawn berharap dia adalah wanita yang suci? Permintaannya ini terlalu tinggi. Bagi Shawn, semua ini

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 23

    Selama bekerja beberapa tahun ini, Yvonne tidak memiliki simpanan apa pun karena gajinya selalu digunakan untuk membayar biaya pengobatan ibunya. Lantaran tidak bisa menjadi dokter lagi, dia terpaksa melakukan pekerjaan lain untuk sementara waktu ini. Dia hanya bisa merelakan impiannya menjadi dokter militer.Bukannya Yvonne menyerah, tetapi dia terpaksa menerima kenyataan ini. Jika masih ada kesempatan, dia tentu akan menjadi dokter kembali. Setelah keluar dari rumah sakit, dia pun menaiki taksi untuk kembali ke vila."Nyonya, kamu sakit? Kenapa wajahmu begitu pucat?" tanya Leah begitu melihat Yvonne pulang."Nggak," jawab Yvonne sambil menggeleng. Kemudian, dia melepaskan sepatunya dan berjalan masuk."Kamu nggak kerja hari ini?" tanya Leah lagi. Yvonne selalu sibuk sebelumnya, bahkan terkadang harus piket malam.Mendengar ini, Yvonne seketika merasa sedih. Dia mendongak menatap Leah. Dia memang seharusnya bekerja sekarang, tetapi ...."Aku cuti hari ini," sahut Yvonne sembari tersen

Bab terbaru

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 674

    Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 673

    Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 672

    Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 671

    Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang  wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 670

    Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 669

    Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 668

    Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 667

    Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak

  • Cinta yang Candu: Gairah Panas sang Presiden   Bab 666

    Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"

DMCA.com Protection Status