Di ruang tamu, terlihat Kayla Gaboury yang mengenakan piama sutra dan duduk di sofa dengan postur seksi. Ketika melihat Yvonne, Kayla mengangkat alisnya seraya berkata, "Oh, ternyata Yvonne."Yvonne seketika mengepalkan tangannya dengan erat. Selama ibunya sakit-sakitan, wanita murahan ini tinggal di kediaman Keluarga Staford? Kemudian, tatapannya tertuju pada pergelangan tangan Kayla yang mengenakan gelang giok mahal. Sepertinya, Calvin sudah menjadi kaya karena uang pemberian Keluarga Jamison.Yvonne merasa sangat getir melihat situasi ini. Dia berkata dengan dingin, "Aku mau bertemu Calvin."Kayla menyibakkan rambut merahnya yang keriting, lalu membalas, "Ayahmu nggak ada di rumah."Yvonne langsung berbalik mendengarnya. Tiba-tiba, Kayla menghentikannya. "Sebentar. Kamu bukan datang untuk meminta uang, 'kan? Kamu sudah menjadi Nyonya Muda Keluarga Jamison, masa masih kekurangan uang? Biar kuberi tahu dulu, kami nggak akan memberimu sepeser pun. Biaya pengobatan ibumu itu sudah sanga
Xavier bertemu dengan Shawn yang memasuki area kantor. Dia bergegas maju untuk menyapa, "Pak Shawn."Shawn meliriknya sekilas, lalu bertanya dengan jengkel, "Kamu sudah menyelidiki hal itu?"Xavier pun menggerutu dalam hati, 'Memangnya aku bisa jurus 1.000 bayangan? Pekerjaanku hari ini sangat banyak.'"Be ... belum, aku mau keluar untuk menyelidikinya sekarang," jawab Xavier dengan gugup. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa bosnya ini begitu marah?Saat ini, sekretaris perusahaan menghampiri dan melapor, "Pak Shawn, resepsionis bilang ada wanita yang ingin bertemu denganmu.""Apa itu Jolene ...." Xavier masih ingin melanjutkan kata-katanya, tetapi dia melihat raut wajah Shawn sangat suram dan terlihat marah. Dia buru-buru menutup mulutnya.Suasana seketika menjadi tegang. Kemudian, Shawn memerintahkan dengan dingin, "Xavier, bawa dia ke atas.""Baik." Tidak berselang lama, Xavier pun membawa Jolene ke ruang kantor presdir. Shawn berdiri di samping meja kerja. Dia melepaskan jasnya, l
Shawn menarik dasinya dengan kesal sambil mendengkus dingin. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa wanita yang berhubungan dengannya pada malam itu masih perawan. Sementara itu, Jolene sudah memiliki kekasih. Dilihat dari hubungan mereka yang begitu mesra, Jolene pasti sudah pernah berhubungan intim dengan kekasihnya itu."Kamera pengawas dirusak seseorang waktu itu sehingga tidak meninggalkan bukti apa pun. Aku akan pergi memeriksanya lagi. Mungkin saja, ada sesuatu yang salah. Alangkah bagusnya kalau Pak Shawn memberi wanita itu barang sebagai tanda pengenalan malam itu," keluh Xavier sembari mengurus pekerjaannya."Sebentar," ujar Shawn untuk menghentikannya. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Lupakan saja masalah ini."Jika dipikirkan kembali, mana ada wanita baik-baik yang bersedia berhubungan intim dengan pria asing? Wanita itu menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Shawn, lalu Shawn berharap dia adalah wanita yang suci? Permintaannya ini terlalu tinggi. Bagi Shawn, semua ini
Selama bekerja beberapa tahun ini, Yvonne tidak memiliki simpanan apa pun karena gajinya selalu digunakan untuk membayar biaya pengobatan ibunya. Lantaran tidak bisa menjadi dokter lagi, dia terpaksa melakukan pekerjaan lain untuk sementara waktu ini. Dia hanya bisa merelakan impiannya menjadi dokter militer.Bukannya Yvonne menyerah, tetapi dia terpaksa menerima kenyataan ini. Jika masih ada kesempatan, dia tentu akan menjadi dokter kembali. Setelah keluar dari rumah sakit, dia pun menaiki taksi untuk kembali ke vila."Nyonya, kamu sakit? Kenapa wajahmu begitu pucat?" tanya Leah begitu melihat Yvonne pulang."Nggak," jawab Yvonne sambil menggeleng. Kemudian, dia melepaskan sepatunya dan berjalan masuk."Kamu nggak kerja hari ini?" tanya Leah lagi. Yvonne selalu sibuk sebelumnya, bahkan terkadang harus piket malam.Mendengar ini, Yvonne seketika merasa sedih. Dia mendongak menatap Leah. Dia memang seharusnya bekerja sekarang, tetapi ...."Aku cuti hari ini," sahut Yvonne sembari tersen
Yvonne tidak bisa bereaksi untuk sesaat. Setelah mendongak dan menatap Shawn sejenak, dia baru mengerti maksud pria ini. Namun, Yvonne tidak menanggapinya karena tahu bahwa Shawn pasti akan mengejeknya lagi. Dia pun menunduk dan makan dengan suapan besar, agar makanannya segera habis.Shawn mengernyit melihat Yvonne yang mengabaikannya. Kemudian, dia bertanya, "Untuk apa makan secepat itu? Tidak ada yang berebut makanan denganmu."Shawn merasa dirinya sendiri sangat aneh. Entah mengapa, ketika melihat Yvonne yang makan dengan begitu lahap, dia sama sekali tidak merasa wanita ini tidak sopan. Sebaliknya, dia justru merasa tingkah Yvonne cukup menggemaskan. Yvonne jauh lebih natural daripada para wanita yang selalu pura-pura bersikap anggun.Sesudah menghabiskan makanannya, Yvonne meminum air. Kemudian, dia menimpali dengan galak, "Terserah aku mau bagaimana, apa urusannya denganmu!"Lagi pula, Yvonne sudah kehilangan pekerjaannya sekarang gara-gara Shawn. Tidak ada lagi yang perlu ditak
"Berhenti berpura-pura. Jangan lempar batu sembunyi tangan. Kamu pasti sangat kecewa karena pria itu gagal menodaiku, 'kan?" tanya Yvonne sambil menggertakkan giginya dan berusaha menahan emosinya.Shawn sontak melemparkan Yvonne, lalu berteriak, "Aku tidak melakukannya!"Yvonne hampir terjatuh ke lantai. Untungnya, ada Leah yang memapahnya sehingga dia bisa berdiri dengan stabil."Kamu adalah istriku. Dengan statusmu itu, aku tidak mungkin menyuruh pria lain menodaimu. Siapa juga yang mau istrinya bercinta dengan pria lain!" seru Shawn. Kemudian, dia bertanya dengan wajah suram, "Siapa pria itu?"Yvonne menatap Shawn. Berdasarkan sikap pria ini, dia tidak mungkin menyangkal kalau memang dia yang melakukannya. Bagaimanapun, Shawn sangat sombong. Dia bukan tipe orang yang tidak berani mengakui perbuatannya."Cepat beri tahu aku, siapa orangnya!" desak Shawn yang tidak mengerti mengapa dia merasa kesal mendengar Yvonne hampir dinodai oleh pria lain."Pria waktu itu ...," jawab Yvonne. Se
Harvey mengangguk untuk mengakui. Dia memang tertarik pada Yvonne, tetapi tidak tahu apa yang disukainya dari wanita ini. Mungkin, karena wanita ini sulit untuk ditaklukkan? Pokoknya, dia memiliki kesan yang cukup mendalam terhadap Yvonne yang terus melukainya.Shawn tahu bahwa Harvey tidak berhasil menodai Yvonne sehingga amarahnya mereda. Namun, ketika mendengar Harvey menyukai Yvonne, amarahnya kembali berkecamuk, bahkan jauh lebih dahsyat dari sebelumnya."Apa yang kamu sukai darinya?" tanya Shawn. Dia benar-benar tidak tahu apa keunggulan yang dimiliki Yvonne. Memangnya apa yang pantas disukai dari wanita itu? Apa lagi yang dia miliki selain sikapnya yang genit?"Aku juga nggak tahu. Pokoknya, aku ingin mendapatkannya," jawab Harvey tanpa berpikir sedetik pun.Shawn mengernyit mendengarnya. Dia merasa jengkel, seolah-olah barang miliknya diincar seseorang. Kemudian, Shawn berteriak dengan nada memperingatkan, "Menjauhlah darinya!"Harvey pun tampak heran. Apa yang terjadi? Setelah
Shawn menatap tubuh Yvonne yang indah. Tatapannya menjadi agak mendalam, sementara sorot matanya menjadi agak bergairah. Dia berusaha keras menahan diri, lalu bertanya, "Kamu kira bisa merayuku dengan cara seperti ini?"Faktanya, Shawn memang tergoda dengan tubuh Yvonne. Hanya saja, harga dirinya tidak mengizinkan dia untuk memiliki pemikiran apa pun terhadap Yvonne."Aku ... aku nggak bermaksud begitu," timpal Yvonne yang menarik handuk untuk menutupi tubuhnya."Lain kali, jangan pernah memperlihatkan tubuhmu yang kotor itu di hadapanku!" Selesai mengatakan ini, Shawn langsung keluar dengan membanting pintu. Dia bergegas berjalan ke kamar di samping agar tidak melihat Yvonne lagi. Hanya saja, tubuh Yvonne yang seksi terus muncul di benaknya, bak adegan film paling seru yang terus berulang.Shawn benar-benar tidak bisa mengendalikan pikirannya. Saking gelisahnya, dia pun menarik dasinya. Jelas-jelas dasinya tidak ketat, tetapi dia merasa sangat sesak sekarang. Suasana hati yang buruk i