Daniel melangkah dengan langkah ringan masuk ke dalam lobby perusahaannya, di perjalanan menuju ruang kerja ia berpapasan dengan beberapa karyawan wanita yang segera membungkukkan badan mereka kepadanya.
“Good morning ladies. Nice weather today” Sapa Daniel tersenyum lembut.
Para karyawan wanita menutup mulut mereka menahan jeritan kagum, menatap tidak percaya akan perkataan ramah dan juga senyuman Daniel. Walaupun CEO mereka bukan pemimpin yang dingin namun ini pertama kalinya bos mereka menyapa terlebih dahulu dan bahkan tersenyum kepada mereka.
Daniel tersenyum kepada karyawan lainnya yang berpapasan dengannya. Moodnya sangat baik hari ini. Ia terus tersenyum sembari berjalan menuju ruang kerjanya.
“Good morning Arlene” Sapa Daniel tersenyum lalu duduk dikursi kerjanya.
Arlene mengernyit heran lalu tersenyum kepada pemimpinnya.
“Good morning sir. Sepertinya sesuatu yang baik terjadi” tebak Arlene.
Daniel menoleh sambil
Thanks for reading and pleaseee support me ^^
Daniel tersenyum melihat Anya yang berubah sangat cantik, gadis itu memakai dress merah panjang yang backless menunjukkan kulit punggungnya yang halus. “You’re beautiful” puji Daniel kagum. Anya menyelipkan rambutnya kebelakang telinga sembari menundukkan wajahnya yang memerah. Sikap yang terlihat sangat manis dimata Daniel. “Tapi dress ini terlalu…” protes Anya tidak nyaman. Punggungnya terasa dingin karena tidak terbiasa memakai dress dengan gaya backless. “Mengapa? Kau terlihat seksi” sela Daniel membelai punggung Anya dengan telunjuknya. Anya tersentak oleh sentuhan langsung yang tiba-tiba. “Daniel!!” “Aku bercanda. Kau siap tuan putri?” Daniel tersenyum mengangkat sikunya. Anya mencibir tanpa suara namun berlahan tersenyum malu dan memasukkan tangannya ke lengan dalam Daniel. Keduanya tersenyum sejenak sebelum melangkah keluar apartemen menuju halaman parkir. &&& “Wow, sangat banyak tamu yang
4 tahun yang lalu.Los Angeles, California. Setelah kepindahannya ke keluarga Millard, Daniel mempunyai satu dendam yang ingin ia balaskan kepada keluarga William. Keluarga yang telah merampas ibu darinya. Daniel belajar keras bagaimana menjalankan perusahaan, bagaimana mengendalikan pasar saham dan bagaimana memanipulasi saham.Ia bekerja sangat keras sehingga pada usia yang baru menginjak 22 tahun ia sudah memegang jabatan CEO di perusahaan ayah angkatnya. Millard Corporation. Daniel duduk di kursi CEO yang menghadap ke jendala kaca besar yang memperlihatkan bangunan-bangunan tinggi didepannya. Ia tersenyum menyeringai. Satu usahanya sudah berhasil dengan baik, setelah ia menjabat CEO, Daniel akan mencoba memanipulasi saham milik William Corporation. Ia tidak bisa membalas dendamnya dengan membunuh juga salah satu anggota keluarga William oleh karena itu, dia mengganti target balas dendamnya. Daniel tidak sabar ingin menemui ayah
Anya mengetuk pelan pintu kamar Daniel. “Daniel. Kau sudah bangun?” Tidak ada jawaban apapun yang ia dengar dari balik kamar. Anya memberanikan dirinya untuk kembali mengetuk pintu. “Daniel. Bolehkah aku masuk?” Lagi-lagi tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar, Anya menghela napas panjang. Ia berbalik badannya sambil membawa kembali nampan berisi sarapan pagi. Suara pintu terbuka membuat Anya kembali menoleh dan tersenyum senang. Akhirnya Daniel memperbolehkannya masuk. “Sarapannya sudah siap. Kau ingin makan atau minum kopi dulu?” Anya meletakkan nampan di atas meja di samping tempat tidur Daniel. “Letakkan saja di sana nanti aku akan memakannya” Ucap Daniel duduk diatas tempat tidur. Anya menatap sedih, ia merasa kehilangan. Daniel yang diam adalah Daniel yang Anya tidak sukai, ia lebih memilih Daniel yang selalu mengusilinya daripada Daniel yang tenang seperti ini.Gadis itu duduk disamping Daniel dan memeluk laki-laki itu.“Ka
Daniel dan Ashlee memilih untuk berbicara di sebuah restoran dekat dengan apartemen Daniel. "Aku tidak mau Daniel. Mengapa kau memutuskan hubungan kita" Ucap Ashlee syok. Daniel menghela napas panjang. "Aku sudah punya kekasih Ashlee, jadi aku tidak akan bermain-main lagi denganmu atau dengan yang lainnya". "Tapi.. Aku menyukaimu Daniel. Sudah hampir empat tahun kita bersama. Mengapa sekarang kau mengatakan kau memutuskan hubungan kita?" tanya Ashlee masih tidak puas dengan jawaban Daniel. Daniel memegang lembut tangan Ashlee."Hubungan kita hanya mutual benefit dan aku tahu kau juga menjalin hubungan seperti itu dengan beberapa laki-laki lain, aku tidak keberatan tapi sekarang aku sudah punya wanita yang aku cintai" Ashlee memang mempunyai hubungan dengan beberapa laki-laki selain Daniel, tapi semua lelaki itu tidak ada yang bisa membuat Ashlee betah berlama-lama seperti yang ia rasakan kepada Daniel.Ia pun tidak keberatan dengan sifat
Ashlee meneguk cepat vodka dingin dari gelas kaca tanpa kaki, ia sedang berada di sebuah bar mewah tidak jauh dari tempat pemotretan. Wanita itu kembali teringat akan perkataan Daniel yang ingin memutuskan hubungan dengannya dan juga akan ciuman Anya di pipi sangat lelaki. Ashlee kembali meneguk minuman beralkohol tinggi lalu membanting kuat gelas itu ke atas meja. "Brengsek. Aku merasa kalah dengan perempuan jalang itu?. Heh jangan bercanda denganku"' Dada wanita itu naik turun menahan emosi. Nathan yang baru tiba di bar mengernyit ketika melihat Ashlee yang duduk tidak tenang di bangku bar. "Anya. Pelacur itu. Aku akan memberinya pelajaran karena telah membuatku marah" teriak Ashlee meracau. Pengaruh alkohol membuatnya tidak bisa mengendalikan emosinya. "Ashlee kau sudah mabuk. Ayo kita pulang" Nathan mengambil gelas dari tangan Ashlee dan membantu wanita itu untuk duduk tegak. Ashlee menepis kasar tangan Nathan. "Aku b
Anya menatap Daniel lalu menghela napas panjang. Ini salahnya jadi ia harus menuruti perkataan Daniel. Belum apa-apa, jantung gadis itu kembali berpacu kencang, wajahnya mulai memanas. Anya menarik napasnya beberapa kali untuk menenangkan hatinya. “Tu.. tutup matamu”. Bibir Daniel mengembang lebar. Ia mengangguk lalu mulai memejam matanya. Anya berdiri dan mendekati wajah Daniel, ia menggigit bibirnya karena perasaan gugupnya yang ia alami. Perlahan-lahan wajah Anya mendekat dan beberapa detik kemudian ia mencium Daniel. Daniel membuka matanya dan menatap tidak puas ke arah Anya. “Mengapa kau cuma mencium pipiku Anya?” Anya mengedipkan kedua matanya beberapa kali. “Kau tidak bilang aku harus mencium bibirmu. Tidak ada penjelasan spesifik tentang dimana aku harus mencium mu" Dalih Anya sembari tersenyum. Keadaan berubah, sekarang Anya lah yang memegang kendali. Daniel berdecak kesal karena kecerobohannya. Sedangkan Anya tersenyum menang.&
Daniel duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan gelisah sambil terus menatap ke ruang operasi tempat Anya berada, ia mengabaikan deringan telpon yang terus berdering di handphonenya. Saat ini fokusnya hanya terletak pada Anya. Ia tidak peduli lagi apapun selain tentang gadis itu. Daniel berdiri lalu berjalan mondar-mandir dan duduk kembali. Itulah yang ia lakukan selama 5 jam terakhir. Dokter pun keluar dari ruang operasi sambil melepaskan masker dan melepaskan sarung tangannya. Daniel segera menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Anya dok?”. “Kondisi nona Anya masih kritis. Ia mengalami patah tulang di bagian pergelangan tangan dan cidera di lehernya. Organ dalamnya juga mengalami masalah karena tertabrak benda keras” jelas dokter yang bernama Michael yang tertulis di saku jas putihnya. Tangan Daniel terkepal kuat. “Aku mohon selamatkan dia dok. Aku akan membayar berapa pun biaya pengobatannya”. “Kami akan berusaha semaksi
Daniel berjalan tergesa-gesa setelah mendengar kabar bahwa Anya sudah sadarkan diri, senyum lega terpancar di wajah laki-laki itu, ia berjalan sepanjang di Koridor rumah sakit dengan langkah cepat. “Anya” panggil Daniel ketika masuk ke dalam ruang inap Anya. Anya yang duduk ditempat tidur, ditemani oleh Robet dan Elianor menoleh kearah Daniel. Laki-laki itu segera menghampiri Anya dan memeluknya dengan penuh kelegaan dan kelembutan. “Kau baik baik saja? Apa kau merasa sakit? Apa aku harus memanggil dokter?” tanya Daniel cemas. “Calm down. I am okay” jawab Anya lembut. “Really. If you feel hurt somewhere just tell me okay? I will call a doctor soon” Ucap Daniel kembali. Anya melepaskan pelukan Daniel dan mengangguk lemah. “Hanya pergelangan tangan dan leherku yang sakit. Selain itu aku baik-baik saja”. Daniel menghela napas lega dan sedih dalam bersamaan. “Maafkan aku Anya. Kalau saja aku menjemputmu kau tidak ak