“Anya” panggil Daniel ketika masuk ke dalam ruang inap Anya.
Anya yang duduk ditempat tidur, ditemani oleh Robet dan Elianor menoleh kearah Daniel. Laki-laki itu segera menghampiri Anya dan memeluknya dengan penuh kelegaan dan kelembutan.
“Kau baik baik saja? Apa kau merasa sakit? Apa aku harus memanggil dokter?” tanya Daniel cemas.
“Calm down. I am okay” jawab Anya lembut.
“Really. If you feel hurt somewhere just tell me okay? I will call a doctor soon” Ucap Daniel kembali.
Anya melepaskan pelukan Daniel dan mengangguk lemah. “Hanya pergelangan tangan dan leherku yang sakit. Selain itu aku baik-baik saja”.
Daniel menghela napas lega dan sedih dalam bersamaan. “Maafkan aku Anya. Kalau saja aku menjemputmu kau tidak ak
Thanks for Reading and please support me if you like this story. Always stay healthy^^
Daniel masuk ke dalam ruang rawat Anya dan tersenyum melihat orangtuanya, Mia dan Deriel sudah tiba terlebih dahulu. Ketika mendengar bahwa Anya masuk ke rumah sakit, Deriel dan Mia segera menuju ke rumah sakit. Sudah dua minggu Anya dirawat, gadis itu menjalani perawatan dan terapi untuk tangan kanannya "Hai Daniel, apa kabarmu?" tanya Deriel menghampiri Daniel. Daniel tersenyum "Aku baik. Terima kasih sudah datang menjenguk Anya". "Tidak masalah. Anya juga teman kami" ujar Deriel. Daniel tersenyum dan tanpa sengaja menatap cincin di tangan kiri Deriel. Ia menaikkan alis matanya. "Hm. Sepertinya ada sesuatu yang harus dirayakan". Deriel mengikuti arah tatapan Daniel dan terkekeh sesaat. "Ya. Kami akan segera menikah" ujar Deriel bangga. Daniel terkejut kagum. "Really?" "Yeah" "Tidak. Kita tidak akan menikah sampai kita mendapatkan restu dari orang tuamu" bantah Mia yang duduk disamping Anya. Anya yang s
“Kau sudah lama menunggu?” tanya Daniel yang baru saja masuk ke ruang inap Anya. Gadis itu sedang memasukkan bajunya kedalam sebuah tas menggunakan satu tangan. Daniel segera mengambil alih pekerjaan tersebut. Alat penyangga leher Anya sudah dilepas. “Biar aku saja” Anya tersenyum dan berterima kasih. “Aku tidak menunggu, kau datang tepat waktu”. Daniel tersenyum kecil, setelah selesai memasukkan pakaian Anya, ia mengulurkan sebelah tangannya kepada Anya. Gadis itu menyambut uluran tangan kekasihnya dengan senang hati. Mereka pun keluar dari ruang rawat Anya. Sepanjang koridor rumah sakit, para perawat wanita dan beberapa pasien tersenyum kepada Daniel dan Anya.Daniel hanya tersenyum pelan, tidak terlalu memperdulikan tatapan kagum tersebut. Sedangkan Anya hanya tersenyum malu, ia mengerti tampang Daniel yang begitu high class membuat para wanita atau sia
“I am home” ujar Daniel senang. Tatapan bahagianya berubah menjadi kesal ketika melihat Erick yang sedang berbincang dengan Anya. “Welcome back. Aku pikir kau akan kerja lembur Daniel” ujar Anya menghampiri Daniel dan mengambil alih tas kerja kekasihnya. “Why that things is here?” tanya Daniel kesal. “So rude. Don’t address me ‘things’” Jawab Erick memasang raut wajah kesal. “Untuk apa kau kemari?” tanya Daniel tidak menghiraukan perkataan Erick. “Tentu saja untuk mengunjungimu. Mengapa kau tidak bilang kalau Anya kecelakaan? Teman macam apa kau ini?” tanya Erick kesal. “Aku tidak punya teman sepertimu” jawab Daniel sekedarnya. Erick berdecak kesal. “Kau ingin makan malam atau mandi terlebih dahulu Daniel?” tanya Anya mengalihkan pembicaraan. “Aku akan makan malam terlebih dahulu An” jawab Erick. “Anya tidak bertanya padamu, lagipula kenapa kau sangat yakin aku akan mengizinkanmu untuk makan mala
“Kau sudah lama menunggu?” tanya Ashlee duduk dan meletakkan tasnya. “Tidak. Aku baru saja tiba” jawab Daniel pelan. Ashlee memegang tangan kanan Daniel dan tersenyum senang. “Aku tau. Kau akhirnya akan kembali kepadaku”. Daniel melepaskan tangannya dari genggaman Ashlee. Raut wajah gadis itu seketika berubah. “Aku disini bukan ingin membicarakan hubungan kita, tapi tentang Anya” ujar Daniel memulai pembicaraannya. Wajah Ashlee menjadi pucat, ia seakan tau apa yang akan Daniel bahas selanjutnya. Lelaki itu mengeluarkan photo tentang pertemuannya dengan Nathan yang sedang menyerahkan amplop dan juga photo Nathan yang menyerahkan amplop yang sama kepada Alfred. “Bisa kau jelaskan apa maksud foto ini? Jangan coba berbohong kepadaku” ujar Daniel lalu bersandar disandaran kursi seraya menatap kecewa kearah Ashlee. Tangan Ashlee bergetar ketika mengambil salah satu dari photo-photo tersebut, airmatanya mulai mengenang, ia tidak mendu
Daniel mengernyitkan keningnya melihat nama Jason tertera dilayar handphonenya. “Halo Jason. ada apa kau menelpon ku?”. “Mengapa kakak tidak bilang kalau kak Ira kecelakaan?” tanya Jason to the point. Daniel sadar bahwa ia belum memberitahu Jason. hubungan mereka yang buruk selama 20 tahun ini membuat Daniel tidak terbiasa memberitahu hal yang penting kepada Jason. “Aku lupa. Maaf” Jason tertegun dan menatap handphone dengan bingung. Baru kali ini kakaknya meminta maaf kepadanya. “Tidak apa-apa. Bisakah aku berkunjung ke apartemen mu?” “Tenang saja. Aku akan membawa Vero” lanjut Jason. “Aku tidak mengatakan apapun” Daniel memutar bola matanya. Dari nada bicara Jason seakan mengejeknya karena terlalu overprotective. Jason tersenyum. “Aku hanya memperjelas keadaan” “Besok saja kau berkunjung” Ucap Daniel mengalah. “Baiklah. Sampaikan salamku untuk kak Ira” “Ya” Daniel memutuskan teleponnya lalu k
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Jason kecil menangis sesenggukan setelah diusir oleh Daniel dari kamarnya. Ia tidak mengerti mengapa kakaknya begitu marah kepadanya. Perasaan sedih membuat Jason membutuhkan seseorang untuk menghiburnya. Ia memutuskan masuk kedalam kamar ibunya, pintu ia buka perlahan. Ia takut jika ibunya sedang tidur dan terjaga karena kehadirannya maka ia akan mendapatkan makian dari ibunya. “Aku tidak mau tau. Kau harus menghilang dengan semua barang bukti. Kau ingin aku dipenjara huh?” teriak Cathrina marah. Jason terkejut dengan nada tinggi tersebut, Ia memutuskan untuk menutup kembali pintu kamar ibunya. Kehadirannya akan membuat emosi ibunya semakin meninggi. “Hei. Jangan membantah denganku. Kita berdua yang merencanakan pembunuhan ibunya Daniel” bentak Cathrina di telepon. Gerakan Jason terhenti ketika mendengar perkataan ibunya, ia tidak menduga bahwa ibunya lah yang telah membunuh ibunya Daniel. “M
20 tahun yang lalu.Jakarta, Indonesia. Robert dan Elianor masuk kedalam rumah keluarga William. Mereka terkejut dengan perkataan Evan akan memberikan Daniel untuk mereka adopsi. Robert dan Elianor sudah lama menginginkan seorang anak namun tuhan berkehendak lain. “Mengapa kau mengatakan akan memberikan Daniel untuk kami adopsi?” tanya Robert membuka percakapan.Ia paling tau betapa sayangnya Evan kepada Daniel. Karena rasa sayangnya kepada Daniel dan Reyna akhirnya Evan memutuskan untuk bercerai dengan Reyna karena takut kehilangan perempuan itu jika tidak menceraikannya. Enam tahun yang lalu, Cathrina datang menemui Evan yang masih hidup bahagia dengan Reyna. Ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung anaknya Evan. Evan memang pernah terjebak semalam dengan Cathrina ketika sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota, entah bagaimana ia bangun dengan tubuh telanjang dan Cathrina tidur disampingnya tanpa mengenakan sehelai benang pun. Cath
“Good morning mom. Good morning dad” sapa Daniel lalu duduk di kursi makan. Robert menatap khawatir kepada anaknya. “Aku baik-baik saja dad”. Robert menghela napas lalu mengangguk. Ia sudah mendengar semuanya dari Elianor bahwa Daniel sudah tau semuanya. “Aku memasakkan menu kesukaanmu Daniel. chicken stew dan fried shrimp” Elianor meletakkan sepiring udang tepung goreng didepan anaknya. Daniel tersenyum. “Thank you mom”.Laki-laki itu mengedarkan pandangannya mencari Anya. “Dimana Anya?” Sedetik kemudian Anya muncul dibalik tembok pembatas ruang makan dan dapur. “Aku disini” jawabnya lalu meletakkan dua cangkir kopi dimeja. “Hm. My favorite coffee” komentar Robert sambil menghirup aroma yang menguar dari cangkir. “Kopi buatan Anya memang yang terbaik” Daniel setuju. Anya dan Elianor duduk di kursi makan dan mereka memulai sarapan pagi mereka. “Mom, hari ini kami akan terbang ke Indonesi