Home / Romansa / Cinta kedua tuan Nathan / Siapa kamu sebenarnya?

Share

Siapa kamu sebenarnya?

Author: kimmy ara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tanpa Viola sadari bahwa sejak tadi seorang pria tengah menatap dirinya yang berdiri dengan tubuh gemetar di depan pintu. Pria itu tidak bicara dan hanya menatap Viola dengan pandangan yang aneh. Sementara di luar sana terdengar suara orang berteriak marah disusul suara langkah terburu-buru.

Viola maupun pria itu tetap pada posisinya hingga beberapa saat. Setelah suara-suara di luar tidak lagi terdengar, barulah Viola bisa bernafas dengan lega. Itu artinya, para pengawal tadi tidak tahu ia masuk ke ruangan ini. Di detik itu Viola berhenti, lalu kembali mengingat dirinya yang sembarangan masuk tanpa berpikir. Cepat-cepat ia membuka mata dan langsung berteriak, tapi cepat-cepat menutup mulut kembali. Dengan gugup menempelkan telinga ke daun pintu. Mencari tahu apakah suaranya didengar oleh pengawal di luar atau tidak. Pria di depannya? Viola tidak sempat memikirkan pria itu saat ini.

“Kamu siap–”

Viola melompat dan langsung membekap mulut pria itu saat ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Pria tadi hendak berontak, tapi Viola mendekapnya dengan satu tangan sementara tangan lain tetap membekap mulut pria itu.

“Aku minta maaf, tapi saat ini aku tidak ada pilihan lain. Kamu harus menolongku,” bisik Viola lirih di telinga pria itu.

Pria itu berhenti bergerak. Viola merasa lega tapi ia mempertahankan posisinya tetap seperti itu untuk beberapa saat sampai akhirnya suara langkah kaki di luar benar-benar menghilang, barulah Viola melepaskan diri.

Ia berdiri di depan pria itu lalu membungkuk hormat. “Maafkan saya, Tuan. Saya sedang dalam kesulitan, jadi terpaksa melakukan hal ini kepada Anda,” ucapnya dengan sungguh-sungguh.

Pria itu bergerak. Melangkah ke pintu dan memutar handlenya. Viola panik dan segera menarik pria tadi agar mengurungkan niatnya. Sayangnya pria itu kaget dan tidak siap dengan gerakan Viola yang tiba-tiba sehingga tubuhnya terdorong ke depan dengan sangat kuat dan menabrak wanita di depannya, menyebabkan keduanya jatuh ke lantai dengan posisi Viola ada di bawah pria itu.

Untuk sesaat, mereka berdua sama-sama membeku, lalu Viola tersadar dan langsung bangkit dari posisinya. Namun, ia lupa kalau pria itu masih ada di atas tubuhnya. Kening mereka saling membentur keras. Baik Viola maupun pria itu sama-sama berteriak kuat dan segera bangkit berdiri sambil tetap mengusap-usap kening masing-masing.

Viola meringis, melirik pria di depannya dengan sedikit takut. Tiba-tiba ia berkata, “Anda tidak boleh memberitahu orang lain kalau aku ada disini.”

Pria itu melotot dengan wajah masam. “Emangnya kamu tahu aku mau ngapain?” cetusnya.

Viola memutar mata, tampak berpikir.

“Aku mau memastikan orang-orang di luar itu sudah pergi atau tidak,” ucapnya kesal. Ia menghela nafas lalu kembali ke pintu. Membukanya sedikit dan melongokkan kepala untuk memastikan keadaan di luar. Setelahnya ia menutup pintu kembali.

“Sudah aman. Kau boleh pergi,” katanya datar.

Viola sedikit canggung. Ia sudah banyak menyusahkan pria itu dan bahkan melukainya tanpa sengaja. Ditatapnya pria di depannya dalam-dalam sebelum kemudian ia melihat sekeliling dan menemukan pena serta kertas di atas meja. Viola mengambilnya dan menuliskan sesuatu di atasnya.

“Ini nomor teleponku. Kalau Anda punya kesulitan, silahkan telepon, saya akan membantu sebisanya.” Viola menyerahkan kertas itu ke tangan si pria lalu pergi dengan terburu-buru setelah mengucapkan terima kasih.

Pria itu -Nathan- hanya melihat kepergian Viola dengan tatapan kosong. Ia baru tersadar setelah wanita itu menutup pintu kamar hotel tempat ia berada sekarang.

“Kenapa wanita itu?” gumamnya tanpa sadar.

Ia berjalan kembali ke sofa dan meletakkan kertas pemberian Viola tadi secara sembarangan dan kembali meneruskan pekerjaannya yang tertunda karena insiden tadi. Namun Nathan ternyata sudah tidak bisa fokus. Pikirannya terus tertuju pada wanita aneh itu. Dihelanya nafas dan meregangkan otot-otot sebentar kemudian bersandar pada sofa. Matanya tertuju pada kertas di atas meja. Diraihnya dengan malas, lalu membaca nama yang tertulis dengan huruf kapital di sana.

“Viola Hernandez.” Ia berucap. Diambilnya ponsel lalu memasukkan nomor kontak wanita itu di sana dengan nama tikus kecil. Nathan tersenyum sendiri setelah membacanya.

**

Olivia berdiri di pinggir jalan tanpa alas kaki. Ia tidak punya ponsel untuk menghubungi Sarah, temannya atau uang untuk naik taksi. Yang ia lakukan hanya duduk di pinggir trotoar sambil menatap ujung kakinya yang memerah karena saat itu sedang musim dingin. Cuaca saat itu mencapai minus tujuh derajat celcius dan ia duduk di trotoar dengan pakaian minim tanpa alas kaki dan tanpa uang sepeser pun.

Tanpa sadar Olivia menangis. Ia merasa hidupnya sangat buruk. Menjadi penyebab kecelakaan ayahnya di usia 14 tahun, ia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya menjadi cacat karena kecelakaan itu dan ibunya harus merawat ayahnya yang sakit, sementara saudara laki-lakinya hanya bisa mengamuk dan menyakitinya setiap hari. Mereka semua, ayahnya, ibunya dan saudaranya, menyalahkannya atas kecelakaan itu dan atas hancurnya ekonomi keluarga mereka. Karena itu Viola harus bertanggung jawab. Begitu kata mereka pada Viola setiap saat dan kalimat itu seolah telah menjadi doktrin yang membentuk Viola menjadi gadis pekerja keras yang tidak kenal lelah.

Bahkan setelah Viola melakukan segala hal untuk keluarganya, ia tetap dianggap sebagai anak yang tidak berguna. Di usianya yang masih belia ia harus bekerja di banyak tempat dari sejak pulang sekolah hingga malam. Bahkan kadang ia terpaksa pulang menjelang dini hari. Namun, keluarganya tidak pernah terpuaskan. Saudara laki-lakinya yang manja selalu meminta uang dan ibunya tidak bisa menghilangkan sifat borosnya bahkan setelah mereka hidup miskin selama bertahun-tahun.

Masa remajanya hanya diisi dengan belajar dan bekerja. Viola tidak pernah tahu apa itu masa puber. Tidak pernah ikut kegiatan sekolah apapun dan tidak pernah keluar bersama teman-temannya. Ah, ia memang tidak punya teman.

Viola menangis mengingat itu semua. Andai saja saat itu ayahnya tidak menyelamatkannya saat sebuah bus hendak menabraknya. Andai saja saat itu dia saja yang tertabrak dan duduk di kursi roda, pasti ia tidak akan semenderita sekarang. Setidaknya, ia tidak dijual oleh ibunya dan berakhir seperti saat ini.

TIN … TIN ….

Viola tersadar dari lamunan saat mendengar suara klakson dari sebuah mobil. Viola mendongak dan melihat sedan hitam berhenti tepat di depannya. Keningnya berkerut sesaat, tapi kemudian ia mengenali pria di dalam mobil saat kaca jendela diturunkan perlahan.

“A -anda?” Viola heran, kenapa pria itu berhenti di depannya?

“Ayo, naik!” Nathan memberi isyarat dengan kepala agar Viola masuk ke dalam mobil.

Viola masih tidak bergerak dari tempatnya. Berpikir apakah pria itu punya maksud lain atau tidak. Namun, tiba-tiba Nathan sudah berdiri di depannya dan segera menariknya untuk masuk ke dalam mobil. Viola kaget dan refleks menyerang Nathan karena trauma oleh penculikan sebelumnya. Dijambaknya rambut Nathan sekuat tenaga sampai pria itu mengaduh kesakitan.

“Siapa kamu sebenarnya, kenapa mengikuti?” Viola berteriak sambil terus menjambak rambut pria itu sekuat tenaga.

Related chapters

  • Cinta kedua tuan Nathan   Viola tertangkap kembali

    Nathan mencoba menahan tangan wanita gila itu sebisanya. Rasanya rambutnya rontok dan kulit kepalanya terkelupas. Sudut matanya sampai berair karena merasakan sakit yang sangat. “Berhenti! Berhenti, aku tidak akan menyakitimu.” Nathan berteriak. Ia ngos-ngosan. Tidak menyangka kalau tenaga seorang gadis bertubuh mungil di depannya bisa sekuat itu. Diusapnya kepala berkali-kali untuk menghilangkan rasa sakit yang masih bertahan. Sial! Harusnya tadi aku tidak menolongnya, batin Nathan. Viola yang mendadak berhenti, terlihat bingung dan kaku. Kedua tangannya masih dipegang dengan erat oleh Nathan. Untuk beberapa lama, Nathan belum bicara sampai ia berhasil menetralkan nafas. “Aku hanya ingin membantu, oke?!” ucapnya kemudian perlahan melepaskan tangan Viola. Wanita itu membeku, antara merasa bersalah dan kedinginan. Nathan bisa melihatnya dengan jelas, jadi sekali lagi ia mengajak Viola untuk masuk ke dalam mobil. Kali ini sambil membukakan pintu untuknya. “Maaf!” Viola hany

  • Cinta kedua tuan Nathan   Aku menemukannya, tapi keluarganya tidak baik

    Di rumah, Nathan sedang duduk di depan televisi dengan sebuah buku di tangan. Ada secangkir kopi dan satu piring kecil kue yang belum disentuh sama sekali. Ia tidak menonton, ataupun membaca buku di tangannya karena sejak tadi pikirannya terus tertuju pada wanita aneh yang ia temui tadi. Entah kenapa Nathan merasakan sesuatu yang ia yakini adalah perasaan iba pada wanita itu. Nathan bahkan tidak menyadari kehadiran Samantha yang sejak tadi memerhatikannya dari depan pintu kamar. “Sedang memikirkan apa?” tanya Samantha yang sedang berjalan ke arahnya kemudian duduk di samping anaknya. Pria berusia 35 tahun itu menoleh, tersenyum pada ibunya dan mencium pipinya sekilas. “Bukan apa-apa, Mom,” katanya. Samantha ikut tersenyum, dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Pura-pura menonton televisi, padahal dalam hati sedang mencari kalimat yang tepat untuk mengutarakan sesuatu pada putranya. “Cecillia dimana? Mommy tidak melihatnya sudah hampir dua minggu,” tanya Samantha hati-hati. Putranya s

  • Cinta kedua tuan Nathan   Kau sangat Cantik!

    Ah ….” Harapan Samantha seketika pupus. Mungkin wanita yang akan ia temui itu tidak sebaik yang ia bayangkan. Mungkin dulu ia tidak sengaja menyelamatkan Nathan. Mungkin ia menyesal melakukannya. Mungkin waktu sudah mengubah watak dan sifatnya menjadi jahat. “Kabarnya juga, keluarganya sedang mencari orang kaya yang mau menikahi anaknya dengan syarat mampu melunasi semua hutang-hutang keluarganya dan mau memberikan mahar sesuai yang mereka tentukan.” Samantha membelalak, kaget. “Itu pernikahan atau pegadaian.” Maria yang sejak tadi hanya diam memerhatikan tiba-tiba bicara. Ia begitu gemas dengan kelakuan orang tua jahat seperti itu. Memanfaatkan anak sendiri demi keserakahan pribadi. Samantha dan Hilda bahkan kaget mendengar celetukan Maria. “Menurutmu, apakah wanita itu memiliki sifat yang sama dengan keluarganya?” Samantha bertanya karena penasaran. “Saya tidak sempat menanyakan hal itu. Tapi, bagaimana kalau Nyonya menemui suster yang di panti asuhan itu untuk mengkonfirmasi

  • Cinta kedua tuan Nathan   Berapa yang harus kubayar?

    Namun sebelum ia sempat melakukannya, terdengar suara ribut dari depan. Baik Helena, Brown maupun yang lain tampak sedikit takut kalau-kalau saja yang datang adalah polisi, tapi mereka tahu itu tidak mungkin terjadi. “Ada apa di luar?” Helena berteriak untuk menghilangkan rasa takutnya. Seorang anak buah Edward muncul dengan tergopoh-gopoh. Setelah membungkuk hormat ia mulai bicara. “Ada wanita tua dan ajudannya di depan. Mereka ingin bertemu dengan Nona Viola,” ucapnya. Wajahnya memerah dan tubuhnya gemetar. “Usir saja. Katakan kalau Viola tidak bisa diganggu!” tegas Helena. Tangannya mengibas di udara, menyuruh pengawal itu pergi melaksanakan perintahnya. Namun, pengawal itu bergeming, tubuhnya semakin gemetar. Helena mengerutkan kening, “Ada apa? Bukannya cuma wanita tua saja? Kenapa kau sampai gemetar begitu?” cerca Helena. Wajahnya tampak sangat tidak puas. Di tempat duduknya, Viola merasa seperti mendapatkan sebuah peluang. Tidak penting siapa yang datang untuk menemuinya,

  • Cinta kedua tuan Nathan   Wanita penyelamat

    “Tuan Brown membayarnya dua milyar.” Helena berkata dengan cepat. Menutup matanya dengan kedua tangan mengatup kuat di depan dada. Ia tidak berani menatap wajah Tuan Brown. Samatha tersenyum senang. “Kau tidak bisa melakukan ini padaku Helena. Aku sudah banyak membantumu dan kuperingatkan, Edward tidak akan tinggal diam kalau kamu membatalkan kesepakatan kita.” Tuan Brown mulai putus asa. Wajah dan pelipisnya berkeringat dan ia seka dengan sapu tangan. Sesekali ia melirik Viola, memastikan gadis itu tidak berniat untuk berontak. “Edward akan mengerti, Tuan Brown dan aku akan mengembalikan uangmu tanpa kurang satu sen pun,” ucap Helena semakin berani dan yakin untuk mengambil keputusan. Setelah itu ia beralih pada Samantha, “Jadi, berapa yang akan Anda bayar, Nyonya?” katanya sambil tersenyum ramah dan mempersilahkan mereka duduk. Viola bahkan tidak percaya ibunya bisa berubah secepat itu. Baru saja ia meremehkan dan mengusir wanita tua itu dan sekarang ia sudah bersikap sangat ma

  • Cinta kedua tuan Nathan   Anggota keluarga baru

    Hari sudah gelap saat Samantha dan yang lain tiba di rumah. Tidak ada siapapun di sana kecuali para pelayan. Samantha sedikit kecewa karena niatnya memberi kejutan pada Nathan jadi gagal. Namun ia menepis rasa kecewa itu karena setelah itu ia masih punya waktu banyak untuk mengenalkan Viola dengan Nathan -dan kalau takdir memungkinkan- Samantha ingin menjodohkan mereka. Namun sebelum itu ia harus melepas topeng kepalsuan Cecillia terlebih dahulu dan memastikan Nathan menyadari bahwa wanita itu sangat busuk.“Sekarang ini adalah rumahmu, Sayang,” ucap Samantha sambil mengelus rambut Viola yang hitam. Diperbaikinya letak poni Viola sambil menatap wanita itu lekat-lekat. “Kamu sangat manis,” katanya lagi. Viola tersipu malu dipuji begitu. Wajah yang kemerahan dengan bintik-bintik coklat di sekitarnya membuat kecantikannya semakin bertambah. Samantha sangat menyukai wajah itu. Polos dan natural tanpa sentuhan make up sedikitpun. “Terima kasih, Nyonya. Baru Anda yang mengatakan saya mani

  • Cinta kedua tuan Nathan   Tikus kecil

    Sudah satu minggu sejak Viola tinggal di sana dan ia sangat penasaran dengan anak Nyonya Samantha yang pernah ia selamatkan dulu. Viola kerap berlama-lama duduk di ruang tamu dengan harapan bisa bertemu dengan anak laki-laki gemuk yang dulu menangis tak berdaya di gudang kosong itu. Seperti apa rupanya sekarang? pikir Viola, lalu perlahan senyumnya mengembang membayangkan sosok seorang pria gemuk dengan pipi bulat seperti bakpao muncul dari balik pintu itu. Apakah ia masih gemuk atau sudah tumbuh menjadi pria tinggi yang tampan? batin Viola lagi. Pintu terbuka. Viola mengangkat wajah dengan antusias. Berharap itu adalah orang yang ia harapkan. Namun semangatnya segera luntur begitu melihat orang yang muncul adalah seorang wanita. Tinggi langsing dan sangat cantik. Viola menatapnya dengan penuh kekaguman. Sementara wanita itu, ia menatap sekilas dan berlalu dengan penuh keanggunan. Sama sekali tidak peduli dengan Viola yang menatapnya penuh pemujaan.“Cantik sekali,” lirih Viola tanp

  • Cinta kedua tuan Nathan   Cecillia wanita jahat?

    Seorang tukang kebun yang asyik memangkas tanaman hias di taman samping, merasa terhibur dengan kehadiran Viola di sana. Mereka bercakap-cakap sambil pria berusia 30-an itu terus melakukan tugasnya sementara Viola duduk di salah satu kursi yang memang sudah ada di sana sejak awal.“Jadi, nama anak Nyonya Samantha itu Nathan?” Viola memastikan. Carl -tukang kebun itu- mengangguk tanpa melihat ke arah Viola. Ia terus sibuk menggerakkan gunting besar di tangannya. “Dan istrinya itu namanya Cecillia. Dia seorang model Internasional,” lanjutnya.“Aku sudah tahu namanya, tapi aku baru tahu kalau dia seorang model. Pantas saja dia sangat cantik. Seperti seorang dewi,” ucap Viola dengan pandangan menerawang. Mengingat kembali betapa cantik dan anggunnya wanita itu. “Pasti Nathan sangat mencintai istrinya,” gumamnya lirih tanpa sadar. “Carl mengangguk. Tidak memperhatikan perubahan di wajah Viola. “Tuan Nathan sangat mencintainya bahkan tergila-gila padanya, tapi Nyonya Samantha sangat membe

Latest chapter

  • Cinta kedua tuan Nathan   Salah Masuk Kamar

    Kata orang cinta itu buta, tapi bukan cinta saja yang buta, bahkan rasa benci pun ternyata tidak bisa melihat.~Viola~**Itulah yang saat ini sedang dirasakan oleh Cecillia. Rasa benci telah menggelapkan matanya sampai-sampai ia tidak menyadari sandiwara Samantha dan Viola yang sengaja ingin membuatnya marah. Ia buta dan tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang hanya permainan. Ia pergi dari rumah untuk menghindari Nathan. Ia marah dan sangat membenci suaminya. Dan rasa marah itu ia luapkan dengan minum-minum di sebuah ruang VVIP salah satu bar langganannya. Di sampingnya, Cath duduk dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. Wajah wanita itu datar, menatap Cecillia sambil memainkan gelas anggurnya. Cecillia balas menatap. “Aku muak! Aku sudah tidak tahan, Cath,” racaunya. Ia menyeret tubuh mendekat ke arah Catherine. Memangkas jarak diantara mereka hingga kini wajah keduanya saling berhadapan. “Aku hanya ingin hidup dengan tenang. Itu saja,” ucapnya lagi. Wajahnya

  • Cinta kedua tuan Nathan   Genderang Perang

    Namun ia hanya ingin membuat menantunya marah dan ternyata ia berhasil. Cecillia berbalik dengan cepat, lalu dengan wajah merah padam ia melangkah mendekati Samantha dan Viola yang masih duduk di tempatnya semula. “Apa maksud Mommy bicara seperti itu?” Cecillia membentak. Satu tangannya bertengger di pinggang menatap tajam pada Samantha dan Viola bergantian. Samantha balik menatap menantunya. “Apa? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan,” sanggahnya. Cecillia membelalak, membuka mulut hendak bicara, tapi Samantha mendahuluinya. “Dan sejujurnya Cecillia, kamu tidak pernah aku anggap ada di rumah ini. Jadi, tidak usah terlalu merasa bahwa dirimu berharga.” Ucapan Samantha yang dingin dan tajam itu menusuk tepat dan menghancurkan harga diri Cecillia yang tinggi. Ia menjerit kuat seperti orang kesetanan karena tidak terima dengan pernyataan Samantha. Ia merasa terhina. Viola kaget dengan reaksi Cecillia yang di luar nalar, berbeda dengan Samantha yang tetap bersikap biasa saja seo

  • Cinta kedua tuan Nathan   Percikan api

    “Apa yang kau lakukan?” tanya Samantha saat melihat Viola asyik mencorat-coret di atas kertas. “Aku sedang banyak waktu luang.” Viola berkata tanpa melihat ke arah Samantha. Ia masih sibuk menyapukan pensil warna di atas kertas. Samantha mendekat karena penasaran dan begitu terkejut dengan hasil sketsa yang dibuat oleh Viola. “K -kamu yang membuat ini?” katanya. Viola mengangguk ringan, sambil tersenyum ia melanjutkan pekerjaannya. “Apa kamu tahu kalau kamu berbakat? Ini sangat luar biasa, Viola,” ucap Samantha setengah memekik karena senang. Ia seperti mendapatkan harta karun tersembunyi. “Aku tahu. Guru di sekolahku dulu mengatakannya,” jawab Viola enteng. “Apakah bagus?” Ia bertanya kemudian setelah sketsanya selesai. Menunjukkan pada Samantha dengan wajah penuh kepuasan. “Sangat bagus, Sayang,” balas Samantha dengan wajah berbinar-binar. “Kenapa kamu tidak melanjutkan belajar seni atau desain grafis? Mommy yakin kamu akan sukses,” ucap Samantha antusias. Viola tersenyum. Ha

  • Cinta kedua tuan Nathan   Cecillia wanita jahat?

    Seorang tukang kebun yang asyik memangkas tanaman hias di taman samping, merasa terhibur dengan kehadiran Viola di sana. Mereka bercakap-cakap sambil pria berusia 30-an itu terus melakukan tugasnya sementara Viola duduk di salah satu kursi yang memang sudah ada di sana sejak awal.“Jadi, nama anak Nyonya Samantha itu Nathan?” Viola memastikan. Carl -tukang kebun itu- mengangguk tanpa melihat ke arah Viola. Ia terus sibuk menggerakkan gunting besar di tangannya. “Dan istrinya itu namanya Cecillia. Dia seorang model Internasional,” lanjutnya.“Aku sudah tahu namanya, tapi aku baru tahu kalau dia seorang model. Pantas saja dia sangat cantik. Seperti seorang dewi,” ucap Viola dengan pandangan menerawang. Mengingat kembali betapa cantik dan anggunnya wanita itu. “Pasti Nathan sangat mencintai istrinya,” gumamnya lirih tanpa sadar. “Carl mengangguk. Tidak memperhatikan perubahan di wajah Viola. “Tuan Nathan sangat mencintainya bahkan tergila-gila padanya, tapi Nyonya Samantha sangat membe

  • Cinta kedua tuan Nathan   Tikus kecil

    Sudah satu minggu sejak Viola tinggal di sana dan ia sangat penasaran dengan anak Nyonya Samantha yang pernah ia selamatkan dulu. Viola kerap berlama-lama duduk di ruang tamu dengan harapan bisa bertemu dengan anak laki-laki gemuk yang dulu menangis tak berdaya di gudang kosong itu. Seperti apa rupanya sekarang? pikir Viola, lalu perlahan senyumnya mengembang membayangkan sosok seorang pria gemuk dengan pipi bulat seperti bakpao muncul dari balik pintu itu. Apakah ia masih gemuk atau sudah tumbuh menjadi pria tinggi yang tampan? batin Viola lagi. Pintu terbuka. Viola mengangkat wajah dengan antusias. Berharap itu adalah orang yang ia harapkan. Namun semangatnya segera luntur begitu melihat orang yang muncul adalah seorang wanita. Tinggi langsing dan sangat cantik. Viola menatapnya dengan penuh kekaguman. Sementara wanita itu, ia menatap sekilas dan berlalu dengan penuh keanggunan. Sama sekali tidak peduli dengan Viola yang menatapnya penuh pemujaan.“Cantik sekali,” lirih Viola tanp

  • Cinta kedua tuan Nathan   Anggota keluarga baru

    Hari sudah gelap saat Samantha dan yang lain tiba di rumah. Tidak ada siapapun di sana kecuali para pelayan. Samantha sedikit kecewa karena niatnya memberi kejutan pada Nathan jadi gagal. Namun ia menepis rasa kecewa itu karena setelah itu ia masih punya waktu banyak untuk mengenalkan Viola dengan Nathan -dan kalau takdir memungkinkan- Samantha ingin menjodohkan mereka. Namun sebelum itu ia harus melepas topeng kepalsuan Cecillia terlebih dahulu dan memastikan Nathan menyadari bahwa wanita itu sangat busuk.“Sekarang ini adalah rumahmu, Sayang,” ucap Samantha sambil mengelus rambut Viola yang hitam. Diperbaikinya letak poni Viola sambil menatap wanita itu lekat-lekat. “Kamu sangat manis,” katanya lagi. Viola tersipu malu dipuji begitu. Wajah yang kemerahan dengan bintik-bintik coklat di sekitarnya membuat kecantikannya semakin bertambah. Samantha sangat menyukai wajah itu. Polos dan natural tanpa sentuhan make up sedikitpun. “Terima kasih, Nyonya. Baru Anda yang mengatakan saya mani

  • Cinta kedua tuan Nathan   Wanita penyelamat

    “Tuan Brown membayarnya dua milyar.” Helena berkata dengan cepat. Menutup matanya dengan kedua tangan mengatup kuat di depan dada. Ia tidak berani menatap wajah Tuan Brown. Samatha tersenyum senang. “Kau tidak bisa melakukan ini padaku Helena. Aku sudah banyak membantumu dan kuperingatkan, Edward tidak akan tinggal diam kalau kamu membatalkan kesepakatan kita.” Tuan Brown mulai putus asa. Wajah dan pelipisnya berkeringat dan ia seka dengan sapu tangan. Sesekali ia melirik Viola, memastikan gadis itu tidak berniat untuk berontak. “Edward akan mengerti, Tuan Brown dan aku akan mengembalikan uangmu tanpa kurang satu sen pun,” ucap Helena semakin berani dan yakin untuk mengambil keputusan. Setelah itu ia beralih pada Samantha, “Jadi, berapa yang akan Anda bayar, Nyonya?” katanya sambil tersenyum ramah dan mempersilahkan mereka duduk. Viola bahkan tidak percaya ibunya bisa berubah secepat itu. Baru saja ia meremehkan dan mengusir wanita tua itu dan sekarang ia sudah bersikap sangat ma

  • Cinta kedua tuan Nathan   Berapa yang harus kubayar?

    Namun sebelum ia sempat melakukannya, terdengar suara ribut dari depan. Baik Helena, Brown maupun yang lain tampak sedikit takut kalau-kalau saja yang datang adalah polisi, tapi mereka tahu itu tidak mungkin terjadi. “Ada apa di luar?” Helena berteriak untuk menghilangkan rasa takutnya. Seorang anak buah Edward muncul dengan tergopoh-gopoh. Setelah membungkuk hormat ia mulai bicara. “Ada wanita tua dan ajudannya di depan. Mereka ingin bertemu dengan Nona Viola,” ucapnya. Wajahnya memerah dan tubuhnya gemetar. “Usir saja. Katakan kalau Viola tidak bisa diganggu!” tegas Helena. Tangannya mengibas di udara, menyuruh pengawal itu pergi melaksanakan perintahnya. Namun, pengawal itu bergeming, tubuhnya semakin gemetar. Helena mengerutkan kening, “Ada apa? Bukannya cuma wanita tua saja? Kenapa kau sampai gemetar begitu?” cerca Helena. Wajahnya tampak sangat tidak puas. Di tempat duduknya, Viola merasa seperti mendapatkan sebuah peluang. Tidak penting siapa yang datang untuk menemuinya,

  • Cinta kedua tuan Nathan   Kau sangat Cantik!

    Ah ….” Harapan Samantha seketika pupus. Mungkin wanita yang akan ia temui itu tidak sebaik yang ia bayangkan. Mungkin dulu ia tidak sengaja menyelamatkan Nathan. Mungkin ia menyesal melakukannya. Mungkin waktu sudah mengubah watak dan sifatnya menjadi jahat. “Kabarnya juga, keluarganya sedang mencari orang kaya yang mau menikahi anaknya dengan syarat mampu melunasi semua hutang-hutang keluarganya dan mau memberikan mahar sesuai yang mereka tentukan.” Samantha membelalak, kaget. “Itu pernikahan atau pegadaian.” Maria yang sejak tadi hanya diam memerhatikan tiba-tiba bicara. Ia begitu gemas dengan kelakuan orang tua jahat seperti itu. Memanfaatkan anak sendiri demi keserakahan pribadi. Samantha dan Hilda bahkan kaget mendengar celetukan Maria. “Menurutmu, apakah wanita itu memiliki sifat yang sama dengan keluarganya?” Samantha bertanya karena penasaran. “Saya tidak sempat menanyakan hal itu. Tapi, bagaimana kalau Nyonya menemui suster yang di panti asuhan itu untuk mengkonfirmasi

DMCA.com Protection Status