Share

Wanita penyelamat

Penulis: kimmy ara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tuan Brown membayarnya dua milyar.” Helena berkata dengan cepat. Menutup matanya dengan kedua tangan mengatup kuat di depan dada. Ia tidak berani menatap wajah Tuan Brown.

Samatha tersenyum senang.

“Kau tidak bisa melakukan ini padaku Helena. Aku sudah banyak membantumu dan kuperingatkan, Edward tidak akan tinggal diam kalau kamu membatalkan kesepakatan kita.” Tuan Brown mulai putus asa. Wajah dan pelipisnya berkeringat dan ia seka dengan sapu tangan. Sesekali ia melirik Viola, memastikan gadis itu tidak berniat untuk berontak.

“Edward akan mengerti, Tuan Brown dan aku akan mengembalikan uangmu tanpa kurang satu sen pun,” ucap Helena semakin berani dan yakin untuk mengambil keputusan. Setelah itu ia beralih pada Samantha, “Jadi, berapa yang akan Anda bayar, Nyonya?” katanya sambil tersenyum ramah dan mempersilahkan mereka duduk.

Viola bahkan tidak percaya ibunya bisa berubah secepat itu. Baru saja ia meremehkan dan mengusir wanita tua itu dan sekarang ia sudah bersikap sangat manis padanya. Benar-benar luar biasa.

Sebaliknya, Samantha sama sekali tidak menanggapi kebaikan Helena yang palsu itu. Ia tetap berdiri sambil merogoh ke dalam tas tangannya. Mengeluarkan cek dan menulis sejumlah angka di atasnya lalu ia menyerahkan kertas tipis itu kepada Helena.

“L -lima milyar?!”

Mulut Helena terbuka lebar dengan sepasang mata yang melotot saat menghitung jumlah angka yang tertera di dalam kertas kecil itu.

“Ini benar-benar bisa dicairkan, bukan? Anda tidak sedang menipu saya, bukan?” Helena berkata dengan penuh sukacita, memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi. Bahwa wanita di depannya itu benar-benar mau membayar mahal putrinya.

Samantha mengangguk, sementara Tuan Brown tampak tidak senang dengan hal itu. Namun ia tidak punya uang sebanyak itu untuk menebus Viola dan seandainya punya pun ia tidak akan begitu bodoh untuk membayar sebanyak itu hanya demi seorang wanita.

“Sekarang, aku bisa membawa Viola?” Samantha mengulurkan tangan meminta gadis itu mendekat padanya.

“Silahkan! Kalian boleh membawanya.” Helena berkata tanpa menoleh karena ia masih sibuk mengamati cek berharga dalam genggamannya. Ia hanya melambaikan tangan sebagai isyarat agar mereka cepat-cepat pergi.

“Ayo, sayang, kita pergi.” Samantha menarik tangan Viola yang masih terlihat linglung.

Sementara Tuan Brown hanya diam menatap Helena dan Samantha bergantian. Sepertinya pria itu sedang memikirkan sesuatu, tapi Samantha tidak ambil pusing tentang hal itu selama ia bisa membawa Viola keluar dari rumah itu.

“T -tunggu, Nyonya.” Viola menahan tangan Samantha yang terus menyeretnya dengan pelan. “Aku masih harus membawa barang-barangku,” ucapnya saat melihat Samantha menatap heran padanya.

Wanita itu kemudian tersenyum. “Kamu tidak memerlukan barang-barang itu lagi. Aku akan menggantinya untukmu. Ayo, kita pergi sebelum ibumu berubah pikiran,” bisik Samantha untuk menakut-nakuti Viola dan agar gadis itu mau diajak pergi dari sana secepatnya.

Pada akhirnya, Viola mengikuti langkah Samantha keluar rumah. Ia kembali takjub saat melihat sebuah mobil limosin terparkir di depan rumahnya dan lebih mengejutkan lagi saat seorang pria berpakaian formal segera membuka pintu untuk mereka.

“Silakan, Nyonya,” ucap pria itu sopan.

Viola ragu dan berhenti. Ia terlihat seperti orang bodoh di hadapan Samantha. Namun wanita itu mengerti bahwa Viola pasti bingung dengan keadaan sekarang. Samantha menyentuh pundak gadis itu dan memintanya untuk masuk ke dalam mobil.

“Aku akan menjelaskan semuanya selama kita dalam perjalanan,” janjinya.

Viola menatap Samantha dan dibalas dengan senyuman oleh wanita itu. Setelah meyakinkan diri bahwa wanita di depannya adalah orang baik, akhirnya Viola mau diajak masuk ke dalam mobil dan mereka pun pergi dari tempat itu meninggalkan Helena dan Tuan Brown yang beradu mulut.

**

Sepanjang perjalanan, Viola selalu mencuri pandang setiap kali ada kesempatan. Ia tidak berani bertanya ataupun mengangkat kepala. Dalam hati terus bertanya kenapa wanita tua itu mau membayar sebanyak itu untuk dirinya. Apa tujuan sebenarnya? Batin Viola terus mencerna semua kejadian yang beberapa saat lalu ia alami. Mencari benang merah yang bisa menghubungkannya dengan satu jawaban yang ia inginkan. Namun nihil. Tak ada satupun kejadian atau peristiwa yang ia alami yang sekiranya berhubungan dengan wanita itu. Lalu apa? Viola sungguh sangat penasaran.

“Kamu pasti bertanya-tanya siapa aku dan kenapa aku membantumu.” Samantha berkata tepat ketika Viola melirik padanya.

Seketika Viola jadi merasa malu karena tertangkap basah. Ia lantas membetulkan letak rambutnya yang kusut untuk mengurangi kegugupan. “M -maaf, Nyonya, tapi aku benar-benar penasaran,”lirih Viola masih dengan wajah tertunduk.

Samantha tertawa pelan hingga Viola mengangkat wajah sedikit karena heran dengan apa yang membuat wanita itu tertawa. Apakah ada yang lucu? pikir Viola.

“Kamu sangat menggemaskan,” ucap Samantha yang membuat Viola benar-benar mengangkat kepalanya dan tanpa sadar menatap lurus pada sepasang iris milik Samantha.

Sejenak, mereka saling berpandangan. Viola ingin mencari sesuatu dalam iris bening berwarna coklat muda itu dan ia menemukannya. Sebuah ketulusan Viola temui dalam mata itu dan ia merasakannya. Wanita itu bahkan mengatakan bahwa dirinya menggemaskan. Sesuatu yang bahkan tidak pernah diucapkan oleh orang tuanya kepadanya. Kata-kata sederhana itu mampu membuat sepasang mata Viola mengembun dan ia cepat-cepat mengalihkan pandangan untuk menyembunyikannya.

Namun Samantha ternyata sangat peka. Ia melihat mata itu dan tahu bahwa Viola sedang menangis. Tanpa Viola duga, Samantha bergeser dari tempatnya dan segera memeluk Viola dengan erat.

“Oh, sayang, kenapa kamu menangis? Bukankah kamu sudah aman bersamaku?” ucapnya dengan lembut untuk menghibur Viola.

Bukannya berhenti, Tangisan Viola malah semakin kuat. Sekarang bahkan ia terisak-isak di dalam pelukan hangat Samantha. Wanita tua itu terus memeluk dan mengusap pelan punggung Viola untuk menenangkannya. Maria dan Hilda saling menatap penuh arti, seolah mengatakan betapa menyedihkan kehidupan gadis itu selama ini.

Setelah Viola tenang dan berhenti menangis, barulah Samantha melepaskan pelukannya. Ia menatap Viola dan menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangan. Seraya tersenyum dan berkata, “Jangan memikirkan apapun lagi. Sekarang kamu bisa hidup sesuai keinginanmu. Aku yang menjamin itu untukmu.” Ucapannya pelan tapi tegas. Viola melihat kesungguhan di dalam setiap kata yang diucapkan Samantha dan anehnya ia percaya sepenuhnya pada wanita itu seolah mereka sudah mengenal sejak lama.

**

Di kediaman Alexander.

Nathan dihentikan oleh salah satu pelayan ketika ia hendak berangkat bekerja pagi-pagi sekali. Pelayan itu melihat sekeliling dengan gugup untuk memastikan Cecillia tidak ada di sana. Setelah itu barulah ia berani bicara. Nathan yang melihat sikap pelayan itu menunggu dengan tidak sabar.

“Ada apa?” katanya kesal.

“Tuan, Nyonya besar akan pulang sore ini. Tadi beliau bilang akan memberikan kejutan pada Anda,” ucap pelayan itu dengan suara lirih seolah takut didengar oleh orang lain.

Nathan mengangguk. “Ada lagi?” katanya.

“Tidak, Tuan,” jawab pelayan itu takut-takut.

Nathan berbalik lalu melanjutkan langkah tanpa mengatakan apapun. Ia sangat kesal setiap kali para pelayan di rumah itu bersikap hati-hati ketika bicara padanya. Ia juga kesal karena para pelayan di rumah itu tampak sangat takut sekaligus benci kepada Cecillia -istrinya- tanpa alasan yang jelas.Padahal istrinya sangat baik dan lembut.

Nathan tahu dan sadar betul kalau rumah itu adalah peninggalan almarhum ayahnya, dan ibunya lah yang berkuasa atas rumah itu dan segala isinya. Namun bukan berarti ibunya bisa mengintimidasi dan memengaruhi para pelayan di rumah itu untuk bersikap sama dengannya pada Cecillia. Nathan benci dengan kenyataan itu.

Setelah melemparkan tas kerjanya ke jok belakang, Nathan masuk ke dalam mobil dengan perasaan dongkol. Pikirannya perlahan menjelajah jauh. Mengingat-ingat kembali saat pertama ia membawa Cecillia ke rumah untuk dikenalkan pada ibunya sebagai calon istri. Saat itu ibunya sama sekali tidak keberatan. Namun setelah beberapa saat lamanya, ibunya mulai berubah dan Nathan menganggap bahwa itu hanya sikap kekanak-kanakan seorang ibu yang cemburu pada menantu perempuannya.

Namun pertengkaran demi pertengkaran antara dirinya dan istrinya, antara dirinya dengan ibunya, atau antara istrinya dan ibunya membuat Nathan sedikit pesimis tentang arti sebuah keluarga. Padahal dulu, Nathan sangat memimpikan sebuah keluarga kecil yang bahagia dengan beberapa orang anak yang cantik dan menggemaskan.

Ia memimpikan seorang istri yang manis yang akan menyambutnya dengan senyum saat ia pulang bekerja. Anak-anak yang berebut mainan dan makanan atau nenek yang bercanda dengan cucunya di halaman. Sementara ia dan istrinya duduk di kursi taman menikmati secangkir teh di sore hari.

Sayangnya, setelah lima tahun pernikahan mereka, Nathan tidak pernah merasakan satupun kebahagiaan seperti yang ia impikan. Yang ada malah pertengkaran dan ketegangan yang selalu ia temui di dalam rumah. Dan itu membuat Nathan lelah

Bab terkait

  • Cinta kedua tuan Nathan   Anggota keluarga baru

    Hari sudah gelap saat Samantha dan yang lain tiba di rumah. Tidak ada siapapun di sana kecuali para pelayan. Samantha sedikit kecewa karena niatnya memberi kejutan pada Nathan jadi gagal. Namun ia menepis rasa kecewa itu karena setelah itu ia masih punya waktu banyak untuk mengenalkan Viola dengan Nathan -dan kalau takdir memungkinkan- Samantha ingin menjodohkan mereka. Namun sebelum itu ia harus melepas topeng kepalsuan Cecillia terlebih dahulu dan memastikan Nathan menyadari bahwa wanita itu sangat busuk.“Sekarang ini adalah rumahmu, Sayang,” ucap Samantha sambil mengelus rambut Viola yang hitam. Diperbaikinya letak poni Viola sambil menatap wanita itu lekat-lekat. “Kamu sangat manis,” katanya lagi. Viola tersipu malu dipuji begitu. Wajah yang kemerahan dengan bintik-bintik coklat di sekitarnya membuat kecantikannya semakin bertambah. Samantha sangat menyukai wajah itu. Polos dan natural tanpa sentuhan make up sedikitpun. “Terima kasih, Nyonya. Baru Anda yang mengatakan saya mani

  • Cinta kedua tuan Nathan   Tikus kecil

    Sudah satu minggu sejak Viola tinggal di sana dan ia sangat penasaran dengan anak Nyonya Samantha yang pernah ia selamatkan dulu. Viola kerap berlama-lama duduk di ruang tamu dengan harapan bisa bertemu dengan anak laki-laki gemuk yang dulu menangis tak berdaya di gudang kosong itu. Seperti apa rupanya sekarang? pikir Viola, lalu perlahan senyumnya mengembang membayangkan sosok seorang pria gemuk dengan pipi bulat seperti bakpao muncul dari balik pintu itu. Apakah ia masih gemuk atau sudah tumbuh menjadi pria tinggi yang tampan? batin Viola lagi. Pintu terbuka. Viola mengangkat wajah dengan antusias. Berharap itu adalah orang yang ia harapkan. Namun semangatnya segera luntur begitu melihat orang yang muncul adalah seorang wanita. Tinggi langsing dan sangat cantik. Viola menatapnya dengan penuh kekaguman. Sementara wanita itu, ia menatap sekilas dan berlalu dengan penuh keanggunan. Sama sekali tidak peduli dengan Viola yang menatapnya penuh pemujaan.“Cantik sekali,” lirih Viola tanp

  • Cinta kedua tuan Nathan   Cecillia wanita jahat?

    Seorang tukang kebun yang asyik memangkas tanaman hias di taman samping, merasa terhibur dengan kehadiran Viola di sana. Mereka bercakap-cakap sambil pria berusia 30-an itu terus melakukan tugasnya sementara Viola duduk di salah satu kursi yang memang sudah ada di sana sejak awal.“Jadi, nama anak Nyonya Samantha itu Nathan?” Viola memastikan. Carl -tukang kebun itu- mengangguk tanpa melihat ke arah Viola. Ia terus sibuk menggerakkan gunting besar di tangannya. “Dan istrinya itu namanya Cecillia. Dia seorang model Internasional,” lanjutnya.“Aku sudah tahu namanya, tapi aku baru tahu kalau dia seorang model. Pantas saja dia sangat cantik. Seperti seorang dewi,” ucap Viola dengan pandangan menerawang. Mengingat kembali betapa cantik dan anggunnya wanita itu. “Pasti Nathan sangat mencintai istrinya,” gumamnya lirih tanpa sadar. “Carl mengangguk. Tidak memperhatikan perubahan di wajah Viola. “Tuan Nathan sangat mencintainya bahkan tergila-gila padanya, tapi Nyonya Samantha sangat membe

  • Cinta kedua tuan Nathan   Percikan api

    “Apa yang kau lakukan?” tanya Samantha saat melihat Viola asyik mencorat-coret di atas kertas. “Aku sedang banyak waktu luang.” Viola berkata tanpa melihat ke arah Samantha. Ia masih sibuk menyapukan pensil warna di atas kertas. Samantha mendekat karena penasaran dan begitu terkejut dengan hasil sketsa yang dibuat oleh Viola. “K -kamu yang membuat ini?” katanya. Viola mengangguk ringan, sambil tersenyum ia melanjutkan pekerjaannya. “Apa kamu tahu kalau kamu berbakat? Ini sangat luar biasa, Viola,” ucap Samantha setengah memekik karena senang. Ia seperti mendapatkan harta karun tersembunyi. “Aku tahu. Guru di sekolahku dulu mengatakannya,” jawab Viola enteng. “Apakah bagus?” Ia bertanya kemudian setelah sketsanya selesai. Menunjukkan pada Samantha dengan wajah penuh kepuasan. “Sangat bagus, Sayang,” balas Samantha dengan wajah berbinar-binar. “Kenapa kamu tidak melanjutkan belajar seni atau desain grafis? Mommy yakin kamu akan sukses,” ucap Samantha antusias. Viola tersenyum. Ha

  • Cinta kedua tuan Nathan   Genderang Perang

    Namun ia hanya ingin membuat menantunya marah dan ternyata ia berhasil. Cecillia berbalik dengan cepat, lalu dengan wajah merah padam ia melangkah mendekati Samantha dan Viola yang masih duduk di tempatnya semula. “Apa maksud Mommy bicara seperti itu?” Cecillia membentak. Satu tangannya bertengger di pinggang menatap tajam pada Samantha dan Viola bergantian. Samantha balik menatap menantunya. “Apa? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan,” sanggahnya. Cecillia membelalak, membuka mulut hendak bicara, tapi Samantha mendahuluinya. “Dan sejujurnya Cecillia, kamu tidak pernah aku anggap ada di rumah ini. Jadi, tidak usah terlalu merasa bahwa dirimu berharga.” Ucapan Samantha yang dingin dan tajam itu menusuk tepat dan menghancurkan harga diri Cecillia yang tinggi. Ia menjerit kuat seperti orang kesetanan karena tidak terima dengan pernyataan Samantha. Ia merasa terhina. Viola kaget dengan reaksi Cecillia yang di luar nalar, berbeda dengan Samantha yang tetap bersikap biasa saja seo

  • Cinta kedua tuan Nathan   Salah Masuk Kamar

    Kata orang cinta itu buta, tapi bukan cinta saja yang buta, bahkan rasa benci pun ternyata tidak bisa melihat.~Viola~**Itulah yang saat ini sedang dirasakan oleh Cecillia. Rasa benci telah menggelapkan matanya sampai-sampai ia tidak menyadari sandiwara Samantha dan Viola yang sengaja ingin membuatnya marah. Ia buta dan tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang hanya permainan. Ia pergi dari rumah untuk menghindari Nathan. Ia marah dan sangat membenci suaminya. Dan rasa marah itu ia luapkan dengan minum-minum di sebuah ruang VVIP salah satu bar langganannya. Di sampingnya, Cath duduk dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. Wajah wanita itu datar, menatap Cecillia sambil memainkan gelas anggurnya. Cecillia balas menatap. “Aku muak! Aku sudah tidak tahan, Cath,” racaunya. Ia menyeret tubuh mendekat ke arah Catherine. Memangkas jarak diantara mereka hingga kini wajah keduanya saling berhadapan. “Aku hanya ingin hidup dengan tenang. Itu saja,” ucapnya lagi. Wajahnya

  • Cinta kedua tuan Nathan   Wanita pembayar hutang

    “Bagaimana, Kamu sudah mendapatkan uang yang ibu minta?” Helena menghadang putrinya di depan pintu. Saat itu Viola baru saja pulang setelah seharian bekerja di dua tempat berbeda. Hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat itu, dan Viola sudah sangat lelah. Namun, ibunya tidak peduli. Yang Helena inginkan adalah uang untuk membayar hutang mereka yang tiga hari lagi akan jatuh tempo. “Aku belum mendapatkannya, Bu.” Viola mendesah pelan, “aku akan coba meminta kepada bos, agar gajiku dibayar di awal bulan ini,” lanjutnya. Helena mengernyitkan kening, membuka mulut hendak bicara, tapi Viola segera memeluknya dan berkata, “Aku lelah, Bu. Aku mau istirahat.” Dengan gontai Viola melanjutkan langkah ke kamar. Ingin sekali rasanya merebahkan tubuh di atas kasurnya yang empuk. Namun, ternyata Helena tidak puas dengan jawaban putrinya. Ia terus mengekor dari belakang tanpa sepengetahuan Viola.“Ibu?” Viola kaget melihat ibunya saat berbalik untuk menutup pintu. “Ada apa lagi?” Nada sua

  • Cinta kedua tuan Nathan   Siapa kamu sebenarnya?

    Tanpa Viola sadari bahwa sejak tadi seorang pria tengah menatap dirinya yang berdiri dengan tubuh gemetar di depan pintu. Pria itu tidak bicara dan hanya menatap Viola dengan pandangan yang aneh. Sementara di luar sana terdengar suara orang berteriak marah disusul suara langkah terburu-buru. Viola maupun pria itu tetap pada posisinya hingga beberapa saat. Setelah suara-suara di luar tidak lagi terdengar, barulah Viola bisa bernafas dengan lega. Itu artinya, para pengawal tadi tidak tahu ia masuk ke ruangan ini. Di detik itu Viola berhenti, lalu kembali mengingat dirinya yang sembarangan masuk tanpa berpikir. Cepat-cepat ia membuka mata dan langsung berteriak, tapi cepat-cepat menutup mulut kembali. Dengan gugup menempelkan telinga ke daun pintu. Mencari tahu apakah suaranya didengar oleh pengawal di luar atau tidak. Pria di depannya? Viola tidak sempat memikirkan pria itu saat ini.“Kamu siap–” Viola melompat dan langsung membekap mulut pria itu saat ia mendengar suara langkah kaki

Bab terbaru

  • Cinta kedua tuan Nathan   Salah Masuk Kamar

    Kata orang cinta itu buta, tapi bukan cinta saja yang buta, bahkan rasa benci pun ternyata tidak bisa melihat.~Viola~**Itulah yang saat ini sedang dirasakan oleh Cecillia. Rasa benci telah menggelapkan matanya sampai-sampai ia tidak menyadari sandiwara Samantha dan Viola yang sengaja ingin membuatnya marah. Ia buta dan tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang hanya permainan. Ia pergi dari rumah untuk menghindari Nathan. Ia marah dan sangat membenci suaminya. Dan rasa marah itu ia luapkan dengan minum-minum di sebuah ruang VVIP salah satu bar langganannya. Di sampingnya, Cath duduk dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan. Wajah wanita itu datar, menatap Cecillia sambil memainkan gelas anggurnya. Cecillia balas menatap. “Aku muak! Aku sudah tidak tahan, Cath,” racaunya. Ia menyeret tubuh mendekat ke arah Catherine. Memangkas jarak diantara mereka hingga kini wajah keduanya saling berhadapan. “Aku hanya ingin hidup dengan tenang. Itu saja,” ucapnya lagi. Wajahnya

  • Cinta kedua tuan Nathan   Genderang Perang

    Namun ia hanya ingin membuat menantunya marah dan ternyata ia berhasil. Cecillia berbalik dengan cepat, lalu dengan wajah merah padam ia melangkah mendekati Samantha dan Viola yang masih duduk di tempatnya semula. “Apa maksud Mommy bicara seperti itu?” Cecillia membentak. Satu tangannya bertengger di pinggang menatap tajam pada Samantha dan Viola bergantian. Samantha balik menatap menantunya. “Apa? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan,” sanggahnya. Cecillia membelalak, membuka mulut hendak bicara, tapi Samantha mendahuluinya. “Dan sejujurnya Cecillia, kamu tidak pernah aku anggap ada di rumah ini. Jadi, tidak usah terlalu merasa bahwa dirimu berharga.” Ucapan Samantha yang dingin dan tajam itu menusuk tepat dan menghancurkan harga diri Cecillia yang tinggi. Ia menjerit kuat seperti orang kesetanan karena tidak terima dengan pernyataan Samantha. Ia merasa terhina. Viola kaget dengan reaksi Cecillia yang di luar nalar, berbeda dengan Samantha yang tetap bersikap biasa saja seo

  • Cinta kedua tuan Nathan   Percikan api

    “Apa yang kau lakukan?” tanya Samantha saat melihat Viola asyik mencorat-coret di atas kertas. “Aku sedang banyak waktu luang.” Viola berkata tanpa melihat ke arah Samantha. Ia masih sibuk menyapukan pensil warna di atas kertas. Samantha mendekat karena penasaran dan begitu terkejut dengan hasil sketsa yang dibuat oleh Viola. “K -kamu yang membuat ini?” katanya. Viola mengangguk ringan, sambil tersenyum ia melanjutkan pekerjaannya. “Apa kamu tahu kalau kamu berbakat? Ini sangat luar biasa, Viola,” ucap Samantha setengah memekik karena senang. Ia seperti mendapatkan harta karun tersembunyi. “Aku tahu. Guru di sekolahku dulu mengatakannya,” jawab Viola enteng. “Apakah bagus?” Ia bertanya kemudian setelah sketsanya selesai. Menunjukkan pada Samantha dengan wajah penuh kepuasan. “Sangat bagus, Sayang,” balas Samantha dengan wajah berbinar-binar. “Kenapa kamu tidak melanjutkan belajar seni atau desain grafis? Mommy yakin kamu akan sukses,” ucap Samantha antusias. Viola tersenyum. Ha

  • Cinta kedua tuan Nathan   Cecillia wanita jahat?

    Seorang tukang kebun yang asyik memangkas tanaman hias di taman samping, merasa terhibur dengan kehadiran Viola di sana. Mereka bercakap-cakap sambil pria berusia 30-an itu terus melakukan tugasnya sementara Viola duduk di salah satu kursi yang memang sudah ada di sana sejak awal.“Jadi, nama anak Nyonya Samantha itu Nathan?” Viola memastikan. Carl -tukang kebun itu- mengangguk tanpa melihat ke arah Viola. Ia terus sibuk menggerakkan gunting besar di tangannya. “Dan istrinya itu namanya Cecillia. Dia seorang model Internasional,” lanjutnya.“Aku sudah tahu namanya, tapi aku baru tahu kalau dia seorang model. Pantas saja dia sangat cantik. Seperti seorang dewi,” ucap Viola dengan pandangan menerawang. Mengingat kembali betapa cantik dan anggunnya wanita itu. “Pasti Nathan sangat mencintai istrinya,” gumamnya lirih tanpa sadar. “Carl mengangguk. Tidak memperhatikan perubahan di wajah Viola. “Tuan Nathan sangat mencintainya bahkan tergila-gila padanya, tapi Nyonya Samantha sangat membe

  • Cinta kedua tuan Nathan   Tikus kecil

    Sudah satu minggu sejak Viola tinggal di sana dan ia sangat penasaran dengan anak Nyonya Samantha yang pernah ia selamatkan dulu. Viola kerap berlama-lama duduk di ruang tamu dengan harapan bisa bertemu dengan anak laki-laki gemuk yang dulu menangis tak berdaya di gudang kosong itu. Seperti apa rupanya sekarang? pikir Viola, lalu perlahan senyumnya mengembang membayangkan sosok seorang pria gemuk dengan pipi bulat seperti bakpao muncul dari balik pintu itu. Apakah ia masih gemuk atau sudah tumbuh menjadi pria tinggi yang tampan? batin Viola lagi. Pintu terbuka. Viola mengangkat wajah dengan antusias. Berharap itu adalah orang yang ia harapkan. Namun semangatnya segera luntur begitu melihat orang yang muncul adalah seorang wanita. Tinggi langsing dan sangat cantik. Viola menatapnya dengan penuh kekaguman. Sementara wanita itu, ia menatap sekilas dan berlalu dengan penuh keanggunan. Sama sekali tidak peduli dengan Viola yang menatapnya penuh pemujaan.“Cantik sekali,” lirih Viola tanp

  • Cinta kedua tuan Nathan   Anggota keluarga baru

    Hari sudah gelap saat Samantha dan yang lain tiba di rumah. Tidak ada siapapun di sana kecuali para pelayan. Samantha sedikit kecewa karena niatnya memberi kejutan pada Nathan jadi gagal. Namun ia menepis rasa kecewa itu karena setelah itu ia masih punya waktu banyak untuk mengenalkan Viola dengan Nathan -dan kalau takdir memungkinkan- Samantha ingin menjodohkan mereka. Namun sebelum itu ia harus melepas topeng kepalsuan Cecillia terlebih dahulu dan memastikan Nathan menyadari bahwa wanita itu sangat busuk.“Sekarang ini adalah rumahmu, Sayang,” ucap Samantha sambil mengelus rambut Viola yang hitam. Diperbaikinya letak poni Viola sambil menatap wanita itu lekat-lekat. “Kamu sangat manis,” katanya lagi. Viola tersipu malu dipuji begitu. Wajah yang kemerahan dengan bintik-bintik coklat di sekitarnya membuat kecantikannya semakin bertambah. Samantha sangat menyukai wajah itu. Polos dan natural tanpa sentuhan make up sedikitpun. “Terima kasih, Nyonya. Baru Anda yang mengatakan saya mani

  • Cinta kedua tuan Nathan   Wanita penyelamat

    “Tuan Brown membayarnya dua milyar.” Helena berkata dengan cepat. Menutup matanya dengan kedua tangan mengatup kuat di depan dada. Ia tidak berani menatap wajah Tuan Brown. Samatha tersenyum senang. “Kau tidak bisa melakukan ini padaku Helena. Aku sudah banyak membantumu dan kuperingatkan, Edward tidak akan tinggal diam kalau kamu membatalkan kesepakatan kita.” Tuan Brown mulai putus asa. Wajah dan pelipisnya berkeringat dan ia seka dengan sapu tangan. Sesekali ia melirik Viola, memastikan gadis itu tidak berniat untuk berontak. “Edward akan mengerti, Tuan Brown dan aku akan mengembalikan uangmu tanpa kurang satu sen pun,” ucap Helena semakin berani dan yakin untuk mengambil keputusan. Setelah itu ia beralih pada Samantha, “Jadi, berapa yang akan Anda bayar, Nyonya?” katanya sambil tersenyum ramah dan mempersilahkan mereka duduk. Viola bahkan tidak percaya ibunya bisa berubah secepat itu. Baru saja ia meremehkan dan mengusir wanita tua itu dan sekarang ia sudah bersikap sangat ma

  • Cinta kedua tuan Nathan   Berapa yang harus kubayar?

    Namun sebelum ia sempat melakukannya, terdengar suara ribut dari depan. Baik Helena, Brown maupun yang lain tampak sedikit takut kalau-kalau saja yang datang adalah polisi, tapi mereka tahu itu tidak mungkin terjadi. “Ada apa di luar?” Helena berteriak untuk menghilangkan rasa takutnya. Seorang anak buah Edward muncul dengan tergopoh-gopoh. Setelah membungkuk hormat ia mulai bicara. “Ada wanita tua dan ajudannya di depan. Mereka ingin bertemu dengan Nona Viola,” ucapnya. Wajahnya memerah dan tubuhnya gemetar. “Usir saja. Katakan kalau Viola tidak bisa diganggu!” tegas Helena. Tangannya mengibas di udara, menyuruh pengawal itu pergi melaksanakan perintahnya. Namun, pengawal itu bergeming, tubuhnya semakin gemetar. Helena mengerutkan kening, “Ada apa? Bukannya cuma wanita tua saja? Kenapa kau sampai gemetar begitu?” cerca Helena. Wajahnya tampak sangat tidak puas. Di tempat duduknya, Viola merasa seperti mendapatkan sebuah peluang. Tidak penting siapa yang datang untuk menemuinya,

  • Cinta kedua tuan Nathan   Kau sangat Cantik!

    Ah ….” Harapan Samantha seketika pupus. Mungkin wanita yang akan ia temui itu tidak sebaik yang ia bayangkan. Mungkin dulu ia tidak sengaja menyelamatkan Nathan. Mungkin ia menyesal melakukannya. Mungkin waktu sudah mengubah watak dan sifatnya menjadi jahat. “Kabarnya juga, keluarganya sedang mencari orang kaya yang mau menikahi anaknya dengan syarat mampu melunasi semua hutang-hutang keluarganya dan mau memberikan mahar sesuai yang mereka tentukan.” Samantha membelalak, kaget. “Itu pernikahan atau pegadaian.” Maria yang sejak tadi hanya diam memerhatikan tiba-tiba bicara. Ia begitu gemas dengan kelakuan orang tua jahat seperti itu. Memanfaatkan anak sendiri demi keserakahan pribadi. Samantha dan Hilda bahkan kaget mendengar celetukan Maria. “Menurutmu, apakah wanita itu memiliki sifat yang sama dengan keluarganya?” Samantha bertanya karena penasaran. “Saya tidak sempat menanyakan hal itu. Tapi, bagaimana kalau Nyonya menemui suster yang di panti asuhan itu untuk mengkonfirmasi

DMCA.com Protection Status