"Surprise,"
Gresia menyengir lebar dimana mobil Alex berada. Lian tahu dia tidak bisa berkata tidak kalau sudah ada penyelamat Alex. Dia paling nggak bisa kalau sudah berkaitan dengan Gresia. Gresia mengingatkannya pada Raisa dan Lian tidak mau membuat Gresia bersedih.
Gresia memeluk erat Lian setelah lama tidak berjumpa.
"Kak aku mau traktir dan aku udah bilang juga sama Raisa katanya dia juga mau datang. Kak Lian nggak sibuk kan? Aku nggak mau loh cuma makan keluarga aja nggak ada Kak Lian sama Kak Alex. Kayaknya kurang komplit aja gitu kalau nggak ada kalian."
Lian melepas pelukannya dan ia pun mengangguk mengiyakan permohonan Gresia.
"Kita nanti makannya di resto keluarga aku ya Kak. Aku mau jemput Raisa dulu. Kami udah janjian tadi."
Gresia mengedipkan sebelah matanya ke arah Alex. Alex menangkap pergerakan itu. Ia langsung memegang tangannya dan menariknya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah Lian duduk, ia berjalan memutar
"Kak ... Kak Lian jahat. Kenapa Kak Lian mengambil laki-laki yang ku sayangi? Kenapa? Kakak kan tahu aku sangat cinta sama dia tapi kenapa Kak Lian malah mengambilnya dariku? Padahal aku nggak pernah mengambil apa pun dari Kak Lian tapi kenapa bisa Kak Lian malah mengambil Kak Mahesa dariku. Dia laki-laki sepenuh hati yang aku cintai Kak. Kak Lian egois.""Tidak Raisa."Lian melangkah mundur dengan raut wajah yang sudah berkeringat. Wajahnya tak kalah pucat. Dia kesulitan untuk mendapat ketenangan saat itu juga. Raisa mengatakan dengan sangat kejam padanya. Dia sudah mengalah dan memilih untuk tidak lagi berhubungan sama Mahesa tapi kenapa Raisa masih menyalahkannya."Aku tahu kamu sayang sama dia makanya Kakak nggak mau lihat kamu bersedih Raisa. Kakak sudah mengalah Raisa. Kakak sudah mengalah demi kamu. Tapi kamu bilang aku yang jahat. Jangan pernah berkata begitu, Kakak tidak suka.""Kalau begitu kenapa Kak Mahesa menemui Kakak kalau tidak Kak L
"Jangan pergi Mahesa."Mahesa menarik senyum tipisnya pada Lian. Dia tidak tergoyahkan sedikit pun meskipun Lian sudah ada di hadapannya memberikan sebuah pencegahan agar dia tidak menjalankan aksinya. Mahesa tetap tidak ada rasa takut atau tidak ada rasa menyerah sedikit pun. Ia akan menjalankan tujuannya. Bertemu dengan mantannya yang mencintainya dari dulu hingga sekarang demi melancarkan aksinya."Mahesa kamu dengar aku kan. Aku tidak mau kamu menemuinya. Please jangan lakukan itu. Dia sudah berjuang untuk hatinya itu supaya tidak lagi mengingat kamu. Jangan menjadi laki-laki yang tidak punya perasaan.""Bagaimana bisa aku akan menikahimu kalau aku tidak tahu tentang keluargamu.""Jangan bercanda Mahesa, kamu sudah tahu tentang keluargaku sejak dulu. Itu cuma alasanmu saja yang memang ingin membuatku kesal. Aku sudah mengatakan jangan tapi kamu tidak lagi peduli. Omonganku seperti angin lalu buatmu."Mahesa menurunkan tangan Lian dan dia
"Kamu cukup pintar tapi aku tak kalah pintar sayang. Tanpa sepengetahuanmu, aku akan menemui Raisa dan mengutarakan maksud kedatanganku padanya."Pesan dari Mahesa membuat Lian resah dan tak bisa tenang duduk di samping Alex. Mahesa terkadang suka sekali membuat kejutan dan ini adalah salah satu dari kejutan Mahesa membuat Lian tak bisa lari dari kenyataan.Lian melihat Raisa yang duduk di belakang dari kaca tengah mobil Alex. Ia melihat Raisa sedang melamun di sana menatap pemandangan yang ada di luarnya.Sepertinya Lian harus berbicara padanya agar Raisa tidak terkejut mengetahui kedatangan Mahesa lagi ke kota ini. Entah apa yang di pikirkan Raisa. Lian harus memberi pengertian padanya.Perjalanan itu sampai di cafe Alex. Seperti biasa. Cafe yang berada di dekat kampusnya mengingatkan akan waktu ia pernah bekerja di sini dan juga sewaktu dia pernah menjalin hubungan dengannya dulu."Alex aku mau duduk di luar saja sama Rai
Sebuah foto di kirim oleh Mahesa ke ponsel Lian sepulangnya dari makan di cafe Alex. Foto itu menampilkan Raisa yang sedang berjalan dan juga sedang menunggu."Kamu dimana?""Aku akan menemui adikmu Lian. Tidak usah khawatir begitu. Santai saja.""Jangan macam-macam Mahesa. Kamu mau membuat adikku sakit hati lagi?""Tidak. Cuma bertemu, tidak akan mengulangi masa-masa hubungan kami dulu. Santai saja. Tidak usah berlebihan begitu.""Aku tahu tapi di dalam pikiranmu tidak selalu benar.""Maaf aku harus mematikannya."Telepon itu mati dan Lian merasa tak bernyawa setelahnya. Sudah terlanjur. Dia tidak bisa mengubah keinginan Mahesa. Lian hanya bisa berdoa semoga saja Raisa baik-baik saja.***"Raisa tunggu." Rasya berteriak setelah memarkirkan motornya di dalam parkiran kampus. Dia melihat Raisa berjalan seorang diri dan hendak menuju gedung kuliahnya. Rasya yang melihat hal itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Di
Mahesa berbalik dan melihat ke arah Raisa yang berdiri di hadapannya. Raisa tidak jauh berubah, sama seperti dulu pas mereka saling menjalin hubungan. Wajahnya masih sama cantiknya, bulu mata yang lentik, mata yang sayu dan rambut coklat panjang yang bergelombang di kuncir kuda.Namun perbedaan dari Raisa adalah dia lebih kurus dari yang Mahesa tahu.Sebuah kejutan terlihat di mata Raisa. Mahesa yang berdiri membuatnya sulit untuk bernapas dengan tenang. Tangannya meremas rok yang dia pakai karna sebuah sengatan terjadi saat mata mereka memandang satu sama lainnya. Sengatan itu begitu menyakitkan membuat tubuhnya merinding.Tak hanya itu bibirnya terasa begitu kaku. Dia tidak bisa berucap satu kata pun pada laki-laki di hadapannya ini.Udara yang seharusnya masuk ke dalam hidungnya terasa sulit untuk masuk. Dadanya begitu berdebar dengan kencangnya. Ia tidak bisa melalui pertemuan ini dengan baik. Seharusnya Raisa biasa saja meliha
Lian bolak balik di unitnya setelah mengetahui kalau pesan yang di kirimkan Mahesa adalah sebuah foto dimana Raisa berada. Dia sepertinya tidak mau menyerah, sudah Lian katakan Mahesa jangan lagi mendekati Raisa tapi ia tetap pada pendiriannya. Mahesa tetap mengejar tujuannya. Kini Lian tidak bisa berpikir dengan tenang kalau sampai Mahesa menyakiti Raisa kembali."Aku harus apa sekarang?"Lian teringat akan Rasya. Dia pasti bisa membantu. Tak butuh waktu lama, Lian menghubungi nomer Rasya dan menanyakan tentang keberadaan Raisa. Sama dengan Lian, Rasya tidak tahu menahu tentang keberadaan Raisa. Tasnya masih ada di kelas tapi orangnya tidak ada di sana. Begitu mengetahui hal itu Lian langsung cemas."Ya sudah kamu tolong bawakan tas Raisa ya bawa pulang nanti akan ku hubungi Raisa.""Tunggu Kak. Sebenarnya ada apa Kak. Kenapa Kakak kedengaran cemas?"Lian ingin memberitahu tapi kalau Rasya ikut mencari apa dia bisa melakukan itu?"Aku
Raisa lupa kapan ia kembali tersenyum dan sekarang bibirnya tertarik karna menyadari dia sedang bersama seseorang yang dia cintai. Rasa di hatinya tak pernah berubah sedikit pun. Ternyata setelah lama mereka tidak bertemu, debar jantung itu masih ada di sana. Masih untuknya.Wanginya juga tidak pernah berubah sedikit pun semerbak tercium menambah rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh. Laki-laki tampan ini, menyentuh hatinya secara sempurna. Tak pernah sedikit pun ada kata berubah.Raisa tak bisa berkedip melihat Mahesa, laki-laki yang ada di sampingnya. Matanya menatap lurus film yang sedang kami tonton tanpa ingin beralih kemana pun. Padahal Raisa tahu laki-laki itu tidak pernah menyukai film yang berbau romantisme. Dia tidak suka film romantis. Raisa tahu waktu itu dia suka dengan film dengan genre action bukan film yang suka sekali menangis atau adegan yang sering kali memperlihatkan adegan mesra seperti ini.Namun entah mengapa hari ini Mahesa de
Mahesa melirik Raisa yang berjalan masuk ke dalam rumahnya setelah mereka bersenang-senang tadi. Mereka makan bersama, mereka mengobrol bersama dan yang paling menyenangkan adalah mereka tidak melewatkan satu kejadian romantis yang mereka lakukan. Padahal Mahesa tidak berpikiran sampai ke sana. Semua karna rasa dan semua terjadi karna suasana yang mendukung. Itu yang sebenarnya terjadi.Awalnya Mahesa berencana untuk menemui Raisa. Hanya ingin tahu tentang keadaan Raisa. Hanya itu. Namun tidak sesuai rencana. Mereka malah pergi bersama. Melewati hari dengan sebuah genggaman tangan dan juga obrolan biasa.Hari yang menyenangkan. Dia memang sudah berubah. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Lian. Karna sakit hati Raisa menjadi wanita dewasa yang sangat luar biasa. Dia sangat menarik apalagi saat dia mengatakan kalau Mahesa yang di anggapnya hanya seorang teman tapi setelah mereka berciuman tadi. Mahesa jadi tahu kalau Raisa masih sama. Dia masih ada rasa suka p