Share

Hukuman yang Gila

“Kamu sudah gila, ya? Kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan ini?” Galang berteriak, membuat Fika tersentak setelah beberapa saat lalu ia menggebrak meja karena amarahnya yang memucak. Beberapa karyawan lain bertanya-tanya dan menguping dari celah pintu ruangan kerja Galang.

Galang tak pernah berteriak dan marah sekeras ini sebelumnya. Sekalipun sangat marah, biasanya pria itu hanya akan menatap tajam tanpa ekspresi, dan langsung memecat karyawan yang membuatnya marah. Hal ini jelas membuat seluruh karyawan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan itu.

“Ma-maaf, Pak. Sa-saya tidak sengaja,” jawab Fika terbata-bata.

Galang mengangkat tangan kanannya. Fika mengira, Galang akan menamparnya. Seketika, pandangannya mengabur dan ia terjatuh di tempat. Fika pingsan sebelum Galang selesai berbicara.

Dimas menerobos masuk ke ruangan Galang tanpa permisi karena mendengar kegaduhan yang sangat jarang terjadi, terlebih seorang karyawan memberitahunya bahwa Fika sedang ada di ruangan ini. Hal yang ia wanti-wanti agar Fika hindari, justru harus gadis itu alami di hari pertamanya bekerja.

Ia tersentak, melihat Fika yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri dengan Galang yang duduk di depan meja kerjanya tanpa melakukan kegiatan apapun. Dimas ingin menghampiri Fika jika saja sebuah suara tidak menahannya.

“Tinggalkan dia sendiri di sini.” Suara dingin itu, Dimas tak pernah mendengar Galang berbicara sampai seperti itu. Ia yakin, Fika pasti benar-benar membuat bosnya marah besar dan entah apa hukuman yang akan gadis itu dapatkan.

“Tapi, Pak, dia-”

“Tinggalkan dia di sini!” Galang mengulangi perkataannya dengan nada tinggi hampir berteriak. Dimas tak ingin mengambil risiko. Setidaknya, ia yakin Galang tak akan sampai melenyapkan Fika atas kesalahan yang dilakukan gadis itu.

*=*=*=*

Fika membuka matanya perlahan. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Ia berpikir, mengapa ia bisa tidur di lantai … ruang kerja Galang? Sedetik kemudian, ia ingat sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal sebelum ia pingsan tadi. Fika melihat ke sekeliling ruangan. Bosnya sudah tak ada di ruangan itu, entah ia ke mana.

Fika mengendap-endap hendak keluar ruangan sebelum ia kembali bertemu Galang yang akan menghukumnya. Sebisa mungkin, ia harus menghindari pria kejam itu seumur hidupnya. Akan lebih baik jika Fika langsung resign hari itu juga. Lagipula, ia belum menandatangani kontrak kerja resmi di kantor itu.

“Jangan mencoba untuk kabur!” Suara berat itu menghentikan langkah Fika. Ia berbalik dan mendapati Galang berdiri satu langkah di depannya dengan tatapan tajam bagaikan harimau yang akan menguliti mangsanya.

Pria dengan potongan rambut comma hair itu memang terlihat sangat menawan. Hidung bangir dan rahang yang tegas pun menambah kesempurnaan fisik yang dimiliki lelaki itu.

Namun, saat ini, ketampanan Galang tak bisa menutupi amarahnya yang akan meledak seperti bom waktu. Sorot matanya yang tajam seolah bisa menjelaskan seberapa marahnya pria itu saat ini. Fika yang sempat terpana melihat paras Galang pun kembali teringat dengan perkataan Dimas tentang bosnya itu.

‘Seandainya dia tidak segalak itu,’ batin Fika.

“Jelaskan siapa kamu, dan dari mana asal-usulmu!” Hanya pertanyaan kecil yang seharusnya mudah untuk dijawab. Namun, jika disampaikan dengan nada tinggi, tentunya akan membuat siapa pun tersentak dan memilih untuk diam.

“Tidak perlu menjawab saya jika kamu bisu!”

“Sa-saya … saya Fika.”

“Ucapkan dengan jelas!” pintanya tegas sambil menekankan perkataannya.

“Saya Fika, office girl baru yang direkomendasikan oleh Pak Dimas.” Fika menjawab dengan satu tarikan napas sambil terus menundukkan kepalanya. Tangan dan kakinya sedikit bergetar. Ia benar-benar ingin segera keluar dari ruangan ini.

“Bukankah seharusnya setiap pegawai baru itu mendapatkan seleksi yang ketat? Selama 8 tahun terakhir, tidak pernah ada pegawai yang melakukan kesalahan kecil saja, apalagi sefatal ini. Dari mana asalnya pegawai tidak disiplin ini?” Fika menunduk tak berani mengangkat kepalanya.

“Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan?” Fika mengangguk ragu.

“Dan apakah kamu tahu? Tindakanmu itu sudah memenuhi persyaratan hukuman mati!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status