Share

Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan
Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan
Penulis: Paperrapoo

Bos Kejam di Tempat Kerja Baru

Siang hari yang terik, dengan matahari yang tepat berada di atas kepala tak membuat seorang gadis berambut sebahu itu menyerah untuk mencari pekerjaan. Fika Anindya, menyusuri sepanjang jalan kota yang dipenuhi debu dan asap kendaraan itu. Sudah banyak tempat yang ia datangi minggu ini, tapi ia masih belum mendapatkan panggilan kerja dari manapun. Sesulit itu mencari pekerjaan di kota besar.

Fika mengipasi dirinya dengan map cokelat yang ia pegang. Keringat bercucuran dari kening dan lehernya. Fika menatap minimarket di depannya. Ia memasuki minimarket itu untuk sekadar membeli minuman dingin yang bisa membasahi tenggorokannya. Setelah memilih sebotol milktea, ia pergi ke kasir untuk membayarnya.

Dengan ragu, Fika bertanya, “Mbak, di sini ada lowongan kerja, tidak, ya?”

‘Astaga, bodoh sekali. Padahal aku tidak berniat melamar pekerjaan di sini,’ gerutunya di dalam hati.

Kasir minimarket yang menggunakan lipstick merah menyala itu pun tak langsung menjawab. Ia menelaah penampilan Fika dari atas hingga ke bawah, kemudian kembali memalingkan wajahnya ke layar komputer. “Tidak ada, Mbak. Di sini sudah kebanyakan karyawan. Lagipula, Mbak tidak cocok kerja di tempat seperti ini, cari ke tempat lain saja. Totalnya 8.000 rupiah,” tukasnya ketus.

Fika mengambil dompet dari tas selempang yang ia gunakan dan menyodorkan selembar uang berwarna merah muda terakhir yang dimilikinya.

“Kembaliannya 92.000 rupiah, ya. Ini struknya. Silakan berikutnya.” Kasir itu seolah mengusir Fika secara tidak langsung.

‘Galak sekali. Semoga cepat tua!’ umpatnya dalam hati.

Fika mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari tempat untuknya duduk. Tanpa sengaja, Fika melihat seseorang yang tak asing baginya hendak memasuki mobil hitam yang terparkir di depan minimarket tempat ia berdiri.

“Dimas!” panggilnya.

Pria berjas hitam dengan kemeja biru tua itu menoleh sambil mengernyitkan dahinya. Mencoba mengingat siapa gadis yang memanggilnya.

“Fika? Ini kamu? Kamu di Jakarta?” tanyanya.

“Iya, ini aku. Kamu apa kabar?”

Dimas mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil.

“Aku baik. Kabarku baik. Kamu sendiri bagaimana? Sedang apa kamu di sini?”

“Aku baik, Dimas. Aku … sedang mencari pekerjaan,” jawab Fika sedikit menurunkan nada bicaranya.

“Pekerjaan? Ayo kerja di kantorku,” ajaknya tanpa basa-basi, membuat mata Fika membulat sempurna.

“Kamu punya lowongan kerja? Aku mau, kerja apa saja, Dimas.”

“Ikut aku. Kita ke kantor sekarang, ya.”

“Sekarang?” Fika meyakinkan.

“Iya, ayo.” Fika memasuki mobil yang dikemudikan Dimas.

Mereka berbincang-bincang panjang, saling bertukar cerita selama terpisah beberapa tahun terakhir karena Dimas yang harus kuliah, dan Fika yang harus tetap merawat neneknya yang sakit-sakitan. Dimas juga mengatakan bahwa selama ini ia berusaha mencari Fika atau informasi mengenai gadis itu. Namun, tak ada hal yang bisa ia dapatkan.

“Aku bisa merekomendasikan pekerjaan untukmu. Tapi, saat ini mungkin hanya sebagai office girl. Karena untuk posisi lain, akan memerlukan banyak persetujuan, terutama dari pemilik perusahaan yang selalu menuntut semua pegawai di kantor untuk bekerja dengan sempurna. Dia seorang perfeksionis yang tidak suka kesalahan sekecil apapun. Apakah kamu mau? Menurutku, gajinya cukup besar untuk pegawai baru sepertimu.” Fika mengangguk setuju.

“Ayo kutunjukkan seisi kantor padamu.” Fika mengekori Dimas dari belakang dan menyimak setiap perkataan Dimas.

“Ini ruang kerjaku. Sedangkan di sana, ruangan Bos Besar. Usahakan hindari pekerjaan yang mengharuskan kamu berinteraksi dengan dia, ya. Dia terlalu serius dan gila kerja. Dia juga kadang tidak manusiawi jika menghukum karyawan yang melakukan kesalahan. Kupikir, aku tidak perlu menjelaskan seperti apa yang kumaksud tidak manusiawi itu.” Dimas menunjuk sebuah ruangan berpintu kaca buram di seberang ruangannya.

“Bukannya biasanya bos besar itu jarang ke kantor, ya, Dim?” tanya Fika.

“Entahlah. Dia berbeda dari yang lain. Dia selalu ingin memantau kinerja setiap karyawannya, untuk memastikan semua pekerjaan dilakukan dengan sempurna.”

“Siapa dia?” tanya Shani—pegawai perempuan senior pada Dimas sambil menelisik penampilan Fika.

“Dia temanku yang akan bekerja di sini mulai besok.”

“Oh,” Shani mendelikkan matanya lalu menumpahkan kopi yang sedang ia minum di hadapan mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status