Beranda / Romansa / Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan / Bos Kejam di Tempat Kerja Baru

Share

Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan
Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan
Penulis: Paperrapoo

Bos Kejam di Tempat Kerja Baru

Penulis: Paperrapoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-29 00:55:33

Siang hari yang terik, dengan matahari yang tepat berada di atas kepala tak membuat seorang gadis berambut sebahu itu menyerah untuk mencari pekerjaan. Fika Anindya, menyusuri sepanjang jalan kota yang dipenuhi debu dan asap kendaraan itu. Sudah banyak tempat yang ia datangi minggu ini, tapi ia masih belum mendapatkan panggilan kerja dari manapun. Sesulit itu mencari pekerjaan di kota besar.

Fika mengipasi dirinya dengan map cokelat yang ia pegang. Keringat bercucuran dari kening dan lehernya. Fika menatap minimarket di depannya. Ia memasuki minimarket itu untuk sekadar membeli minuman dingin yang bisa membasahi tenggorokannya. Setelah memilih sebotol milktea, ia pergi ke kasir untuk membayarnya.

Dengan ragu, Fika bertanya, “Mbak, di sini ada lowongan kerja, tidak, ya?”

‘Astaga, bodoh sekali. Padahal aku tidak berniat melamar pekerjaan di sini,’ gerutunya di dalam hati.

Kasir minimarket yang menggunakan lipstick merah menyala itu pun tak langsung menjawab. Ia menelaah penampilan Fika dari atas hingga ke bawah, kemudian kembali memalingkan wajahnya ke layar komputer. “Tidak ada, Mbak. Di sini sudah kebanyakan karyawan. Lagipula, Mbak tidak cocok kerja di tempat seperti ini, cari ke tempat lain saja. Totalnya 8.000 rupiah,” tukasnya ketus.

Fika mengambil dompet dari tas selempang yang ia gunakan dan menyodorkan selembar uang berwarna merah muda terakhir yang dimilikinya.

“Kembaliannya 92.000 rupiah, ya. Ini struknya. Silakan berikutnya.” Kasir itu seolah mengusir Fika secara tidak langsung.

‘Galak sekali. Semoga cepat tua!’ umpatnya dalam hati.

Fika mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari tempat untuknya duduk. Tanpa sengaja, Fika melihat seseorang yang tak asing baginya hendak memasuki mobil hitam yang terparkir di depan minimarket tempat ia berdiri.

“Dimas!” panggilnya.

Pria berjas hitam dengan kemeja biru tua itu menoleh sambil mengernyitkan dahinya. Mencoba mengingat siapa gadis yang memanggilnya.

“Fika? Ini kamu? Kamu di Jakarta?” tanyanya.

“Iya, ini aku. Kamu apa kabar?”

Dimas mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil.

“Aku baik. Kabarku baik. Kamu sendiri bagaimana? Sedang apa kamu di sini?”

“Aku baik, Dimas. Aku … sedang mencari pekerjaan,” jawab Fika sedikit menurunkan nada bicaranya.

“Pekerjaan? Ayo kerja di kantorku,” ajaknya tanpa basa-basi, membuat mata Fika membulat sempurna.

“Kamu punya lowongan kerja? Aku mau, kerja apa saja, Dimas.”

“Ikut aku. Kita ke kantor sekarang, ya.”

“Sekarang?” Fika meyakinkan.

“Iya, ayo.” Fika memasuki mobil yang dikemudikan Dimas.

Mereka berbincang-bincang panjang, saling bertukar cerita selama terpisah beberapa tahun terakhir karena Dimas yang harus kuliah, dan Fika yang harus tetap merawat neneknya yang sakit-sakitan. Dimas juga mengatakan bahwa selama ini ia berusaha mencari Fika atau informasi mengenai gadis itu. Namun, tak ada hal yang bisa ia dapatkan.

“Aku bisa merekomendasikan pekerjaan untukmu. Tapi, saat ini mungkin hanya sebagai office girl. Karena untuk posisi lain, akan memerlukan banyak persetujuan, terutama dari pemilik perusahaan yang selalu menuntut semua pegawai di kantor untuk bekerja dengan sempurna. Dia seorang perfeksionis yang tidak suka kesalahan sekecil apapun. Apakah kamu mau? Menurutku, gajinya cukup besar untuk pegawai baru sepertimu.” Fika mengangguk setuju.

“Ayo kutunjukkan seisi kantor padamu.” Fika mengekori Dimas dari belakang dan menyimak setiap perkataan Dimas.

“Ini ruang kerjaku. Sedangkan di sana, ruangan Bos Besar. Usahakan hindari pekerjaan yang mengharuskan kamu berinteraksi dengan dia, ya. Dia terlalu serius dan gila kerja. Dia juga kadang tidak manusiawi jika menghukum karyawan yang melakukan kesalahan. Kupikir, aku tidak perlu menjelaskan seperti apa yang kumaksud tidak manusiawi itu.” Dimas menunjuk sebuah ruangan berpintu kaca buram di seberang ruangannya.

“Bukannya biasanya bos besar itu jarang ke kantor, ya, Dim?” tanya Fika.

“Entahlah. Dia berbeda dari yang lain. Dia selalu ingin memantau kinerja setiap karyawannya, untuk memastikan semua pekerjaan dilakukan dengan sempurna.”

“Siapa dia?” tanya Shani—pegawai perempuan senior pada Dimas sambil menelisik penampilan Fika.

“Dia temanku yang akan bekerja di sini mulai besok.”

“Oh,” Shani mendelikkan matanya lalu menumpahkan kopi yang sedang ia minum di hadapan mereka.

Bab terkait

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Kesalahan Fatal

    Hari pertama bekerja, Fika sudah sampai di kantor 15 menit sebelum jadwal seharusnya. Ia pikir ingin lebih disiplin dalam pekerjaannya. Lagipula, memulai hari yang baru dengan kedisiplinan adalah hal yang bagus, bukan? Setelah merapikan beberapa tempat yang menurutnya kurang rapi, Fika membantu mengerjakan pekerjaan lainnya. Ia juga berinteraksi dengan banyak pegawai sambil memperkenalkan dirinya sebagai karyawan baru.Beberapa menit kemudian, dia mendengar riuh suara sapaan dari karyawan seisi kantor kepada seseorang. “Selamat pagi, Pak Galang.”Pria setinggi 185 cm dengan setelan turtleneck abu-abu tua dibalut jas hitam formal yang disapa itu hanya berjalan lurus tanpa menjawab sapaan karyawannya. Cukup tampan. Ralat, sangat tampan, hanya saja ekspresi wajahnya menggambarkan sikap menyeramkan. Fika yakin, pria itulah yang dipanggil bos besar oleh Dimas kemarin. Dimas benar, dari penampilannya saja sudah terlihat, bos mereka bukan orang yang ramah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Hukuman yang Gila

    “Kamu sudah gila, ya? Kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan ini?” Galang berteriak, membuat Fika tersentak setelah beberapa saat lalu ia menggebrak meja karena amarahnya yang memucak. Beberapa karyawan lain bertanya-tanya dan menguping dari celah pintu ruangan kerja Galang. Galang tak pernah berteriak dan marah sekeras ini sebelumnya. Sekalipun sangat marah, biasanya pria itu hanya akan menatap tajam tanpa ekspresi, dan langsung memecat karyawan yang membuatnya marah. Hal ini jelas membuat seluruh karyawan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan itu.“Ma-maaf, Pak. Sa-saya tidak sengaja,” jawab Fika terbata-bata.Galang mengangkat tangan kanannya. Fika mengira, Galang akan menamparnya. Seketika, pandangannya mengabur dan ia terjatuh di tempat. Fika pingsan sebelum Galang selesai berbicara. Dimas menerobos masuk ke ruangan Galang tanpa permisi karena mendengar kegaduhan yang sangat jarang terjadi, terlebih seorang karyawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Negosiasi Hukuman

    Fika tersentak. Ia merasa oksigen di sekitarnya mendadak hilang. Ia kesulitan bernapas. Fika tak pernah menduga pria di hadapannya akan semarah ini. Ia memutar otak, berpikir keras bagaimana caranya agar ia bebas dari hukuman atau setidaknya dia mendapatkan hukuman yang lebih ringan dari yang dikatakan Galang. Ia harus bisa bernegosiasi. “Tapi, Pak, saya hanya-”“Hanya? Kamu yakin merusak laptop seorang pemilik perusahaan yang berisi file-file penting perusahaan kamu sebut ‘hanya’? Astaga!” Galang memotong perkataan Fika dan membalasnya dengan tatapan nyalang.Baginya, laptop itu bukan hanya sekadar alatnya untuk bekerja, tapi juga banyak hal-hal pribadinya di dalam laptop itu yang tidak ia miliki salinan file-nya.“Maaf, Pak, saya tidak bermaksud-”“Sekarang katakan, apa yang bisa membuat saya membatalkan keputusan untuk memberikan hukuman terberat ini?”“Saya … saya ….”“Bicaralah dengan jelas dan lugas, Nona Fika Ana

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Hari Pertama Menjadi Asisten Pribadi

    Fika tak menyangka jika pekerjaan yang dimaksud Galang 24 jam itu, mengharuskannya untuk tinggal satu rumah dengan bos kejamnya itu. Hari pertamanya tinggal di rumah itu sudah menggambarkan hari-hari selanjutnya, dimana ia hanya bisa tidur 3 jam per harinya karena harus menyamakan jadwal tidurnya dengan jadwal tidur Galang.Definisi gila kerja memang pantas disematkan pada Galang. Pagi, siang, sore, hingga malam yang ia lakukan hanya bekerja. Fika heran, memangnya pekerjaan seorang pemilik perusahaan harus sebanyak itu? Bukankah pemilik atau owner perusahaan itu hanya mengawasi pekerjaan pegawainya?Akan tetapi, sekilas Fika membaca file-file yang dikerjakan Galang merupakan file-file dengan bidang yang berbeda. Artinya, pria ini memang memiliki bisnis lain selain perusahaan tempat Fika bekerja. ‘Seharusnya, pria kaya seperti Pak Galang tidak sulit mengeluarkan uang untuk membeli laptop baru atau sekadar menggajiku sebagai karyawannya. Aku juga yakin, gaj

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Memperbaiki Kesalahan

    “Pak, laptop Bapak sudah saya perbaiki dan sudah bisa menyala. Bapak bisa mengecek kembali data-data di dalamnya. Maaf, saya mengambilnya diam-diam di meja kerja Bapak. Saya ingin menebus kesalahan saya. Lagipula, Bapak juga tidak benar-benar memperkerjakan saya tanpa gaji, dan bahkan Bapak memberikan saya uang disaat saya baru sehari bekerja. Jadi, ini juga sebagai ungkapan terima kasih saya.” Fika menyodorkan laptop Galang yang sudah ia perbaiki.“Kapan kamu memperbaikinya?”“Semalam, Pak, setelah selesai memeriksa akurasi data yang Bapak minta.”Galang ingat, ia hanya memberikan Fika waktu 3 jam untuk tidur, dan waktu itu Fika gunakan untuk memperbaiki laptop Galang.‘Gadis ini cukup bertanggung jawab,’ batin Galang. “Kenapa kamu tidak menjadi tukang service keliling saja?’ ucapnya asal bicara.“Eum, saya tidak sepandai itu. Ini juga hanya sedikit ilmu yang saya dapatkan dari paman.” Galang mengangguk samar.“Hari in

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Pengakuan Palsu

    Galang memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah salon besar milik seorang kenalannya. Fika yang tak mengerti, hanya diam menunggu instruksi apakah ia harus ikut turun atau menunggu di mobil saja. “Kamu pikir saya ke sini untuk menata rambut dan memasang kuku palsu di tangan saya? Turunlah, dan perbaiki semua penampilanmu itu, jangan permalukan saya sebagai atasanmu nanti malam.” Fika berpikir, menjadi asisten pribadi Galang rupanya tidak seburuk itu. Ia justru mendapatkan banyak hal di luar perkiraannya. Pekerjaan yang ia anggap tanpa akan sangat mengekangnya, justru perlahan bisa memberikan hal-hal belum bisa ia dapatkan. Walaupun Galang selalu memerintahkannya dengan nada suara yang terdengar sangat tidak ramah.“Tolong, buat penampilannya lebih segar dan lebih enak dilihat,” pinta Galang pada seseorang yang ia pun tak yakin itu laki-laki atau perempuan. “Tentu, say. Nona sudah cantik, tinggal dipoles sedikit saja,” jawabnya.Fika bin

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Hari yang Canggung

    “Ya, tentu saja. Dia gadis yang cantik, dia baik dan pekerja keras. Dia juga bukan wanita gila harta,” jawabnya spontan sambil merangkul Fika. Galang menekankan kalimat terakhir perkataannya. Sebenarnya, Galang tak berencana mengatakan hal itu, akan tetapi, saat ini ia rasa bibirnya lebih memiliki kuasa atas otaknya. Perkataannya tak sejalan dengan pikirannya. Ia sama sekali tidak berniat mengakui Fika sebagai pacarnya.Fika menatap Galang dengan tak percaya. Ia tak tahu bagaimana ia harus bereaksi. Haruskah ia dibawa dalam urusan pribadi Galang yang bahkan ia tak paham di mana titik terangnya. Fika tahu betul, Galang mengatakan hal itu semata-mata hanya untuk melindungi dirinya dari berbagai pertanyaan lain yang akan diajukan Medina dan Gallen jika ia tak menjawab iya. Akan tetapi, bukankah apa yang ia katakan itu bisa saja menjadi boomerang bagi mereka di waktu yang akan datang? Fika merasa tak selayak itu untuk diakui sebagai pengganti Medina yang men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    First Couple Dresscode

    Seperti biasa, saat Galang memasuki kantor, riuh suara sapaan memenuhi seisi ruangan walaupun selalu tanpa jawaban. Sekretaris Galang mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk. “Permisi, Pak. Saya ingin memberitahukan bahwa ada seorang wanita bernama Medina memaksa untuk bertemu dengan Bapak sekarang. Saya sudah meminta dia untuk membuat janji terlebih dahulu, tetapi dia tetap memaksa masuk. Saat ini dia ada di depan ruangan Bapak,” ucapnya.“Medina? Sedang apa dia di sini?”Galang nampak berpikir dan akhirnya meminta sekretarisnya mengizinkan Medina masuk. Akan tetapi Medina menerobos masuk sebelum diizinkan. “Galang!” panggilnya sambil menghampiri Galang. Galang menginstruksikan sekretarisnya untuk meninggalkan mereka berdua.Pembicaraan mereka berlangsung cukup lama dan tertutup. Fika merasa sedikit penasaran serumit apa hubungan mereka di masa lalu. Terlebih, hari ini wanita itu tiba-tiba datang dan memaksa untuk bertemu Galang wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29

Bab terbaru

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Dapur Galang

    Harum masakan yang dibuat oleh Fika, menyebar ke setiap penjuru rumah. Awalnya, Fika berniat masak diam-diam dan menghidangkannya di meja makan tanpa diketahui siapa pun. Jika baunya menyebar seperti ini, bukan hanya seisi rumah Galang, bahkan tetangga lainnya pun bisa ikut mencium baunya. Fika mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghilangkan uap masakan yang sedang ia siapkan. Fika tak ingin Galang turun dan menyadari hal ini. Terakhir kali, Galang meminta Fika menemui Rifal dengan perkataan yang sedikit membingungkan bagi Fika sendiri. Fika merasa, pria itu mungkin sedikit kesal karena Rifal terus-menerus meneleponnya selagi ia bekerja dengan Galang. Maka dari itu, Fika membuat masakan ini dengan harapan Galang akan bersikap seperti biasa.Fika membawa semangkuk jamur yang ia masak dengan santan menuju ke meja makan. Sesampainya di meja makan, ia mulai menata semua jenis masakan yang telah ia siapkan. Disaat yang bersamaan, anak rambut Fika terus menjuntai men

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Rasa yang Tidak Hilang

    Fika membawa semangkuk sup ayam hangat untuk diberikan kepada Galang. Entah motivasi dari mana, tiba-tiba saja Fika ingin memasak sesuatu untuk untuk pria itu. Seminggu belakangan ini, ia lebih sibuk dari biasanya. Fika harus melakukan dua pekerjaan sekaligus. Pekerjaan Galang dan tentu pekerjaan dirinya sendiri untuk mengasisteni segala kegiatan Galang selama ia sakit. Setelah selesai mengurus berkas-berkas di kantor, Fika pulang dan pergi ke kamar Galang untuk memeriksa keadaan pria itu. Pintu kamar Galang terbuka sebagian. Fika mengetuk perlahan dan meminta izin untuk masuk. Terdengar suara grasah-grusuh dari dalam kamar Galang dan suara sebuah benda jatuh. Karena takut terjadi sesuatu pada Galang, Fika masuk tanpa izin dan mendapati Galang dengan pakaian yang baru terpasang setengah. Fika hendak menutupi wajahnya dengan tangan, namun ia ingat saat ini sedang membawa nampan berisi semangkuk sup ayam.“Maaf, Pak. Saya kira Bapa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Bau Durian

    Siang ini, Fika harus dua kali bolak-balik ke kantor dan rumah sakit untuk mengambil dokumen penting, yang menurut Galang tidak bisa dipercayakan kepada orang lain. Fika pikir, dokumennya hanya akan disimpan oleh Galang dan ia urus setelah ia sembuh nanti. Rupanya, Galang meminta Fika untuk mengantar dokumen yang telah ditandatangani untuk diberikan kepada sekretaris di kantornya.“Pak, bisakah sekretaris Bapak yang datang ke sini untuk mengambilnya? Lutut saya rasanya lemas sekali bolak-balik dari kantor ke sini,” keluh Fika.“Dia sedang ada tugas lain dan tidak bisa mengambil dokumennya ke sini. Kalau kamu tidak mau mengantarnya, biar saya saja,” ujar Galang sambil menyibakkan selimutnya dan berusaha duduk. “Jangan, Pak, biar saya saja,” tolak Fika dengan cepat. Kedua tangannya berusaha menahan pergerakan Galang agar kembali berbaring. Dokter bilang, Galang belum boleh beraktivitas berat apalagi pergi ke kantor. Saat ini, kaki dan tangannya masih bel

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Sadar

    Galang telah melewati proses operasi fraktur, namun saat ini ia masih belum sadarkan diri. Fika duduk tepat di samping tempat tidur Galang, menunggu pria itu sadar. Selama itu, Fika menatap lekat-lekat wajah Galang. “Wanita yang menandatangani surat persetujuan operasi Pak Galang kemarin, mengaku sepupunya Pak Galang. Tapi, Pak Galang bilang dia sudah tidak punya keluarga atau kerabat jauh. Jadi, sebenarnya siapa dia, ya? Dan, ke mana dia sekarang?” Fika bermonolog sambil mengerutkan keningnya.“Sadarlah, Pak. Banyak hal yang harus saya tanyakan. Terlebih, saya perlu memberitahu Pak Galang mengenai kerjasama kita dengan Pak Gallen. Maafkan saya jika ini akan merugikan perusahaan, tapi Media sudah melampaui batasannya. Dia tidak berhak menghina saya sejelek apapun saya. Saya tidak terima, Pak.” Fika bercerita, seolah Galang mendengarnya. Fika menggenggam tangan kanan Galang, ia mengelusnya perlahan. Halus sekali, pikirnya. Sedetik kemudian, dia teringa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Kerabat Galang?

    “Dasar wanita gila! Apa hakmu menamparku?” tanya Medina berang. Fika membalasnya dengan tatapan tajam.“Apa maksudmu menampar istri saya di hadapan saya?” Gallen menambahkan.“Apa hakmu menyebutku jalang?” Fika membalikkan pertanyaan Medina.Medina terdiam sambil mengelus pipi kirinya. Gallen ikut memeriksa keadaan wajah Medina.“Saya sungguh tidak senang dengan perbuatan kamu ini! Saya ingin membatalkan kerja sama dengan perusahaan yang memperkerjakan karyawan yang kasar dan suka main tangan!” ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuk kanannya tepat di hadapan wajah Fika.“Pertama, istri Anda yang lebih dulu mengatakan hal tidak menyenangkan terhadap saya. Kedua, Anda tidak bisa mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Di mana profesionalisme Anda sebagai pemilik suatu perusahaan, Pak?” Gallen kehilangan kata-kata untuk menjawab perkataan Fika. Memang benar, rasa-rasanya selama ini ia terus mencampurkan urusan pribadi dengan

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Kecelakaan

    Galang menatap foto Fika di ponselnya yang tengah fokus memperhatikan pembicara saat meeting beberapa waktu lalu. Galang terlambat menyadari, gadis itu sangat cantik di matanya sekarang. Seandainya sebelumnya ia bisa mengatakan perasaannya kepada Fika, mungkin ia akan merasa lega walaupun gadis itu menolaknya. Tetapi, yang terjadi saat ini, Fika sudah dimiliki pria lain, bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan.Galang mulai berpikir, antara harus merebut gadis itu dari calon suaminya, atau justru merelakannya dengan pria yang Fika pilih. Untuk opsi pertama, ia pikir, Fika belum tentu akan bahagia bersamanya, apalagi jika ia mendapatkan Fika dengan paksaan. Mungkin, saat ini Galang akan merelakan sesuatu yang belum pernah menjadi miliknya, untuk dimiliki oleh orang lain. Dengan melihat Fika hidup bahagia dengan pria yang ia cintai, itu sudah cukup bagi Galang.Galang kembali menatap sepasang sejoli yang duduk berhadapan tak jauh dari tempat duduknya. M

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Persiapan Pernikahan Fika

    Pagi ini, Fika sudah bersiap dengan setelan rok putih selutut, dengan inner putih polos yang dipadukan dengan kardigan berwarna pink muda. Rambut pendeknya ia ikat sebagian ke belakang, dan membiarkan sisanya tergerai. Sesuai rencananya sebelumnya, hari ini Fika akan bertemu dengan Rifal untuk memulai pembahasan rencana pernikahan mereka. Memang terkesan sangat cepat. Fika pun merasa sedikit heran dengan sikap Rifal yang mengajaknya untuk buru-buru menikah. Pria itu berdalih, tidak ada siapa-siapa lagi yang bisa menjaga Fika, sehingga ia ingin segera tinggal bersama gadis itu.Fika mengiyakan hal itu. Apalagi, saat ini ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Kerabat yang seharusnya hadir di pernikahannya nanti pun kini harus mendekam di penjara karena kesalahannya sendiri. Fika berjalan menuruni anak tangga rumah Galang. Ia melihat Galang tengah duduk di sofa panjang di samping ruang tamu sambil membaca sebuah buku yang sangat tebal. Pria itu terlihat lebih mena

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Hidup Galang yang Kembali Kelam

    Suara sendok dan garpu yang beradu mengisi keheningan di meja makan. Sejak awal, tak ada pembicaraan antara Fika dan Galang. Mereka saling menghindari kontak mata satu sama lainnya. Galang yang terlalu sungkan untuk sekadar menyapa, dan Fika yang bahkan tak tahu kenapa Galang tiba-tiba sependiam ini.“Bapak-”“Kamu-”Galang dan Fika memanggil bersamaan.“Bapak duluan.”“Kamu duluan.” Lagi, mereka berucap bersamaan.Galang meletakkan alat makannya. Kemudian menatap Fika.“Pertama, saya tidak setua itu untuk terus-terusan dipanggil ‘Bapak’. Usiamu hanya bertaut sedikit saja dengan saya. Kedua, saya ingin bertanya sesuatu yang sedikit pribadi kepada kamu.” Fika mengerutkan keningnya.“Sebelum Bapak yang bertanya, saya ingin bertanya lebih dulu. Jika Bapak tidak ingin dipanggil Bapak, lalu saya harus memanggil apa?”“Yang Mulia, mungkin lebih cocok.”“Baik, Yang Mulia ingin bertanya apa?’ tanya Fik

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Kedatangan Fika dengan Orang Baru

    Fika menatap kosong ke luar melalui jendela kamarnya. Meskipun bibinya sudah ditangkap polisi, ia masih merasa tidak puas karena neneknya tak bisa kembali lagi.Tak terasa, air matanya kembali menetes. Seseorang mengelus puncak rambutnya lembut. Rifal datang dengan membawakan sebuket bunga tulip untuk menghibur Fika dan menghilangkan sedikit kesedihan gadis itu. “Sejak kapan kamu datang?” tanya Fika. Rifal duduk di hadapan Fika sambil memberikan buket bunga itu pada Fika.Ia menggenggam tangan Fika dan membawa tangan Fika ke pangkuannya.“Hm, Fika … bisakah aku berbicara hal serius?” Rifal menatap Fika dengan tatapan yang dalam.“Katakan,” jawab Fika singkat.“Aku tahu, akan sulit bagimu memaafkan kesalahanku yang dulu pergi secara tiba-tiba tanpa memberitahumu.” Fika menarik tangannya dari genggaman Rifal. Ia tahu ke mana arah pembicaraannya.“Cukup. Berikan aku waktu. Aku masih berduka, Rifal!” bentak Fika.“

DMCA.com Protection Status