Home / Romansa / Cinta Tulus Istri Pengganti / Bab 3. Perjanjian Hitam Di Atas Putih

Share

Bab 3. Perjanjian Hitam Di Atas Putih

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tanda tangan di sini."

Gina menyodorkan sebuah kertas bermaterai berisi surat perjanjian dirinya dan Zara.

Perlahan Zara membaca setiap pasal yang tertera di sana.

Pasal satu tertulis kalau Gina sebagai pihak pertama akan membiayai pengobatan dan perawatan Eyang Ajeng hingga sembuh di rumah sakit.

Pasal kedua tertulis Zara sebagai pihak kedua menggantikan posisi Gina dalam waktu yang tidak di tentukan, dalam arti jika Gina ingin kembali maka perjanjian tersebut selesai dan Zara bisa kembali ke jatidirinya. Akan tetapi, dia tetap membiayai pengobatan dan perawatan Eyang Ajeng sampai sembuh.

Kedua pasal tersebut sudah cukup untuknya. Zara langsung membubuhi tanda tangannya di atas materai.

"Terima kasih." Gina tersenyum lebar, memasukan kembali surat perjanjian itu kedalam tasnya.

"Kamu bisa kembali ke rumah sakit, cari seseorang yang bisa kamu andalkan untuk merawat nenek kamu. Karena saya tidak mau penyamaran kamu terbongkar karena wara wiri ke rumah sakit," terang Gina menjelaskan.

"Jadi selama penyamaran saya tidak bisa lihat Eyang?"

"Sesekali boleh asal tidak ketahuan keluarganya atau mas Arham sendiri," ancam Gina.

"Setelah itu temui saya di apartement, ini alamatnya," tambahnya, Gina mengirim alamat apartementnya lewat pesan pada ponsel Zara.

Zara menarik napas dan menghelanya panjang. Masalah Eyang selesai tapi muncul masalah baru.

Gadis cantik itu kembali ke rumah sakit. Di sana dia bertemu dengan Nina, tetangganya.

"Bu Nina," sapa Zara.

"Zara," balas Nina.

"Bagaimana kondisi Eyang? Mereka tidak mengijinkan aku masuk," sesal Nina.

"Memang gak boleh, Bu. Eyang koma dan sekarang di ICU," terang Zara.

"Innalillahi," seru Nina.

"Bu, aku butuh bantuan, Ibu," ucap Zara, sedikit tercekat karena dia bingung bagaimana harus menjelaskan.

"Sini, Bu. Duduk dulu," ajak Zara.

Keduanya duduk di kursi tunggu.

Zara menarik napas dalam-dalam bersiap menceritakan semua masalahnya pada tetangga yang biasa dia titipan Ajeng jika dia kerja.

"Begini, Bu. Bisa gak Ibu Nina menjaga Eyang di rumah sakit sampai Eyang sembuh?"

Kening Nina langsung menyernyit dalam.

"Emangnya kamu mau kemana?" tanya Nina.

"Pengobatan Eyang butuh biaya besar, Bu.  Aku harus pergi untuk bekerja mencari uang untuk bayar rumah sakit selama Eyang di rawat," jelas Zara.

Nina menatap iba.

"Iya, Zara. Eyang Ajeng sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri. Kamu tidak perlu khawatir. Saya akan menjaganya sampai beliau sembuh. Kamu fokus saya kerja ya." Nina mengusap punggung Zara dengan lembut, menengkan gadis yang sudah seperti putrinya sendiri itu.

Zara menghela napas lega ketika mendengar ucapan Nina barusan. Dia langsung memeluk Nina dengan erat. "Terima kasih banyak, Bu."

"Sama-sama."

***

Zara bisa lebih tenang sekarang, dalam artian sang nenek sudah ada yang menjaganya, biaya rumah sakit ada yang menanggung. Tinggal dia melaksanakan tugasnya menggantikan Gina.

Tujuan Zara selanjutnya setelah urusan rumah sakit selesai adalah ke apartement Gina.

Ting! Tong!

Setelah bunyi bell tidak lama pintu unit nomer 8-8 itu pun terbuka.

"Saya sudah menunggu kamu sejak tadi, saya kira kamu kabur!" seru sang empunya unit. Kemudian Gina mempersilahkan Zara masuk.

"Tidak mungkin saya mempertaruhkan nyawa Eyang saya," sahut Zara seraya  mengekor langkah Gina.

"Bagus!" seru Gina.

Mata Zara menjelajah setiap sudut apartement yang ukurannya lumayan besar baginya.

Gina merentangkan kedua tangannya, "Ini semua akan menjadi milik kamu sementara waktu kamu menjadi saya, Zara." Dia berdecak, "Dan satu lagi, kamu harus memakai pakaian saya dan berdandan seperti saya."

Zara menyimak semua ucapan Gina  dengan baik, dia juga melihat semua pakaian yang tergantung rapih di lemari yang di buka oleh gadis yang wajahnya mirip dengannya itu. Semua pakaian bermerk mahal, Zara tahu itu.

"Saya rasa ukuran tubuh kita sama," ucap Gina sambil mengambil satu buah dress dan menempelkannya pada tubuh Zara.

"Hanya warna mata kita yang berbeda, tapi itu tidak masalah karena kita selalu pakai kontak lensa berbeda bukan?" lanjut Gina.

"Mungkin ada beberapa hal yang harus kamu ketahui tentang mas Arham dan keluarganya." Gina membuka laptopnya dan dia menunjukan pada Zara sebuah file dokumen dimana terdapat foto dan ketikan.

Pertama Gina menunjukan sebuah foto yang sejak awal sudah menarik perhatian Zara.

"Ini mas Arham, Denandra Arham Tawfeeq nama lengkapnya, usia 40 tahun, dia memiliki seorang putra bernama Sean usia 7 tahun. Dia nakal sekali." Gina beralih ke foto anak laki-laki dan selanjutnya ada dua foto wanita.

"Ibunya mas Arham namanya Ibu Lusi Kamilah, saya  biasa manggil dia Ibu seperti mas Arham memanggil beliau, dia cerewet. Sama seperti putrinya-Nindy, adiknya mas Arham."

"Sampai di sini apa kamu paham?" Tutup Gina dengan pertanyaan.

"Apa yang kamu biasa lakukan jika bertemu dengan mereka?" tanya Zara.

"Kalau bertemu dengan mas Arham saya biasanya manja dan memanfaatkannya mengajaknya belanja senang-senang, kalau sama ibu saya ajak dia ke club untuk minum-minum karena memang itu hobinya. Oh iya, sebisa mungkin kamu tidak terlalu dekat dengan Nindy atau Sean. Kedua orang itu tidak suka sama saya, saya juga tidak suka sama mereka. Karena mas Arham saja saya terpaksa harus pura-pura baik," cerocos Gina.

Zara menyimak dengan baik sejauh ini dia bisa menangkap pembicaraan Gina tentang calon suaminya dan keluarganya.

"Tugas kamu seperti  yang tertera di surat perjanjian itu, menggantikan posisi saya, termasuk menikah dengan mas Arham."

"Ba-bagaimana dengan malam pertama?" tanya Zara terbata.

"Nanti saya pulang, kamu undur saja dengan alasan menstruasi mungkin." Gina menggedikan kedua pundaknya, acuh masa bodoh dengan apapun alasan yang Zara buat.

"Atau kalau kamu mau malam pertama dengan mas Arham juga gak apa," sambungnya.

Ucapan Gina barusan membuat Zara tercengang. Baru kali ini dia menemukan wanita yang membiarkan pria-nya menghabiskan malam pertama dengan wanita lain.

"Kenapa kamu menikahi mas Arham sedangkan kamu sudah punya kekasih, Gina?" set Zara melayangkan protesnya.

"Harta, apa lagi? Mas Arham punya harta tapi tidak punya cinta, sedangkan Anton, dia punya cinta untuk saya." Dengan mudahnya Gina berucap.

Kepala Zara menggeleng.

"Sudahlah, jangan banyak tahu! Tugas kamu hanya satu menggantikan saya selama saya pergi," ujar Gina.

"Kamu mau kemana? Apa saya bisa hubungi kamu kalau ada sesuatu?" tanya Zara takut-takut.

"Oh iya, kita juga bertukar ponsel." Gina mengambil ponsel Zara dan menukarnya dengan ponsel mahal miliknya.

"Ta-tapi nanti-"

"Nanti kalau ada yang cari kamu, saya beri tahu. Tidak perlu takut," potong Gina cepat.

Gina merapihkan beberapa pakaiannya ke dalam koper.

"Mulai sekarang kamu tinggal di sini, pakai semua fasilitas milik aku, apa gak senang, hah?" sindir Gina.

Senang katanya? Bagaimana Zara bisa senang menikmati semua fasilitas yang bukan miliknya.

Satu hal yang dia takuti adalah bagaimana dengan sikap Arham? Pria yang usianya hampir dua kali lipat usia Zara sendiri. Meski wajahnya terlihat muda tapi pola pikirnya bagaimana Zara bisa mengimbangi?

Related chapters

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 4. Hari Pertama

    Gina sudah pergi bersama kekasihnya, Zara sendiri yang mengantar sampai ke Bandara.Jujur pria yang bersama Gina tadi cukup tampan dan gagah, apakah dia lebih baik dari pria bernama Arham? Mengapa Gina lebih memilih Anton dari pada Arham?TIN!!!bunyi klakson mobil di belakang Zara membuyarkan lamunan gadis itu. Dia langsung menjalankan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau.Zara kembali fokus menyetir tujuannya adalah rumah pria yang bernama Arham itu.***Menurut peta online dia sudah berada di titik yang tepat. Perlahan Zara melajukan mobilnya di tepi jalan karena yang sejak tadi dia lihat hanya tembok berlapis tanaman merambat."Dimana gerbang rumahnya ya?" gumam Zara di balik kemudinya.TIN!!!Zara tersentak, kaget. Ini kedua kalinya gadis itu dikejutkan karena bunyi klakson mobil. Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti didepannya.Kemudian, seorang pria bertubuh tinggi gagah keluar dari mobil mewahnya dan menghampiri mobil Zara.Tok! Tok! Tok!

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 5. Perubahan Sikap

    "Mas Arham," gumam Zara pelan."Apa yanng kamu lakukan di sini, Gina?""Heum, a-aku tadi kebetulan lewat dan lihat taman di sini cantik sekali," jawab Zara takut-takut.Mata Arham menyipit, "Sejak kapan kamu suka bunga?" selidiknya."Aku memang suka bunga, kamu saja yang tidak tahu," kelit Zara seraya membuang pandangannya asal."Kamu di cari ibu, ada yang mau dia bicarakan," ujar Arham memberitahu Zara bahwa calon mertuanya mencari dirinya.Zara mengangguk dan dia pergi lebih dahulu lewat depan Arham begitu saja. Pria itu menghela napas panjang setelah Zara berlalu. Dengan kedua tangan di dalam saku celana dia mengekor Zara."Ini dia calon menantu, Ibu, kamu gak nyasar kan?" seru Lusi ketika Zara datang bersama Arham."Maaf, Bu, tadi aku lihat taman belakang, bunganya cantik-cantik," jawab Zara.Lusi dan Arham saling tatap, keduanya bingung dengan perubahan sikap Gina, tidak seperti biasanya wanita itu peduli dengan sekelilingnya. Biasanya taman itu mau berbunga atau tidak Gina tidak

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 6. Zara Sakit

    Menikmati lumatan bibir Arham yang memabukan, Zara terlena hingga akhirnya dia menyadari sesuatu. Pria yang saat ini tengah menciumnya bukan miliknya melakukan milik wanita lain, meski dia adalah peran pengganti tetap saja Arham milik Gina bukan dirinya.Sekuat tenaga Zara mendorong tubuh Arham hingga pria itu melepas tautan bibirnya."Kenapa?" tanya Arham, serak."Sudah malam, Mas, aku harus pulang," kelit Zara.Arham menggedikan kedua pundaknya, "Kamu bisa menginap di sini malam ini, Sean dan ibu pasti senang."Zara menggigit bibir bawahnya, berpikir sesaat hingga akhirnya di menjawab lewat gelengan kepalanya."Besok aku ada kelas, Mas. Dan dosennya galak kalau aku gak masuk nanti aku gak lulus mata kuliahnya." Entah dari mana ide bohong itu, karena kebohongannya membuat perannya hampir terbongkar."Sejak kapan kamu kuliah?" tanya Arham menyelidik, matanya memincing tajam.Zara menelan saliva-nya melihat tatapan Arham seperti itu."Kamu terlalu sibuk, aku sampai tidak ada waktu membi

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 7. Merawat Zara

    Zara menolak lagi ajakan Arham."Aku sudah minum obat, Mas. Istirahat sebentar lagi juga sembuh," ucap Zara menolak ajakan calon suaminya ke rumah sakit.Arham menghela napas pendek, pasrah."Baiklah, tapi kalau nanti sore tidak turun juga panasnya, aku akan gendong kamu ke rumah sakit," ancam Arham.Zara terkekeh, "Iya, iya.""Kamu sudah makan?" tanya Arham.Kepala Zara menggeleng pelan."Bagaimana mau sehat kalau makan aja belum!" singgung Arham.Pria itu melepas jas dan dasi yang melekat di tubuhnya. Menggulung tangan panjangnya hingga ke lengan membuat Zara terpesona dengan penampilan Arham."Tunggu sebentar di sini, saya akan buatkan kamu bubur," titah Arham."Mas mau masak? Bisa?""Kamu meragukan saya?"Arham langsung keluar kamar, menuju ke dapur. Sedikit kesulitan karena dia tidak hapal dimana Zara menyimpan alat-alat masaknya.Dengan tubuh yang masih lemas Zara menguatkan diri untuk keluar kamar, melihat apa yang Arham lakukan jangan sampai pria itu membakar unit apartementn

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 8. Padam Tiba-Tiba.

    Manik hitam yang tiba-tiba terbuka dan mengejutkan Zara berhasil menghipnotisnya. Arham terbangun dan langsung menunduk, wajahnya kini sangat dekat dengan wajah Zara.Wajah pria yang ada di depannya membuat Zara menahan napasnya.Tangan Arham menyentuh kening Zara, memastikan kalau calon istrinya itu sudah tidak panas lagi. Dan benar dugaannya. Suhu di kening gadis itu sudah tidak tinggi dalam arti lain sudah normal. Tapi bukan hanya kening yang Arham sentuh, leher jenjang Zara pun ikut dia periksa. Normal juga."Kamu sudah tidak pusing?" tanya Arham."Gak, Mas." Zara hendak bangun tapi Arham menahan pundaknya, hingga Zara kembali keposisi semula, di pangkuan Arham.Siapa sangka tiba-tiba pria itu menarik dagu lancip Zara hingga bibirnya terbuka sedikit kemudian mencium bibir ranumnya dengan lembut, awalnya, lama kelamaan ciuman itu menjadi menuntut.Arham mengerang ketika Zara tidak membalas tautan indra mengecapnya yang menerobos masuk lebih dalam lagi. Pertama Zara bingung harus ba

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 1. Salah Orang

    Prok! Prok! Prok!Senyum manis Zara mengembang ketika mendengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dari pengunjung Cafe tempatnya bekerja. Sebuah lagu berhasil dia nyanyikan dengan sangat merdu sampai semua pengunjung memberinya tepuk tangan meriah."Terima kasih semuanya," ucap Zara sembari melempar ciuman jarak jauh dengan tangannya. Kemudian dia turun dari panggung karena memang jam kerjanya sudah habis.Seorang manager Cafe menghentikan langkah Zara ketika dia hendak pulang."Seseorang ingin bertemu dengan kamu, Ra," ucapnya.Kening Zara menyernyit, "Siapa?" balasnya melontarkan pertanyaan."Pelanggan setia cafe dan selalu membayar bill dengan nominal dua kali lipat setiap dia datang.""Apa aku mengenalnya?""Kamu tidak kenal dia tapi dia kenal kamu, Ra.""Benarkah?""Benar." Suara bariton menyela percakapan Manager Cafe dan Zara.Zara berbalik dan menatap siapa pemilik suara bariton itu.Pria itu mengulurkan tangannya, "Perkenalkan, saya salah satu penggemar Anda Nona Zara, bi

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 2. Rencana Licik

    Esoknya Gina kembali ke cafe, bukan untuk bertemu dengan pria selingkuhannya melainkan mencari sosok yang semalam menabraknya. Gadis yang wajahnya mirip dengannya. "Zara!" panggil seorang pria bertubuh tinggi besar. Gina memekik ketika seseorang mencekal tangannya. "Akh! Sakit tau!" bentaknya. "Aku sudah bayar kamu mahal tapi kamu malah kabur!" "Aku? Kabur?" cicit Gina. "Ck! Tidak usah pura-pura lupa, Zara!" Gina langsung paham, pria yang saat ini marah padanya mungkin mengira Gina adalah Zara gadis yang kemarin menabraknya. "Nama Anda siapa?" tanya Gina. "Kamu salah makan atau kepala kamu terbentur sesuat, hah?!" bentak Demian. "Baiklah, saya akan ingatkan kamu. Saya Demian, salah satu penggemar berat kamu. Saya suka suara kamu, semalam saya meminta manager cafe agar kamu menemani saya karaoke, tapi kamu malah kabur, sudah ingat sekarang?" sambungnya. "Maafkan saya, kemarin mendadak ada urusan makanya saya pergi." Gina mencoba memainkan perannya menjadi Zara, pria di depa

Latest chapter

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 8. Padam Tiba-Tiba.

    Manik hitam yang tiba-tiba terbuka dan mengejutkan Zara berhasil menghipnotisnya. Arham terbangun dan langsung menunduk, wajahnya kini sangat dekat dengan wajah Zara.Wajah pria yang ada di depannya membuat Zara menahan napasnya.Tangan Arham menyentuh kening Zara, memastikan kalau calon istrinya itu sudah tidak panas lagi. Dan benar dugaannya. Suhu di kening gadis itu sudah tidak tinggi dalam arti lain sudah normal. Tapi bukan hanya kening yang Arham sentuh, leher jenjang Zara pun ikut dia periksa. Normal juga."Kamu sudah tidak pusing?" tanya Arham."Gak, Mas." Zara hendak bangun tapi Arham menahan pundaknya, hingga Zara kembali keposisi semula, di pangkuan Arham.Siapa sangka tiba-tiba pria itu menarik dagu lancip Zara hingga bibirnya terbuka sedikit kemudian mencium bibir ranumnya dengan lembut, awalnya, lama kelamaan ciuman itu menjadi menuntut.Arham mengerang ketika Zara tidak membalas tautan indra mengecapnya yang menerobos masuk lebih dalam lagi. Pertama Zara bingung harus ba

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 7. Merawat Zara

    Zara menolak lagi ajakan Arham."Aku sudah minum obat, Mas. Istirahat sebentar lagi juga sembuh," ucap Zara menolak ajakan calon suaminya ke rumah sakit.Arham menghela napas pendek, pasrah."Baiklah, tapi kalau nanti sore tidak turun juga panasnya, aku akan gendong kamu ke rumah sakit," ancam Arham.Zara terkekeh, "Iya, iya.""Kamu sudah makan?" tanya Arham.Kepala Zara menggeleng pelan."Bagaimana mau sehat kalau makan aja belum!" singgung Arham.Pria itu melepas jas dan dasi yang melekat di tubuhnya. Menggulung tangan panjangnya hingga ke lengan membuat Zara terpesona dengan penampilan Arham."Tunggu sebentar di sini, saya akan buatkan kamu bubur," titah Arham."Mas mau masak? Bisa?""Kamu meragukan saya?"Arham langsung keluar kamar, menuju ke dapur. Sedikit kesulitan karena dia tidak hapal dimana Zara menyimpan alat-alat masaknya.Dengan tubuh yang masih lemas Zara menguatkan diri untuk keluar kamar, melihat apa yang Arham lakukan jangan sampai pria itu membakar unit apartementn

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 6. Zara Sakit

    Menikmati lumatan bibir Arham yang memabukan, Zara terlena hingga akhirnya dia menyadari sesuatu. Pria yang saat ini tengah menciumnya bukan miliknya melakukan milik wanita lain, meski dia adalah peran pengganti tetap saja Arham milik Gina bukan dirinya.Sekuat tenaga Zara mendorong tubuh Arham hingga pria itu melepas tautan bibirnya."Kenapa?" tanya Arham, serak."Sudah malam, Mas, aku harus pulang," kelit Zara.Arham menggedikan kedua pundaknya, "Kamu bisa menginap di sini malam ini, Sean dan ibu pasti senang."Zara menggigit bibir bawahnya, berpikir sesaat hingga akhirnya di menjawab lewat gelengan kepalanya."Besok aku ada kelas, Mas. Dan dosennya galak kalau aku gak masuk nanti aku gak lulus mata kuliahnya." Entah dari mana ide bohong itu, karena kebohongannya membuat perannya hampir terbongkar."Sejak kapan kamu kuliah?" tanya Arham menyelidik, matanya memincing tajam.Zara menelan saliva-nya melihat tatapan Arham seperti itu."Kamu terlalu sibuk, aku sampai tidak ada waktu membi

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 5. Perubahan Sikap

    "Mas Arham," gumam Zara pelan."Apa yanng kamu lakukan di sini, Gina?""Heum, a-aku tadi kebetulan lewat dan lihat taman di sini cantik sekali," jawab Zara takut-takut.Mata Arham menyipit, "Sejak kapan kamu suka bunga?" selidiknya."Aku memang suka bunga, kamu saja yang tidak tahu," kelit Zara seraya membuang pandangannya asal."Kamu di cari ibu, ada yang mau dia bicarakan," ujar Arham memberitahu Zara bahwa calon mertuanya mencari dirinya.Zara mengangguk dan dia pergi lebih dahulu lewat depan Arham begitu saja. Pria itu menghela napas panjang setelah Zara berlalu. Dengan kedua tangan di dalam saku celana dia mengekor Zara."Ini dia calon menantu, Ibu, kamu gak nyasar kan?" seru Lusi ketika Zara datang bersama Arham."Maaf, Bu, tadi aku lihat taman belakang, bunganya cantik-cantik," jawab Zara.Lusi dan Arham saling tatap, keduanya bingung dengan perubahan sikap Gina, tidak seperti biasanya wanita itu peduli dengan sekelilingnya. Biasanya taman itu mau berbunga atau tidak Gina tidak

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 4. Hari Pertama

    Gina sudah pergi bersama kekasihnya, Zara sendiri yang mengantar sampai ke Bandara.Jujur pria yang bersama Gina tadi cukup tampan dan gagah, apakah dia lebih baik dari pria bernama Arham? Mengapa Gina lebih memilih Anton dari pada Arham?TIN!!!bunyi klakson mobil di belakang Zara membuyarkan lamunan gadis itu. Dia langsung menjalankan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau.Zara kembali fokus menyetir tujuannya adalah rumah pria yang bernama Arham itu.***Menurut peta online dia sudah berada di titik yang tepat. Perlahan Zara melajukan mobilnya di tepi jalan karena yang sejak tadi dia lihat hanya tembok berlapis tanaman merambat."Dimana gerbang rumahnya ya?" gumam Zara di balik kemudinya.TIN!!!Zara tersentak, kaget. Ini kedua kalinya gadis itu dikejutkan karena bunyi klakson mobil. Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti didepannya.Kemudian, seorang pria bertubuh tinggi gagah keluar dari mobil mewahnya dan menghampiri mobil Zara.Tok! Tok! Tok!

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 3. Perjanjian Hitam Di Atas Putih

    "Tanda tangan di sini."Gina menyodorkan sebuah kertas bermaterai berisi surat perjanjian dirinya dan Zara.Perlahan Zara membaca setiap pasal yang tertera di sana.Pasal satu tertulis kalau Gina sebagai pihak pertama akan membiayai pengobatan dan perawatan Eyang Ajeng hingga sembuh di rumah sakit.Pasal kedua tertulis Zara sebagai pihak kedua menggantikan posisi Gina dalam waktu yang tidak di tentukan, dalam arti jika Gina ingin kembali maka perjanjian tersebut selesai dan Zara bisa kembali ke jatidirinya. Akan tetapi, dia tetap membiayai pengobatan dan perawatan Eyang Ajeng sampai sembuh.Kedua pasal tersebut sudah cukup untuknya. Zara langsung membubuhi tanda tangannya di atas materai."Terima kasih." Gina tersenyum lebar, memasukan kembali surat perjanjian itu kedalam tasnya."Kamu bisa kembali ke rumah sakit, cari seseorang yang bisa kamu andalkan untuk merawat nenek kamu. Karena saya tidak mau penyamaran kamu terbongkar karena wara wiri ke rumah sakit," terang Gina menjelaskan.

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 2. Rencana Licik

    Esoknya Gina kembali ke cafe, bukan untuk bertemu dengan pria selingkuhannya melainkan mencari sosok yang semalam menabraknya. Gadis yang wajahnya mirip dengannya. "Zara!" panggil seorang pria bertubuh tinggi besar. Gina memekik ketika seseorang mencekal tangannya. "Akh! Sakit tau!" bentaknya. "Aku sudah bayar kamu mahal tapi kamu malah kabur!" "Aku? Kabur?" cicit Gina. "Ck! Tidak usah pura-pura lupa, Zara!" Gina langsung paham, pria yang saat ini marah padanya mungkin mengira Gina adalah Zara gadis yang kemarin menabraknya. "Nama Anda siapa?" tanya Gina. "Kamu salah makan atau kepala kamu terbentur sesuat, hah?!" bentak Demian. "Baiklah, saya akan ingatkan kamu. Saya Demian, salah satu penggemar berat kamu. Saya suka suara kamu, semalam saya meminta manager cafe agar kamu menemani saya karaoke, tapi kamu malah kabur, sudah ingat sekarang?" sambungnya. "Maafkan saya, kemarin mendadak ada urusan makanya saya pergi." Gina mencoba memainkan perannya menjadi Zara, pria di depa

  • Cinta Tulus Istri Pengganti   Bab 1. Salah Orang

    Prok! Prok! Prok!Senyum manis Zara mengembang ketika mendengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dari pengunjung Cafe tempatnya bekerja. Sebuah lagu berhasil dia nyanyikan dengan sangat merdu sampai semua pengunjung memberinya tepuk tangan meriah."Terima kasih semuanya," ucap Zara sembari melempar ciuman jarak jauh dengan tangannya. Kemudian dia turun dari panggung karena memang jam kerjanya sudah habis.Seorang manager Cafe menghentikan langkah Zara ketika dia hendak pulang."Seseorang ingin bertemu dengan kamu, Ra," ucapnya.Kening Zara menyernyit, "Siapa?" balasnya melontarkan pertanyaan."Pelanggan setia cafe dan selalu membayar bill dengan nominal dua kali lipat setiap dia datang.""Apa aku mengenalnya?""Kamu tidak kenal dia tapi dia kenal kamu, Ra.""Benarkah?""Benar." Suara bariton menyela percakapan Manager Cafe dan Zara.Zara berbalik dan menatap siapa pemilik suara bariton itu.Pria itu mengulurkan tangannya, "Perkenalkan, saya salah satu penggemar Anda Nona Zara, bi

DMCA.com Protection Status