Share

Lancar Jaya

Author: Evi Tamala
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah puas bermain Basket, aku dan Alif pun pamit pulang lebih dulu sedangkan yang lain masih terus bermain entah sampai jam berapa. Sesampai di kos, aku dan Alif masuk ke kamar masing-masing untuk mandi dan salat Ashar karena jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Selesai salat, aku masih menyempatkan waktu mengaji walaupun hanya beberapa lembar saja sambil nunggu adzan Maghrib. Setelah adzan Maghrib, aku dan Alif pun bersiap-siap menata dagangan di gerobak, baru setelah itu aku langsung berangkat bareng Alif.

Sesampai di taman, aku langsung melayani pelanggan yang ternyata ada dua orang yang sudah menunggu di taman, menunggu roti bakar buatanku karena kata mereka, rasanya sangat enak dan pas di lidah. 

Sedangkan Alif ia juga ikut membantuku, ia tak perlu lagi teriak-teriak seperti di awal. Karena kini usaha ini juga sudah mulai terkenal di daerah ini.

"Oh ya, Ham. Ini ada yang order lima orang, katanya mau di ambil setengah jam lagi, ia masih di warung makan Bu Asih," ucapnya.

"Siapa yang order?" tanyaku, takutnya cuma orang iseng.

"Ini Mbak Susi, kakak tingkat kita," jawabnya memberitahu.

"Oh, oke. Rasa apa aja?" tanyaku sambil memoles mentega di roti, sesekali tanganku membolak balik roti yang masih di panggang.

"Yang satu rasa keju sama coklat, yang kedua stroberi sama melon, yang ketiga keju aja, yang keempat rasa nanas sama pisang dan satunya rasa kacang sama keju," jawabnya.

"Oke-oke, siap. Setelah ini ya," ujarku.

"Siap."

Roti yang sudah aku panggang aku kasih ke Alif, ku lihat ia begitu cekatan, tak seperti di awal-awal yang sangat kaku, ia dengan lincah mengambil kertas minyak lalu memoles roti sedikit terus ia potong menjadi beberapa bagian, lalu ia bungkus dan ia taruh di mika seperti biasa. Jika beli banyak bisa pakai kardus.

"Ini, Mbak. Dua puluh ribu ya," ucap Alif sambil memberikan roti bakar yang sudah ia bungkus.

"Makasih ya, Mas," balasnya sambil mengambil roti dari tangan Alif dan memberikan uang pas.

"Sama-sama. Jangan lupa untuk kembali ya, Mbak,"

"Siap, Mas. Pasti ke sini lagi kalau pengen, habis mau beli dimana lagi hehe, kan yang jual roti bakar baru Mas Alif sama Mas Ilham," ucapnya tersenyum.

"Hehe iya juga ya," ujar Alif terkekeh.

"Iya udah, aku pulang dulu,"

"Iya, hati-hati," ucap Alif. Ia emang sangat ramah, hingga membuat orang suka dengan pelayanannya, walaupun gak kenal, tetap ia sapa layaknya sudah kenal lama. Tapi karena sikap yang seperti itulah, Alif gampang di kenal.

"Mas, beli dong. 10 ya, sepeti biasa," ujar laki-laki yang bernama Rudi. Yah, dia emang langganan di sini sampai aku hafal. Dia suka beli banyak karena banyak yang nitip, makhlum dia juga tinggal di kos-kosan tapi kos-kosannya beda denganku. Dan biasanya jika dia beli martabak, temen-temennya suka nitip karena malas keluar.

"Oke siap, Mas. Di tunggu sebentar gak papa, ya. Soalnya ini masih antri," sahut Alif sambil memotong roti. Sesekali ia melihat ke arah Rudi saat ia bicara. Karena katanya, tak enak kalau bicara gak menatap orangnya, kesannya gak ramah. Makanya sesekali kalau ia ngomong sambil noleh ke orangnya tapi tangannya tetep fokus bekerja.

"Santai aja, Mas. Aku juga siap nunggu. Gimana, masih rame terus, Mas?" tanyanya.

"Alhamdulillah, Mas. Rame," jawab Alif. Sedangkan aku, aku hanya diam karena malas untuk bicara, aku tidak seperti Alif yang mudah mengobrol dengan yang lain. Kalau aku yang jual sendiri, mungkin tak akan serame ini.

"Syukurlah. Ikut seneng dengernya. Lagian juga selain rasanya enak, harganya juga murah meriah, sangat pasa di kantong. Terlebih yang jual juga baru Mas Alif sama Mas Ilham doang. Yang lain kan jual nasi lalapan, nasi pecel, gorengan, cilok, camilan, es, nasi goreng, martabak, minuman. Untuk roti bakar belum ada daerah sini, mungkin ada sih tempatnya agak jauh dan lumayan mahal hehe. Apalagi yang jual dua cowok tampan seperti kalian, pasti yang ngantri kebanyakan cewek, iya kan?" tebak Rudi.

"Haha Iya, Mas," jawab Alif. Memang jika di bandingkan sama para kaum adam, yang beli dan ngantri kebanyakan kaum hawa. Kadang juga ibu-ibu sih yang rumahnya deket sini.

"Nah tu, pasti mereka diam-diam naksir kalian berdua," ujar Rudi.

"Ck, enggak juga lah mas, naksir apaan, aku mah biasa aja, mungkin sama Ilham kali ya, dia kan kayak model," tutur Alif sambil menoleh ke arahku. 

"Model apaan? Kamu jangan ada-ada deh," sahutku sambil geleng-geleng kepala.

"Iya Mas Ilham mah kayak model iklan. Bahkan tak akan ada yang percaya kalau Mas Ilham itu dari kampung, soalnya selain tinggi, putih, kekar, juga wajahnya itu loh tampan banget. Emang makan apa sih, Mas. Bisa ganteng gitu, mungkin ada resep, bisalah bagi-bagi biar aku ketularan gantengnya," ujarnya tertawa.

"Gak ada resep, ya paling mandi sehari tiga kali, udah sih gitu aja," jawabku.

"Oh pantas, kalau aku mandi ya dua kali sehari, kadang cuma sekali, paginya tok," balasnya tanpa malu. Ya Tuhan, kalau cuma sekali apa gak lengket tuh kulit sama keringat.

"Aku mandi juga tiga kali, kadang malah empat kali, tapi ya kulitku masih aja kayak gini, gak mau putih. Apa mesti pakek lulur ya?" tanya Alif.

"Ya mungkin memang harus pakek lulur kayak wanita. Wanita pakek lulur, kulitnya malah bersih, putih dan lembut loh," ujar Rudi sambil mengambil Hpnya dari dalam saku dan membuka sosial media.

"Nah itu, aku mau nyoba dekh, siapa tau kulitku juga putih dan mulus," ucap Alif tertawa. Aku, hanya diam. Aku tak merespon ucapan mereka dan memilih jadi pendengar setia aja.

"Mas, beli roti bakar dong satu, rasa melon ya," ucap seorang wanita berkerudung pink.

"Oke, Mbak. Tapi antri ya, Mbak. Soalnya masih banyak ini," jawab Alif ramah.

"Oh gitu, iya dah. Nanti aku ke sini lagi ya," katanya lesu. Mungkin ia tak mau menunggu di sini sendirian, terlebih di sini ada tiga cowok, aku, Alif dan Rudi, pasti dia merasa tak enak.

"Oh iya, Mbak. Nanti bisa ke sini lagi," balas Alif. Wanita itu mengangguk lalul pergi begitu saja.

Setelah cukup lama, akhirnya selesai juga punya Mbak Susi. 

"Kamu gantung aja yang selesai di paku itu," perintahku ke Alif. Karena gerobak ini kecil jadi harus pintar-pintar mengatur agar tak berantakan dan terlihat luas dan bersih. Kalau berantakan terus kotor, orang yang mau beli pun jadi malas karena melihat tempatnya yang tak enak untuk di lihat.

"Siap," jawab Alif. Setelah selesai punya Mbak Susi, lalu aku buat untuk Rudi yang memesan 10 bungkus. Capek rasanya, pengen istirahat sejenak, tapi jika istirahat malah kasihan Rudi, menunggu lama.

Belum lagi jika nanti masih ada yang beli lagi, jadi rasa capek ini harus di tahan seperti biasanya.

Hingga 10 menit kemudian, Mbak Susi pun datang dan mengambil pesannya.

"Malam Mas Ilham, Mas Alif, Mas Rudi," sapanya ramah. 

"Malam juga, mbak," jawab Alif dan Rudi bersamaan. Dia tak memanggil nama langsung karena merasa sungkan padahal aku dan Alif ini umurnya lebih muda dari pada dia. Tapi dia merasa gak enak memanggil nama saja.

"Pesananku sudah selesai?" tanya Mbak Susi.

"Sudah Mbak, ini," sahut Alif sambil mengambil satu kantong kresek besar yangt berisi 5 bungkus roti bakar.

"Ini uangnya, Makasih ya," tutur Mbak Susi ramah sambil mengambil roti bakarnya dan membayarnya sebesar 63 ribu karena memang jika pakai keju agak mahal. Begitupun jika memilih dua rasa apalagi sampai tiga rasa dan kalau pakai kacang juga lumayan harganya. Sedangkan yang 10 ribu hanya untuk satu rasa aja.

Mbak Susi memberikan uang 100 ribuan dan Alif pun dengan sigap langsung mengambil kembaliannya di laci.

"Makasih ya mbak," ucap Alif sambil memberikan kembaliannya.

"Iya, Mas. Sama-sama. Aku pamit ya, Mas Alif, mas Ilham, Mas Rudi," pamit Mbak Susi.

"Iya hati-hati, Mbak," ujar Alif sebelum Mbak Susi pergi.

"Iya," jawab Mbak Susi.

"Susi itu cantik ya," puji Rudi setelah melihat kepergian Mbak Susi.

"Mas Rudi suka?" tanya Alif.

"Aku mengatakan dia canti, bukan berarti aku suka. Lagian aku ini sudah punya pacar, masa ia masih menyukai wanita lain hehe," jawab Rudi.

"Wah udah punya pacar aja, udah berapa lama pacaran?" tanya Alif sambil fokus bekerja.

"Baru dua bulanan," jawabnya.

"Semoga langgeng ya," ucap Alif yang diamini oleh Rudi.

Setelah hampir sejam, akhirnya selesai juga punya Mas Rudi. Mas Rudi pun segera membayarnya lalu ia pulang karena roti bakarnya juga sudah di tunggu oleh teman-temannya.

Baru juga aku dan Alif mau duduk sejenak melepas rasa lelah, eh ada satu kali cowok cewek yang datang memesan satu roti bakar. Akhirnya aku pun segera bangun.

"Lif, kamu duduk aja, lagian kan ini cuma satu. Biarkan kakimu istirahat dulu, nanti gantian," kataku. Alif pun mengangguk mengiyakan. "Iya deh, lagian juga aku capek banget nih," ucapnya sambil memainkan hp yang ia ambil dari saku celananya.

Related chapters

  • Cinta Terlarang   Pesanan Nesha

    Keesokan harinya aku dan Alif pergi jalan-jalan karena besok sudah harus masuk kuliah lagi jadi tak mungkin bisa jalan-jalan kecuali nunggu hari Jumat.Pertama-tama aku dan Alif pergi ke Taman Bungkul naik ojek, sampai ke jalan besar, aku memilih berhenti dan naik Bus Surabaya, aku dan Alif memilih keliling dulu sebelum akhirnya berhenti di dekat Taman Bungkul.Untuk menggunakan Bus Surabaya tak perlu pakai uang, cukup bayar dengan botol bekas. Jadi lumayanlah hemat uang. Untung aku dan Alif setiap beli minuman botol, botolnya gak pernah di buang dan selalu di simpan sehingga bisa di manfaatkan di saat seperti ini.Di Taman Bungkul, kami hanya sebentar, sekitar dua jam saja, lalu lanjut pergi ke Tugu Pahlawan. Di sana, aku bisa menikmati pemandangan yang bagus dan juga bisa melihat-lihat sejarah pahlawan, bahkan jika masuk ke museum, kita bisa melihat berbagai macam peralatan pahlawan yang di simpan baik sampai sekarang.Setelah puas melihat-lihat Tugu Pa

  • Cinta Terlarang   Suka Sholawatan

    Suka SholawatanJam 8 malam, Nesha datang dengan membawa mobilnya yang biasa ia pakai ke kampus. Kebetulan Alif juga lagi gak ada, ia pergi ke kosan untuk mengambil roti yang kurang dua dus lagi."Hei, gimana laris?" tanyanya sambil duduk di kursi plastik yang aku sediakan. Emang aku menyediakan 5 kursi plastik. Dua di antaranya di pakai untuk aku dan Alif, sedangkan yang tiga untuk pelanggan yang menunggu, biar gak capek berdiri terus, jadi bisa duduk biar lebih nyaman nunggunya."Alhamdulillah, laris," jawabku sambil sibuk membolak-balikkan roti yang ada di atas panggangan, setelah itu aku lanjut memakai mentega di roti yang mau aku bakar. Dan lanjut menaruh selai di tengah-tengah roti yang sudah aku belah jadi dua bagian.Roti yang sudah matang aku angkat lalu aku taruh di kertas minyak yang sudah aku siapkan. Gara-gara tak ada Alif, aku jadi kerepotan sendiri."Gimana pesananku, sudah selesai?" tanyanya lagi."Belum, kurang lima belas bu

  • Cinta Terlarang   Prank Yang Menjengkelkan

    Keesokan harinya seperti biasa aku dan Alif berangkat kuliah dengan jalan kaki. Sebelumnya aku dan Alif mampir di Warung Buk Asih untuk sarapan pagi.Setelah berjalan beberapa menit, sampailah aku dan Alif di lingkungan kampus. Mungkin karena masih terlalu pagi, jadi hanya beberapa orang aja yang datang."Lif, ke kantin yuk?" ajakku."Ngapain? Kita kan udah sarapan tadi di Warung Buk Asih," sahutnya."Ya ... kita minum teh aja yuk sambil nunggu temen yang lain datang," jawabku."Aku mau ke perpus aja," balasnya."Ngapain?" tanyaku penasaran."Aku mau cari Novel buat aku baca di kosan nanti. Bosen main game terus," jawabnya."Oh perlu aku temenin?" tanyaku lagi."Enggak usah. Kamu ke kantin aja dulu, nanti setelah aku menemukan novel kesukaanku, aku akan nyamperin kamu," ucapnya."Oke, aku ke kantin dulu kalau gitu," ujarku. Alif pun menganggukkan kepala.Lalu aku dan Alif berpencar, aku ke kiri sedangka

  • Cinta Terlarang   Alif's Feelings

    Pov Alif Perkenalkan namaku Alif, aku mempunyai sahabat bernama Ilham, dia laki-laki yang sangat baik, tampan, gagah, sholeh, ulet dan cinta akan kebersihan. Dia juga pekerja keras dan punya semangat belajar yang tinggi. Andai aku jadi perempuan, aku pasti mencintainya. Sayangnya aku laki-laki, jadi aku hanya sekedar mengaguminya saja. Beberapa bulan mengenalnya membuat aku mulai mengenal sifat dia, termasuk gerakan tubuhnya yang membuat aku mengerti. Seperti saat ia yang ternyata diam-diam menyukai salah satu teman kami yang tak lain bernama Nesha, sayangnya dia wanita yang berbeda keyakinan dengannya. Walaupun ia tak cerita, namun aku tau ia selalu berperang batin dengan apa yang ia rasakan. Di satu sisi, ia mulai mengenal cinta, bahkan mungkin Nesha merupakan cinta pertama untuknya tapi di sisi lain, ia sadar bahwa mereka tak mungkin bersatu, terlebih ia tak mau mengecewakan kedua orangtuanya yang sudah mengizinkan dirinya untuk kuliah di kota, jauh dari A

  • Cinta Terlarang   Meminta Izin Pergi Ke Kota

    Namaku Ilham Alfarizi. Aku lahir di desa terpencil lebih tepatnya di desa Sukamakmur, kecamatan Ajung. Sejak lulus SD, Abi sama Umi memintaku tinggal di pesantren untuk memperdalam ilmu agama karena aku tak mau membuat mereka kecewa. Aku pun menuruti keinginan mereka, di sana aku tidak hanya menuntut ilmu agama, tapi juga ilmu umum.Enam tahun aku hidup di pesantren hingga aku tamat SMA. Dan sejak itu, aku memutuskan untuk berhenti mondok karena aku ingin pergi ke kota, melanjutkan pendidikanku di sana sekalian ingin mencari kerja. Aku ingin hidup mandiri dan tidak melulu bergantung pada orang tua."Abi, Umi, izinkan aku pergi ke kota ya," pintaku memohon."Kenapa harus ke kota, Nak? Di sini banyak kampus-kampus yang mumpuni," ucap Umiku, beliau adalah seorang ibu yang rela mempertaruhkan nyawanya demi melahirkanku ke dunia."Aku ingin mencari pengalaman, Umi. Aku mohon, izinkan anakmu ini mencari ilmu di Kota Surabaya." Aku terus memohon karena kul

  • Cinta Terlarang   Tempat Tinggal Ilham Di Kota

    Sesampai di kota, aku mencari kos-kosan di dekat kampusku dan syukurlah gak jauh dari kampus, ternyata memang sudah tersedia banyak kos-kosan untuk mahasiswa/i sehingga aku tinggal memilih kos-kosan mana yang akan aku tempati selama berada di kota ini. Dan aku memilih kos-kosan yang gak terlalu sempit tapi juga gak terlalu luas. Harganya juga murah hanya 750 ribu perbulan, tapi lengkap dengan kasur, bantal dua, sama bantal guling satu. Kipas angin, dan lemari baju serta gantungan baju di belakang pintu. Di kamar mandi juga di sediakan gayung untuk mandi sama bak mandi yang cukup besar. Di sebelah kamar tidur, ada meja belajar dan juga kursi belajar serta pel-pelan dan juga sapu untuk menyapu lantai. Setelah aku merasa sangat cocok, aku langsung membayar untuk dua bulan ke depan sebesar satu juta lima ratus rupiah. Ibu kos langsung memberikan kunci kos-kosan padaku. Tak mau membuang waktu, aku langsung menata baju di lemari, lalu menata beb

  • Cinta Terlarang   Aktivitas Di Pagi Hari

    Keesokan harinya, sehabis salat Shubuh. Aku menyempatkan waktu sebentar untuk lari pagi, lumayan buat merenggangkan ototku agar tak terasa kaku. Setelah merasa cukup lelah, aku memilih berhenti di taman yang tak jauh dari kosanku. Melihat ada toko yang buka, aku pun membeli air putih untuk menghilangkan rasa hausku.Aku sangat menikmati waktuku di taman sambil melihat daerah sekitar, orang-orang yang mau berdagang juga mulai berdatangan untuk mencari rezeki. Kulihat juga ada beberapa orang yang berlari mengitari taman, ada yang push up, sit up, pull up, squat, lunge dan lain sebagainya. Mereka terlihat semangat.Dan itu membuatku juga ingin melakukan hal yang sama, akhirnya aku pilih push up tiga puluh kali, sit up dua puluh kali, Lunge dan terakhir Pull up.Puas berada di taman, aku pun pulang dengan baju kaos yang sudah basah karena keringat. Walaupun terasa sangat capek, tetapi tubuhku terasa lebih segar dan inilah yang aku suka. Memang kalau suda

  • Cinta Terlarang   Tawar Menawar

    Setelah mengucapkan terima kasih kepada Shafa. Aku dan Alif langsung turun dari mobilnya. Lalu aku dan Alif berjalanmenuju toko yang menjual berbagai macam gerobak."Mau beli apa, Mas?" tanya karyawan toko ramah."Gerobak Mas," jawabku. Jujur, aku terkekeh dalam hati, gimana gak mau terkekeh coba, lah dia tanya mau beli apa, ya pasti beli gerobak. Tak mungkin beli baju, iya kan? Karena di toko ini hanya jual khusus gerobak aja, tak ada yang lain atau dia tanya seperti itu hanya untuk berbasa-basi ya, biasanya kan emang gitu."Silahkan di pilih, Mas. Di sini ada 32 gerobak dengan model dan tentu dengan harga yang berbeda juga, tergantung kualitas dan kerumitannya saat membuat," ucap karyawan toko mempersilahkan."Kayu yang di pakai buat gerobak ini kayu apa, Mas?" tanya Ilham, ia sedikit tau perihal masalah kayu."Ada yang pakai kayu jati, kayu mahoni, kayu trembesi, kayu jati Belanda, kayu sungkai dan kayu mindi," jawabnya lancar, dia s

Latest chapter

  • Cinta Terlarang   Alif's Feelings

    Pov Alif Perkenalkan namaku Alif, aku mempunyai sahabat bernama Ilham, dia laki-laki yang sangat baik, tampan, gagah, sholeh, ulet dan cinta akan kebersihan. Dia juga pekerja keras dan punya semangat belajar yang tinggi. Andai aku jadi perempuan, aku pasti mencintainya. Sayangnya aku laki-laki, jadi aku hanya sekedar mengaguminya saja. Beberapa bulan mengenalnya membuat aku mulai mengenal sifat dia, termasuk gerakan tubuhnya yang membuat aku mengerti. Seperti saat ia yang ternyata diam-diam menyukai salah satu teman kami yang tak lain bernama Nesha, sayangnya dia wanita yang berbeda keyakinan dengannya. Walaupun ia tak cerita, namun aku tau ia selalu berperang batin dengan apa yang ia rasakan. Di satu sisi, ia mulai mengenal cinta, bahkan mungkin Nesha merupakan cinta pertama untuknya tapi di sisi lain, ia sadar bahwa mereka tak mungkin bersatu, terlebih ia tak mau mengecewakan kedua orangtuanya yang sudah mengizinkan dirinya untuk kuliah di kota, jauh dari A

  • Cinta Terlarang   Prank Yang Menjengkelkan

    Keesokan harinya seperti biasa aku dan Alif berangkat kuliah dengan jalan kaki. Sebelumnya aku dan Alif mampir di Warung Buk Asih untuk sarapan pagi.Setelah berjalan beberapa menit, sampailah aku dan Alif di lingkungan kampus. Mungkin karena masih terlalu pagi, jadi hanya beberapa orang aja yang datang."Lif, ke kantin yuk?" ajakku."Ngapain? Kita kan udah sarapan tadi di Warung Buk Asih," sahutnya."Ya ... kita minum teh aja yuk sambil nunggu temen yang lain datang," jawabku."Aku mau ke perpus aja," balasnya."Ngapain?" tanyaku penasaran."Aku mau cari Novel buat aku baca di kosan nanti. Bosen main game terus," jawabnya."Oh perlu aku temenin?" tanyaku lagi."Enggak usah. Kamu ke kantin aja dulu, nanti setelah aku menemukan novel kesukaanku, aku akan nyamperin kamu," ucapnya."Oke, aku ke kantin dulu kalau gitu," ujarku. Alif pun menganggukkan kepala.Lalu aku dan Alif berpencar, aku ke kiri sedangka

  • Cinta Terlarang   Suka Sholawatan

    Suka SholawatanJam 8 malam, Nesha datang dengan membawa mobilnya yang biasa ia pakai ke kampus. Kebetulan Alif juga lagi gak ada, ia pergi ke kosan untuk mengambil roti yang kurang dua dus lagi."Hei, gimana laris?" tanyanya sambil duduk di kursi plastik yang aku sediakan. Emang aku menyediakan 5 kursi plastik. Dua di antaranya di pakai untuk aku dan Alif, sedangkan yang tiga untuk pelanggan yang menunggu, biar gak capek berdiri terus, jadi bisa duduk biar lebih nyaman nunggunya."Alhamdulillah, laris," jawabku sambil sibuk membolak-balikkan roti yang ada di atas panggangan, setelah itu aku lanjut memakai mentega di roti yang mau aku bakar. Dan lanjut menaruh selai di tengah-tengah roti yang sudah aku belah jadi dua bagian.Roti yang sudah matang aku angkat lalu aku taruh di kertas minyak yang sudah aku siapkan. Gara-gara tak ada Alif, aku jadi kerepotan sendiri."Gimana pesananku, sudah selesai?" tanyanya lagi."Belum, kurang lima belas bu

  • Cinta Terlarang   Pesanan Nesha

    Keesokan harinya aku dan Alif pergi jalan-jalan karena besok sudah harus masuk kuliah lagi jadi tak mungkin bisa jalan-jalan kecuali nunggu hari Jumat.Pertama-tama aku dan Alif pergi ke Taman Bungkul naik ojek, sampai ke jalan besar, aku memilih berhenti dan naik Bus Surabaya, aku dan Alif memilih keliling dulu sebelum akhirnya berhenti di dekat Taman Bungkul.Untuk menggunakan Bus Surabaya tak perlu pakai uang, cukup bayar dengan botol bekas. Jadi lumayanlah hemat uang. Untung aku dan Alif setiap beli minuman botol, botolnya gak pernah di buang dan selalu di simpan sehingga bisa di manfaatkan di saat seperti ini.Di Taman Bungkul, kami hanya sebentar, sekitar dua jam saja, lalu lanjut pergi ke Tugu Pahlawan. Di sana, aku bisa menikmati pemandangan yang bagus dan juga bisa melihat-lihat sejarah pahlawan, bahkan jika masuk ke museum, kita bisa melihat berbagai macam peralatan pahlawan yang di simpan baik sampai sekarang.Setelah puas melihat-lihat Tugu Pa

  • Cinta Terlarang   Lancar Jaya

    Setelah puas bermain Basket, aku dan Alif pun pamit pulang lebih dulu sedangkan yang lain masih terus bermain entah sampai jam berapa. Sesampai di kos, aku dan Alif masuk ke kamar masing-masing untuk mandi dan salat Ashar karena jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Selesai salat, aku masih menyempatkan waktu mengaji walaupun hanya beberapa lembar saja sambil nunggu adzan Maghrib. Setelah adzan Maghrib, aku dan Alif pun bersiap-siap menata dagangan di gerobak, baru setelah itu aku langsung berangkat bareng Alif.Sesampai di taman, aku langsung melayani pelanggan yang ternyata ada dua orang yang sudah menunggu di taman, menunggu roti bakar buatanku karena kata mereka, rasanya sangat enak dan pas di lidah.Sedangkan Alif ia juga ikut membantuku, ia tak perlu lagi teriak-teriak seperti di awal. Karena kini usaha ini juga sudah mulai terkenal di daerah ini."Oh ya, Ham. Ini ada yang order lima orang, katanya mau di ambil setengah jam lagi, ia masih d

  • Cinta Terlarang   Rasa Yang Salah

    Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu. Aku dan Nesya semakin hari semakin akrab dan rasa kagumku semakin hari juga semakin membuncah, entah kenapa setiap kali ada di dekatnya aku merasa sangat nyaman sekali.Sedangkan Shafa, ia juga selalu mencari perhatianku, padahal sedikitpun aku tak tertarik dengannya. Aku bahkan sampai merasa gak enak sendiri sama Alif, karena Alif mengatakan padaku, ia menyukainya."Ham, kamu suka kan sama Nesya?" tanyanya waktu itu."Enggak," jawabku berbohong."Kamu mungkin bisa membohongiku, Ham. Tapi kamu tak bisa membohongi diri kamu sendiri. Aku bisa melihat kalau kamu mulai nyaman dengan Nesya begitupun dengan aku. Hanya saja sayangnya cintaku bertepuk sebelah tangan, karena wanita yang aku cintai, ternyata mencintai kamu," balas Alif."Aku gak mau mengurus percintaan dulu, aku ingin fokus kuliah agar bisa membahagiakan orang tuaku, aku juga ingin fokus sama usaha kita, biar bisa maju dan berkembang. Lagian

  • Cinta Terlarang   Kuliah Di Hari Pertama

    Hari-hari menjalani ospek di lewati dengan suka cita, tak ada kekerasan fisik, tak ada hukuman berat, tak ada bentakan atau teriakan yang membuat anak maba merasa takut. Bahkan Alif yang tadinya merasa takut menjalani ospek malah sangat menikmatinya. Memang seperti inilah ospek yang sebenarnya bukan membunuh mental para anak maba. Tidak seperti universitas di luaran sana, setiap kali ospek selalu di kasih hukuman yang tak masuk akal, bahkan ada yang sampai mendapatkan kekerasan fisik, di bentak dan lain sebagainya. Entah itu ospek atau ingin mengerjai anak maba, mungkin karena di kasih kepercayaan jadi bisa semena-mena menyiksa anak orang. Memang tak semua kampus kayak gitu, tapi setiap tahun pasti ada yang berjatuhan korban hingga miris liatnya. Entah mereka punya hati nurani apa gak saat menyiksa anak maba. Kita hanya bisa berdoa semoga di jauhkan dari hati yang keras hingga tak punya belas kasih pada orang lain.Setelah satu Minggu menjalani ospek, hari ini adalah ha

  • Cinta Terlarang   Wanita Yang Menarik Perhatian Ilham

    Satu Minggu telah berlalu. Selama seminggu berturut-turut, setiap malamnya aku dan Alif tak pernah absen jualan roti bakar di taman. Keuntungannya pun lumayan. Setiap uang yang di peroleh di bagi tiga, untuk modal, untukku dan untuk Alif. Aku juga tak hanya jualan ofline tapi juga online untuk menambah penghasilan. Bagi mereka yang malas keluar, bisa memesan lewat online dan nanti ada ojol yang akan menjemputnya dan mengantarkan ke mereka yang memesan. Tentu ongkos kirimnya di tanggung oleh pihak pemesan atau pembeli.Dan kini di Hari Senin, aku dan Ilham pun mulai kuliah. Aku menggunakan celana hitam dan baju kemewa warna putih dan juga sepatu hitam sesuai instruksi yang di terima lewat pesan grup. Ini adalah hari pertama OSPEK, yang merupakan singkatan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus yang tujuannya untuk mengenalkan mahasiswa baru tentang dunia perkulihaan. Mahasiswa baru biasanya akan di kenalkan pada istilah-istilah dasar dan sistem diperguruan tinggi.&nb

  • Cinta Terlarang   Roti Bakar AI Murmer

    Jam tiga sore gerobak telah di kirim ke kosan. Lalu aku dan Alif mulai menata semua peralatan dan perlengkapan di atas gerobak serapi mungkin, agar terlihat enak di pandang mata. Alif juga membuat tulisan mengenai harga roti itu dari yang harga 10 ribu sampai 20 ribu tergantung banyaknya keju, susu dan selai yang mereka minta.Setelah selesai semua, sehabis sholat maghrib, aku dan Alif pun langsung berangkat, aku dan Alif bergantian mendorong gerobak tersebut hingga sampai taman. Aku mencari tempat yang cukup strategis, setelah menemukannya barulah aku dan Alif menetapkan akan jualan di sana. Alif yang teriak-teriak, memanggil orang-orang untuk membeli roti bakar sedangkan aku yang sibuk melayani mereka."Ayo guys, beli, harga murah meriah, rasanya pun jangan di tanya karena yang pasti akan membuat ketagihan. Roti Bakar AI murmer, di coba dulu guys, kalau suka, bisa nambah lagi belinya. Roti bakar ini berbeda dari yang lain, karena selain yang membuatnya seorang laki-l

DMCA.com Protection Status