Home / Romansa / Cinta Tapi Gengsi / Bab1 Tak Sengaja Bertemu Nenek

Share

Cinta Tapi Gengsi
Cinta Tapi Gengsi
Author: TreeAR23

Bab1 Tak Sengaja Bertemu Nenek

Author: TreeAR23
last update Last Updated: 2021-08-29 10:48:41

Suasana hati Lovrin lumayan bersahabat dia memulai langkah perkuliahan hari itu dengan penuh semangat. Lovrin memang jarang memberikan senyum terbaiknya, terlebih saat dirinya ditinggalkan kedua orang tuanya saat masih berusia lima tahun. Kini dia hidup bersama nenek dan juga pamannya.

 “Lovrin … apa kau sudah menghabiskan sarapanmu?” tanya sang nenek pada Lovrin.

“Sudah, Nek.

"Masakan Nenek memang juara!” celetuk Lovrin yang tengah mencicipi berbagai hidangan di meja makan.

“Tetapi kau mengapa tampak kurus sekali akhir-akhir ini?” canda paman Lovrin.

“Ah, Paman. Bisa saja menggodaku.”

Mereka memang begitu setiap harinya, terbiasa bergurau satu dengan yang lainnya. Tanpa terasa Lovrin yang diasuh neneknya beranjak dewasa. Neneknya, Nyonya Farida begitu menyayangi Lovrin. Sepeninggal kedua orang tua Lovrin, dialah tempat bersandar bagi sang cucu kesayangan.

Semasa sekolah Nyonya Farida sering sekali mendapat telepon dari sekolah, yang mengabarkan berbagai tingkah nakal Lovrin. Meski demikian perempuan lanjut usia itu tetap menasehati Lovrin dengan penuh cinta.Kenakalan Lovrin dianggapnya sebagai uji kesabaran seorang nenek terhadap cucunya saja.

“Lovrin, jangan lupa nasihat Nenek padamu.”

“Nasihat yang mana, Nek?”

“Maaf aku lupa terlalu banyak nasihat Nenek padaku.” pria menyebalkan itu, lagi-lagi menggoda sang nenek.

“Cukup, jangan meledeku!”

“Sudah, berangkatlah kuliah.” teriak Nyonya Farida pada Lovrin.

Anak itu masih tidak berubah wataknya sangat cuek dan tidak pernah sekalipun bersikap manis pada siapa pun. Tak dipungkiri, sesekali dia senang memberikan kejutan berupa hal-hal konyol pada nenek dan juga pamannya.

Waktu perkuliahan memang sangat melelahkan bagi Lovrin, pasalnya dia tak seperti mahasiswa lainnya yang dengan bebas menggunakan uang mereka untuk makan di kantin kampus atau sekadar membeli minuman. Lovrin harus berhemat, bahkan sangat hemat mengingat uang yang dihasilkannya dari pekerjaan paruh waktu sebagai pengantar pizza masih terbilang kecil.

Lovrin cenderung menghindar dari pertemanan, bahkan lebih senang menyendiri di sudut perpustakaan. Ada yang menarik, ada seorang mahasiswa yang sudah lama memperhatikan gerak-gerik Lovrin saat di perpustakaan tiba-tiba datang menghampirinya.

“Hai, kamu anak yang sering menyendiri di sini bukan?”

“Aku Haikal.” ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya pada Lovrin.

“Yup, ada masalah?” dengan nada tengil khas Lovrin cukup membuat lawan bicara kelimpungan.

“Oh tentu tidak kawan. Aku hanya ingin berteman bukan mencari lawan.”

“Maaf aku bukan orang yang tepat untuk berteman, aku sibuk.” pungkas Lovrin dengan tegas.

Ini benar-benar hal yang memalukan bagi Haikal, baru pertama kalinya dia menemui mahasiswa tengil tingkat dewa macam Lovrin. Tak patah arang Haikal yang penasaran dengan sosok Lovrin kembali berusaha menghampiri.

“Kau ternyata tengil juga ya.”

“Tak apa, aku suka berkawan dengan orang yang memiliki kepercayaan diri dan arogansi tinggi.”

Sekeras apapun suara Haikal mencoba mengakrabkan diri dengan Lovrin tetap saja dia tidak bergeming. Duduk dan membaca buku-buku horror atau sesekali mengerjakan tugas dari dosen.

“Aku punya novel horror romantis terbaik saat ini, kau mau membacanya?”

Melihat kesungguhan Haikal yang ingin berteman dengannya, membuat Lovrin melongok spontan ke arah Haikal. Lovrin tampak mengambil novel tersebut dan mempersilahkan Haikal duduk di sebelahnya.

“Sejak kapan kau suka novel horor romantis?”

“Kalau aku lihat-lihat kau benar-benar pria kesepian, tanpa teman.”

“Iya, aku memang lebih suka sendirian.”

“Aku bukan seperti mereka serba ada.”

“Jadi itu alasanmu tidak ingin berteman hanya karena kau tidak memiliki apapun?” tanya Haikal penasaran.

Lovrin tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan pasti, tetapi apapun itu Lovrin tetaplah Lovrin dengan kepribadian tengil, cuek, dan keras kepala. Sepulang perkuliahan Haikal menawari Lovrin untuk pulang bersamanya, menaiki mobil yang dikendarai sendiri oleh Haikal. Tanpa basa-basi Lovrin menolak ajakan itu, dengan alasan dia lebih senang naik kendaraan umum.

Haikal berusaha memahami karakter teman barunya itu, pria berbadan gempal tersebut terus melaju dengan mobil sport berwarna merah menyala. Haikal tampak seperti anak bos-bos besar, hal itu bisa dilihat dari gaya berpakaian dan kendaraan yang dipakainya saat ke kampus.

Saat di perjalanan pulang dan melanjutkan rutinitasnya bekerja paruh waktu, di salah satu resto pizza yang cukup popular di kotanya, dia mampir sebentar untuk membelikan sesuatu untuk sang nenek. Lovrin ingat hari itu adalah hari ulang tahun sang nenek yang ke tujuh puluh tiga tahun.

“Aku mau beli apa ya untuk Nenek?” bisik Lovrin dalam hatinya.

“Biasanya Nenek sangat menyukai bunga. Ah, kali ini aku ingin belikan kursi pijit saja.” ungkapnya sambil membelokkan langkah ke salah satu toko alat-alat kesehatan.

Sesampainya di dalam toko Lovrin melihat-lihat harga kursi pijit yang akan dibelinya. Matanya tak berhenti berkedip saat mengetahui harga kursi tersebut yang mencapai jutaan rupiah.

“Mas, saya mau lihat-lihat ini.” Seperti suara yang tidak asing didengar oleh Lovrin.

“Lovrin!”

“Lovrin!”

“Hei, Lovrin Andrea Gustaf!” tak kunjung menyahuti teriakannya, Nyonya Farida memanggil Lovrin sambil menepuk bahu jangkung Lovrin saat itu juga.

“mengapa kau di sini, bukannya kau ada pekerjaan hari ini?”

“Iya, Nek. Aku mampir dahulu mau beli sesuatu.” Kata Lovrin sambil pura-pura memilih sesuatu barang.

“Apa kau sedang berbohong padaku?”

“Ah, sudahlah. Lupakan hari ini ulang tahunku. Fokus pada pekerjaanmu.” ungkap sang nenek pada cucu tercintanya, seolah dia tak ingin membebani cucunya dengan hadiah yang mahal.

Lovrin merasa tak sampai hati pada wanita yang sudah membesarkannya dengan penuh cinta. Tak sebanding dengan harga barang yang akan dibelinya, untuk itu Lovrin memutuskan untuk bekerja lembur seminggu ini, agar uang itu dapat membeli barang incarannya.

Di balik tingkahnya yang tengil dan cuek, ternyata Lovrin masih menyimpan rasa peduli untuk sang nenek dan pamannya. Mereka bukanlah orang kaya, yang hidup dengan mudah di kota besar, jadi bila menginginkan sesuatu harus berusaha lebih dahulu.

"Kali ini aku tidak boleh gagal!"

"Hadiah itu harus aku berikan pada Nenek." kata Lovrin sambil membakar semangat dirinya.

Dia berlari menuju resto pizza yang berada di pusat kota saat itu, tak dihiraukannya suara bising jalanan dan penatnya tubuh sehabis perkuliahan. Lovrin menguatkan setiap langkahnya agar bisa bekerja lembur malam ini, kebetulan hari itu adalah malam minggu. Dimana anak-anak muda perkotaan menghabiskan malam mereka dengan nongkrong di resto atau kafe-kafe terkenal.

"Wah, sang pengantar pizza tampan sudah datang rupanya!" gurau salah seorang karyawan di resto tersebut. 

"Kau habis darimana Lovrin?keringatmu begitu deras?" lagi-lagi karyawan tersebut berusaha memancing Lovrin yang terdiam untuk membicarakan harinya.

"Lakukan saja pekerjaanmu, tak usah merisaukanku." hanya kata itu yang terlontar dari Lovrin saat dia berusaha menyampaikan keinginannya.

"Baiklah, aku sudah bersikap ramah padamu, Lovrin." gerutu teman satu profesi Lovrin.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab2 Kenangan Itu

    Teriknya matahari benar-benar membuat Lovrin sangat kehausan, saat itu juga dia mencari es rumput laut kesukaannya. Biasanya siang-siang begitu pedagang es selalu stan by menjajakan es rumput lau di depan kampus.“Widih, ini panas ampe nusuk kulit rasanya.”“Tenggorokan juga udah seret, es rumput laut kesukaanku pasti ampuh ni.” celetuk Lovrin sambil menyusuri anak tangga menuju depan kampus.Rupanya dari arah selatan, ada sebuah mobil melaju sangat kencang dan hanya membunyikan klakson, pertanda pejalan kaki harus waspada.“Woi, ini jalan punya nenek moyang kau apa?”“Hampir nyawaku melayang, awas kau.”Amarahnya kembali terusik karena melihat pengendara mobil itu, berhenti pas di area parkir kampus. Saat pengendara mobil itu turun dan berbalik badan, ternyata dia adalah Haikal. Lovrin yang mengetahui itu Haikal langsung memberondong dengan pertanyaan dan umpatan.“Kau punya sim d

    Last Updated : 2021-08-29
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab3 Menunggu Momen

    “Wah gawat, kali ini aku tidak bisa berkelit.” kata Kinora sedikit terburu-buru memacu langkah untuk menuju kelas perkuliahan.Dia tak lagi menghiraukan pak Alman, yang tengah memberikan materi perkuliahan saat itu. Meski detak jantung Kinora kembang kempis karena berjalan dengan terburu-buru, namun dia berusaha tenang mencari tempat duduknya.“Ehem!”“Kinora, what are you doing?” ucap pak Alman, mencoba mengintrogasi Kinora yang masih tak percaya kedatangannya secara diam-diam diketahui oleh dosennya itu.“A … anu Pak, maaf saya terlambat.” sambil menahan malu, dia tetap berdiri dengan posisi tangan yang mengepal karena cemas.“Ok, I don’t know what you think this morning, out please!” seketika pak Alman menyuruh Kinora keluar dari kelas, karena keterlambatan hampir tiga puluh menit.Kali ini Kinora tidak beruntung, dia langsung keluar dari kelas dan memutar arah menuj

    Last Updated : 2021-09-02
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab4 Jalan Temu

    Peristiwa beberapa hari yang lalu, saat hujan mengguyur kota dan seisinya hingga mempertemukan Lovrin dan Kinora, dalam situasi yang tidak mengenakan. Kinora benar-benar dipermalukan oleh Lovrin, dia terlihat bak gadis bodoh yang dimarahi habis-habisan dihadapan Lovrin si tengil.Tampang Lovrin begitu bringas, dingin, dan seakan siap menerkam Kinora yang santun juga rupawan. Lovrin tak menunjukkan sikap ramah, bak seorang pangeran yang bertemu dengan seorang putri cantik jelita. Kejadian itu rupanya sempat terlintas kembali di benak Kinora.“Ayora, aku teringat kejadian beberapa hari lalu.” ungkap Kinora pada Ayora yang sibuk mengerjakan tugas perkuliahannya.“Wah, aku jadi ingin tau, memang kejadian apa sih?” selidik Ayora pada Kinora yang mencoba mengingat kembali kejadian itu sambil bingung mengapa dirinya bisa bertemu dengan seorang pria menyebalkan.“Aku tak sengaja saat hujan hari itu menyemprot air hujan ke tubuh seora

    Last Updated : 2021-09-02
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab5 Siasat Haikal

    Sekian lama menunggu, di dalam bioskop namun Lovrin masih juga belum kembali untuk menonton film. Haikal memutuskan, untuk segera mencari temannya itu.“Rin, Rin … kau tidura atau apa sih di toilet?” tanya Haikal dalam hati sambil grasak-grusuk menelusuri jalan menuju toilet.Haikal melihat ada suara keributan di arah sebelah selatan toilet, lalu dia datang menghampiri perlahan.“Permisi Mbak, ini ada apa ya?” selidik Haikal pada salah satu pengunjung yang kebetulan juga sedang mengamati kekisruhan itu.“Itu lo emas, ada cewek sama cowok yang lagi rebut gara-gara ponsel.” ungkap pengunjung.“Omg … itukan si Lovrin, gawat. Buat masalah apalagi itu anak?”Tebakan Haikal tidak meleset, Lovrin yang memang keras kepala dan minus sopan santun memang telah berulah kembali. Haikal mendekati Lovrin, yang masih saja bersitegang dengan Kionora.“Permisi Mbak, ada apa ini ya? Ini

    Last Updated : 2021-09-03
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 6 Keseruan Sehari Di Pameran Lukisan

    Hari itu adalah akhir pekan yang cerah. Lovrin dan Kinora memutuskan untuk pergi ke pameran lukisan yang baru dibuka di pusat kota. Kinora, yang sangat menyukai seni, sudah tidak sabar sejak semalam, sementara Lovrin, yang lebih suka bercanda daripada seni, hanya tertarik karena ingin menghabiskan waktu bersama Kinora dan mungkin sedikit menjahilinya.Saat mereka masuk ke galeri, Kinora langsung terpesona. “Hei Tengil, oh tidak, maksudku Lihat Lovrin! Lukisan ini menggambarkan pergolakan emosi melalui warna-warna gelapnya. Sangat dalam, bukan?” teriak Kinora bersemangat sambil menunjuk ke sebuah karya abstrak.Lovrin memiringkan kepalanya, berpura-pura serius. “Hmm… Menurutku ini lukisan tentang nasi goreng yang ditinggal pas hujan,” jawabnya dengan wajah datar.Kinora melotot. “Lovrin! Serius, dong!”Tawa kecil Lovrin memenuhi ruangan. “Oke, oke, aku serius. Tapi ya, mungkin saja si pelukis lapar saat membuat ini?”Setiap kali Kinora mencoba membahas lukisan dengan antusias, Lovrin s

    Last Updated : 2024-12-03
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 7 Rahasia Tersembunyi

    Kinora berdiri di depan kaca besar di ruang tamu rumahnya yang sederhana. Cermin itu memantulkan wajahnya yang tampak lelah dan penuh pertanyaan. Matanya yang biasanya cerah kini tampak redup, terperangkap dalam serangkaian pikiran yang membingungkan. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang selama ini tidak pernah terungkap. Sesuatu yang berkaitan dengan masa lalu keluarganya dan, lebih spesifik lagi, tentang ayahnya. Ia tahu bahwa ada rahasia besar yang selama ini disembunyikan darinya. Rahasia yang akan mengubah segala yang ia ketahui tentang hidupnya.Beberapa hari terakhir, Kinora merasakan ketegangan yang aneh di rumah. Ayahnya, Arman, tampak cemas dan sering berbicara dengan orang-orang yang tidak dikenal, sementara ibunya, Mira, lebih sering diam dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Suatu malam, ketika Kinora sedang bersantai di ruang keluarga, ia mendengar percakapan yang tak sengaja ia tangkap antara ayah dan ibunya. Mereka membicarakan sesuatu yang

    Last Updated : 2024-12-18
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 8 Melupakan Dendam Untuk Cinta

    Lovrin duduk di tepi jendela ruang tamunya, pandangannya jauh melayang menembus langit senja yang kemerahan. Kota yang sibuk di bawahnya tampak mulai padam, tanda malam datang. Namun, bagi Lovrin, senja ini terasa berbeda. Tidak ada lagi rasa pahit yang mengendap di hatinya, tidak ada lagi dendam yang membakar jiwa. Segalanya mulai terlihat lebih ringan, meskipun bayang-bayang masa lalu masih sesekali muncul.Di luar sana, Kinora menunggu. Wanita yang telah mengubah hidupnya, yang kini menjadi satu-satunya alasan mengapa ia bisa terus bertahan, meskipun semua kebencian dan kesakitan yang dulu pernah ia rasakan.Kinora, putri dari pria yang telah menjadi musuh terbesar dalam hidupnya. Ayah Kinora adalah orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang merenggut nyawa orang tua Lovrin bertahun-tahun lalu. Kecelakaan itu menyebabkan Lovrin tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, dikelilingi oleh rasa kehilangan dan kemarahan yang mendalam.Namun, meskipun Kinora adalah darah dagin

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 8 Melupakan Dendam Untuk Cinta

    Lovrin duduk di tepi jendela ruang tamunya, pandangannya jauh melayang menembus langit senja yang kemerahan. Kota yang sibuk di bawahnya tampak mulai padam, tanda malam datang. Namun, bagi Lovrin, senja ini terasa berbeda. Tidak ada lagi rasa pahit yang mengendap di hatinya, tidak ada lagi dendam yang membakar jiwa. Segalanya mulai terlihat lebih ringan, meskipun bayang-bayang masa lalu masih sesekali muncul.Di luar sana, Kinora menunggu. Wanita yang telah mengubah hidupnya, yang kini menjadi satu-satunya alasan mengapa ia bisa terus bertahan, meskipun semua kebencian dan kesakitan yang dulu pernah ia rasakan.Kinora, putri dari pria yang telah menjadi musuh terbesar dalam hidupnya. Ayah Kinora adalah orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang merenggut nyawa orang tua Lovrin bertahun-tahun lalu. Kecelakaan itu menyebabkan Lovrin tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, dikelilingi oleh rasa kehilangan dan kemarahan yang mendalam.Namun, meskipun Kinora adalah darah dagin

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 7 Rahasia Tersembunyi

    Kinora berdiri di depan kaca besar di ruang tamu rumahnya yang sederhana. Cermin itu memantulkan wajahnya yang tampak lelah dan penuh pertanyaan. Matanya yang biasanya cerah kini tampak redup, terperangkap dalam serangkaian pikiran yang membingungkan. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang selama ini tidak pernah terungkap. Sesuatu yang berkaitan dengan masa lalu keluarganya dan, lebih spesifik lagi, tentang ayahnya. Ia tahu bahwa ada rahasia besar yang selama ini disembunyikan darinya. Rahasia yang akan mengubah segala yang ia ketahui tentang hidupnya.Beberapa hari terakhir, Kinora merasakan ketegangan yang aneh di rumah. Ayahnya, Arman, tampak cemas dan sering berbicara dengan orang-orang yang tidak dikenal, sementara ibunya, Mira, lebih sering diam dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Suatu malam, ketika Kinora sedang bersantai di ruang keluarga, ia mendengar percakapan yang tak sengaja ia tangkap antara ayah dan ibunya. Mereka membicarakan sesuatu yang

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 6 Keseruan Sehari Di Pameran Lukisan

    Hari itu adalah akhir pekan yang cerah. Lovrin dan Kinora memutuskan untuk pergi ke pameran lukisan yang baru dibuka di pusat kota. Kinora, yang sangat menyukai seni, sudah tidak sabar sejak semalam, sementara Lovrin, yang lebih suka bercanda daripada seni, hanya tertarik karena ingin menghabiskan waktu bersama Kinora dan mungkin sedikit menjahilinya.Saat mereka masuk ke galeri, Kinora langsung terpesona. “Hei Tengil, oh tidak, maksudku Lihat Lovrin! Lukisan ini menggambarkan pergolakan emosi melalui warna-warna gelapnya. Sangat dalam, bukan?” teriak Kinora bersemangat sambil menunjuk ke sebuah karya abstrak.Lovrin memiringkan kepalanya, berpura-pura serius. “Hmm… Menurutku ini lukisan tentang nasi goreng yang ditinggal pas hujan,” jawabnya dengan wajah datar.Kinora melotot. “Lovrin! Serius, dong!”Tawa kecil Lovrin memenuhi ruangan. “Oke, oke, aku serius. Tapi ya, mungkin saja si pelukis lapar saat membuat ini?”Setiap kali Kinora mencoba membahas lukisan dengan antusias, Lovrin s

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab5 Siasat Haikal

    Sekian lama menunggu, di dalam bioskop namun Lovrin masih juga belum kembali untuk menonton film. Haikal memutuskan, untuk segera mencari temannya itu.“Rin, Rin … kau tidura atau apa sih di toilet?” tanya Haikal dalam hati sambil grasak-grusuk menelusuri jalan menuju toilet.Haikal melihat ada suara keributan di arah sebelah selatan toilet, lalu dia datang menghampiri perlahan.“Permisi Mbak, ini ada apa ya?” selidik Haikal pada salah satu pengunjung yang kebetulan juga sedang mengamati kekisruhan itu.“Itu lo emas, ada cewek sama cowok yang lagi rebut gara-gara ponsel.” ungkap pengunjung.“Omg … itukan si Lovrin, gawat. Buat masalah apalagi itu anak?”Tebakan Haikal tidak meleset, Lovrin yang memang keras kepala dan minus sopan santun memang telah berulah kembali. Haikal mendekati Lovrin, yang masih saja bersitegang dengan Kionora.“Permisi Mbak, ada apa ini ya? Ini

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab4 Jalan Temu

    Peristiwa beberapa hari yang lalu, saat hujan mengguyur kota dan seisinya hingga mempertemukan Lovrin dan Kinora, dalam situasi yang tidak mengenakan. Kinora benar-benar dipermalukan oleh Lovrin, dia terlihat bak gadis bodoh yang dimarahi habis-habisan dihadapan Lovrin si tengil.Tampang Lovrin begitu bringas, dingin, dan seakan siap menerkam Kinora yang santun juga rupawan. Lovrin tak menunjukkan sikap ramah, bak seorang pangeran yang bertemu dengan seorang putri cantik jelita. Kejadian itu rupanya sempat terlintas kembali di benak Kinora.“Ayora, aku teringat kejadian beberapa hari lalu.” ungkap Kinora pada Ayora yang sibuk mengerjakan tugas perkuliahannya.“Wah, aku jadi ingin tau, memang kejadian apa sih?” selidik Ayora pada Kinora yang mencoba mengingat kembali kejadian itu sambil bingung mengapa dirinya bisa bertemu dengan seorang pria menyebalkan.“Aku tak sengaja saat hujan hari itu menyemprot air hujan ke tubuh seora

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab3 Menunggu Momen

    “Wah gawat, kali ini aku tidak bisa berkelit.” kata Kinora sedikit terburu-buru memacu langkah untuk menuju kelas perkuliahan.Dia tak lagi menghiraukan pak Alman, yang tengah memberikan materi perkuliahan saat itu. Meski detak jantung Kinora kembang kempis karena berjalan dengan terburu-buru, namun dia berusaha tenang mencari tempat duduknya.“Ehem!”“Kinora, what are you doing?” ucap pak Alman, mencoba mengintrogasi Kinora yang masih tak percaya kedatangannya secara diam-diam diketahui oleh dosennya itu.“A … anu Pak, maaf saya terlambat.” sambil menahan malu, dia tetap berdiri dengan posisi tangan yang mengepal karena cemas.“Ok, I don’t know what you think this morning, out please!” seketika pak Alman menyuruh Kinora keluar dari kelas, karena keterlambatan hampir tiga puluh menit.Kali ini Kinora tidak beruntung, dia langsung keluar dari kelas dan memutar arah menuj

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab2 Kenangan Itu

    Teriknya matahari benar-benar membuat Lovrin sangat kehausan, saat itu juga dia mencari es rumput laut kesukaannya. Biasanya siang-siang begitu pedagang es selalu stan by menjajakan es rumput lau di depan kampus.“Widih, ini panas ampe nusuk kulit rasanya.”“Tenggorokan juga udah seret, es rumput laut kesukaanku pasti ampuh ni.” celetuk Lovrin sambil menyusuri anak tangga menuju depan kampus.Rupanya dari arah selatan, ada sebuah mobil melaju sangat kencang dan hanya membunyikan klakson, pertanda pejalan kaki harus waspada.“Woi, ini jalan punya nenek moyang kau apa?”“Hampir nyawaku melayang, awas kau.”Amarahnya kembali terusik karena melihat pengendara mobil itu, berhenti pas di area parkir kampus. Saat pengendara mobil itu turun dan berbalik badan, ternyata dia adalah Haikal. Lovrin yang mengetahui itu Haikal langsung memberondong dengan pertanyaan dan umpatan.“Kau punya sim d

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab1 Tak Sengaja Bertemu Nenek

    Suasana hati Lovrin lumayan bersahabat dia memulai langkah perkuliahan hari itu dengan penuh semangat. Lovrin memang jarang memberikan senyum terbaiknya, terlebih saat dirinya ditinggalkan kedua orang tuanya saat masih berusia lima tahun. Kini dia hidup bersama nenek dan juga pamannya.“Lovrin … apa kau sudah menghabiskan sarapanmu?” tanya sang nenek pada Lovrin.“Sudah, Nek."Masakan Nenek memang juara!” celetuk Lovrin yang tengah mencicipi berbagai hidangan di meja makan.“Tetapi kau mengapa tampak kurus sekali akhir-akhir ini?” canda paman Lovrin.“Ah, Paman. Bisa saja menggodaku.”Mereka memang begitu setiap harinya, terbiasa bergurau satu dengan yang lainnya. Tanpa terasa Lovrin yang diasuh neneknya beranjak dewasa. Neneknya, Nyonya Farida begitu menyayangi Lovrin. Sepeninggal kedua orang tua Lovrin, dialah tempat bersandar bagi sang cucu kesayangan.Semasa sekolah Nyon

DMCA.com Protection Status