Home / Romansa / Cinta Tapi Gengsi / Bab4 Jalan Temu

Share

Bab4 Jalan Temu

Author: TreeAR23
last update Last Updated: 2021-09-02 23:19:58

Peristiwa beberapa hari yang lalu, saat hujan mengguyur kota dan seisinya hingga mempertemukan Lovrin dan Kinora, dalam situasi yang tidak mengenakan. Kinora benar-benar dipermalukan oleh Lovrin, dia terlihat bak gadis bodoh yang dimarahi habis-habisan dihadapan Lovrin si tengil.

Tampang Lovrin begitu bringas, dingin, dan seakan siap menerkam Kinora yang santun juga rupawan. Lovrin tak menunjukkan sikap ramah, bak seorang pangeran yang bertemu dengan seorang putri cantik jelita. Kejadian itu rupanya sempat terlintas kembali di benak Kinora.

“Ayora, aku teringat kejadian beberapa hari lalu.” ungkap Kinora pada Ayora yang sibuk mengerjakan tugas perkuliahannya.

“Wah, aku jadi ingin tau, memang kejadian apa sih?” selidik Ayora pada Kinora yang mencoba mengingat kembali kejadian itu sambil bingung mengapa dirinya bisa bertemu dengan seorang pria menyebalkan.

“Aku tak sengaja saat hujan hari itu menyemprot air hujan ke tubuh seorang pria yang sedang berjalan terburu-buru.”

“Hanya saja pria tengil itu benar-benar menyebalkan!” gerutu Kinora bila mengingat Lovrin.

“Really?”

“Masa iya ada yang menyebalkan padamu putri kesayangan?” goda Ayora pada sahabat sejak kecilnya itu.

“Sumpah, baru kali itu aku bertemu pria tengil, menyebalkan …. Argh.”

“Dia memarahiku dengan begitu angkuhnya, seolah dialah yang paling menderita di dunia ini.”

“Aku benci pada pria brengsek itu.” nada bicara yang sudah meninggi menunjukkan kekesalan yang teramat membelenggu hati Kinora kala menceritakan pertemuan pertamanya dengan Lovrin.

Namun, disituasi berbeda Lovrin pun tampak sibuk dengan rutinitasnya, sebagai mahasiswa dengan tetap bekerja paruh waktu. Saat perkuliahan hari itu usai, Lovrin menghubungi Haikal yang tempo hari curhat bahwa dia masih berurusan soal pajak.

“Haikal kau dimana?” suara nyaring Lovrin meski dia hanya berbicara lewat ponsel.

“Aku masih di ruang perkuliahan sebentar lagi aku menyusul ke kantin.” kata Haikal pada Lovrin yang juga terdengar memendam kekesalan.

Tak berselang lama, Lovrin menunggu sambil menyuruput secangkir kopi tubruk kesukaannya, Haikal pun datang menyusul. Sepertinya hari ini Haikal begitu bersemangat, dia menenteng berbagai buku-buku untuk persiapan menulis tugas akhirnya.

“Kal, apa kau yakin baik-baik saja?” ucap Lovrin berusaha memastikan Susana hati Haikal.

“Tentu!”

“sepertinya energiku sudah on lagi.”

“Dasar kau perut karet!”

“Makanlah yang banyak agar Susana hatimu tetap bersemangat.” ejek Lovrin pada Haikal yang masih membolak-balik buku catatannya.

“Nah, kau sendiri mengapa wajahmu itu seperti lipatan dompetku?” balas Haikal pada Lovrin.

“Sialan.”

“Aku beberapa hari yang lalu benar-benar sial.”

“Aku yang terburu-buru ingin bekerja terpaksa libur karena semua bajuku basah kuyup.”

“Apa?kau basah kuyup.” Ungkap Haikal disusul dengan gelak tawa renyah khasnya.

“Diam kau!”

“Wanita bermobil itu menyemprotku dengan air hujan jalanan saat itu.”

“Arrgh … aku benci dia!” lagi-lagi kata umpatan terdengar dari mulut Lovrin.

Haikal menyadari suasana hati Lovrin pasti sedang buruk, makanya dia tidak terlalu mengomporinya. Haikal yakin Lovrin marah–marah begitu karena dia takut gajinya dipotong oleh pihak resto, bila tak datang untuk bekerja. Padahal Lovrin hanya berharap penghasilan dari pekerjaan paruh waktu.

Meski demikian, Lovrin tetap berusaha untuk melanjutkan hidupnya dan melupakan kejadian beberapa hari lalu. Bahkan pada hari itu, neneknya nyonya Farida menghibur dirinya karena gajinya dipotong pihak resto. Apapun yang keluar dari mulut neneknya, pasti akan berhasil meluluhkan hati Lovrin.

Haikal mengajak Lovrin untuk menonton film di sebuah bioskop yang terletak di dalam mall pusat kota.

“Rin, kau mau nonton denganku?”

“Ada film bagus hari ini tayang, ayolah!” ajak Haikal pada Lovrin agar mau ikut bersamanya.

“Boleh. Aku butuh hiburan.” celetuk Lovrin yang mengiyakan ajakan Haikal.

Mereka langsung pergi menuju bioskop, dan Haikal memacu laju mobil agar tidak kehabisan tiket. Sesampainya disana, mereka membeli beberapa cemilan dan minuman. Tak lupa Haikal memesan beberapa tiket, sambil mengantri beberapa saat mengingat banyaknya penonton siang itu.

“Kal, kau duluan saja ke dalam. Aku ke toilet sebentar.” kata Lovrin menyuruh Haikal menunggu di dalam bioskop.

Setelah Lovrin keluar dari toilet, dia tak sengaja menabrak tubuh seorang wanita. Hingga ponsel wanita itu pun terjatuh ke lantai dan retak pada layar.

“Ya ampun, ponselku!”

“Foto-foto designku, oh tidak!” teriak spontan wanita yang menenteng beberapa barang belanjaan tersebut.

“Maaf … maaf aku tidak sengaja, ini ponselmu.” pungkas Lovrin pada wanita itu.

Namun, setelah dilihatnya secara rinci Kinora seperti mengenali pria itu, pria yang sama pada hari itu. Pria yang memaki-makinya karena tidak sengaja kecipratan air hujan jalanan oleh mobil Kinora.

“Kau, kau lagi?”

“Apa yang kau lakukan pria tidak sopan?” kali ini Kinora benar-benar mengungkapkan kebenciannya pada Lovri.

Bukan Lovrin si tengil bila tidak membalas dengan sesuka hatinya.

“Ini ponselmu, aku tidak sengaja. Maaf!” Lovrin melontarkan kata yang cukup memerahkan telinga Kinora.

“Apa katamu, maaf.”

“Kau pikir ponselku itu baik-baik saja, pria tidak sopan?”

“Hei! Ponselku rusak!” teriakan Lovrin dibalas tak kalah pedas oleh Kinora.

Ayora yang juga berada di lokasi kejadian, tampak berusaha menenangkan Kinora yang terus menggerutu memaki Lovrin.

“Sudah, sudah Kinora tenanglah.”

“Malu kedengeran orang.” pinta Ayora pada Kinora yang mulai kehilangan kendali.

“Bagus kau.”

“Kemarin aku tak sengaja menyirammu dengan air hujan jalanan. Kini kau rusak ponselku. Apa masalahmu denganku!” suasana makin memanas kala Kinora terus saja mencecar Lovrin atas kejadian hari itu.

“Woi, kau gila atau kurang tidur nona?” jawab Lovrin atas ocehan Kinora.

“Ini hanya ponsel, kau kan orang kaya tinggal beli apa susahnya?”

Tak terima dengan apa yang dikatakan Lovrin padanya, Kinora benar-benar murka, hingga menarik kerah baju Lovrin dan menumpahkan segala unek-uneknya kala itu.

“Woi pria bodoh.”

“Aku akan membeli lebih banyak ponsel, tapi tidak design-design baju rancanganku. Jangan kau sepelekan pekerjaanku!”

Tatapan mata Kinora sangat menyeramkan, tak lepas dari pelupuk matanya raut wajah Lovrin. Lovrin saat itu mulai berpikir, bahwa dia benar-benar bersalah. Tak habis pikir Lovrin, ada seorang wanita yang berani menarik kerah bajunya, selain neneknya sendiri.

“Sialan, perempuan ini bernyali juga.” ucap Lovrin dalam hati yang hanya mampu ditahannya sebab dia sadar saat itu dialah yang bersalah.

“Baik, aku salah. Aku minta maaf.” kata Lovrin sambil melipat kedua tangan memberikan isyarat bahwa dia sungguh-sungguh meminta maaf.

“Aku hanya ingin designku. Apapun caranya.” jelas Kinora sambil berusaha menenangkan dirinya.

“Kau sudah dengar apa kemauan temanku.”

“Berusahalah untuk mendapatkan designnya, apapun caranya.” tukas Ayora seakan menyimpulkan apa yang harus dilakukan Lovrin untuk memperbaiki kesalahannya.

“Oh iya satu lagi, belajarlah sopan santun, agar kau lebih terlihat seperti pria baik-baik.” nasihat Kinora dengan nada datar namun sangat tajam menghujam pendengaran Lovrin        

Related chapters

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab5 Siasat Haikal

    Sekian lama menunggu, di dalam bioskop namun Lovrin masih juga belum kembali untuk menonton film. Haikal memutuskan, untuk segera mencari temannya itu.“Rin, Rin … kau tidura atau apa sih di toilet?” tanya Haikal dalam hati sambil grasak-grusuk menelusuri jalan menuju toilet.Haikal melihat ada suara keributan di arah sebelah selatan toilet, lalu dia datang menghampiri perlahan.“Permisi Mbak, ini ada apa ya?” selidik Haikal pada salah satu pengunjung yang kebetulan juga sedang mengamati kekisruhan itu.“Itu lo emas, ada cewek sama cowok yang lagi rebut gara-gara ponsel.” ungkap pengunjung.“Omg … itukan si Lovrin, gawat. Buat masalah apalagi itu anak?”Tebakan Haikal tidak meleset, Lovrin yang memang keras kepala dan minus sopan santun memang telah berulah kembali. Haikal mendekati Lovrin, yang masih saja bersitegang dengan Kionora.“Permisi Mbak, ada apa ini ya? Ini

    Last Updated : 2021-09-03
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 6 Keseruan Sehari Di Pameran Lukisan

    Hari itu adalah akhir pekan yang cerah. Lovrin dan Kinora memutuskan untuk pergi ke pameran lukisan yang baru dibuka di pusat kota. Kinora, yang sangat menyukai seni, sudah tidak sabar sejak semalam, sementara Lovrin, yang lebih suka bercanda daripada seni, hanya tertarik karena ingin menghabiskan waktu bersama Kinora dan mungkin sedikit menjahilinya.Saat mereka masuk ke galeri, Kinora langsung terpesona. “Hei Tengil, oh tidak, maksudku Lihat Lovrin! Lukisan ini menggambarkan pergolakan emosi melalui warna-warna gelapnya. Sangat dalam, bukan?” teriak Kinora bersemangat sambil menunjuk ke sebuah karya abstrak.Lovrin memiringkan kepalanya, berpura-pura serius. “Hmm… Menurutku ini lukisan tentang nasi goreng yang ditinggal pas hujan,” jawabnya dengan wajah datar.Kinora melotot. “Lovrin! Serius, dong!”Tawa kecil Lovrin memenuhi ruangan. “Oke, oke, aku serius. Tapi ya, mungkin saja si pelukis lapar saat membuat ini?”Setiap kali Kinora mencoba membahas lukisan dengan antusias, Lovrin s

    Last Updated : 2024-12-03
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 7 Rahasia Tersembunyi

    Kinora berdiri di depan kaca besar di ruang tamu rumahnya yang sederhana. Cermin itu memantulkan wajahnya yang tampak lelah dan penuh pertanyaan. Matanya yang biasanya cerah kini tampak redup, terperangkap dalam serangkaian pikiran yang membingungkan. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang selama ini tidak pernah terungkap. Sesuatu yang berkaitan dengan masa lalu keluarganya dan, lebih spesifik lagi, tentang ayahnya. Ia tahu bahwa ada rahasia besar yang selama ini disembunyikan darinya. Rahasia yang akan mengubah segala yang ia ketahui tentang hidupnya.Beberapa hari terakhir, Kinora merasakan ketegangan yang aneh di rumah. Ayahnya, Arman, tampak cemas dan sering berbicara dengan orang-orang yang tidak dikenal, sementara ibunya, Mira, lebih sering diam dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Suatu malam, ketika Kinora sedang bersantai di ruang keluarga, ia mendengar percakapan yang tak sengaja ia tangkap antara ayah dan ibunya. Mereka membicarakan sesuatu yang

    Last Updated : 2024-12-18
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 8 Melupakan Dendam Untuk Cinta

    Lovrin duduk di tepi jendela ruang tamunya, pandangannya jauh melayang menembus langit senja yang kemerahan. Kota yang sibuk di bawahnya tampak mulai padam, tanda malam datang. Namun, bagi Lovrin, senja ini terasa berbeda. Tidak ada lagi rasa pahit yang mengendap di hatinya, tidak ada lagi dendam yang membakar jiwa. Segalanya mulai terlihat lebih ringan, meskipun bayang-bayang masa lalu masih sesekali muncul.Di luar sana, Kinora menunggu. Wanita yang telah mengubah hidupnya, yang kini menjadi satu-satunya alasan mengapa ia bisa terus bertahan, meskipun semua kebencian dan kesakitan yang dulu pernah ia rasakan.Kinora, putri dari pria yang telah menjadi musuh terbesar dalam hidupnya. Ayah Kinora adalah orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang merenggut nyawa orang tua Lovrin bertahun-tahun lalu. Kecelakaan itu menyebabkan Lovrin tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, dikelilingi oleh rasa kehilangan dan kemarahan yang mendalam.Namun, meskipun Kinora adalah darah dagin

    Last Updated : 2024-12-18
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab1 Tak Sengaja Bertemu Nenek

    Suasana hati Lovrin lumayan bersahabat dia memulai langkah perkuliahan hari itu dengan penuh semangat. Lovrin memang jarang memberikan senyum terbaiknya, terlebih saat dirinya ditinggalkan kedua orang tuanya saat masih berusia lima tahun. Kini dia hidup bersama nenek dan juga pamannya.“Lovrin … apa kau sudah menghabiskan sarapanmu?” tanya sang nenek pada Lovrin.“Sudah, Nek."Masakan Nenek memang juara!” celetuk Lovrin yang tengah mencicipi berbagai hidangan di meja makan.“Tetapi kau mengapa tampak kurus sekali akhir-akhir ini?” canda paman Lovrin.“Ah, Paman. Bisa saja menggodaku.”Mereka memang begitu setiap harinya, terbiasa bergurau satu dengan yang lainnya. Tanpa terasa Lovrin yang diasuh neneknya beranjak dewasa. Neneknya, Nyonya Farida begitu menyayangi Lovrin. Sepeninggal kedua orang tua Lovrin, dialah tempat bersandar bagi sang cucu kesayangan.Semasa sekolah Nyon

    Last Updated : 2021-08-29
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab2 Kenangan Itu

    Teriknya matahari benar-benar membuat Lovrin sangat kehausan, saat itu juga dia mencari es rumput laut kesukaannya. Biasanya siang-siang begitu pedagang es selalu stan by menjajakan es rumput lau di depan kampus.“Widih, ini panas ampe nusuk kulit rasanya.”“Tenggorokan juga udah seret, es rumput laut kesukaanku pasti ampuh ni.” celetuk Lovrin sambil menyusuri anak tangga menuju depan kampus.Rupanya dari arah selatan, ada sebuah mobil melaju sangat kencang dan hanya membunyikan klakson, pertanda pejalan kaki harus waspada.“Woi, ini jalan punya nenek moyang kau apa?”“Hampir nyawaku melayang, awas kau.”Amarahnya kembali terusik karena melihat pengendara mobil itu, berhenti pas di area parkir kampus. Saat pengendara mobil itu turun dan berbalik badan, ternyata dia adalah Haikal. Lovrin yang mengetahui itu Haikal langsung memberondong dengan pertanyaan dan umpatan.“Kau punya sim d

    Last Updated : 2021-08-29
  • Cinta Tapi Gengsi   Bab3 Menunggu Momen

    “Wah gawat, kali ini aku tidak bisa berkelit.” kata Kinora sedikit terburu-buru memacu langkah untuk menuju kelas perkuliahan.Dia tak lagi menghiraukan pak Alman, yang tengah memberikan materi perkuliahan saat itu. Meski detak jantung Kinora kembang kempis karena berjalan dengan terburu-buru, namun dia berusaha tenang mencari tempat duduknya.“Ehem!”“Kinora, what are you doing?” ucap pak Alman, mencoba mengintrogasi Kinora yang masih tak percaya kedatangannya secara diam-diam diketahui oleh dosennya itu.“A … anu Pak, maaf saya terlambat.” sambil menahan malu, dia tetap berdiri dengan posisi tangan yang mengepal karena cemas.“Ok, I don’t know what you think this morning, out please!” seketika pak Alman menyuruh Kinora keluar dari kelas, karena keterlambatan hampir tiga puluh menit.Kali ini Kinora tidak beruntung, dia langsung keluar dari kelas dan memutar arah menuj

    Last Updated : 2021-09-02

Latest chapter

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 8 Melupakan Dendam Untuk Cinta

    Lovrin duduk di tepi jendela ruang tamunya, pandangannya jauh melayang menembus langit senja yang kemerahan. Kota yang sibuk di bawahnya tampak mulai padam, tanda malam datang. Namun, bagi Lovrin, senja ini terasa berbeda. Tidak ada lagi rasa pahit yang mengendap di hatinya, tidak ada lagi dendam yang membakar jiwa. Segalanya mulai terlihat lebih ringan, meskipun bayang-bayang masa lalu masih sesekali muncul.Di luar sana, Kinora menunggu. Wanita yang telah mengubah hidupnya, yang kini menjadi satu-satunya alasan mengapa ia bisa terus bertahan, meskipun semua kebencian dan kesakitan yang dulu pernah ia rasakan.Kinora, putri dari pria yang telah menjadi musuh terbesar dalam hidupnya. Ayah Kinora adalah orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang merenggut nyawa orang tua Lovrin bertahun-tahun lalu. Kecelakaan itu menyebabkan Lovrin tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuanya, dikelilingi oleh rasa kehilangan dan kemarahan yang mendalam.Namun, meskipun Kinora adalah darah dagin

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 7 Rahasia Tersembunyi

    Kinora berdiri di depan kaca besar di ruang tamu rumahnya yang sederhana. Cermin itu memantulkan wajahnya yang tampak lelah dan penuh pertanyaan. Matanya yang biasanya cerah kini tampak redup, terperangkap dalam serangkaian pikiran yang membingungkan. Ia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang selama ini tidak pernah terungkap. Sesuatu yang berkaitan dengan masa lalu keluarganya dan, lebih spesifik lagi, tentang ayahnya. Ia tahu bahwa ada rahasia besar yang selama ini disembunyikan darinya. Rahasia yang akan mengubah segala yang ia ketahui tentang hidupnya.Beberapa hari terakhir, Kinora merasakan ketegangan yang aneh di rumah. Ayahnya, Arman, tampak cemas dan sering berbicara dengan orang-orang yang tidak dikenal, sementara ibunya, Mira, lebih sering diam dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Suatu malam, ketika Kinora sedang bersantai di ruang keluarga, ia mendengar percakapan yang tak sengaja ia tangkap antara ayah dan ibunya. Mereka membicarakan sesuatu yang

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab 6 Keseruan Sehari Di Pameran Lukisan

    Hari itu adalah akhir pekan yang cerah. Lovrin dan Kinora memutuskan untuk pergi ke pameran lukisan yang baru dibuka di pusat kota. Kinora, yang sangat menyukai seni, sudah tidak sabar sejak semalam, sementara Lovrin, yang lebih suka bercanda daripada seni, hanya tertarik karena ingin menghabiskan waktu bersama Kinora dan mungkin sedikit menjahilinya.Saat mereka masuk ke galeri, Kinora langsung terpesona. “Hei Tengil, oh tidak, maksudku Lihat Lovrin! Lukisan ini menggambarkan pergolakan emosi melalui warna-warna gelapnya. Sangat dalam, bukan?” teriak Kinora bersemangat sambil menunjuk ke sebuah karya abstrak.Lovrin memiringkan kepalanya, berpura-pura serius. “Hmm… Menurutku ini lukisan tentang nasi goreng yang ditinggal pas hujan,” jawabnya dengan wajah datar.Kinora melotot. “Lovrin! Serius, dong!”Tawa kecil Lovrin memenuhi ruangan. “Oke, oke, aku serius. Tapi ya, mungkin saja si pelukis lapar saat membuat ini?”Setiap kali Kinora mencoba membahas lukisan dengan antusias, Lovrin s

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab5 Siasat Haikal

    Sekian lama menunggu, di dalam bioskop namun Lovrin masih juga belum kembali untuk menonton film. Haikal memutuskan, untuk segera mencari temannya itu.“Rin, Rin … kau tidura atau apa sih di toilet?” tanya Haikal dalam hati sambil grasak-grusuk menelusuri jalan menuju toilet.Haikal melihat ada suara keributan di arah sebelah selatan toilet, lalu dia datang menghampiri perlahan.“Permisi Mbak, ini ada apa ya?” selidik Haikal pada salah satu pengunjung yang kebetulan juga sedang mengamati kekisruhan itu.“Itu lo emas, ada cewek sama cowok yang lagi rebut gara-gara ponsel.” ungkap pengunjung.“Omg … itukan si Lovrin, gawat. Buat masalah apalagi itu anak?”Tebakan Haikal tidak meleset, Lovrin yang memang keras kepala dan minus sopan santun memang telah berulah kembali. Haikal mendekati Lovrin, yang masih saja bersitegang dengan Kionora.“Permisi Mbak, ada apa ini ya? Ini

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab4 Jalan Temu

    Peristiwa beberapa hari yang lalu, saat hujan mengguyur kota dan seisinya hingga mempertemukan Lovrin dan Kinora, dalam situasi yang tidak mengenakan. Kinora benar-benar dipermalukan oleh Lovrin, dia terlihat bak gadis bodoh yang dimarahi habis-habisan dihadapan Lovrin si tengil.Tampang Lovrin begitu bringas, dingin, dan seakan siap menerkam Kinora yang santun juga rupawan. Lovrin tak menunjukkan sikap ramah, bak seorang pangeran yang bertemu dengan seorang putri cantik jelita. Kejadian itu rupanya sempat terlintas kembali di benak Kinora.“Ayora, aku teringat kejadian beberapa hari lalu.” ungkap Kinora pada Ayora yang sibuk mengerjakan tugas perkuliahannya.“Wah, aku jadi ingin tau, memang kejadian apa sih?” selidik Ayora pada Kinora yang mencoba mengingat kembali kejadian itu sambil bingung mengapa dirinya bisa bertemu dengan seorang pria menyebalkan.“Aku tak sengaja saat hujan hari itu menyemprot air hujan ke tubuh seora

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab3 Menunggu Momen

    “Wah gawat, kali ini aku tidak bisa berkelit.” kata Kinora sedikit terburu-buru memacu langkah untuk menuju kelas perkuliahan.Dia tak lagi menghiraukan pak Alman, yang tengah memberikan materi perkuliahan saat itu. Meski detak jantung Kinora kembang kempis karena berjalan dengan terburu-buru, namun dia berusaha tenang mencari tempat duduknya.“Ehem!”“Kinora, what are you doing?” ucap pak Alman, mencoba mengintrogasi Kinora yang masih tak percaya kedatangannya secara diam-diam diketahui oleh dosennya itu.“A … anu Pak, maaf saya terlambat.” sambil menahan malu, dia tetap berdiri dengan posisi tangan yang mengepal karena cemas.“Ok, I don’t know what you think this morning, out please!” seketika pak Alman menyuruh Kinora keluar dari kelas, karena keterlambatan hampir tiga puluh menit.Kali ini Kinora tidak beruntung, dia langsung keluar dari kelas dan memutar arah menuj

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab2 Kenangan Itu

    Teriknya matahari benar-benar membuat Lovrin sangat kehausan, saat itu juga dia mencari es rumput laut kesukaannya. Biasanya siang-siang begitu pedagang es selalu stan by menjajakan es rumput lau di depan kampus.“Widih, ini panas ampe nusuk kulit rasanya.”“Tenggorokan juga udah seret, es rumput laut kesukaanku pasti ampuh ni.” celetuk Lovrin sambil menyusuri anak tangga menuju depan kampus.Rupanya dari arah selatan, ada sebuah mobil melaju sangat kencang dan hanya membunyikan klakson, pertanda pejalan kaki harus waspada.“Woi, ini jalan punya nenek moyang kau apa?”“Hampir nyawaku melayang, awas kau.”Amarahnya kembali terusik karena melihat pengendara mobil itu, berhenti pas di area parkir kampus. Saat pengendara mobil itu turun dan berbalik badan, ternyata dia adalah Haikal. Lovrin yang mengetahui itu Haikal langsung memberondong dengan pertanyaan dan umpatan.“Kau punya sim d

  • Cinta Tapi Gengsi   Bab1 Tak Sengaja Bertemu Nenek

    Suasana hati Lovrin lumayan bersahabat dia memulai langkah perkuliahan hari itu dengan penuh semangat. Lovrin memang jarang memberikan senyum terbaiknya, terlebih saat dirinya ditinggalkan kedua orang tuanya saat masih berusia lima tahun. Kini dia hidup bersama nenek dan juga pamannya.“Lovrin … apa kau sudah menghabiskan sarapanmu?” tanya sang nenek pada Lovrin.“Sudah, Nek."Masakan Nenek memang juara!” celetuk Lovrin yang tengah mencicipi berbagai hidangan di meja makan.“Tetapi kau mengapa tampak kurus sekali akhir-akhir ini?” canda paman Lovrin.“Ah, Paman. Bisa saja menggodaku.”Mereka memang begitu setiap harinya, terbiasa bergurau satu dengan yang lainnya. Tanpa terasa Lovrin yang diasuh neneknya beranjak dewasa. Neneknya, Nyonya Farida begitu menyayangi Lovrin. Sepeninggal kedua orang tua Lovrin, dialah tempat bersandar bagi sang cucu kesayangan.Semasa sekolah Nyon

DMCA.com Protection Status