Share

Cinta Ipar Duda
Cinta Ipar Duda
Author: Dean Han

Parr. 1. Kepergian Mas Divo

Suasana rumah berlantai dua ini sepi. Hanya ada aku dan Bayu—bayi Sembilan bulanku yang telah tertidur pulas, usai kuberikan asupan ASI hampir setengah jam lamanya. Bayu kubiarkan tertidur di dalam Box Bayi, yang terletak di ruang tengah. Sementara aku di dapur menyiapkan semua pekerjaan yang masih terbengkalai. Tak lupa semua pintu kukunci, agar aku terbebas dari rasa was-was saat asyik bekerja nanti.

Kuraih piring kotor yang menumpuk di wastafel, dan mencucinya dengan cekatan. Karena, masih banyak pekerjaan yang menantiku setelahnya.

Tiba-tiba, aku dikejutkan oleh bunyi ketukan beruntun dipintu, diiringi suara laki-laki yang memanggil namaku. Aku melirik ke pintu kaca yang berada di sisi kiriku. Wajah lesu Mas Dion membias dari balik kaca, sambil memberikan isyarat padaku untuk membukakan pintu.

Bergegas kucuci tangan yang masih berlumuran busa sabun, mematikan air keran, dan menyeka kedua tangan pada washlap yang menggantung di hadapanku, lalu melangkah cepat ke pintu. Lelaki itu menatapku lesu.

Pintu kubuka pelan, sambil mengamati wajah Mas Dion—lelaki itu. Pasti ia mau ngetem lagi di kamar lamanya pagi ini. Padahal setiap ia pulang ke rumah di jam-jam segini, hatiku selalu risih, karena hanya ada aku, dia dan bayi sembilan bulanku di rumah yang cukup besar ini.

Mas Dion adalah kakak iparku yang kedua setelah Kak Dea, yang kini mengikuti suaminya tinggal di Jakarta. Kemudian baru suamiku—Mas Divo.

Mertuaku dua-duanya masih bekerja, Papa tahun ini pensiun sementara Mama dua tahun lagi. Nyaris setiap hari mereka tak pernah di rumah, selain hari libur kerja. Suamiku sendiri sudah dua bulan dipindah-tugaskan ke ibu kota. Ia hanya bisa pulang di hari Sabtu saja. Minggu  sore sudah harus berangkat kembali ke ibu kota. Sementara itu, Mas Dion?  Dua bulan sudah ia juga tinggal disini.

Bertepatan dengan kepindahan suamiku, Mas Dion malah mendapatkan permasalahan dalam rumah tangganya. Hubungannya dengan Mbak Vera sedang dalam masa ujian berat. Khabar yang kudengar, Mas Dion telah mengucapkan kata cerai padanya.

Sebenarnya, Mas Dion itu ganteng. Tubuhnya atletis, kulit putih dan berhidung mancung.  Walaupun ia dan Mas Divo sama-sama putih, tapi aku harus akui, Mas Dion lebih unggul selangkah dilihat dari face dan tubuhnya. Keunggulan itulah yang membuat seorang putri konglomerat tergila-gila padanya. Mbak Vera yang merupakan putri tunggal pengusaha property di ibu kota. Sayang, hubungan mereka sedang melewati masa sulitnya.

“Nggaka kerja ya, Mas?” tanyaku setelah pintu kubuka.

“Enggak! Mas masih pusing.” jawabnya singkat, masih dengan ekspresi lesu. Ia melangkah ke dalam, kemudian duduk di kursi santai ruang keluarga yang terpajang televisi ukuran cukup besar di dindingnya.

“Vi, bikinkan Mas minum, ya?” pintanya kemudian setelah bobotnya ia henyakkan di lantai.  Ia menyandarkan punggungnya di bibir kursi.

“Iya, Mas.” jawabku kemudian. Aku langsung menuju dapur, mengambil gelas dan wadah. Kemudian memasukkan gula, kopi dan menyiramnya dengan air panas. Asap mengepul dari kopi yang kuseduh. Kemudian kuaduk dan membawanya ke hadapan Mas Dion.

 “Makasi, ya? Kamu memang isteri idaman,” ucapnya sambil tersenyum. Aku terkejut. Kulihat ia kembali tersenyum sambil menatap padaku.

“Sayangnya ….”

“Sayangnya apa, Mas?” tanyaku heran.

“Sayangnya aku tak menemukan perempuan seperti kamu.” Aku makin kaget. Sambil mengernyitkan keningku, aku pun berlalu darinya. Sudut mataku masih dapat menangkap sunggingan senyum di bibirnya. 

Kemudian aku kembali larut dengan pekerjaanku, tanpa peduli lagi apa yang ia kerjakan di ruang itu. Pekerjaan yang menumpuk menguras konsentrasiku.

Beberapa menit berikutnya, aku dikejutkan dengan tangisan Bayu dari ruang tengah. Setengah berlari kuhampiri putra semata wayangku itu. Namun, tiba-tiba langkahku terhenti. Bayu sudah dalam gendongan Mas Dion. Ia memeluk dan menciumi bayu dengan hangat. Melebihi sikap yang pernah dilakukan Mas Divo. Aku terdiam mengamatinya. Menyadari kehadiranku, ia mengangkat wajahnya menatapku, sambil mengusap-usap punggung Bayu yang menghadap padanya. Aku tersenyum, dia balas tersenyum.

Bayu masih saja merengek. Tak sanggup membiarkan anakku dengan tangisannya, kuulurkan tangan meraih Bayu dari gendongan Mas Dion. Ia menyerahkan Bayu padaku. Tanpa sadar tangannya sedikit menyentuh tubuh bagian depanku. Aku terperanjat.  Namun, ekspresi lelaki itu hanya datar saja. Ia seakan tak menyadarinya. Walau awalnya aku kaget, tapi melihat ia seperti tak menyadasinya, aku pun mengacuhkannya. Kurasa aku tak perlu membesar-besarkan masalah ini. Mungkin ia memang tak sengaja.

“Hai, ganteng. Jangan nangjs lagi! Kasian Mimi, capek kerja sendirian,” ujarnya pada Bayu. Aku cuma tersenyum. Kemudian bersipa-siap hendak berlalu darinya. Namun, lagi-lagi langkahku terhenti. Mas Dion meraih jemari Bayu, dan mengajak Bayu bermain.

“Ganteng, sayang Papa Dion. Ci-luk ... ba! Ci-luk ... ba!” Aku tetsenyum, sekedar menghargai  itikad baiknya menenangkan Bayu.

Bayu tertawa, Mas Dion ikut tertawa melihat tawa lucu anakku. Ia kemudian mendekat dan menciumi Bayu yang sedang dalam gendonganku. Aku terperanjat. Wajahnya terasa amat dekat denganku. Rambut ikalnya yang masih menguarkan aroma shampo, berada tepat di bawah wajahku. Aku merenggangkan tubuh dari Bayu. Menghindari rasa tak nyamanku.

“M-maaf, M-mas. A-aku bawa Bayu dulu, ya? Sepertinya dia haus,” ujarku menghentikan keteganganku. Ia mengangkat wajahnya dan tersenyum, “Oh …. ya udah! Disini aja!” Aku mendelik. What!

“N-nggak, Mas. Di dalam aja. Bayu biasa sambil tiduran,” kilahku padanya. Kemudian tanpa menunggu jawabannya, aku pun berlalu darinya dengan mentralkan rasa bergidik yang kurasakan. Masih dapat kulihat sungingan senyuman yang tiba-tiba hadir di sudut bibirnya. Entah apa maksudnya.

Dean Han

Hai ... teman-teman. Mohon support-nya ya? Komen, vote dan rate di ceritaku ini. Semoga teman-teman terhibur. Happy reading

| 5
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Maryuliana
cerita bagus btg tapi syg harus beli koin
goodnovel comment avatar
Agus Sawal Armin
seru banget
goodnovel comment avatar
Heni Yanuati
crita awal sangat bagus. smg terus runtut cratanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status