Kata putus yang keluar dari mulut Keysha itu membuat keduanya kini terdiam. Ares sedang memijit pangkal hidungnya yang terasa berat. Sementara Keysha kini menolehkan kepalanya ke arah lain, kini air matanya sudah turun. Ketika emosinya memuncak, air mata itu selalu turun tanpa perintah.
"Key, Aku kesini itu buat tenangin diri aku. Kenapa kamu ngajak ribut kayak gini sih ? Kamu serius soal kata-kata kamu ?" Tanya Ares.
Keysha terdiam mendengar ucapan Ares. Ia berpikir, apakah dia salah membuat berbicara. Air matanya juga tak kunjung berhenti turun.
"Kamu ga ngerti perasaan aku" Ujar Keysha dengan nada terisaknya.
"Oh jadi ini semua salah aku ?"
"A-ares-"
"Key, kayaknya kita ga bisa bicara buat sekarang. Kita sama-sama panas. Kita bicara lain waktu aja"
"Lain waktu ? Kapan ? Soal berita itu gimana ? Aku ga mau bikin karir kamu hancur"
"Soal itu ga usah dipikirin, biar manajemen aku yang urus. Itu keahlian mereka"
"Jadi aku ga boleh ikut campur ?"
"Key" Ares mengusap kasar wajahnya.
"Lebih baik kamu tenangin diri kamu aja dulu. Aku pulang ya" Final Ares sebelum ia bangkit dan pergi dari sana.
Sekarang tersisa Keysha sendirian di dalam apartemennya. Kini tangisnya semakin pecah saat terdengar pintu apartemennya tertutup sedikit keras. Ia tak pernah berpacaran sebelumnya, jadi sekarang ia sungguh tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Bertanya pada teman juga bukan pilihan, karena Keysha tak memiliki seorang pun teman yang sangat dekat dengannya.
Keysha berpikir, kenapa pacaran semelelahkan ini, padahal mereka baru saja saling mengikat beberapa hari yang lalu. Apa ini yang dihadapi semua orang ketika berpacaran. Setahunya, ia hanya melihat mereka yang berpacaran itu dipenuhi kebahagiaan, bukan seperti sekarang. Perasaan Keysha sedang kalut dan takut, tapi kenapa kekasihnya tak mau menenangkannya, seperti kekasih orang-orang itu. Harusnya Ares mengerti itu, tetapi ia justru pergi di saat seperti ini.
Keysha pun beranjak dan mengambil laptopnya. Ia duduk di depan laptopnya dengan menatap cerita karangannya. Kemudian ia mulai mengetikkan kata-kata yang terlintas begitu saja di otaknya. Di saat kacaunya perasaan yang ia alami, entah kenapa ia malah semakin mudah menulis. Ia terasa seperti sedang mencurahkan isi hatinya pada tulisannya itu. Satu demi satu kata ia ketik bersama dengan turunnya air mata dari pelupuk matanya. Entah kenapa bisa pas, kini tokoh dalam fiksinya itu juga sedang mengalami konflik dan berada di ambang perpisahan.
"Putus ?"
Tangan keysha tertahan di atas Keyboardnya. Melihat tulisan putus yang baru saja ia ketik membuatnya berhenti. Apakah itu kata yang cocok untuk hubungan tokohnya itu, tapi rasanya itu hanya keegoisan tokoh perempuan itu tanpa memikirkan si lelaki. Kedua tokohnya sama-sama mengalami kesulitan, bukankah kata itu akan semakin membuat kedua tokoh itu semakin sengsara. Keysha pun menghapus lima huruf terakhir itu. Ia menutup laptopnya dengan keras.
"Tidak, tidak, mereka tidak boleh putus terlebih dahulu. Tapi- Ah sudahlah"
Keysha pun memutuskan untuk pergi ke kasurnya, sepertinya tidur dapat memberikan jawaban atas apa yang harus dilakukan tokohnya itu, atau bahkan mungkin dirinya dengan Ares.
---
Hari ini adalah penayangan perdana film Namsan I'm In Love. Beberapa artis dan jajaran kru film ikut menonton tayangan perdana di bioskop terbesar di negara ini. Salah satunya adalah sang pemeran utama Aresta Mahendra. Dia datang bersama dengan Anindhita Geraldyn, salah satu aktris muda yang digemari hampir seluruh pemuda. Selain parasnya yang cantik, kemampuan aktingnya juga tak kalah. Dua aktor populer di negara ini memainkan sebuah film tersebut, yang mana tentunya memancing sangat banyak antusias baik dari penggemar Ares, maupun dari penggemar Anindhita. Hari pertama penayangan film ini, seluruh kursi sudah terjual habis.
"Res, gimana perasaan lo ?" Tanya Anindhita yang sedang membenahi riasannya.
"Ya menurut lo aja, Nin. Gue gugup banget asli" Jawab Ares sambil memainkan gawainya di sebelah Anindhita.
"Penggemar lo kan banyak, ngapain gugup sih ? Kalo ada lo mah pasti rame filmnya"
"Enggak lah, Nin. Penggemar lo kan juga banyak, mereka pasti juga pada rame mau nonton karena lo"
"Ih, mulut lo tuh ya. Ares, kalau gue ga inget ini buat chemist kita di film, kayaknya gue bakal beneran baper sama lo deh"
"Kenapa ? gue memang idaman banget ya kan" Ares menaikkan alisnya beberapa kali.
"Dih, apaan sih. Lo bukannya udah punya pacar ya ? Kemarin abis rame tuh di berita. Iya bukan sih ?"
"Manajemen gue udah konfirmasi"
"Jadi beneran orang yang mirip lo aja ? Ga percaya gue"
Sementara itu Ares hanya mengendikkan bahunya. Tak lama setelahnya, kedua aktor pemeran utama itu dipanggil oleh salah seorang kru mereka untuk segera memasuki sinema. Keduanya pun bergegas, setelah sebelumnya membenahi sedikit penampilannya.
Mereka pun berjalan ke dalam ruang sinema. Saat keduanya masuk, langsung suara teriakan mengiringi mereka. Gawai-gawai pun sudah bersiap di atas untuk merekam mereka berdua.
"Ini dia pemeran utama kita, Aresta Mahendra dan Anindhita Geraldyn. Selamat datang. Silakan perkenalkan diri kalian" Seorang pembawa acara penayangan perdana film itu menyambut kedatangan Ares dan Anindhita.
"Halo semua, gue Aresta Mahendra sebagai Rafael Kim"
"AAAA KAK ARES"
"KAK ARES GANTENG BANGET"
"ARES LOVE YOU"
"ARES LO GANTENG BANGET"
Berbagai teriakan serupa langsung berkumandang ketika Ares menyapa mereka. Ini adalah dunia Ares, pujian tampan dari kaum hawa menjadi rutinitas sehari-harinya. Gawai yang saling berebut tempat untuk memotret atau merekamnya itu sudah makanan sehari-harinya.
"Dan gue Anindhita Geraldyn sebagai Diana Kusuma"
"KAK ANIN"
"KAK ANIN CANTIK BANGET"
"Okay, Rafael Kim dan Diana Kusuma. Boleh diceritain ga sih, gimana tokoh yang kalian peranin itu ? Dari siapa dulu nih ? Ares boleh, silakan"
"Rafael Kim ini adalah seorang mahasiswa pertukaran pelajar yang sebenernya juga punya darah Korea. Meskipun begitu, dia ini tak mendapat perlakuan bagus di Korea karena ia lahir dari kecil di Bali"
"Waahh menarik banget ya, padahal dia itu keturunan asli Korea ya, tapi dia justru ga diterima sama warga sana. Kalo peran Anindhita gimana sih ?"
"Diana Kusuma itu adalah anak seorang TKW yang bekerja di Korea Selatan. Tapi karena tak ada keluarga lagi yang bisa merawatnya, ia terpaksa harus ikut ibunya ke Korea. Ia juga harus bekerja disana"
"Waahhh, menarik banget nih. Sama-sama dari sini tapi malah bertemunya di Korea"
"Bener banget, cerita ini menarik banget. Waktu gue baca skripnya, gue langsung jatuh cinta banget sama kisah mereka berdua ini" Sahut Ares.
"Serius ? seorang Aresta Mahendra teman-teman, dia langsung jatuh cinta sama cerita ini. Makin penasaran ga nih kalian ?"
Penonton semakin riuh saat digoda oleh sang pembawa acara. Ares tersenyum melihat semua penonton disana yang terlihat sangat antusias dengan karyanya itu. Ada rasa kehangatan yang menjalar ke hatinya ketika melihat orang-orang itu tidak sabar menanti karya-karyanya. Sampai di salah satu kursi sinema itu, Ares melihat seseorang yang sangat tak asing baginya. Tatapan mata itu menatap tepat di mata Ares. Perdebatan mereka kemarin kini kembali terlintas dalam benak Ares.
"Ares, ada apa ? DItanya itu" Anindhita menyenggol Ares yang hanya terdiam sedari tadi.
"O-oh, kenapa ?"
"Wah Ares lagi ga fokus ya ? Capek mungkin ya, kan projectnya banyak banget nih Ares"
Ares pun membalas dengan tersenyum malu-malu. Tetapi matanya tak hilang fokus dari keberadaan perempuan disana. Keysha, perempuan itu sedang duduk di bangu ujung atas sambil menatapnya. Tatapan itu bahkan tak bisa Ares pahami.
"Tadi saya bertanya, apa ada adegan kissing ga nih di filmnya ? Ini penonton juga penasaran banget loh. Jangan lupa siapin hati kalian ya guys" Pembawa acara itu tertawa menggoda penonton.
"K-kissing ?"
Ares menatap takut-takut ke arah Keysha yang duduk di ujung sana. Dari sekian banyak tentang filmnya, kenapa harus pertanyaan ini.
"Ada yang lebih dari itu juga sih. Bener ga ?" Bukan Ares, tapi Anindhita yang menjawab itu."Apa ? lebih ? Lebih yang gimana sih, mau di spill dong. Biar temen-temen disini makin iri, iya ga ?" Timpal si pembawa acara.Teriakan sedih penonton sukses mengalihkan pandangan Ares dari Keysha. Ia menatap seluruh penonton di depannya, ini pertama kalinya ia tak fokus dalam bekerja. Keysha benar-benar membuat Ares merasakan sesuatu yang berbeda. Setelah menampar diri tidak secara harfiah, Ares menunjukkan senyuman terbaiknya kepada para penggemarnya disana."Lihat aja deh filmnya, nanti kalian juga tahu" Final Ares."Bener juga, sebentar lagi penayangan di mulai juga. Buat kalian yang penasaran, langsung aja kita tonton sebentar lagi ya. Untuk seluruh pemain boleh langsung duduk di kursi yang telah di sediakan. Film sebentar lagi di mulai, jadi saya selaku pembawa acara disini mengucapkan terima kasih kepada seluruh penonton yang hadir disini. Selamat menikmati filmnya"Setelah pemutaran fi
"Dasar ga tahu diri" Perempuan itu langsung menjambak rambut Keysha dengan keras. Antara terkejut dan sakit, Keysha hanya diam saat dirinya dijambaki dengan brutal. Ia tak mengerti lagi, kenapa akhir-akhir ini hidupnya sangat banyak kejadian mengejutkan seperti ini. Apa dunia sedang bercanda dengannya. "Hei! Lo siapa ? Jangan main jambak orang gini" Ares menengahi dua perempuan di depannya itu. Ares menatap kesal ke perempuan asing itu. Ia langsung menutupi Keysha dengan tubuhnya. Sementara perempuan itu tentu saja semakin kesal melihat Ares yang terlihat melindungi Keysha itu. "ARES !!! KAMU KOK NGELINDUNGIN DIA SIH ?" Perempuan itu berteriak kesal. "Emangnya kenapa ? Gue aja ga kenal lo. Dan lo tiba-tiba masuk rumah gue tanpa izin. Udah sewajarnya bukan gue marah sama lo ?" "Aku ini pacar kamu Ares, kamu ga inget ?" "Pacar ?" Ares semakin menyatukan kedua alisnya. Mendengar kata itu tentu membuat Keysha membeku di tem
"Key, tunggu dulu" Ares meraih tangan Keysha sebelum ia menginjak area luar pagar."Aku anterin ya ?" Ares memohon."Ga mau""Key, ini udah malem sayang. Please, aku anterin ya ? Aku ga mau kamu kenapa-napa"Keysha tak merespon apapun. Ia sebenarnya masih bisa pulang sendiri, apalagi ini masih sore kalau bagi Keysha si anak malam. Tapi bukan dalam artian buruk, ia hanya suka bersepeda di malam hari, ngopi di malam hari, atau bahkan menulis "Okay, aku anterin ya"Setelah itu, tangan Keysha langsung diseret menuju ke dalam rumah Ares. Saat sampai di dalam rumah, Keysha semakin kebingungan. Karena saat ini ia sampai di dalam kamar Ares. Melihat itu saja sudah membuat Keysha berpikir yang tidak-tidak."K-kok ke kamar kamu ? Tadi katanya mau anterin aku""Kamu mau aku nganterin kamu pake pendekan gini ?" Jawab Ares sambil melepas bajunya di depan Keysha."ARES"Sontak Keysha langsung berbalik dan memejamkan matanya ra
Seorang perempuan terbangun dari tidur lelapnya. Ia meregangkan otot-otonya sambil mengucek matanya. Ia menengok jam kecil dikamarnya sebentar untuk mengetahui waktu saat ini. “Masih jam 10” Ucapnya dengan suara parau khas bangun tidur. Ia pun meraba-raba bagian bawah bantalnya dengan acak. Ekspresinya sedikit berubah kala ia menemukan gawainya disana. Total sepuluh detik ia memandang layar gawainya dengan tak percaya. Notifikasi begitu ramai akan komentar dan suka dari aplikasi novel online miliknya. Perempuan itu mengucek matanya sekali lagi, ia menggeleng dan menampar pipinya cukup keras. “Key, bangun bodoh. Lo masih mimpi pasti” Sedetik kemudian ia berteriak keras sambil melihat halaman cerita yang semalam ia publikasi. Meskipun tak percaya, ribuan komentar dan pembaca terpampang jelas kala Keysha, perempuan itu, membuka aplikasi novel online-nya. Jelas ini adalah awal yang baik setelah ia berkali-kali tak mendapat jawaban apapun dari berbagai penerbit tempat ia mengajukan nas
Dua orang lelaki dan perempuan itu tengah menghabiskan yang begitu panas. Si lelaki mencumbu hebat perempuan di bawahnya itu. Lelaki itu, Aresta Mahendra seorang aktor dengan citra yang baik, kehidupan mewahnya kerap kali disorot, dan lagi penggemar gilanya yang selalu tak luput dari pembicaraan warga net. Namun semua citra yang ditayangkannya melalui layar kaca tidaklah sama dengan aslinya. Seperti saat ini, ia membawa pulang perempuan secara acak untuk ditidurinya. “Ahhh” Desah Keysha saat merasakan pencapaian keduanya. “Tubuhmu sangat indah hhh kukira wajahmu saja yang indah” Ares menggigit bibir bawahnya, semangatnya semakin memuncak kala kejantanannya bermain-main indah di dalam lubang perempuan di bawahnya itu. Satu tepukan keras dibagian pantat Keysa mendarat. Desahan lainnya pun muncul dari mulut perempua
"A-ares" Keysha menutup mulutnya tak percaya.Perempuan itu memandang seseorang yang datang itu dari atas hingga bawah. Lelaki itu mengenakan hoodie dan jeans hitam, mulutnya yang ia tutupi dengan masker hitam tak membuat ketampanan di wajahnya hilang dari sana. Antara terkejut, tak percaya, dan senang, seseorang yang diidolakan oleh perempuan-perempuan sebangsa dan negara ini tiba-tiba berdiri di depan pintu apartemennya."Hai. Gue boleh masuk ?" Tanya Ares sambil menoleh ke kanan kirinya tak nyaman.Dengan tak sadar Keysha mengangguk. Setelah mendapat persetujuan itu, Ares masuk ke dalam apartemen Keysha dan melepaskan maskernya. Lagi-lagi Keysha termenung melihat ketampanan luar biasa Ares jika dilihat sedekat ini."Masih sakit ga ? Manajer gue bilang lo sampe kesusahan waktu jalan. Sorry banget ya gue terlalu bersemangat semalam. Gue bawa makanan sama obat buat lo. Pake dulu obatnya ya biar 'itu' lo ga sakit" Ares menunjukkan kantong yang
Ares cukup terkejut saat melihat Keysha kini benar-benar menangis. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Keysha menangis. Malam itu mungkin ia cukup koorperatif karena perempuan itu sedang berada di ambang kesadarannya. Ares pun mengelus kepala Keysha dengan penuh kasih sayang. Lelaki itu lupa bahwa ini adalah pertama kali Keysha melakukan 'itu' dalam keadaan sadar. Perempuan itu sangat polos jika dibanding dengan mantan-mantan Ares sebelumnya. "Ssshh, I'm sorry, sayang. Maaf, Maaf harusnya aku izin dulu sama kamu. It's okay, ke depannya aku janji kalau mau aku izin dulu ke kamu deh" Ares memegang pipi Keysha sambil mengelusnya dengan ibu jarinya. "M-maafin aku, aku cuma kaget aja. Aku cengeng banget ya ?" Ujar Keysha sambil masih sesenggukan. "It;s okay, wajar kok. Kamu belum punya pengalaman pacaran. Aku yang salah sayang" "M-maaf" "Hmm, it's okay, i'm fine" Ares pun mendudukkan Keysha. Ia bersimpuh di hadapan
Keysha memandang gawainya dengan bingung. Ia hanya ingin mendengar kabar Ares. Tapi sepertinya tidak bisa di saat seperti ini. Seluruh portal berita dan media sosial sedang membahasnya, mungkin lelaki itu sedang menenangkan dirinya di suatu tempat. Tapi yang aneh, tidakkah manajemennya itu ingin mendapat suatu informasi dari dirinya. Kenapa saat ia menelfon tiba-tiba ditutup. Apa keadaan di kantornya sekacau itu. Semua pertanyaan itu bermunculan di otak Keysha. "AAAAAARRRGGGHHHH" Teriak frustasi Keysha sambil mengacak rambutnya. Tapi tiba-tiba suara bel pintunya berbunyi. Keysha terdiam di tempatnya. Ia berpikir siapa yang datang ke apartemennya di saat seperti ini. Haruskah ia mencurigai seseorang. "Emangnya gue siapa anjrit. Udah lah" Bersamaan dengan itu Keysha bangkit. Ia berjalan ke pintunya, dengan sedikit ragu akhirnya ia membuka pintunya itu. Dan betapa terkejutnya kala melihat sosok yang paling membuatnya merasa khawatir bahkan hingga detik ini. "A-ares ? Kok bisa disi
"Key, tunggu dulu" Ares meraih tangan Keysha sebelum ia menginjak area luar pagar."Aku anterin ya ?" Ares memohon."Ga mau""Key, ini udah malem sayang. Please, aku anterin ya ? Aku ga mau kamu kenapa-napa"Keysha tak merespon apapun. Ia sebenarnya masih bisa pulang sendiri, apalagi ini masih sore kalau bagi Keysha si anak malam. Tapi bukan dalam artian buruk, ia hanya suka bersepeda di malam hari, ngopi di malam hari, atau bahkan menulis "Okay, aku anterin ya"Setelah itu, tangan Keysha langsung diseret menuju ke dalam rumah Ares. Saat sampai di dalam rumah, Keysha semakin kebingungan. Karena saat ini ia sampai di dalam kamar Ares. Melihat itu saja sudah membuat Keysha berpikir yang tidak-tidak."K-kok ke kamar kamu ? Tadi katanya mau anterin aku""Kamu mau aku nganterin kamu pake pendekan gini ?" Jawab Ares sambil melepas bajunya di depan Keysha."ARES"Sontak Keysha langsung berbalik dan memejamkan matanya ra
"Dasar ga tahu diri" Perempuan itu langsung menjambak rambut Keysha dengan keras. Antara terkejut dan sakit, Keysha hanya diam saat dirinya dijambaki dengan brutal. Ia tak mengerti lagi, kenapa akhir-akhir ini hidupnya sangat banyak kejadian mengejutkan seperti ini. Apa dunia sedang bercanda dengannya. "Hei! Lo siapa ? Jangan main jambak orang gini" Ares menengahi dua perempuan di depannya itu. Ares menatap kesal ke perempuan asing itu. Ia langsung menutupi Keysha dengan tubuhnya. Sementara perempuan itu tentu saja semakin kesal melihat Ares yang terlihat melindungi Keysha itu. "ARES !!! KAMU KOK NGELINDUNGIN DIA SIH ?" Perempuan itu berteriak kesal. "Emangnya kenapa ? Gue aja ga kenal lo. Dan lo tiba-tiba masuk rumah gue tanpa izin. Udah sewajarnya bukan gue marah sama lo ?" "Aku ini pacar kamu Ares, kamu ga inget ?" "Pacar ?" Ares semakin menyatukan kedua alisnya. Mendengar kata itu tentu membuat Keysha membeku di tem
"Ada yang lebih dari itu juga sih. Bener ga ?" Bukan Ares, tapi Anindhita yang menjawab itu."Apa ? lebih ? Lebih yang gimana sih, mau di spill dong. Biar temen-temen disini makin iri, iya ga ?" Timpal si pembawa acara.Teriakan sedih penonton sukses mengalihkan pandangan Ares dari Keysha. Ia menatap seluruh penonton di depannya, ini pertama kalinya ia tak fokus dalam bekerja. Keysha benar-benar membuat Ares merasakan sesuatu yang berbeda. Setelah menampar diri tidak secara harfiah, Ares menunjukkan senyuman terbaiknya kepada para penggemarnya disana."Lihat aja deh filmnya, nanti kalian juga tahu" Final Ares."Bener juga, sebentar lagi penayangan di mulai juga. Buat kalian yang penasaran, langsung aja kita tonton sebentar lagi ya. Untuk seluruh pemain boleh langsung duduk di kursi yang telah di sediakan. Film sebentar lagi di mulai, jadi saya selaku pembawa acara disini mengucapkan terima kasih kepada seluruh penonton yang hadir disini. Selamat menikmati filmnya"Setelah pemutaran fi
Kata putus yang keluar dari mulut Keysha itu membuat keduanya kini terdiam. Ares sedang memijit pangkal hidungnya yang terasa berat. Sementara Keysha kini menolehkan kepalanya ke arah lain, kini air matanya sudah turun. Ketika emosinya memuncak, air mata itu selalu turun tanpa perintah. "Key, Aku kesini itu buat tenangin diri aku. Kenapa kamu ngajak ribut kayak gini sih ? Kamu serius soal kata-kata kamu ?" Tanya Ares. Keysha terdiam mendengar ucapan Ares. Ia berpikir, apakah dia salah membuat berbicara. Air matanya juga tak kunjung berhenti turun. "Kamu ga ngerti perasaan aku" Ujar Keysha dengan nada terisaknya. "Oh jadi ini semua salah aku ?" "A-ares-" "Key, kayaknya kita ga bisa bicara buat sekarang. Kita sama-sama panas. Kita bicara lain waktu aja" "Lain waktu ? Kapan ? Soal berita itu gimana ? Aku ga mau bikin karir kamu hancur" "Soal itu ga usah dipikirin, biar manajemen aku yang urus. Itu keahlian mere
Keysha memandang gawainya dengan bingung. Ia hanya ingin mendengar kabar Ares. Tapi sepertinya tidak bisa di saat seperti ini. Seluruh portal berita dan media sosial sedang membahasnya, mungkin lelaki itu sedang menenangkan dirinya di suatu tempat. Tapi yang aneh, tidakkah manajemennya itu ingin mendapat suatu informasi dari dirinya. Kenapa saat ia menelfon tiba-tiba ditutup. Apa keadaan di kantornya sekacau itu. Semua pertanyaan itu bermunculan di otak Keysha. "AAAAAARRRGGGHHHH" Teriak frustasi Keysha sambil mengacak rambutnya. Tapi tiba-tiba suara bel pintunya berbunyi. Keysha terdiam di tempatnya. Ia berpikir siapa yang datang ke apartemennya di saat seperti ini. Haruskah ia mencurigai seseorang. "Emangnya gue siapa anjrit. Udah lah" Bersamaan dengan itu Keysha bangkit. Ia berjalan ke pintunya, dengan sedikit ragu akhirnya ia membuka pintunya itu. Dan betapa terkejutnya kala melihat sosok yang paling membuatnya merasa khawatir bahkan hingga detik ini. "A-ares ? Kok bisa disi
Ares cukup terkejut saat melihat Keysha kini benar-benar menangis. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Keysha menangis. Malam itu mungkin ia cukup koorperatif karena perempuan itu sedang berada di ambang kesadarannya. Ares pun mengelus kepala Keysha dengan penuh kasih sayang. Lelaki itu lupa bahwa ini adalah pertama kali Keysha melakukan 'itu' dalam keadaan sadar. Perempuan itu sangat polos jika dibanding dengan mantan-mantan Ares sebelumnya. "Ssshh, I'm sorry, sayang. Maaf, Maaf harusnya aku izin dulu sama kamu. It's okay, ke depannya aku janji kalau mau aku izin dulu ke kamu deh" Ares memegang pipi Keysha sambil mengelusnya dengan ibu jarinya. "M-maafin aku, aku cuma kaget aja. Aku cengeng banget ya ?" Ujar Keysha sambil masih sesenggukan. "It;s okay, wajar kok. Kamu belum punya pengalaman pacaran. Aku yang salah sayang" "M-maaf" "Hmm, it's okay, i'm fine" Ares pun mendudukkan Keysha. Ia bersimpuh di hadapan
"A-ares" Keysha menutup mulutnya tak percaya.Perempuan itu memandang seseorang yang datang itu dari atas hingga bawah. Lelaki itu mengenakan hoodie dan jeans hitam, mulutnya yang ia tutupi dengan masker hitam tak membuat ketampanan di wajahnya hilang dari sana. Antara terkejut, tak percaya, dan senang, seseorang yang diidolakan oleh perempuan-perempuan sebangsa dan negara ini tiba-tiba berdiri di depan pintu apartemennya."Hai. Gue boleh masuk ?" Tanya Ares sambil menoleh ke kanan kirinya tak nyaman.Dengan tak sadar Keysha mengangguk. Setelah mendapat persetujuan itu, Ares masuk ke dalam apartemen Keysha dan melepaskan maskernya. Lagi-lagi Keysha termenung melihat ketampanan luar biasa Ares jika dilihat sedekat ini."Masih sakit ga ? Manajer gue bilang lo sampe kesusahan waktu jalan. Sorry banget ya gue terlalu bersemangat semalam. Gue bawa makanan sama obat buat lo. Pake dulu obatnya ya biar 'itu' lo ga sakit" Ares menunjukkan kantong yang
Dua orang lelaki dan perempuan itu tengah menghabiskan yang begitu panas. Si lelaki mencumbu hebat perempuan di bawahnya itu. Lelaki itu, Aresta Mahendra seorang aktor dengan citra yang baik, kehidupan mewahnya kerap kali disorot, dan lagi penggemar gilanya yang selalu tak luput dari pembicaraan warga net. Namun semua citra yang ditayangkannya melalui layar kaca tidaklah sama dengan aslinya. Seperti saat ini, ia membawa pulang perempuan secara acak untuk ditidurinya. “Ahhh” Desah Keysha saat merasakan pencapaian keduanya. “Tubuhmu sangat indah hhh kukira wajahmu saja yang indah” Ares menggigit bibir bawahnya, semangatnya semakin memuncak kala kejantanannya bermain-main indah di dalam lubang perempuan di bawahnya itu. Satu tepukan keras dibagian pantat Keysa mendarat. Desahan lainnya pun muncul dari mulut perempua
Seorang perempuan terbangun dari tidur lelapnya. Ia meregangkan otot-otonya sambil mengucek matanya. Ia menengok jam kecil dikamarnya sebentar untuk mengetahui waktu saat ini. “Masih jam 10” Ucapnya dengan suara parau khas bangun tidur. Ia pun meraba-raba bagian bawah bantalnya dengan acak. Ekspresinya sedikit berubah kala ia menemukan gawainya disana. Total sepuluh detik ia memandang layar gawainya dengan tak percaya. Notifikasi begitu ramai akan komentar dan suka dari aplikasi novel online miliknya. Perempuan itu mengucek matanya sekali lagi, ia menggeleng dan menampar pipinya cukup keras. “Key, bangun bodoh. Lo masih mimpi pasti” Sedetik kemudian ia berteriak keras sambil melihat halaman cerita yang semalam ia publikasi. Meskipun tak percaya, ribuan komentar dan pembaca terpampang jelas kala Keysha, perempuan itu, membuka aplikasi novel online-nya. Jelas ini adalah awal yang baik setelah ia berkali-kali tak mendapat jawaban apapun dari berbagai penerbit tempat ia mengajukan nas