Home / Rumah Tangga / Cinta Adalah Luka / Cinta yang terlupakan

Share

Cinta yang terlupakan

Author: Kenz....567
last update Last Updated: 2025-02-13 16:08:14

Sudah beberapa hari, Arkan belum kunjung terbangun. Elena cemas, kerap kali dia bolak-balik rumah sakit hanya untuk menunggu suaminya terbangun dari koma nya. Tak peduli, jika saat ini dia tengah hamil.

Saat ini, Elena duduk di kursi di samping ranjang pasien Arkan. Tangannya menggenggam tangan Arkan yang tidak terinfus, sesekali dia menciumnya pelan. Lalu, tangannya mengusap rambut hitam suaminya itu dengan lembut. Kemudian turun ke wajahnya yang terdapat banyak goresan luka.

“Mas, aku hamil. Kapan kamu akan bangun dan menunjukkan kebahagiaanmu. Ini kan yang kamu mau? Kamu menunggu calon cinta kita tumbuh di rahimku, sekarang keinginanmu sudah terwujud. Aku hamil Mas.”

Elena hanya berbicara pada Arkan yang belum tentu bisa mendengarnya. Sejenak, Elena mengusap air matanya. Dia menepuk wajahnya yang terasa sembab. Siang-malam dia terus menangisi keadaan suaminya. Tak peduli, bagaimana lusuhnya dia saat ini.

Mendengar suara pintu yang terbuka, tatapan Elena beralih menatap pintu, dia tertegun sejenak saat melihat siapa yang datang.

“Vina.” Gumam Elena saat melihat kedatangan adik iparnya. Pasalnya, gadis itu tengah menjalani kuliahnya di Amerika.

“Kamu tahu dari mana kalau abang mu kecelakaan?” Tanya Elena dengan mata berkaca-kaca.

Vina tak menjawab, dia justru memeluk Elena dengan erat. Kedua wanita itu menangis secara bersamaan, menumpahkan segala kesedihan mereka.

“Beritanya rame di sosial media, aku melihat data abang hiks ... kenapa kakak tidak memberitahuku.” Isak Vina.

“Maafkan kakak, kakak tidak ingin kamu kepikiran di sana. Kakak ... Kakak tidak tahu harus apa Vina. Kakak juga bingung.” Lirih Elena dengan frustasi. Tapi tiba-tiba dia merasakan keram yang amat sangat di perutnya.

Kening Vina mengerut kala melihat Elena yang sepertinya sedang menahan sakit. Bergegas, dia membantu memapahnya.

“Kakak kenapa?” Tanya Vina dengan khawatir.

“Enggak papa, tolong kamu jaga Mas Arkan dulu. Kakak istirahat sebentar.”

Elena mendudukkan dirinya di sofa, keningnya mengerut dalam menahan sakit. Tangannya pun tak tinggal diam, dia meremas perutnya.

“Kak, katakan padaku. Kakak kenapa?” Tanya Vina dengan suara bergetar.

Saat Elena tak kunjung menjawab, Vina berniat akan keluar untuk memanggil dokter. Namun, sudut matanya menangkap sesuatu yang janggal dari Arkan.

“Tangan Abang!” Buru-buru Vina mendekat saat mendapati tangan abangnya bergerak.

“Kak! Tangan Abang bergerak!” Seru Vina dengan tersenyum senang.

“Benarkah?!” Elena seolah melupakan rasa sakitnya. Dia langsung bergegas menghampiri Arkan untuk melihatnya. Jari-jemari Arkan bergerak, di susul dengan kelopak matanya yang mengerjap pelan. Vina dan Elena menanti Arkan kembali membuka matanya.

“Eunghh!!” Lenguh Arkan. Matanya terbuka, sejenak dia mengerjapkan matanya kembali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

“Abang.” Panggil Vina dengan antusias. Arkan menoleh, keningnya mengerut kala dia menatap dua wanita yang tengah menatap ke arahnya.

“Akhirnya abang sadar juga, Vina panggil dokter dulu!” Vina buru-buru keluar ruang rawat untuk memanggil dokter. Sementara Elena, dia menanti suaminya memanggil dirinya. Rasanya, bahagia melihat suaminya kembali sadar setelah beberapa hari mengalami koma.

“Mas, aku ...,”

“Kamu siapa? Dimana istriku?”

Elena sontak mematung, jantungnya terasa berhenti berdetak. Dirinya baru menyadari, jika Arkan menatapnya seperti menatap orang asing. Tidak ada lagi tatapan penuh cinta yang biasa suaminya berikan padanya.

“Mas, aku istrimu.” Seru Elena sembari memegang tangan Arkan.

“Shh ... Selia, dimana Selia?! Dimana istriku?! Panggil dia!” Seru Arkan sembari menepis tangan Elena. Jantung Elena rasanya berhenti berdetak mendengar apa yang Arkan katakan baru saja. Selia, itu adalah nama mendiang istri pertama Arkan.

“Dokter, abang saya sudah sadar!”

Vina kembali dengan seorang dokter. Elena memundurkan langkahnya, hingga membuat Vina menghampiri kakak iparnya itu.

“Kak, Bang Arkan sudah sadar. Kenapa Kakak menjauh?” Tanya Vina dengan bingung.

Elena menggapai tangan Vina, matanya menatap adik iparnya itu dengan mata berkaca-kaca. Melihat tatapan Elena, membuat Vina semakin penasaran di buatnya.

“Ada apa?” Desak Vina.

“Abangmu ... Abangmu tidak ingat dengan kakak.”

“Tidak ingat?!” Tatapan Vina beralih pada abangnya yang sedang di periksa oleh dokter.

Vina mengambil tindakan, dia menarik tangan Elena untuk mendekat pada abangnya yang sudah mendudukkan dirinya. Tatapan Vina menajam, tetapi juga berkaca-kaca.

“Abang!” Sentak Vina.

Arkan yang tadinya memegangi kepalanya, sontak beralih menatap adiknya yang berdiri di sisi kanan ranjang pasiennya.

“Vina?”

Vina terkejut, dia pikir abangnya juga melupakan dirinya. Sama seperti Elena, “Abang ingat aku?” Tanya Vina.

“Tentu saja, kamu pikir Abang melupakanmu huh? Oh ya, panggilkan kakak iparmu. Tega sekali dia membiarkan suaminya sakit sendirian disini.” Seru Arkan.

Tatapan Vina mengarah pada Elena, kakak iparnya itu menangis tanpa suara. Vina bisa merasakan sakit yang Elena rasakan. Disini, dia menduga sesuatu.

“Abang, ini istri Abang. Kak Elena, Elena Clarissa!”

Tatapan Arkan mengarah pada Elena, kedua tatapan mereka bertemu. Elena sempat tertegun, melihat tatapan tajam Arkan pada dirinya. Tatapan yang sudah lama pria itu tak tunjukkan padanya.

“Bukan! Istriku hanya Selia! Panggil kan Selia!!” Sentak Arkan.

“KAK SELIA SUDAH MENINGGAL!! ISTRI ABANG SEKARANG ELENA!! BUKAN SELIAA!!”

“Apa?!” Arkan merasakan sakit di kepalanya, memori ingatannya seperti kaset rusak. Hanya bayangan hitam-putih yang tidak jelas.

“Selia ... Arghh!”

“MAS!!”

“ABANG!”

Arkan kembali pingsan karena merasakan sakit yang amat di kepalanya. Dokter pun meminta untuk Elena dan Vina keluar, membiarkan para tenaga medis memeriksa keadaan Arkan.

“Vina, kakak gak sanggup di lupakan oleh abangmu hiks ... kenapa dia bisa melupakan kakak.” Histeris Elena.

Vina memeluk kakak iparnya itu, dia juga masih bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Air matanya turut luruh, melihat betapa rapuhnya kakak iparnya.

“Abang mengingatku, tapi kenapa dia tidak mengingat Kak Elena. Malah justru yang abang ingat, Kak Selia. Apakah ... ingatan abang terhenti saat Kak Selia masih hidup? Jadi, abang tak mengingat tentang putranya juga.” Batin Vina.

Pintu kembali terbuka, dokter meminta mereka untuk masuk. Vina dan Elena saling pandang sebelum memutuskan untuk masuk menemui Arkan. Seorang suster pun tampak seperti mengecek selang infusannya. Vina mendekat pada Arkan tapi Elena masih tampak ragu, apalagi saat tatapan Arkan menatap penuh amarah padanya.

“Tuan Arkan, apa anda mengingat apa yang terjadi pada anda?” Tanya Dokter itu.

“Yang terjadi ....” Arkan terdiam, ia memejamkan matanya dan mencoba untuk mengingat. Namun, ingatannya sangat berantakan. Bayangan hitam-putih tak jelas, ia tak bisa mengingat apapun. Semakin mengingatnya, justru membuat kepalanya semakin terasa sakit.

“Saya mau jemput istri saya di rumah orang tuanya dok.” Jawaban Arkan, sontak membuat Vina seketika melebarkan matanya. Dia ingat kejadian itu, tebakannya tadi benar adanya.

“Kak, ingatan abang terhenti di empat tahun lalu. Saat Kak Selia baru hamil Arthur.” Bisik Vina pada Elena yang masih dalam keadaan syok.

“Tuan Arkan, apa anda mengenal wanita ini?” Dokter itu menunjuk Vina, seketika tatapan Arkan pun beralih padanya.

“Iya, saya kenal. Dia adik saya,” ujar Arkan dengan kening mengerut.

“Lalu, bagaimana dengan wanita yang ada di sebelah adik anda?”

Tatapan Arkan beralih menatap Elena, sejenak tatapan mereka terkunci satu sama lain. Elena menatap Arkan dengan mata berkaca-kaca, hatinya sungguh berharap suaminya kembali mengingat dirinya.

“Tidak, saya tidak mengenalnya.”

Related chapters

  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya, hanya tentang Selia

    Jawaban Arkan seolah sebuah pisau yang menghujam jantung Elena. Tak sanggup dengan kenyataan yang ada, Elena hanya bisa diam dengan bibir yang bergetar menahan tangis. “Abang! Ini Kak Elena, istri abang!!” Sentak Vina dengan suara bergetar. Arkan menggeleng, dia memukul-mukul kepalanya dengan kuat. Para tenaga medis pun menahan Arkan yang tak terkendali itu. Arkan hanya mengingat tentang Selia mendiang istrinya sebelum menikah dengan Elena. “VINAAA!! PANGGIL KAN SELIA! SELIA ISTRIKU! BUKAN WANITA ITUU!” Teriak Arkan, matanya memerah menahan sakit. Karena permintaannya tak kunjung di kabulkan, Arkan berniat ingin turun dari ranjang pasien. Namun, dirinya tertegun sejenak saat merasakan ada yang aneh dari kakinya. Dia merasa sakit yang amat ketika kakinya di gerakkan. “Arghh! Kaki ... kaki saya kenapa Dok?!” Pekik Arkan. Vina mendekat, dia tak tahu mengenai kondisi kaki Arkan. Gadis itu langsung meminta penjelasan pada dokter yang menangani Arkan. “Dokter, ada apa deng

    Last Updated : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya hancur

    Vina menatap abangnya dengan tatapan tak percaya, “Abang masih gak percaya kata-kataku? Perlu bukti apalagi hah?! Bongkar aja kuburannya!” Seru Vina dengan kesal. “Vina!” Tegur Elena, dia tidak ingin Arkan semakin sakit. Vina berkacak pinggang, dia heran dengan kakak iparnya. Terbuat dari apa hati kakaknya itu, hingga dengan sabar menerima segala perlakuan Arkan padanya. “Kamu ...,” Arkan menunjuk tepat pada wajah Elena. “Ingat ini, sampai saat ini yang ku cintai hanya Selia. Aku hanya mencintainya, sampai kapanpun itu! Jangan pernah berharap kamu dapat menjadi Nyonya Viandra!” Sentak Arkan. Lalu, Arkan menatap nisan istrinya. “Selia ... Mas tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya, sulit percaya jika kamu sudah tiada sayang. Maafkan Mas, Mas akan sering mengunjungimu. Mas janji, tidak akan ada wanita yang Mas cintai setelahmu.” Elena membuang pandangannya sembari memegangi dadanya yang terasa sakit. Apakah sebegitu besar cinta suaminya untuk istri pertamanya? Elena memi

    Last Updated : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Menjadi perawatmu

    “Kak.” Vina menyadarkan Elena dari lamunannya itu. Elena tersadar, dia mengusap air matanya yang sempat luruh tanpa dia sadari. Entah berapa kali dia menangis hari ini, sampai matanya terasa sangat panas rasanya. Lalu, dirinya bergegas mengambil beberapa fotonya dengan Arkan yang ada di kamar itu. “Maaf Mas, aku akan bawa kembali foto Mba Selia.” Ujar Elena tanpa menatap wajah Arkan. Elena buru-buru keluar, meninggalkan Arkan dan Vina yang masih ada di dalam kamar. Bahkan, karena terburu-buru dia hampir menabrak Arthur yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. “Abang puas?! Abang tega sama kak Elena?! Dia itu istri Abang! Bukan orang asing!” Sentak Vina dengan mata memerah. “Abang tidak mencintainya! Jika dia mau pergi dari sini, silahkan! Abang tidak melarang!” Ternyata, Elena belum juga menuju gudang. Dia berdiri di balik tembok Arkan, mendengar sendiri bagaimana pria itu menyuruhnya pergi. “Bunda.” Arthur melihat bundanya menangis, tentu ikut merasakan sesak.

    Last Updated : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   membuatmu mengingatku

    Makan malam tiba, Vina dan Arkan sudah berada di ruang makan. Begitu pun dengan Arthur. Tapi tidak dengan Elena, wanita itu belum tampak sejak tadi. Membuat Vina akhirnya mencari keberadaan kakak iparnya itu yang tak kunjung menampakkan dirinya. “Kak Elena mana Bang?” Tanya Vina pada abangnya itu. “Entah.” Jawab Arkan. Vina berdecak sebal karena jawaban Arkan yang terkesan cuek. Dia pun berniat akan beranjak untuk mencari Elena. Namun , sebelum itu terjadi, Elena sudah menampakkan dirinya. “Akhirnya, Kak El ayo makan.” Seru Vina. Elena mengangguk, dia akan duduk di samping Arkan. Melihat Elena akan duduk di sebelahnya, mendadak Arkan panik dan justru membentaknya. “Eh! Mau ngapain?! Duduk di sana! Sejak dulu kursi ini adalah tempat istriku!” “Abang!!” Sentak Vina, dia menatap kakak iparnya itu dengan perasaan tak enak. Elena mengangguk, dia hanya diam dan duduk di kursi sebelahnya lagi. Tak ingin ada debatan, Elena memilih untuk mengalah. Arthur yang tak terima sang

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta Adalah Luka   Jika kamu hamil, gugurkan!

    “Baiklah, akan ku beri waktu satu bulan. Jika caramu tak berhasil, maka ... mundurlah! Karena sampai detik ini, aku mencintai istriku. Dan itu bukan kamu.”Deghh!!Elena menunduk, rasanya sakit mendengar perkataan menyakitkan dari suaminya itu. Arkan yang tidak pernah berkata yang menyakiti hatinya, kali ini pria itu begitu menyakitinya. Kini, dia harus merasakan perbedaan suaminya itu.“Baik, tapi Mas harus ingat. Mas tidak boleh menolak saat aku menunjukkan usahaku. Apapun itu!” uUjar Elena dengan tegas menatap Arkan yang menatapnya dengan tajam.“Baiklah, tapi tidak soal hak batin. Aku tidak ingin menyentuhmu sampai kamu bisa membuatku kembali mengingat tentang kita.” Balas Arkan.Elena mengangguk, setelah itu dia beranjak untuk berdiri. Sejenak, dirinya mengamati kamar yang dulu ia tempati. Mengingat kembali tentang kenangannya bersama Arkan.“Mas! Tidur gak! Aku capek loh!!” Pekik Elena saat Arkan justru memeluknya dari belakang sembari menduselkan wajahnya ke belakang leher Ele

    Last Updated : 2025-03-08
  • Cinta Adalah Luka   Kebahagiaan yang terluka

    Seorang wanita, tak berhenti menahan rasa harunya. Matanya menatap layar monitor, dimana keadaan rahimnya yang sudah terisi oleh calon bayinya. Air mata wanita itu tak terbendung lagi, dia menangis haru. Tak menyangka, jika sebuah nyawa telah tumbuh di rahimnya. “Selamat yah Bu Elena, janinnya sudah memasuki usia dua bulan yah.” Seru sang dokter, sembari tersenyum dengan matanya menyorot ke arah Elena yang tengah menangis haru. Ponsel Elena berbunyi, dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Melihat siapa yang meneleponnya, senyum Elena mengembang. Tak sabar, dia mengangkat panggilan itu. “Halo Mas, Mas Arkan lagi apa?” Seru Elena saat suami tercintanya menghubunginya. “Mas lagi memikirkanmu sayang,” ujar Arkan dari sebrang sana membuat Elena tersipu malu. “Mas, aku ada kejutan untukmu.” Seru Elena dengan bahagia. “Oh ya? Apa itu?” Heran Arkan. “Ada deh, aku akan mengatakannya saat Mas pulang nanti.” Ujar Elena dengan jail. Arkan terkekeh, “Baiklah, Mas sedang

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Cinta Adalah Luka   Jika kamu hamil, gugurkan!

    “Baiklah, akan ku beri waktu satu bulan. Jika caramu tak berhasil, maka ... mundurlah! Karena sampai detik ini, aku mencintai istriku. Dan itu bukan kamu.”Deghh!!Elena menunduk, rasanya sakit mendengar perkataan menyakitkan dari suaminya itu. Arkan yang tidak pernah berkata yang menyakiti hatinya, kali ini pria itu begitu menyakitinya. Kini, dia harus merasakan perbedaan suaminya itu.“Baik, tapi Mas harus ingat. Mas tidak boleh menolak saat aku menunjukkan usahaku. Apapun itu!” uUjar Elena dengan tegas menatap Arkan yang menatapnya dengan tajam.“Baiklah, tapi tidak soal hak batin. Aku tidak ingin menyentuhmu sampai kamu bisa membuatku kembali mengingat tentang kita.” Balas Arkan.Elena mengangguk, setelah itu dia beranjak untuk berdiri. Sejenak, dirinya mengamati kamar yang dulu ia tempati. Mengingat kembali tentang kenangannya bersama Arkan.“Mas! Tidur gak! Aku capek loh!!” Pekik Elena saat Arkan justru memeluknya dari belakang sembari menduselkan wajahnya ke belakang leher Ele

  • Cinta Adalah Luka   membuatmu mengingatku

    Makan malam tiba, Vina dan Arkan sudah berada di ruang makan. Begitu pun dengan Arthur. Tapi tidak dengan Elena, wanita itu belum tampak sejak tadi. Membuat Vina akhirnya mencari keberadaan kakak iparnya itu yang tak kunjung menampakkan dirinya. “Kak Elena mana Bang?” Tanya Vina pada abangnya itu. “Entah.” Jawab Arkan. Vina berdecak sebal karena jawaban Arkan yang terkesan cuek. Dia pun berniat akan beranjak untuk mencari Elena. Namun , sebelum itu terjadi, Elena sudah menampakkan dirinya. “Akhirnya, Kak El ayo makan.” Seru Vina. Elena mengangguk, dia akan duduk di samping Arkan. Melihat Elena akan duduk di sebelahnya, mendadak Arkan panik dan justru membentaknya. “Eh! Mau ngapain?! Duduk di sana! Sejak dulu kursi ini adalah tempat istriku!” “Abang!!” Sentak Vina, dia menatap kakak iparnya itu dengan perasaan tak enak. Elena mengangguk, dia hanya diam dan duduk di kursi sebelahnya lagi. Tak ingin ada debatan, Elena memilih untuk mengalah. Arthur yang tak terima sang

  • Cinta Adalah Luka   Menjadi perawatmu

    “Kak.” Vina menyadarkan Elena dari lamunannya itu. Elena tersadar, dia mengusap air matanya yang sempat luruh tanpa dia sadari. Entah berapa kali dia menangis hari ini, sampai matanya terasa sangat panas rasanya. Lalu, dirinya bergegas mengambil beberapa fotonya dengan Arkan yang ada di kamar itu. “Maaf Mas, aku akan bawa kembali foto Mba Selia.” Ujar Elena tanpa menatap wajah Arkan. Elena buru-buru keluar, meninggalkan Arkan dan Vina yang masih ada di dalam kamar. Bahkan, karena terburu-buru dia hampir menabrak Arthur yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. “Abang puas?! Abang tega sama kak Elena?! Dia itu istri Abang! Bukan orang asing!” Sentak Vina dengan mata memerah. “Abang tidak mencintainya! Jika dia mau pergi dari sini, silahkan! Abang tidak melarang!” Ternyata, Elena belum juga menuju gudang. Dia berdiri di balik tembok Arkan, mendengar sendiri bagaimana pria itu menyuruhnya pergi. “Bunda.” Arthur melihat bundanya menangis, tentu ikut merasakan sesak.

  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya hancur

    Vina menatap abangnya dengan tatapan tak percaya, “Abang masih gak percaya kata-kataku? Perlu bukti apalagi hah?! Bongkar aja kuburannya!” Seru Vina dengan kesal. “Vina!” Tegur Elena, dia tidak ingin Arkan semakin sakit. Vina berkacak pinggang, dia heran dengan kakak iparnya. Terbuat dari apa hati kakaknya itu, hingga dengan sabar menerima segala perlakuan Arkan padanya. “Kamu ...,” Arkan menunjuk tepat pada wajah Elena. “Ingat ini, sampai saat ini yang ku cintai hanya Selia. Aku hanya mencintainya, sampai kapanpun itu! Jangan pernah berharap kamu dapat menjadi Nyonya Viandra!” Sentak Arkan. Lalu, Arkan menatap nisan istrinya. “Selia ... Mas tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya, sulit percaya jika kamu sudah tiada sayang. Maafkan Mas, Mas akan sering mengunjungimu. Mas janji, tidak akan ada wanita yang Mas cintai setelahmu.” Elena membuang pandangannya sembari memegangi dadanya yang terasa sakit. Apakah sebegitu besar cinta suaminya untuk istri pertamanya? Elena memi

  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya, hanya tentang Selia

    Jawaban Arkan seolah sebuah pisau yang menghujam jantung Elena. Tak sanggup dengan kenyataan yang ada, Elena hanya bisa diam dengan bibir yang bergetar menahan tangis. “Abang! Ini Kak Elena, istri abang!!” Sentak Vina dengan suara bergetar. Arkan menggeleng, dia memukul-mukul kepalanya dengan kuat. Para tenaga medis pun menahan Arkan yang tak terkendali itu. Arkan hanya mengingat tentang Selia mendiang istrinya sebelum menikah dengan Elena. “VINAAA!! PANGGIL KAN SELIA! SELIA ISTRIKU! BUKAN WANITA ITUU!” Teriak Arkan, matanya memerah menahan sakit. Karena permintaannya tak kunjung di kabulkan, Arkan berniat ingin turun dari ranjang pasien. Namun, dirinya tertegun sejenak saat merasakan ada yang aneh dari kakinya. Dia merasa sakit yang amat ketika kakinya di gerakkan. “Arghh! Kaki ... kaki saya kenapa Dok?!” Pekik Arkan. Vina mendekat, dia tak tahu mengenai kondisi kaki Arkan. Gadis itu langsung meminta penjelasan pada dokter yang menangani Arkan. “Dokter, ada apa deng

  • Cinta Adalah Luka   Cinta yang terlupakan

    Sudah beberapa hari, Arkan belum kunjung terbangun. Elena cemas, kerap kali dia bolak-balik rumah sakit hanya untuk menunggu suaminya terbangun dari koma nya. Tak peduli, jika saat ini dia tengah hamil. Saat ini, Elena duduk di kursi di samping ranjang pasien Arkan. Tangannya menggenggam tangan Arkan yang tidak terinfus, sesekali dia menciumnya pelan. Lalu, tangannya mengusap rambut hitam suaminya itu dengan lembut. Kemudian turun ke wajahnya yang terdapat banyak goresan luka.“Mas, aku hamil. Kapan kamu akan bangun dan menunjukkan kebahagiaanmu. Ini kan yang kamu mau? Kamu menunggu calon cinta kita tumbuh di rahimku, sekarang keinginanmu sudah terwujud. Aku hamil Mas.”Elena hanya berbicara pada Arkan yang belum tentu bisa mendengarnya. Sejenak, Elena mengusap air matanya. Dia menepuk wajahnya yang terasa sembab. Siang-malam dia terus menangisi keadaan suaminya. Tak peduli, bagaimana lusuhnya dia saat ini.Mendengar suara pintu yang terbuka, tatapan Elena beralih menatap pintu, dia

  • Cinta Adalah Luka   Kebahagiaan yang terluka

    Seorang wanita, tak berhenti menahan rasa harunya. Matanya menatap layar monitor, dimana keadaan rahimnya yang sudah terisi oleh calon bayinya. Air mata wanita itu tak terbendung lagi, dia menangis haru. Tak menyangka, jika sebuah nyawa telah tumbuh di rahimnya. “Selamat yah Bu Elena, janinnya sudah memasuki usia dua bulan yah.” Seru sang dokter, sembari tersenyum dengan matanya menyorot ke arah Elena yang tengah menangis haru. Ponsel Elena berbunyi, dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Melihat siapa yang meneleponnya, senyum Elena mengembang. Tak sabar, dia mengangkat panggilan itu. “Halo Mas, Mas Arkan lagi apa?” Seru Elena saat suami tercintanya menghubunginya. “Mas lagi memikirkanmu sayang,” ujar Arkan dari sebrang sana membuat Elena tersipu malu. “Mas, aku ada kejutan untukmu.” Seru Elena dengan bahagia. “Oh ya? Apa itu?” Heran Arkan. “Ada deh, aku akan mengatakannya saat Mas pulang nanti.” Ujar Elena dengan jail. Arkan terkekeh, “Baiklah, Mas sedang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status