Beranda / Rumah Tangga / Cinta Adalah Luka / membuatmu mengingatku

Share

membuatmu mengingatku

Penulis: Kenz....567
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 13:43:16

Makan malam tiba, Vina dan Arkan sudah berada di ruang makan. Begitu pun dengan Arthur. Tapi tidak dengan Elena, wanita itu belum tampak sejak tadi. Membuat Vina akhirnya mencari keberadaan kakak iparnya itu yang tak kunjung menampakkan dirinya.

“Kak Elena mana Bang?” Tanya Vina pada abangnya itu.

“Entah.” Jawab Arkan.

Vina berdecak sebal karena jawaban Arkan yang terkesan cuek. Dia pun berniat akan beranjak untuk mencari Elena. Namun , sebelum itu terjadi, Elena sudah menampakkan dirinya.

“Akhirnya, Kak El ayo makan.” Seru Vina.

Elena mengangguk, dia akan duduk di samping Arkan. Melihat Elena akan duduk di sebelahnya, mendadak Arkan panik dan justru membentaknya. “Eh! Mau ngapain?! Duduk di sana! Sejak dulu kursi ini adalah tempat istriku!”

“Abang!!” Sentak Vina, dia menatap kakak iparnya itu dengan perasaan tak enak.

Elena mengangguk, dia hanya diam dan duduk di kursi sebelahnya lagi. Tak ingin ada debatan, Elena memilih untuk mengalah. Arthur yang tak terima sang Bunda di bentak seperti itu.

“Daddy kok galak cama Bunda?” Tanya Arthur dengan alis menukik tajam.

“Enggak kok, Arthur makan lagi yah,” ujar Arkan dengan lembut. Arthur hanya diam, memandang bundanya yang terlihat sangat rapuh.

Vina menatap kakak iparnya dengan kening mengerut. Pasalnya, wajah kakak iparnya terlihat sangat pucat. Seperti orang yang tidak sehat, dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Elena sebelum wanita itu bergabung makan bersama mereka.

“Kakak sakit?” Tanya Vina.

Pertanyaan Vina, justru membuat Arkan akhirnya menatap Elena. Jujur saja, dia bisa melihat wajah pucat Elena. Namun, ego dan perasaan menolak ingin tahu menguasai dirinya. Jadi, dia memilih untuk kembali fokus pada makanannya.

“Enggak, kakak cuman kecapean aja.” Elak Elena.

Elena mengambilkan makanan untuk Arthur, lalu dia memberikannya pada bocah itu. “Makacih bunda.” Seru Arthur, Elena menanggapinya dengan senyuman tipis.

Selanjutnya, Elena mengambilkan makanan untuknya sendiri. Vina pun turut mengambil makanannya setelah Elena. Dia sempat melirik kakak iparnya yang sedang menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Baru saja akan mengunyahnya, Elena sudah akan memuntahkannya.

“Humpp!!” Elena menutup mulutnya, dia buru-buru beranjak dari sana hingga menimbulkan decitan kursi yang cukup kencang.

“Kak El!” Vina buru-buru menyusul kakak iparnya yang berlari menuju dapur.

Sementara Arkan, dia terlihat bingung dengan apa yang terjadi. Lalu, tatapannya beralih pada piring Elena. Hanya lauk ikan, sama seperti lauk yang berada di piring Arkan. Tak ada yang aneh, Elena merasa mual seolah yang ia makan adalah makanan basi?

“Perasaan rasanya enak, kok dia mual yah.” Gumam Arthur.

Sementara di kamar mandi dapur, Elena memuntahkan isi perutnya pada wastafel. Sembari sebelah tangannya meremas perut nya yang terasa sangat sakit. Vina datang dan melihat Elena dengan ekspresi terkejut.

“Kak.” Panggil Vina.

“Jangan dekat-dekat vin!” Seru Elena.

Vina merasa kasihan dengan kakaknya, tapi dia juga tak tahu harus berbuat apa. Dengan inisiatif, Vina pergi untuk mencari minyak kayu putih. Tak lama, dia kembali dan memeluk tubuh kakak iparnya dari belakang. Dengan cekatan, Vina menaikkan baju yang Elena kenakan.

“Vina.” Lirih Elena saat Vina mengoleskan minyak kayu putih ke perutnya.

“Kakak sakit? Kalau sakit bilang, Vina gak tega liatnya.” Omel Vina.

Vina mengoleskan minyak kayu putih itu pada perut Elena dengan gerakan melingkar. Namun, ada hal janggal yang Vina rasakan. Dimana, dia sedikit menekan perut bagian bawah kakak iparnya itu. Justru, Elena merasa sakit saat Vina sedikit menekannya.

“Vina, sudah Vin. Kakak mau istirahat di kamar saja.” Lirih Elena.

Vina pun melepas pelukannya, raut wajahnya masih terlihat penasaran. Dia hanya menatap kepergian Elena dengan terlatih sembari memegangi perutnya. Tebakan demi tebakan memenuhi pikirannya, ia mencurigai satu hal. Tak sulit baginya seorang calon dokter mengetahui apa yang terjadi pada kakak iparnya.

“Mual-mual, dan bagian perutnya terasa keras. Seperti orang .... yang sedang hamil. Apa ... apa Kak El lagi hamil?” Gumam Vina.

Setelah makan, Arkan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Namun, sebelum ia memasuki kamarnya. Kursi rodanya terhenti di kamar putranya, dimana ia melihat Arthur tengah tidur di pelukan Elena sembari di bacakan sebuah buku cerita.

“Bawang melahna jahat belalti ya Bunda?” Tanya Arthur sembari menatap sang bunda.

“Iya, makanya Arthur tidak boleh jadi bawang merah.” Sahut Elena.

“Jadi bawang putih terlalu kacian, jadi Althul mau jadi bawang bombainya aja.”

“Hahaha mana ada begitu. Sayang, ini hanya cerita rakyat. Cerita jaman dulu,” ujar Elena sembari mengusap rambut Arthur.

“Celita jaman cekalang ada?” Tanya Arthur dengan penasaran.

“Ada, cerita jaman sekarang ... cerita Arthur sama Bunda.”

Tak terasa, kedua sudut bibir Arkan mengembang. Entah mengapa, melihat kedekatan mereka membuat hati Arkan menghangat. Namun, perasaan itu segera dia tepis. Dirinya kembali berpikir, jika wanita yang ia cintai hanyalah Selia. Ego dan keadaan hatinya sangatlah bertolak belakang.

“Jika Selia masih hidup, pasti saat ini aku akan tertawa bahagia melihat kedekatan mereka. Selia, kenapa kamu pergi begitu cepat. Mas tidak sanggup tanpamu, sayang.” Batin Arkan dengan mata memerah menahan tangis.

Arkan pun mulai melanjutkan mendorong kursi rodanya. Tanpa Arkan ketahui, jika sejak tadi Elena sudah menyadari kehadirannya. Kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman yang menyakitkan.

“Dulu, kamu selalu menghampiri kami dan bergabung bersama. Tapi sekarang, kamu justru lebih memilih pergi. Sebenci itu kah kamu terhadapku, mas.” Gumam Elena.

Elena merindukan kebersamaan nya dengan Arkan, dia rindu sikap manis pria itu. Hingga, tak sadar Arthur sudah tertidur lelap dalam pelukannya. Elena yang melihat putra sambungnya sudah tertidur pun memilih untuk menidurkannya pada bantal.

“Kuatkan Bunda dan Adek yah, semoga keadaan daddy cepat pulih. Jadi, kita bisa kayak dulu lagi.” Elena lalu mengecup kening Arthur dengan sayang.

Sebelum pergi dari kamar Arthur, Elena mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Setelah itu, barulah dia keluar. Elena berjalan ke kamar Arkan, pintu kamar pria itu tidak tertutup dengan rapat. Sehingga, Elena bisa melihat apa yang sedang Arkan lakukan. Rupanya, sedari tadi pria itu kesulitan untuk memindahkan dirinya ke ranjang.

“Kenapa susah sekali!! Kaki tidak berguna!!” Sentak Arkan.

Kreett!

Arkan terkejut mendengar decitan pintu kamarnya, dia reflek menoleh pada Elena yang jalan mendekat ke arahnya. Saat akan protes, bibir Arkan tiba-tiba terkunci saat wanita yang berstatus sebagai istrinya itu mendekatinya dan bersiap mengangkatnya. Tatapan keduanya sempat bertemu, seolah ada aliran listrik yang mengikatnya.

“Biar aku bantu.” Pinta Elena.

Arkan membiarkan Elena membantunya untuk pindah ke ranjang. Sedari tadi dia memang kesulitan untuk memindahkan tubuhnya. Dengan kekuatan yang tersisa, Elena berhasil memindahkan Arkan ke ranjang. Lalu, dia juga membantu Arkan mengangkat kakinya menaiki ranjang.

“Kalau begitu, aku ke kamar dulu mas.” Pamit Elena setelah selesai dengan tugasnya.

“Tunggu!”

Langkah Elena terhenti, kemudian dia membalikkan tubuhnya menghadap Arkan. Keningnya mengerut saat melihat tatapan dalam pria itu padanya.

“Kemari, aku ingin bicara.” Titah Arkan.

Tanpa membantah, Elena pun menghampiri Arkan. Dia bingung ingin duduk di mana, jadi dia memilih untuk duduk di ujung ranjang. Menghindari, kemarahan pria itu.

“Dari kapan kita menikah?” Tanya Arkan dengan sorot mata yang serius.

“Dua tahun yang lalu.” Jawab Elena.

Arkan menganggukkan kepalanya, tangannya meremas kuat selimut yang menutupi setengah tubuhnya. “Pernikahan kami sudah berjalan sangat lama, tidak mungkin kan kalau selama itu aku dan dia belum ...,"

“Apa kita sempat melakukan hubungan suami istri?” Tanya Arkan dengan sorot mata yang serius.

Mendengar itu, sontak Elena mengangkat kepalanya. Dia terhenyak mendengar pertanyaan Arkan yang tiba-tiba membahas hubungan keduanya. Bingung ingin menjawab apa, Arkan seperti mengerti kebingungan wanita itu.

“Kau bisa menjawabnya dengan jujur.” Ujar Arkan dengan tegas.

Elena akhirnya mengangguk, anggukan itu membuat Arkan menghela nafas kasar sembari mengusap wajahnya. “Astaga, maafkan aku Selia.” Lirih Arkan seolah ia menyesal telah melakukannya.

Elena sangat kecewa mendengar perkataan Arkan, seolah dirinya adalah orang yang harus pria itu hindari dan sesalkan. “Aku istrimu Mas, bukankah aku juga berhak atas nafkah batin darimu?!” Pekik Elena dengan marah.

Arkan menatap Elena dengan datar, “Tidak, istriku hanya Selia. Jika memang kita pernah menikah, aku akan menceraikanmu secepatnya.”

Degh!

Jantung Elena terasa berhenti berdetak, tatapan mata terkejutnya langsung menatap Arkan. Semudah itu pria tersebut mengatakan kata pisah padanya? Kedua tangan Elena terkepal kuat, menutup matanya sejenak sembari otaknya berpikir keras.

“Beri aku waktu sebulan untuk membuatmu kembali mengingat tentangku!” Sentak Elena kembali membuka matanya dan menatap tajam pada Arkan.

“Bagaimana jika aku sama sekali tidak dapat mengingatnya?” Tanya Arkan dengan sebelah alisnya yang terangkat.

Elena meremas tangannya yang terasa dingin, hatinya pun terasa gelisah. Jika sampai Arkan tak mengingatnya, bisakah ia melepasnya? Namun, Elena percaya. Akan ada tiba masa nya Arkan kembali mengingat dirinya.

“Aku akan bersedia untuk berpisah denganmu, jika ... aku gagal membuatmu kembali mengingat tentangku."

Bab terkait

  • Cinta Adalah Luka   Jika kamu hamil, gugurkan!

    “Baiklah, akan ku beri waktu satu bulan. Jika caramu tak berhasil, maka ... mundurlah! Karena sampai detik ini, aku mencintai istriku. Dan itu bukan kamu.”Deghh!!Elena menunduk, rasanya sakit mendengar perkataan menyakitkan dari suaminya itu. Arkan yang tidak pernah berkata yang menyakiti hatinya, kali ini pria itu begitu menyakitinya. Kini, dia harus merasakan perbedaan suaminya itu.“Baik, tapi Mas harus ingat. Mas tidak boleh menolak saat aku menunjukkan usahaku. Apapun itu!” uUjar Elena dengan tegas menatap Arkan yang menatapnya dengan tajam.“Baiklah, tapi tidak soal hak batin. Aku tidak ingin menyentuhmu sampai kamu bisa membuatku kembali mengingat tentang kita.” Balas Arkan.Elena mengangguk, setelah itu dia beranjak untuk berdiri. Sejenak, dirinya mengamati kamar yang dulu ia tempati. Mengingat kembali tentang kenangannya bersama Arkan.“Mas! Tidur gak! Aku capek loh!!” Pekik Elena saat Arkan justru memeluknya dari belakang sembari menduselkan wajahnya ke belakang leher Ele

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Cinta Adalah Luka   Kebahagiaan yang terluka

    Seorang wanita, tak berhenti menahan rasa harunya. Matanya menatap layar monitor, dimana keadaan rahimnya yang sudah terisi oleh calon bayinya. Air mata wanita itu tak terbendung lagi, dia menangis haru. Tak menyangka, jika sebuah nyawa telah tumbuh di rahimnya. “Selamat yah Bu Elena, janinnya sudah memasuki usia dua bulan yah.” Seru sang dokter, sembari tersenyum dengan matanya menyorot ke arah Elena yang tengah menangis haru. Ponsel Elena berbunyi, dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Melihat siapa yang meneleponnya, senyum Elena mengembang. Tak sabar, dia mengangkat panggilan itu. “Halo Mas, Mas Arkan lagi apa?” Seru Elena saat suami tercintanya menghubunginya. “Mas lagi memikirkanmu sayang,” ujar Arkan dari sebrang sana membuat Elena tersipu malu. “Mas, aku ada kejutan untukmu.” Seru Elena dengan bahagia. “Oh ya? Apa itu?” Heran Arkan. “Ada deh, aku akan mengatakannya saat Mas pulang nanti.” Ujar Elena dengan jail. Arkan terkekeh, “Baiklah, Mas sedang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Cinta yang terlupakan

    Sudah beberapa hari, Arkan belum kunjung terbangun. Elena cemas, kerap kali dia bolak-balik rumah sakit hanya untuk menunggu suaminya terbangun dari koma nya. Tak peduli, jika saat ini dia tengah hamil. Saat ini, Elena duduk di kursi di samping ranjang pasien Arkan. Tangannya menggenggam tangan Arkan yang tidak terinfus, sesekali dia menciumnya pelan. Lalu, tangannya mengusap rambut hitam suaminya itu dengan lembut. Kemudian turun ke wajahnya yang terdapat banyak goresan luka.“Mas, aku hamil. Kapan kamu akan bangun dan menunjukkan kebahagiaanmu. Ini kan yang kamu mau? Kamu menunggu calon cinta kita tumbuh di rahimku, sekarang keinginanmu sudah terwujud. Aku hamil Mas.”Elena hanya berbicara pada Arkan yang belum tentu bisa mendengarnya. Sejenak, Elena mengusap air matanya. Dia menepuk wajahnya yang terasa sembab. Siang-malam dia terus menangisi keadaan suaminya. Tak peduli, bagaimana lusuhnya dia saat ini.Mendengar suara pintu yang terbuka, tatapan Elena beralih menatap pintu, dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya, hanya tentang Selia

    Jawaban Arkan seolah sebuah pisau yang menghujam jantung Elena. Tak sanggup dengan kenyataan yang ada, Elena hanya bisa diam dengan bibir yang bergetar menahan tangis. “Abang! Ini Kak Elena, istri abang!!” Sentak Vina dengan suara bergetar. Arkan menggeleng, dia memukul-mukul kepalanya dengan kuat. Para tenaga medis pun menahan Arkan yang tak terkendali itu. Arkan hanya mengingat tentang Selia mendiang istrinya sebelum menikah dengan Elena. “VINAAA!! PANGGIL KAN SELIA! SELIA ISTRIKU! BUKAN WANITA ITUU!” Teriak Arkan, matanya memerah menahan sakit. Karena permintaannya tak kunjung di kabulkan, Arkan berniat ingin turun dari ranjang pasien. Namun, dirinya tertegun sejenak saat merasakan ada yang aneh dari kakinya. Dia merasa sakit yang amat ketika kakinya di gerakkan. “Arghh! Kaki ... kaki saya kenapa Dok?!” Pekik Arkan. Vina mendekat, dia tak tahu mengenai kondisi kaki Arkan. Gadis itu langsung meminta penjelasan pada dokter yang menangani Arkan. “Dokter, ada apa deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya hancur

    Vina menatap abangnya dengan tatapan tak percaya, “Abang masih gak percaya kata-kataku? Perlu bukti apalagi hah?! Bongkar aja kuburannya!” Seru Vina dengan kesal. “Vina!” Tegur Elena, dia tidak ingin Arkan semakin sakit. Vina berkacak pinggang, dia heran dengan kakak iparnya. Terbuat dari apa hati kakaknya itu, hingga dengan sabar menerima segala perlakuan Arkan padanya. “Kamu ...,” Arkan menunjuk tepat pada wajah Elena. “Ingat ini, sampai saat ini yang ku cintai hanya Selia. Aku hanya mencintainya, sampai kapanpun itu! Jangan pernah berharap kamu dapat menjadi Nyonya Viandra!” Sentak Arkan. Lalu, Arkan menatap nisan istrinya. “Selia ... Mas tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya, sulit percaya jika kamu sudah tiada sayang. Maafkan Mas, Mas akan sering mengunjungimu. Mas janji, tidak akan ada wanita yang Mas cintai setelahmu.” Elena membuang pandangannya sembari memegangi dadanya yang terasa sakit. Apakah sebegitu besar cinta suaminya untuk istri pertamanya? Elena memi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Menjadi perawatmu

    “Kak.” Vina menyadarkan Elena dari lamunannya itu. Elena tersadar, dia mengusap air matanya yang sempat luruh tanpa dia sadari. Entah berapa kali dia menangis hari ini, sampai matanya terasa sangat panas rasanya. Lalu, dirinya bergegas mengambil beberapa fotonya dengan Arkan yang ada di kamar itu. “Maaf Mas, aku akan bawa kembali foto Mba Selia.” Ujar Elena tanpa menatap wajah Arkan. Elena buru-buru keluar, meninggalkan Arkan dan Vina yang masih ada di dalam kamar. Bahkan, karena terburu-buru dia hampir menabrak Arthur yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. “Abang puas?! Abang tega sama kak Elena?! Dia itu istri Abang! Bukan orang asing!” Sentak Vina dengan mata memerah. “Abang tidak mencintainya! Jika dia mau pergi dari sini, silahkan! Abang tidak melarang!” Ternyata, Elena belum juga menuju gudang. Dia berdiri di balik tembok Arkan, mendengar sendiri bagaimana pria itu menyuruhnya pergi. “Bunda.” Arthur melihat bundanya menangis, tentu ikut merasakan sesak.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13

Bab terbaru

  • Cinta Adalah Luka   Jika kamu hamil, gugurkan!

    “Baiklah, akan ku beri waktu satu bulan. Jika caramu tak berhasil, maka ... mundurlah! Karena sampai detik ini, aku mencintai istriku. Dan itu bukan kamu.”Deghh!!Elena menunduk, rasanya sakit mendengar perkataan menyakitkan dari suaminya itu. Arkan yang tidak pernah berkata yang menyakiti hatinya, kali ini pria itu begitu menyakitinya. Kini, dia harus merasakan perbedaan suaminya itu.“Baik, tapi Mas harus ingat. Mas tidak boleh menolak saat aku menunjukkan usahaku. Apapun itu!” uUjar Elena dengan tegas menatap Arkan yang menatapnya dengan tajam.“Baiklah, tapi tidak soal hak batin. Aku tidak ingin menyentuhmu sampai kamu bisa membuatku kembali mengingat tentang kita.” Balas Arkan.Elena mengangguk, setelah itu dia beranjak untuk berdiri. Sejenak, dirinya mengamati kamar yang dulu ia tempati. Mengingat kembali tentang kenangannya bersama Arkan.“Mas! Tidur gak! Aku capek loh!!” Pekik Elena saat Arkan justru memeluknya dari belakang sembari menduselkan wajahnya ke belakang leher Ele

  • Cinta Adalah Luka   membuatmu mengingatku

    Makan malam tiba, Vina dan Arkan sudah berada di ruang makan. Begitu pun dengan Arthur. Tapi tidak dengan Elena, wanita itu belum tampak sejak tadi. Membuat Vina akhirnya mencari keberadaan kakak iparnya itu yang tak kunjung menampakkan dirinya. “Kak Elena mana Bang?” Tanya Vina pada abangnya itu. “Entah.” Jawab Arkan. Vina berdecak sebal karena jawaban Arkan yang terkesan cuek. Dia pun berniat akan beranjak untuk mencari Elena. Namun , sebelum itu terjadi, Elena sudah menampakkan dirinya. “Akhirnya, Kak El ayo makan.” Seru Vina. Elena mengangguk, dia akan duduk di samping Arkan. Melihat Elena akan duduk di sebelahnya, mendadak Arkan panik dan justru membentaknya. “Eh! Mau ngapain?! Duduk di sana! Sejak dulu kursi ini adalah tempat istriku!” “Abang!!” Sentak Vina, dia menatap kakak iparnya itu dengan perasaan tak enak. Elena mengangguk, dia hanya diam dan duduk di kursi sebelahnya lagi. Tak ingin ada debatan, Elena memilih untuk mengalah. Arthur yang tak terima sang

  • Cinta Adalah Luka   Menjadi perawatmu

    “Kak.” Vina menyadarkan Elena dari lamunannya itu. Elena tersadar, dia mengusap air matanya yang sempat luruh tanpa dia sadari. Entah berapa kali dia menangis hari ini, sampai matanya terasa sangat panas rasanya. Lalu, dirinya bergegas mengambil beberapa fotonya dengan Arkan yang ada di kamar itu. “Maaf Mas, aku akan bawa kembali foto Mba Selia.” Ujar Elena tanpa menatap wajah Arkan. Elena buru-buru keluar, meninggalkan Arkan dan Vina yang masih ada di dalam kamar. Bahkan, karena terburu-buru dia hampir menabrak Arthur yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. “Abang puas?! Abang tega sama kak Elena?! Dia itu istri Abang! Bukan orang asing!” Sentak Vina dengan mata memerah. “Abang tidak mencintainya! Jika dia mau pergi dari sini, silahkan! Abang tidak melarang!” Ternyata, Elena belum juga menuju gudang. Dia berdiri di balik tembok Arkan, mendengar sendiri bagaimana pria itu menyuruhnya pergi. “Bunda.” Arthur melihat bundanya menangis, tentu ikut merasakan sesak.

  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya hancur

    Vina menatap abangnya dengan tatapan tak percaya, “Abang masih gak percaya kata-kataku? Perlu bukti apalagi hah?! Bongkar aja kuburannya!” Seru Vina dengan kesal. “Vina!” Tegur Elena, dia tidak ingin Arkan semakin sakit. Vina berkacak pinggang, dia heran dengan kakak iparnya. Terbuat dari apa hati kakaknya itu, hingga dengan sabar menerima segala perlakuan Arkan padanya. “Kamu ...,” Arkan menunjuk tepat pada wajah Elena. “Ingat ini, sampai saat ini yang ku cintai hanya Selia. Aku hanya mencintainya, sampai kapanpun itu! Jangan pernah berharap kamu dapat menjadi Nyonya Viandra!” Sentak Arkan. Lalu, Arkan menatap nisan istrinya. “Selia ... Mas tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya, sulit percaya jika kamu sudah tiada sayang. Maafkan Mas, Mas akan sering mengunjungimu. Mas janji, tidak akan ada wanita yang Mas cintai setelahmu.” Elena membuang pandangannya sembari memegangi dadanya yang terasa sakit. Apakah sebegitu besar cinta suaminya untuk istri pertamanya? Elena memi

  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya, hanya tentang Selia

    Jawaban Arkan seolah sebuah pisau yang menghujam jantung Elena. Tak sanggup dengan kenyataan yang ada, Elena hanya bisa diam dengan bibir yang bergetar menahan tangis. “Abang! Ini Kak Elena, istri abang!!” Sentak Vina dengan suara bergetar. Arkan menggeleng, dia memukul-mukul kepalanya dengan kuat. Para tenaga medis pun menahan Arkan yang tak terkendali itu. Arkan hanya mengingat tentang Selia mendiang istrinya sebelum menikah dengan Elena. “VINAAA!! PANGGIL KAN SELIA! SELIA ISTRIKU! BUKAN WANITA ITUU!” Teriak Arkan, matanya memerah menahan sakit. Karena permintaannya tak kunjung di kabulkan, Arkan berniat ingin turun dari ranjang pasien. Namun, dirinya tertegun sejenak saat merasakan ada yang aneh dari kakinya. Dia merasa sakit yang amat ketika kakinya di gerakkan. “Arghh! Kaki ... kaki saya kenapa Dok?!” Pekik Arkan. Vina mendekat, dia tak tahu mengenai kondisi kaki Arkan. Gadis itu langsung meminta penjelasan pada dokter yang menangani Arkan. “Dokter, ada apa deng

  • Cinta Adalah Luka   Cinta yang terlupakan

    Sudah beberapa hari, Arkan belum kunjung terbangun. Elena cemas, kerap kali dia bolak-balik rumah sakit hanya untuk menunggu suaminya terbangun dari koma nya. Tak peduli, jika saat ini dia tengah hamil. Saat ini, Elena duduk di kursi di samping ranjang pasien Arkan. Tangannya menggenggam tangan Arkan yang tidak terinfus, sesekali dia menciumnya pelan. Lalu, tangannya mengusap rambut hitam suaminya itu dengan lembut. Kemudian turun ke wajahnya yang terdapat banyak goresan luka.“Mas, aku hamil. Kapan kamu akan bangun dan menunjukkan kebahagiaanmu. Ini kan yang kamu mau? Kamu menunggu calon cinta kita tumbuh di rahimku, sekarang keinginanmu sudah terwujud. Aku hamil Mas.”Elena hanya berbicara pada Arkan yang belum tentu bisa mendengarnya. Sejenak, Elena mengusap air matanya. Dia menepuk wajahnya yang terasa sembab. Siang-malam dia terus menangisi keadaan suaminya. Tak peduli, bagaimana lusuhnya dia saat ini.Mendengar suara pintu yang terbuka, tatapan Elena beralih menatap pintu, dia

  • Cinta Adalah Luka   Kebahagiaan yang terluka

    Seorang wanita, tak berhenti menahan rasa harunya. Matanya menatap layar monitor, dimana keadaan rahimnya yang sudah terisi oleh calon bayinya. Air mata wanita itu tak terbendung lagi, dia menangis haru. Tak menyangka, jika sebuah nyawa telah tumbuh di rahimnya. “Selamat yah Bu Elena, janinnya sudah memasuki usia dua bulan yah.” Seru sang dokter, sembari tersenyum dengan matanya menyorot ke arah Elena yang tengah menangis haru. Ponsel Elena berbunyi, dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Melihat siapa yang meneleponnya, senyum Elena mengembang. Tak sabar, dia mengangkat panggilan itu. “Halo Mas, Mas Arkan lagi apa?” Seru Elena saat suami tercintanya menghubunginya. “Mas lagi memikirkanmu sayang,” ujar Arkan dari sebrang sana membuat Elena tersipu malu. “Mas, aku ada kejutan untukmu.” Seru Elena dengan bahagia. “Oh ya? Apa itu?” Heran Arkan. “Ada deh, aku akan mengatakannya saat Mas pulang nanti.” Ujar Elena dengan jail. Arkan terkekeh, “Baiklah, Mas sedang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status