Home / Rumah Tangga / Cinta Adalah Luka / Menjadi perawatmu

Share

Menjadi perawatmu

Author: Kenz....567
last update Last Updated: 2025-02-13 16:33:08

“Kak.” Vina menyadarkan Elena dari lamunannya itu.

Elena tersadar, dia mengusap air matanya yang sempat luruh tanpa dia sadari. Entah berapa kali dia menangis hari ini, sampai matanya terasa sangat panas rasanya. Lalu, dirinya bergegas mengambil beberapa fotonya dengan Arkan yang ada di kamar itu.

“Maaf Mas, aku akan bawa kembali foto Mba Selia.” Ujar Elena tanpa menatap wajah Arkan.

Elena buru-buru keluar, meninggalkan Arkan dan Vina yang masih ada di dalam kamar. Bahkan, karena terburu-buru dia hampir menabrak Arthur yang sedari tadi berdiri di ambang pintu.

“Abang puas?! Abang tega sama kak Elena?! Dia itu istri Abang! Bukan orang asing!” Sentak Vina dengan mata memerah.

“Abang tidak mencintainya! Jika dia mau pergi dari sini, silahkan! Abang tidak melarang!”

Ternyata, Elena belum juga menuju gudang. Dia berdiri di balik tembok Arkan, mendengar sendiri bagaimana pria itu menyuruhnya pergi.

“Bunda.” Arthur melihat bundanya menangis, tentu ikut merasakan sesak.

Tanpa menanggapi panggilan Arthur, Elena buru-buru pergi dari sana. Arthur pun masuk ke kamar dan memegang tangan daddy nya itu.

“Daddy, bunda cedih. Daddy nda cuka bunda cedih kan?”

Mendengar itu, Vina lebih memilih keluar dengan menghentakkan kakinya. Dia sebal dengan abangnya itu. Sedangkan Arkan, dia hanya tersenyum lalu mengusap rambut putranya. “Arthur tidur siang gih, Daddy mau istirahat,” ujar Arkan.

Sementara, di gudang Elena tengah kembali membuka kardus. Kegiatannya terhenti, lantaran dirinya mengingat kembali memorinya bersama Arkan. Setelah keduanya menjalin hubungan rumah tangga. Hubungan keduanya sangat romantis, Arkan selalu menjaga perasaannya demi menjaga keutuhan rumah tangga mereka.

“Mas, kenapa foto pernikahanmu dengan Mba Selia kamu bereskan? Foto-foto Mba Selia juga?” Tanya Elena ketika melihat suaminya itu memasukkan barang-barang ke dalam kardus besar.

Arkan menegakkan tubuhnya, dia menepuk kepala istrinya itu dengan lembut. “Mas kan sudah menikah denganmu, jadi ... Mas juga harus menjaga perasaanmu. Selia, cukup Mas simpan di ruang hati Mas yang lain.” Ujar Arkan dengan lembut.

“Berarti, Mas masih mencintai mbak Selia?” Tanya Elena dengan bibir cemberut.

Arkan tersenyum, dia meraih pipi Elena dan mencubit nya dengan gemas. Hingga menyebabkan Elena terpekik sakit.

“Awsshh! Sakit Mas!” Kesal Elena.

“Kalian tuh punya tempat sendiri di hati Mas. Bagaimana pun juga, Selia tidak dapat di gantikan oleh siapapun karena dia ibu dari Arthur. Tapi, Mas juga dapat mencintai kamu seperti sekarang ini,” ujar Arkan.

“Lebih cinta aku atau Mba Selia?” Tanya Elena sembari menggandengkan tangannya ke lengan Arkan.

“Hem ... pertanyaan yang sulit. Mas gak mau jawab.”

“Masss ihhh!”

Air mata Elena kembali menetes mengingat hal itu, dadanya terasa sesak kembali. Dia ingin berteriak, mengapa hidupnya seperti ini. Kenapa harus suaminya yang mengalami Amnesia? Kenapa harus dirinya yang di lupakan? Namun, itu semua hanya lah angan-angan Elena. Wanita itu tak mampu berbuat apapun.

“Kak.”

Elena segera menghapus air matanya, lalu dia menatap Vina yang datang menghampirinya dengan senyum yang di paksakan.

“Oh ya Vin, bantu kakak bawa foto ini. Kakak gak kuat sendiri.” Ujar Elena sembari menarik foto itu dari dalam kardus.

Vina, dia memegang tangan Elena. Membuat Elena menghentikan gerakannya. “Vina ada disini, Vina siap jadi pendengar kakak. Kalau sakit ungkapin, jangan diam aja.” Ujar Vina dengan suara bergetar.

Elena menghela nafas pelan, dia menepuk pelan lengan adik iparnya dengan senyum mengembang. “Kakak tau kamu ada disini, sudah ayo. Bantu kakak angkat ini.” Titah Elena.

Vina menahan nafasnya, dia tak bisa membayangkan betapa rapuhnya kakak iparnya saat ini. Arkan mengingatnya, tapi kenapa Vina yang ikut merasakan apa yang Elena rasakan.

Akhirnya, semua foto Selia kembali ke tempatnya. Sedangkan Elena, dia menyimpan foto-fotonya di dalam kamar tamu. Figura pernikahannya dengan Arkan tadi, dia bereskan dan mengambil lembar foto yang tak rusak sedikit pun. Lalu, menyimpannya dalam kamar tamu. Begitu pun, dengan pakaiannya.

“Apa harus kakak pisah ranjang dengan abang?” Tanya Vina, menghampiri Elena yang sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam lemari.

“Kalau tidak, abang mu bisa mengamuk. Sudahlah Vin, sekarang kita jalani saja dulu. Pelan-pelan kita buat abangmu kembali ingat dengan kakak.”

Brugh!

Vina dan Elena saling tatap setelah mendengar suara sesuatu yang jatuh, keduanya pun buru-buru berlari ke kamar Arkan. Bahkan, Elena melupakan jika dirinya tengah hamil karena permasalahan sang suami.

“Mas!” Pekik Elena saat melihat Arkan yang terjatuh bersama kursi rodanya.

Elena dan Vina datang menghampiri Arkan, Vina mengangkat kursi roda itu. Sementara, Elena membantu Arkan untuk kembali duduk di kursi rodanya. Dengan sekuat tenaga, Elena mengangkat tubuh besar Arkan.

“Huh ... huh .... Kok bisa jatuh sih Mas?” Tanya Elena dengan ngos-ngosan.

“Kepo kamu!” Ketus Arkan. Elena hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia mengusap d4danya agar bisa bersabar lebih luas.

“Abang mau ngapain?” Tanya Vina ketika melihat abangnya kembali mendorong kursi roda itu.

“Mau buang air,” ujar Arkan dengan ketus.

“Bisa sendiri?” Tanya Vina.

Arkan baru menyadari jika dirinya tidak bisa ke kamar mandi sendiri. Jika di rumah sakit ada perawat yang membantunya, tapi di rumah? Siapa yang akan membantunya?

“Masa Vina, kan gak mungkin bang.” Seru Vina sebelum Arkan menatapnya.

Lalu, tatapan Arkan mengarah pada Elena yang sedang menatapnya dalam diam. Menunggu apa yang akan Arkan katakan.

“Mau sama pembantu? Gak malu?” Celetuk Vina, hingga mendapat tatapan melotot dari Elena.

Arkan menghela nafas kasar, “Baiklah, kamu ... boleh membantu ku.” Pasrah Arkan sembari melirik ke arah Elena. Tak mungkin juga dia meminta orang lain untuk membersihkannya. Jika Vina mengatakan Elena adalah istrinya, artinya wanita itu dapat membantunya.

Dengan tersenyum lebar, Elena membantu Arkan ke kamar mandi. Melihat itu, Vina hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Gengsi akan menghancurkanmu.” Gumam Vina.

Setelah beberapa saat, Vina kembali melihat Arkan keluar bersama Elena. Dia menahan tawanya saat melihat pipi Arkan yang memerah.

“Buang airnya keras yah bang, makanya pipinya merah?” Tanya Vina, meledek abangnya itu.

“Diam kamu!” Ketus Arkan yang kesal. Bagaimana dia tidak malu? Elena terang-terangan melihat benda pusakanya.

Vina memutuskan untuk keluar, membiarkan kedua insan itu berduaan. Selepas kepergiannya, Elena pun membantu Arkan untuk pindah ke ranjang.

“Disini ku hitung kamu sebagai perawatku,” ujar Arkan.

“Gak masalah, istri kan selalu jadi perawat gratis kalau suami lagi sakit.” Balas Elena. Dia lalu meraih segelas air minum dan memberikannya pada Arkan.

“Apa ini? Kamu tidak mencampuri racun kesini kan?” Curiga Arkan.

“Sekarang jadwal Mas minum obat, kalau mau lumpuh selamanya aku tidak masalah. Aku bisa menjadi perawatmu seumur hidupku,” ujar Elena sembari memberikan beberapa obat pada Arkan.

“Ck, mana sini obatnya!” Arkan menerimanya, dia memakan obat itu dengan sekali tenggak. Lalu, dia menyerahkan kembali gelasnya pada Elena dengan sedikit kasar.

“Selepas aku sembuh nanti, pergi lah dari rumah ini. Aku tidak akan pernah bisa mengingatmu!” Ketus Arkan.

Bukannya sedih, Elena justru tersenyum. “Jika kamu sembuh, aku akan lebih bahagia Mas. Tandanya, ingatanmu sudah kembali.” Ujar Elena, menatap dalam pria yang berstatus sebagai suaminya.

Arkan memutar bola matanya malas, kemudian dia menegakkan tubuhnya dan menunjuk Elena. “Dengar ini, walau aku membolehkan mu untuk merawatku. Tapi kamu tidak boleh mengambil kesempatan, jika itu terjadi ... aku akan langsung mengusirmu,” ujar Arkan.

Elena mengangguk, “Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu.” Pamit Elena.

Saat Elena akan beranjak, tiba-tiba dia merasakan keram di perutnya. Karena tak mampu menopang tubuhnya, Elena mendudukkan dirinya di ranjang Arkan. Ternyata, Arkan tak terima soal itu dan mengira jika Elena sengaja mencari perhatiannya.

“Kan! Sudah aku bilang! Jangan ambil kesempatan di saat keadaanku seperti ini!!” Bentak Arkan.

“Maaf.” Lirih Elena, wanita itu pun akhirnya dengan susah payah keluar dari kamar Arkan sembari memegang perutnya.

Setelah kepergian Elena, Arkan memegang dadanya. Dia merasa ada yang aneh pada dirinya. Ada sakit, yang tidak bisa dia jelaskan. “Kenapa perasaanku gak enak seperti ini. Kenapa aku justru sedih melihatnya seperti tadi." Gumam Arkan.

Related chapters

  • Cinta Adalah Luka   membuatmu mengingatku

    Makan malam tiba, Vina dan Arkan sudah berada di ruang makan. Begitu pun dengan Arthur. Tapi tidak dengan Elena, wanita itu belum tampak sejak tadi. Membuat Vina akhirnya mencari keberadaan kakak iparnya itu yang tak kunjung menampakkan dirinya. “Kak Elena mana Bang?” Tanya Vina pada abangnya itu. “Entah.” Jawab Arkan. Vina berdecak sebal karena jawaban Arkan yang terkesan cuek. Dia pun berniat akan beranjak untuk mencari Elena. Namun , sebelum itu terjadi, Elena sudah menampakkan dirinya. “Akhirnya, Kak El ayo makan.” Seru Vina. Elena mengangguk, dia akan duduk di samping Arkan. Melihat Elena akan duduk di sebelahnya, mendadak Arkan panik dan justru membentaknya. “Eh! Mau ngapain?! Duduk di sana! Sejak dulu kursi ini adalah tempat istriku!” “Abang!!” Sentak Vina, dia menatap kakak iparnya itu dengan perasaan tak enak. Elena mengangguk, dia hanya diam dan duduk di kursi sebelahnya lagi. Tak ingin ada debatan, Elena memilih untuk mengalah. Arthur yang tak terima sang

    Last Updated : 2025-03-06
  • Cinta Adalah Luka   Jika kamu hamil, gugurkan!

    “Baiklah, akan ku beri waktu satu bulan. Jika caramu tak berhasil, maka ... mundurlah! Karena sampai detik ini, aku mencintai istriku. Dan itu bukan kamu.”Deghh!!Elena menunduk, rasanya sakit mendengar perkataan menyakitkan dari suaminya itu. Arkan yang tidak pernah berkata yang menyakiti hatinya, kali ini pria itu begitu menyakitinya. Kini, dia harus merasakan perbedaan suaminya itu.“Baik, tapi Mas harus ingat. Mas tidak boleh menolak saat aku menunjukkan usahaku. Apapun itu!” uUjar Elena dengan tegas menatap Arkan yang menatapnya dengan tajam.“Baiklah, tapi tidak soal hak batin. Aku tidak ingin menyentuhmu sampai kamu bisa membuatku kembali mengingat tentang kita.” Balas Arkan.Elena mengangguk, setelah itu dia beranjak untuk berdiri. Sejenak, dirinya mengamati kamar yang dulu ia tempati. Mengingat kembali tentang kenangannya bersama Arkan.“Mas! Tidur gak! Aku capek loh!!” Pekik Elena saat Arkan justru memeluknya dari belakang sembari menduselkan wajahnya ke belakang leher Ele

    Last Updated : 2025-03-08
  • Cinta Adalah Luka   Kebahagiaan yang terluka

    Seorang wanita, tak berhenti menahan rasa harunya. Matanya menatap layar monitor, dimana keadaan rahimnya yang sudah terisi oleh calon bayinya. Air mata wanita itu tak terbendung lagi, dia menangis haru. Tak menyangka, jika sebuah nyawa telah tumbuh di rahimnya. “Selamat yah Bu Elena, janinnya sudah memasuki usia dua bulan yah.” Seru sang dokter, sembari tersenyum dengan matanya menyorot ke arah Elena yang tengah menangis haru. Ponsel Elena berbunyi, dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Melihat siapa yang meneleponnya, senyum Elena mengembang. Tak sabar, dia mengangkat panggilan itu. “Halo Mas, Mas Arkan lagi apa?” Seru Elena saat suami tercintanya menghubunginya. “Mas lagi memikirkanmu sayang,” ujar Arkan dari sebrang sana membuat Elena tersipu malu. “Mas, aku ada kejutan untukmu.” Seru Elena dengan bahagia. “Oh ya? Apa itu?” Heran Arkan. “Ada deh, aku akan mengatakannya saat Mas pulang nanti.” Ujar Elena dengan jail. Arkan terkekeh, “Baiklah, Mas sedang

    Last Updated : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Cinta yang terlupakan

    Sudah beberapa hari, Arkan belum kunjung terbangun. Elena cemas, kerap kali dia bolak-balik rumah sakit hanya untuk menunggu suaminya terbangun dari koma nya. Tak peduli, jika saat ini dia tengah hamil. Saat ini, Elena duduk di kursi di samping ranjang pasien Arkan. Tangannya menggenggam tangan Arkan yang tidak terinfus, sesekali dia menciumnya pelan. Lalu, tangannya mengusap rambut hitam suaminya itu dengan lembut. Kemudian turun ke wajahnya yang terdapat banyak goresan luka.“Mas, aku hamil. Kapan kamu akan bangun dan menunjukkan kebahagiaanmu. Ini kan yang kamu mau? Kamu menunggu calon cinta kita tumbuh di rahimku, sekarang keinginanmu sudah terwujud. Aku hamil Mas.”Elena hanya berbicara pada Arkan yang belum tentu bisa mendengarnya. Sejenak, Elena mengusap air matanya. Dia menepuk wajahnya yang terasa sembab. Siang-malam dia terus menangisi keadaan suaminya. Tak peduli, bagaimana lusuhnya dia saat ini.Mendengar suara pintu yang terbuka, tatapan Elena beralih menatap pintu, dia

    Last Updated : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya, hanya tentang Selia

    Jawaban Arkan seolah sebuah pisau yang menghujam jantung Elena. Tak sanggup dengan kenyataan yang ada, Elena hanya bisa diam dengan bibir yang bergetar menahan tangis. “Abang! Ini Kak Elena, istri abang!!” Sentak Vina dengan suara bergetar. Arkan menggeleng, dia memukul-mukul kepalanya dengan kuat. Para tenaga medis pun menahan Arkan yang tak terkendali itu. Arkan hanya mengingat tentang Selia mendiang istrinya sebelum menikah dengan Elena. “VINAAA!! PANGGIL KAN SELIA! SELIA ISTRIKU! BUKAN WANITA ITUU!” Teriak Arkan, matanya memerah menahan sakit. Karena permintaannya tak kunjung di kabulkan, Arkan berniat ingin turun dari ranjang pasien. Namun, dirinya tertegun sejenak saat merasakan ada yang aneh dari kakinya. Dia merasa sakit yang amat ketika kakinya di gerakkan. “Arghh! Kaki ... kaki saya kenapa Dok?!” Pekik Arkan. Vina mendekat, dia tak tahu mengenai kondisi kaki Arkan. Gadis itu langsung meminta penjelasan pada dokter yang menangani Arkan. “Dokter, ada apa deng

    Last Updated : 2025-02-13
  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya hancur

    Vina menatap abangnya dengan tatapan tak percaya, “Abang masih gak percaya kata-kataku? Perlu bukti apalagi hah?! Bongkar aja kuburannya!” Seru Vina dengan kesal. “Vina!” Tegur Elena, dia tidak ingin Arkan semakin sakit. Vina berkacak pinggang, dia heran dengan kakak iparnya. Terbuat dari apa hati kakaknya itu, hingga dengan sabar menerima segala perlakuan Arkan padanya. “Kamu ...,” Arkan menunjuk tepat pada wajah Elena. “Ingat ini, sampai saat ini yang ku cintai hanya Selia. Aku hanya mencintainya, sampai kapanpun itu! Jangan pernah berharap kamu dapat menjadi Nyonya Viandra!” Sentak Arkan. Lalu, Arkan menatap nisan istrinya. “Selia ... Mas tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya, sulit percaya jika kamu sudah tiada sayang. Maafkan Mas, Mas akan sering mengunjungimu. Mas janji, tidak akan ada wanita yang Mas cintai setelahmu.” Elena membuang pandangannya sembari memegangi dadanya yang terasa sakit. Apakah sebegitu besar cinta suaminya untuk istri pertamanya? Elena memi

    Last Updated : 2025-02-13

Latest chapter

  • Cinta Adalah Luka   Jika kamu hamil, gugurkan!

    “Baiklah, akan ku beri waktu satu bulan. Jika caramu tak berhasil, maka ... mundurlah! Karena sampai detik ini, aku mencintai istriku. Dan itu bukan kamu.”Deghh!!Elena menunduk, rasanya sakit mendengar perkataan menyakitkan dari suaminya itu. Arkan yang tidak pernah berkata yang menyakiti hatinya, kali ini pria itu begitu menyakitinya. Kini, dia harus merasakan perbedaan suaminya itu.“Baik, tapi Mas harus ingat. Mas tidak boleh menolak saat aku menunjukkan usahaku. Apapun itu!” uUjar Elena dengan tegas menatap Arkan yang menatapnya dengan tajam.“Baiklah, tapi tidak soal hak batin. Aku tidak ingin menyentuhmu sampai kamu bisa membuatku kembali mengingat tentang kita.” Balas Arkan.Elena mengangguk, setelah itu dia beranjak untuk berdiri. Sejenak, dirinya mengamati kamar yang dulu ia tempati. Mengingat kembali tentang kenangannya bersama Arkan.“Mas! Tidur gak! Aku capek loh!!” Pekik Elena saat Arkan justru memeluknya dari belakang sembari menduselkan wajahnya ke belakang leher Ele

  • Cinta Adalah Luka   membuatmu mengingatku

    Makan malam tiba, Vina dan Arkan sudah berada di ruang makan. Begitu pun dengan Arthur. Tapi tidak dengan Elena, wanita itu belum tampak sejak tadi. Membuat Vina akhirnya mencari keberadaan kakak iparnya itu yang tak kunjung menampakkan dirinya. “Kak Elena mana Bang?” Tanya Vina pada abangnya itu. “Entah.” Jawab Arkan. Vina berdecak sebal karena jawaban Arkan yang terkesan cuek. Dia pun berniat akan beranjak untuk mencari Elena. Namun , sebelum itu terjadi, Elena sudah menampakkan dirinya. “Akhirnya, Kak El ayo makan.” Seru Vina. Elena mengangguk, dia akan duduk di samping Arkan. Melihat Elena akan duduk di sebelahnya, mendadak Arkan panik dan justru membentaknya. “Eh! Mau ngapain?! Duduk di sana! Sejak dulu kursi ini adalah tempat istriku!” “Abang!!” Sentak Vina, dia menatap kakak iparnya itu dengan perasaan tak enak. Elena mengangguk, dia hanya diam dan duduk di kursi sebelahnya lagi. Tak ingin ada debatan, Elena memilih untuk mengalah. Arthur yang tak terima sang

  • Cinta Adalah Luka   Menjadi perawatmu

    “Kak.” Vina menyadarkan Elena dari lamunannya itu. Elena tersadar, dia mengusap air matanya yang sempat luruh tanpa dia sadari. Entah berapa kali dia menangis hari ini, sampai matanya terasa sangat panas rasanya. Lalu, dirinya bergegas mengambil beberapa fotonya dengan Arkan yang ada di kamar itu. “Maaf Mas, aku akan bawa kembali foto Mba Selia.” Ujar Elena tanpa menatap wajah Arkan. Elena buru-buru keluar, meninggalkan Arkan dan Vina yang masih ada di dalam kamar. Bahkan, karena terburu-buru dia hampir menabrak Arthur yang sedari tadi berdiri di ambang pintu. “Abang puas?! Abang tega sama kak Elena?! Dia itu istri Abang! Bukan orang asing!” Sentak Vina dengan mata memerah. “Abang tidak mencintainya! Jika dia mau pergi dari sini, silahkan! Abang tidak melarang!” Ternyata, Elena belum juga menuju gudang. Dia berdiri di balik tembok Arkan, mendengar sendiri bagaimana pria itu menyuruhnya pergi. “Bunda.” Arthur melihat bundanya menangis, tentu ikut merasakan sesak.

  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya hancur

    Vina menatap abangnya dengan tatapan tak percaya, “Abang masih gak percaya kata-kataku? Perlu bukti apalagi hah?! Bongkar aja kuburannya!” Seru Vina dengan kesal. “Vina!” Tegur Elena, dia tidak ingin Arkan semakin sakit. Vina berkacak pinggang, dia heran dengan kakak iparnya. Terbuat dari apa hati kakaknya itu, hingga dengan sabar menerima segala perlakuan Arkan padanya. “Kamu ...,” Arkan menunjuk tepat pada wajah Elena. “Ingat ini, sampai saat ini yang ku cintai hanya Selia. Aku hanya mencintainya, sampai kapanpun itu! Jangan pernah berharap kamu dapat menjadi Nyonya Viandra!” Sentak Arkan. Lalu, Arkan menatap nisan istrinya. “Selia ... Mas tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya, sulit percaya jika kamu sudah tiada sayang. Maafkan Mas, Mas akan sering mengunjungimu. Mas janji, tidak akan ada wanita yang Mas cintai setelahmu.” Elena membuang pandangannya sembari memegangi dadanya yang terasa sakit. Apakah sebegitu besar cinta suaminya untuk istri pertamanya? Elena memi

  • Cinta Adalah Luka   Ingatannya, hanya tentang Selia

    Jawaban Arkan seolah sebuah pisau yang menghujam jantung Elena. Tak sanggup dengan kenyataan yang ada, Elena hanya bisa diam dengan bibir yang bergetar menahan tangis. “Abang! Ini Kak Elena, istri abang!!” Sentak Vina dengan suara bergetar. Arkan menggeleng, dia memukul-mukul kepalanya dengan kuat. Para tenaga medis pun menahan Arkan yang tak terkendali itu. Arkan hanya mengingat tentang Selia mendiang istrinya sebelum menikah dengan Elena. “VINAAA!! PANGGIL KAN SELIA! SELIA ISTRIKU! BUKAN WANITA ITUU!” Teriak Arkan, matanya memerah menahan sakit. Karena permintaannya tak kunjung di kabulkan, Arkan berniat ingin turun dari ranjang pasien. Namun, dirinya tertegun sejenak saat merasakan ada yang aneh dari kakinya. Dia merasa sakit yang amat ketika kakinya di gerakkan. “Arghh! Kaki ... kaki saya kenapa Dok?!” Pekik Arkan. Vina mendekat, dia tak tahu mengenai kondisi kaki Arkan. Gadis itu langsung meminta penjelasan pada dokter yang menangani Arkan. “Dokter, ada apa deng

  • Cinta Adalah Luka   Cinta yang terlupakan

    Sudah beberapa hari, Arkan belum kunjung terbangun. Elena cemas, kerap kali dia bolak-balik rumah sakit hanya untuk menunggu suaminya terbangun dari koma nya. Tak peduli, jika saat ini dia tengah hamil. Saat ini, Elena duduk di kursi di samping ranjang pasien Arkan. Tangannya menggenggam tangan Arkan yang tidak terinfus, sesekali dia menciumnya pelan. Lalu, tangannya mengusap rambut hitam suaminya itu dengan lembut. Kemudian turun ke wajahnya yang terdapat banyak goresan luka.“Mas, aku hamil. Kapan kamu akan bangun dan menunjukkan kebahagiaanmu. Ini kan yang kamu mau? Kamu menunggu calon cinta kita tumbuh di rahimku, sekarang keinginanmu sudah terwujud. Aku hamil Mas.”Elena hanya berbicara pada Arkan yang belum tentu bisa mendengarnya. Sejenak, Elena mengusap air matanya. Dia menepuk wajahnya yang terasa sembab. Siang-malam dia terus menangisi keadaan suaminya. Tak peduli, bagaimana lusuhnya dia saat ini.Mendengar suara pintu yang terbuka, tatapan Elena beralih menatap pintu, dia

  • Cinta Adalah Luka   Kebahagiaan yang terluka

    Seorang wanita, tak berhenti menahan rasa harunya. Matanya menatap layar monitor, dimana keadaan rahimnya yang sudah terisi oleh calon bayinya. Air mata wanita itu tak terbendung lagi, dia menangis haru. Tak menyangka, jika sebuah nyawa telah tumbuh di rahimnya. “Selamat yah Bu Elena, janinnya sudah memasuki usia dua bulan yah.” Seru sang dokter, sembari tersenyum dengan matanya menyorot ke arah Elena yang tengah menangis haru. Ponsel Elena berbunyi, dia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Melihat siapa yang meneleponnya, senyum Elena mengembang. Tak sabar, dia mengangkat panggilan itu. “Halo Mas, Mas Arkan lagi apa?” Seru Elena saat suami tercintanya menghubunginya. “Mas lagi memikirkanmu sayang,” ujar Arkan dari sebrang sana membuat Elena tersipu malu. “Mas, aku ada kejutan untukmu.” Seru Elena dengan bahagia. “Oh ya? Apa itu?” Heran Arkan. “Ada deh, aku akan mengatakannya saat Mas pulang nanti.” Ujar Elena dengan jail. Arkan terkekeh, “Baiklah, Mas sedang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status