"Cih, enak banget dia bilang suruh aku serahin perhiasan mama yang sudah jadi milikku. Kenapa ayah nggak pernah tahu wajah asli siluman betina itu sebelum dia membawanya pulang ke rumah. Apa selama ini memang mereka sudah menjalin hubungan sampai sampai ayah lebih membelanya dari pada anaknya sendiri?"
Seorang gadis remaja yang mulai beranjak dewasa berjalan sambil menggerutu di malam hari setelah dia bertengkar dengan ibu tirinya. Bahkan saudara tirinya juga ikut campur dengan masalah yang menimpanya seolah memang saudara tirinya itu senang jika dia tertimpa masalah dan akan di hukum lagi oleh sang ayah.
Kavaya Athena Lavender, dia putri dari pengusaha kain di kota A yang lumayan sukses. Dia juga sangat di manja oleh kedua orang tuanya, terutama sang ayah. Tapi semenjak ibunya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu semuanya berubah. Sang Ayah nampak selalu memarahinya, bahkan dia juga membawa pulang seorang perempuan dan anak perempuan yang Orlando sebut akan menjadi ibu tiri dan juga saudara tirinya.
Kavaya terus berjalan tanpa melihat keadaan sekeliling tanpa tahu dia ada di mana. Tapi saat sampai di tempat yang lebih sepi lagi dia tiba tiba di cegat oleh beberapa orang yang seperti preman di tempat itu.
"Hei, nona cantik... Sedang apa di tempat sepi seperti ini sendirian? Apa kamu sedang mencari teman malam ini?" tegur salah satu preman itu dengan tatapan laparnya.
Kavaya terdiam di tempatnya dan menatap preman itu satu persatu. Dia melangkah mundur dengan pelan karena dia sangat enggan meladeni para preman itu yang badannya sangat besar besar. Tapi naasnya pergerakan Kavaya di baca oleh salah satu preman yang bertato di lengannya.
Srett...
"Mau kabur kemana cantik?"
Mata Kavaya melotot kesal ke arah preman itu, dia segera menghempaskan tangan preman yang mencekal lengannya sampai membuat preman itu marah.
Mereka yang berjumlah tiga orang itu segera mengepung Kavaya dan membuat Kavaya mendengus kesal.
"Jadi kamu suka di paksa ternyata, kalau begitu kami akan membawa kamu secara paksa dan bersenang senang dengan kami secara paksa juga."
"Jangan mimpi kalian, aku nggak sudi badanku di jamah sama orang kayak kalian!!!" teriak Kavaya keras.
Para preman itu saling pandang dan menatap Kavaya dengan berang, segera setelah itu mereka segera menyerang Kavaya secara bersamaan.
Kavaya yang memang sedang kesal pun juga meladeni mereka dengan cepat, tapi karena dari kemarin Kavaya belum makan sama sekali dia sudah tak mempunyai tenaga lebih. Bagaimana tidak hanya karena masalah perebutan perhiasan ibunya dia sampai di kurung di gudang belakang rumah oleh ibu tirinya itu dan mereka menutupinya dari sang ayah. Tapi meskipun sang ayah tahu dia tak akan membela Kavaya sama sekali.
"Sial, ini gara gara siluman betina itu, kalau saja aku makan pasti aku menghadapi mereka semua!" umpat Kavaya kesal.
Dukkk.....
Punggung Kavaya terkena tendangan salah satu preman itu dan membuat Kavaya terjerembab ke depan.
Brukkkk....
"Awww......"
Kavaya meringis dan berbalik, tapi ketiga preman itu sudah berdiri lapar di hadapannya saat ini."Jangan melawan gadis cantik, ikut kami tanpa perlawanan di jamin nanti rasanya akan enak dan jelas kamu akan ketagihan setelah ini." ucap salah satu preman itu.
Kavaya masih diam tapi di kedua tangannya sudah menggenggam serbuk pasir yang dia ambil dari bawah tubuhnya.
Saat tangan salah satu preman itu ingin menyetuhnya Kavaya segera melempar serbuk pasir itu ke arah mata mereka semua.
"Argghhh.... gadis sialan!!!" teriak mereka bersamaan.
Kavaya yang melihat itu semua segera bangun dan kabur dari sana. Meskipun dia merasakan nyeri di punggungnya tapi dia tetap berlari dengan cepat agar tak tertangkap para preman itu.
Kavaya terus berlari sampai menemukan sebuah gudang tua yang nampak terbengkalai. Dia memutuskan masuk ke sana dan bersembunyi di sana.
Hosssh, hoshhhh...
"Astaga capek banget, gara gara nggak pernah olahraga lagi jadi begini!" kesal Kavaya.
Dia berdiam diri di pojokan sambil menetralkan napasnya karena lelah saat berlarian tadi.
Dia menatap sekitar dan bergidik ngeri karena di sana sangat gelap dan tak ada siapapun.
"Ya Tuhan, lindungi aku. Takut kalau ada yang tak nampak tiba tiba nongol." Batin Kavaya.
Dia menutup matanya dan terus berdoa dalam hati tapi kemudian tak lama dia mendengar suara tembakan yang tak jauh dari sana dan membuatnya berjengkit karena terkejut.
Doorrrr.....dor...
Dia menutup mulutnya agar tak bersuara, sungguh dia semakin takut saat ini. Karena seumur umur baru ini mendengar suara tembakan yang begitu dekat.
"Ini ada yang syuting film kah? Kenapa malah ada suara tembakan di dekat sini?" batin Kavaya lagi.
Dia tak menyangka jika malam ini dia akan mengalami kesialan yang beruntun seperi ini. Tapi karena dia penasaran dia melongokkan kepalanya keluar dan dari kejauhan dia melihat ada seorang laki laki yang sedang berlari dan nampak terluka. Karena dari tempat Kavaya berdiam diri pun dia bisa melihat jika orang yang sedang berlari itu tengah mengalami luka yang serius karena ada banyak darah yang keluar dari lengannya.
"Dia di kejar penjahat apa gimana?"
Kavaya terus memerhatikannya sampai orang yang di kejar itu menyerang mereka balik dan juga menembakinya balik.
Kavaya melihat jika beberapa orang yang sedang mengejar itu mulai tumbang satu persatu. Dia juga melihat masih ada beberapa orang lagi yang mengejar dan nampak menggunakan tangan kosongnya.
Kavaya yang melihat orang itu terus di serang juga tak tega akhirnya. Dia berjalan mengendap endap agar tak di ketahui banyak orang. Tanpa ba bi bu lagi dia menyerang orang orang itu menggunakan balok kayu yang baru saja dia dapat karena dia tak mungkin menyerang dengan tangan kosong saat tenaganya sendiri belum pulih. Dan karena bantuan Kavaya akhirnya orang orang itu bisa di kalahkan.
Laki laki yang di tolong Kavaya tadi menyipitkan matanya, dia tak percaya jika ada seorang perempuan yang berani menolongnya di saat melihat dia sedang terluka parah dan berlumuran darah.
Tapi karena sudah banyak darah yang keluar dari tubuhnya akhirnya pandangannya perlahan pun kabur dan badannya limbung jatuh ke tanah.
Brukkk...
"Eh...."
Kavaya yang mendengar suara benda jatuh pun menoleh ke belakang dan dia melihat laki laki itu ambruk di sana."Hei, hei, apa dia mati? Kalau dia mati nanti aku yang jadi tersangka? Duh, ini gimana dong, kalau niatnya nolong malah jadi tersangka."
Kavaya mondar mandir di sana, bahkan dia maju mundur mendekati laki laki yang tengah tergeletak itu.
"Aduh ini aku gimana dong?" Kavaya bingung dengan apa yang harus di lakukan.
Dan bertepatan pada saat itu terdengar derap langkah yang mulai mendekati tempat di mana Kavaya berada. Dan itu malah membuat Kavaya semakin panik.
"Aduh, ini gimana dong?"
to be continued
Derap langkah yang semakin banyak nampak mendekat ke arah Kavaya yang masih saja kebingungan saat ini dengan apa yang akan dia lakukan."Arghhh... Kalau gini kan aku jadi yang susah." dumel Kavaya pelan.Dia melihat laki laki yang tergeletak dan terluka itu, karena dia sudah kebingungan akhirnya dia memutuskan untuk membawa laki laki itu dengan cara menyeretnya masuk lebih dalam ke gedung kosong itu dan menutupinya dengan berbagai kain lusuh yang ada di sana.Kavaya sendiri segera berdiam diri dan bersembunyi di balik barang barang yang tak terpakai itu."Dimana dia?" "Tapi ini mereka siapa yang menghabisi mereka semua?"Beberapa orang itu mulai menyebar di seluruh gudang dan hampir saja Kavaya juga ketahuan. Hampir setengah jam dia duduk berjongkok untuk menghindari orang orang berpakaian hitam itu dan itu membuat kakinya mulai kesemutan."Kita pergi dari sini, dia tak ada di sini. Mungkin dia sudah kabur ke tempat yang lain."Beberapa orang yang terlihat seperti bawahan itu mengang
Kavaya masih berdiam diri di depan pintu mendengarkan pembicaraan semua orang yang ada di dalam sambil berpikir siapa yang akan menikah karena tak mungkin Rebeca. Dia tahu sekali kehidupan Rebeca seperti apa.Ceklek..."Eh, astaga, nona Kava, dari mana saja nona... Kenapa semalam tak pulang ke rumah?" Sang pelayan yang baru saja membuka pintu itu terkejut saat melihat nona mudanya berdiri di depan pintu dengan pakaian yang lusuh dan kotor semua bekas tanah. Pelayan ini adalah pelayan setia mamanya dari dulu dan paling menyayangi Kavaya sejak kecil sampai sekarang.Kavaya sendiri masih diam dan tersenyum tipis ke arah pelayan yang selalu di panggilnya bibi Ami ini. Dia seperti ibu pengganti bagi Kavaya selama ini.Miranda dan Rebeca yang melihat Kavaya pulang tersenyum sinis. Begitu juga dengan beberapa tamu yang datang ke sana. "Nah, ini anak sialan yang aku bilang pada kalian. Benar kan apa kataku kalau dia nggak tahu diri. Dia pulang malah dalam keadaan nggak jelas begini. Juga se
Saat Kavaya berkedip sekali orang yang ada di bawah itu sudah hilang tak ada lagi di tempatnya tadi. Kavaya keluar dari kamarnya ke balkon dan celingukan mencari orang yang tengah mengawasinya tadi. Tapi meskipun Kavaya mencarinya tapi dia tak menemukan orang itu dimana mana."Dia pergi kemana?"Kavaya segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela kamarnya. Dia juga langsung mengunci jendela kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi."Nggak mungkin kan dia ngikutin aku dari gudang tadi? Dia jahat apa ya? Apa ada hubungannya dengan orang yang aku temuin tadi di gudang itu?" batin Kavaya.Kavaya menggelengkan kepalanya berusaha mengusir semua pikiran buruk dari otaknya. Dia memutuskan untuk segera membersihkan dirinya karena bajunya sudah semakin bau. Berhubung dua siluman betina itu pergi Kavaya bisa mengambil makanan sepuasnya saat ini tanpa takut di maki dan di marahi.Kavaya bukan tak ingin melawan, hanya saja dia terkadang sudah tak ingin ada keributan di rumah i
King yang sedang dalam perjalanan pun merasa tak jenak karena info yang di berikan Leo tadi sangat mengganggunya. Dia amenggeram marah dan Leo pun yang ada di depan melirik King dari kaca spion yang ada di sana."Kamu benar benar jatuh cinta sama dia atau cuma ingin berterima kasih kepadanya karena udah nolongin dia?" King melirik ke arah Leo, dia yang awalnya bingung dengan apa yang akan di jawabnya akhirnya tersenyum tipis. King menatap keluar jendela dan melihat banyak pohon di luar sana yang berjajar dalam kegelapan."Awalnya aku nggak tahu dia siapa bahkan sampai aku terluka itu juga tak menyangka. Aku nggak tahu kenapa bisa sampai di gudang itu padahal tempat penyeranganku pun jauh dari sana. Yang lucunya malah tiba tiba aku kehabisan tenaga dan malah dia menolongku tanpa pikir panjang. Dia nggak tahu siapa aku dan juga nggak tahu siapa yang menyerangku tapi dia berani menolongku. Kalau sekarang aku belum cinta sama dia, bukannya dia layak buat di perjuangkan? Aku nggak butuh
Kavaya segera membereskan semua barang barang miliknya agar jika nanti terjadi sesuatu dia tinggal pergi dan angkat kaki dari rumah terkutuk itu. Kavaya tak ingin tinggal di sana meskipun rumah itu banyak menyimpan kenangan bersama dengan sang mama tapi Kaavaya juga merasakan sakit yang berbarengan di sana karena ulah papanya yang menurutnya tak tahu diri itu."Aku harus bisa lebih kuat lagi, jangan sampai mereka nanti mereka melakukan sesuatu yang malah akan membahayakan nyawaku nantinya." gumam Kavaya.Dia kembali ke dalam kamar dan berdiam diri disana. Malam ini dia ingin tidur dengan nyenyak tanpa ada gangguan apapun dari dua wanita yang selalu mengganggunya itu.Tak menunggu lama Kavaya terlelap di ranjangnya yang sangat sempit itu. Semenjak sang mama tiada semenjak papanya membawa dua benalu ke rumah mereka Kavaya tak pernah menangis sama sekali.**Rebeca dan Miranda pulang dalam keadaan setengah mabuk dan banyak sekali belanjaan milik mereka yang di turunkan dari mobil yang
Saat King pergi dari tempat buat meting tadi gumpalan asap hitam sudah mengepul di udara dan itu pertanda jika apa yang di inginkan King sudah terlaksana. Dan King memutuskan untuk segera kembali ke negara A karena entah perasaannya tak tenang tentang Kavaya yang ada di sana. "Leo beri perintah pada anak buah kita di sana untuk terus mengawasi gadisku. Aku mempunyai firasat tak enak tentangnya!"Leo yang sedang memeriksa beberapa laporan pekerjaan segera menghentikannya dan meraih ponselnya untuk menghubungi anak buahnya yang ada di dekat rumah Kavaya. Dan setelah memastikan semua aman, dia melanjutkan pekerjaannya kembali. Sementara King berusaha memejamkan matanya meskipun dia tak akan bisa tidur untuk saat ini.**Pagi hari menjelang dan Kavaya sudah siap untuk pergi kuliah hari ini tapi bukan berarti dia akan berpenampilan rapi seperti anak kuliahan lainnya. Karena jika itu sampai ketahuan nasibnya akan berakhir tragis di tangan ibu tiri dan saudara tirinya.Tap.. tap...Suara l
King segera masuk ke dalam vila itu dan mencari di mana Kavaya sedang di tahan. Richard segera menyusul King masuk ke dalam dan di sana ada beberapa orang yang sudah tergeletak di lantai dengan bersimbah darah dimana mana."Astaga..... udah jelas ini bakalan ada puting beliung angin ribut ini." gumam Richard pelan. Dia segera berlari menyusul King untuk naik ke lantai atas. Saat Richard tengah bingung mencari di mana bosnya itu terdengar suara barang pecah berserakan dan di sana nampak barang pecah berserakan. Tak hanya itu ada dua orang yang sedang di hajar oleh King sampai mereka babak belur tak berbentuk lagi."Kan bener apa dugaanku!"Richard segera menghampiri King dan melihat di sana ada yang aneh dengan Kavaya. Richard segera masuk ke dalam dan jelas indera penciumannya mencium bau yang sangat dia kenali.Srettt...."Kinggg....Berhenti.... Kavaya butuh kamu!!!" Richard berhasil menghentikan King menghajar orang yang sudah tak bergerak itu dan bisa di pastikan jika kedua orang
Kavaya mulai melakukan aksinya pada milik King yang sudah berdiri tegak seolah menantangnya untuk melakukan sesuatu yang membuat tubuhnya panas dingin dan hawa di ruangan itu semakin panas.Kavaya mulai mendekatkan wajahnya ke benda yang sudah tegak berdiri itu dan membuat King menahan napasnya sesaat. Tapi tak sampai beberapa detik mata King terpejam serta kepalanya menengadah ke atas karena dia menikmati apa yang di lakukan Kavaya pada senjata miliknya yang sudah berdiri tegak. Otot ototnya pun juga terlihat di sana saat Kavaya mulai menggerakkan bibir manisnya untuk bergerak di sana. Tak hanya itu jari jemari Kavaya juga bergerak lincah mengikuti nalurinya. Dia terus memainkan benda milik King yang sedang di pegangnya saat ini. King sendiri sudah tak bisa melakukan apa apa karena Kavaya terus memanjakan junior miliknya."Swetty, oh...."Akhirnya suara itu keluar juga dari mulut King dengan nada seraknya. Kavaya terus memainkannya dan juga menjilatnya seperti dia sedang memakan es
Leo terpaku di tempatnya karena mendengar perkataan Kavaya yang menyuruh Naomi dan Richard mencari ayahnya.Dia kira tak akan ada yang tahu keadaan ayahnya yang menghilang selain King, tapi ternyata Kavaya yang baru kembali pun juga tahu jika mereka sedang mencari Pedro."Aku belum mengetahui siapa yang berkomunikasi dengan ayah yang terakhir. Ada banyak kemungkinan karena beberapa hari terakhir ayah bertemu dengan banyak orang,"Kavaya diam memikirkan semua perkataan Leo dia kemudian melirik ke arah King yang sejak tadi hanya diam saja."Periksa semua pekerja yang ada di mansion utama tapi jangan sampai ketahuan orang itu, apa kamu bisa melakukannya?" tanya King pada Leo.Leo terdiam sebentar untuk memikirkan sebuah rencana tapi kemudian dia mengangguk menyetujuinya karena dia yakin dia bisa melakukannya."Hmm, aku usahakan. Kalau begitu bukannya lebih baik kalau sering ke mansion utama?" King mengangguk meskipun dia berat tapi dia harus melakukannya demi menemukan Pedro dan juga pa
Selena yang mendengar apa yang di katakan Kavaya pun gelisah, dia tak mungkin membiarkan kedua orang tuanya mendapatkan hukuman juga karena kesalahannya. Di tambah dia baru tahu jika Kavaya adalah adik Kaito yang juga tak akan bisa di sentuh seperti King."Maafkan aku, tolong jangan sakiti kedua orang tuaku. Aku tak tahu kalau kamu tunangan King dan juga adik Kaito. Jika aku tahu aku tak akan mengganggu," pinta Selena sendu.Kavaya menaikkan sebelah alisnya merasa jika apa yang di katakan Selena tak masuk akal."Apa jika aku bukan orang terdekat mereka kamu akan bebas melakukan ini padaku? Kamu terlalu arogan Selena. Kamu baru di atas sebentar kamu sudah berbuat ulah. Tapi bukannya didikan orangtuamu juga begitu? Bagaimana jika papamu tahu kalau kamu ternyata bukan anak kandungnya, melainkan anak dari sopir pribadi mamamu?" Kavaya menatap miring pada Selena yang semakin pucat pasi. King yang terus terang baru mendengar hal ini langsung menoleh ke arah Kavaya.Benar benar banyak kejut
Leo yang sudah selesai sarapan pun sedang menikmati secangkir kopinya di ruang tengah markas dengan beberapa berkas yang ada di tangannya. Dia dan King membatalkan keberangkatan mereka karena insiden yang di buat Selesa.Leo segera mengangkat kepalanya saat mendengar suara derap langkah memasuki ruangan itu.Byurrr....Kopi yang baru saja masuk ke dalam mulutnya kembali menyembur keluar saat dia melihat kedatangan King yang sudah menggandeng seorang perempuan yang sangat dia kenali."Secepat itukah?"Itu yang ada di otak Leo saat ini karena di depannya sudah berdiri King yang tak mengenakan setelan pakaian yang dia gunakan semalam begitu juga dengan Kavaya yang sudah berganti pakaian yang lainnya.Tak hanya itu, sudah bisa di pastikan jika King menginap di hotel semalam, tapi dia tak menyangka jika Kavaya juga akan datang ke markas sepagi ini dan itu pertanda jika mereka berdua sudah menghabiskan malam bersama.Leo sudah memastikan jika King tak ada di mansion dan apartemennya berarti
Setelah semua yang King dan Kavaya lalui mereka memutuskan kembali bersama dan memulainya dari awal. Tapi tetap dengan Kavaya yang masih menyembunyikan identitasnya. Dia masih ingin meliahat orang orang yang ada di sekelilingnya seperti apa terlebih saat ini Moa sedang bersamanya."Baby aku antar kamu pulang ke mansion." Kavaya yang baru saja selesai sarapan langsung menoleh ke arah King dengan pandangan horor. Dia takut jika Kaito akan langsung menghajar King saat ini juga."Kenapa melihatku seperti itu? Apa aku salah bicara baby?" tanya King bingung."Kamu yakin mau bertemu dengan kakak?" tanya Kavaya balik.Ada rasa khawatir di sorot matanya kepada Kavaya dan itu membuat hati King menghangat. Dia merasa di cintai saat ini oleh Kavaya meskipun Kavaya tak menjelaskannya secara langsung.King terkekeh saat melihat Kavaya yang masih melotot ke arahnya dan dia mendekati Kavaya yang saat ini sedang duduk di sofa yang ada di kamar itu."Apa yang kamu takutin? Semalam aku udah maksa adikn
King yang sudah selesai membersihkan diri pun melihat Kavaya yang sudah duduk anteng di sofa dengan baju yang di berikan tadi. Ada rasa lega di hati King saat masih melihat Kavaya tak kabur dari sana atau pergi meninggalkan dirinya.King pun duduk di depan Kavaya dan membuka paper bag yang berisi makanan itu."Kenapa nggak makan duluan?" tanya King pada Kavaya.Kavaya yang baru saja memberi kabar pada kakaknya lantas menaruh ponselnya."Nungguin kamu selesai mandi." jawab Kavaya santai.Dia lalu membantu King membuka semua kotak makanan yang sudah King pesan. Berbeda dengan King yang malah berhenti membuka makanan itu dan malah memilih memerhatikan wajah Kavaya yang sedang sibuk dengan kotak kotak makanan itu."Aku tahu aku cantik, jadi nggak usah nglihatin kayak gitu." King menaikka sebelah alisnya lalu terkekeh, ternyata sifat tengil Kavaya tak berubah dan masih ada sampai sekarang.Dia mulai mengambil makanan yang Kavaya siapkan untuknya, dia hanya tersenyum tipis ke arah Kavaya k
King masih terus mengungkung badan Kavaya di dinding sampai Kavaya merasakan hembusan napas King yang semakin panas di punggungnya. King berhasil membuka gaun hitam milik Kavaya dan terpampanglah punggung mulus milik Kavaya. Cup...King mencium pundak mulus Kavaya dan itu tentu menimbulkan gelenyar panas pada tubuh Kavaya. King masih setia menempelkan bibirnya pada pundak mulus itu meskipun dia menahannya setengah mati karena efek obat itu benar benar menyiksanya.Sedetik kemudian gaun hitam Kavaya sudah teronggok jatuh di lantai dan meninggalkan tubuh indah Kavaya yang ada di depannya. Kavaya sudah tak bisa melawan, dia ternyata salah sudah menganggap King berubah, ternyata King masih berkuasa seperti dulu hanya saja dia tak memperlihatkannya pada orang lain. Untuk itulah julukan dia tetap LORD, dia akan terus menjadi penguasa.King memutar balik badan Kavaya dan tatapannya masih seperti dulu memuja kepada Kavaya. King meraih dagu Kavaya agar Kavaya mau melihat ke arahnya."Baby j
Selena sudah merencanakan sesuatu untuk King dan dia pamit dari hadapan Leo. Sedangkan King sudah bercengkerama dengan Kaito tanpa menoleh ke arah Kavaya yang sejak tadi memilih duduk di kursi yang tak jauh dari sang kakak.Leo pun tak masalah menikmati pesta itu sendirian tanpa King karena dia sudah terbiasa dengan itu."Pestanya sungguh meriah dan aku yakin setelah ini akan banyak proposal yang masuk ke perusahaanmu. Tentunya aku tak akan menyerah meskipun pernah sekali di tolak." kelakar King renyah.Kaito tersenyum tipis tapi dia juga sempat melirik ke arah Kavaya yang sedang menikmati minuman dan makanan yang tersaji.Tak lama dari itu ada seorang pelayan yang mengedarkan minuman dan King serta Kaito pun meminumnya karena mereka sudah lama mengobrol. Dari kejauhan Selena yang melihat itu pun tersenyum puas tanpa dia tahu jika rencananya pun sudah terendus sejak tadi.King yang sengaja meminum minuman itu pun sudah punya rencana sendiri sejak tadi dan dia akan menggunakan kesempat
Kavaya pergi meninggalkan apartemennya dengan perasaan berkecamuk. Dia sempat melihat mata Moa yang penuh harap untuk Kavaya mau bertemu dengan King tapi untuk saat ini dia belum terpikirkan untuk bertemu dengan King.Sementara di apartemen Moa sudah melihat Richard penuh tanda tanya pada Richard karena bagaimana bisa Richard lebih dahulu bertemu dengan Kavaya.Richard menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia bingung harus mulai dari mana sedangkan Naomi masih diam saja sejak tadi dan kembali bersikap seperti Naomi yang biasanya."Jadi apa yang terjadi sebenarnya?""Ehm, aku harus mulai dari mana ya? Aku sendiri bingung tante dan ini juga bukan keinginannku saat aku bertemu dengan Kavaya lebih dahulu. Ini ada hubungannya dengan Naomi tante," jawab Richard pelan.Naomi yang sejak tadi diam langsung menatap tajam ke arah Richard, karena bisa bisanya Richard membawa namanya dalam hal ini.Sementara Moa menatap Richard dan Naomi bergantian dengan tatapan yang semakin bingung, ada apa seb
Kavaya masih setia menunggu jawaban Moa, tapi melihat Moa hanya diam saja Kavaya pun tak memaksanya lagi. "Mami ingin bertanya apa kepadaku?" Akhirnya setelah mereka berdua saling diam Kavaya membuka omongan kembali agar Moa baru bercerita. "Apa King tahu kamu sudah kembali?" Hanya kata kata itu yang tercetus dari bibir Moa dan memang itu yang ingin di tanyakan pada Kavaya. Kavaya tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan. "Aku nggak harus bertemu dia saat aku ingin kembali ke negara ini. Karena tujuanku kembali tak hanya dia," Moa langsung terdiam mendengar jawaban Kavaya, dia tak menyangka jika akan ada banyak perubahan dari wanita yang dari dulu selalu menempati tahta tertinggi di hati King putranya. "Jadi mam, katakan padaku dimana paman Pedro? Kenapa dia tak menjagamu di vila itu?" Moa menerawang jauh mengingat semua kejadian yang menimpanya lalu dia menghembuskan napas panjangnya. "Mereka membawa Pedro dan aku tak tahu dimana Pedro sekarang." Kavaya menaikkan