"Cih, enak banget dia bilang suruh aku serahin perhiasan mama yang sudah jadi milikku. Kenapa ayah nggak pernah tahu wajah asli siluman betina itu sebelum dia membawanya pulang ke rumah. Apa selama ini memang mereka sudah menjalin hubungan sampai sampai ayah lebih membelanya dari pada anaknya sendiri?"
Seorang gadis remaja yang mulai beranjak dewasa berjalan sambil menggerutu di malam hari setelah dia bertengkar dengan ibu tirinya. Bahkan saudara tirinya juga ikut campur dengan masalah yang menimpanya seolah memang saudara tirinya itu senang jika dia tertimpa masalah dan akan di hukum lagi oleh sang ayah.
Kavaya Athena Lavender, dia putri dari pengusaha kain di kota A yang lumayan sukses. Dia juga sangat di manja oleh kedua orang tuanya, terutama sang ayah. Tapi semenjak ibunya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu semuanya berubah. Sang Ayah nampak selalu memarahinya, bahkan dia juga membawa pulang seorang perempuan dan anak perempuan yang Orlando sebut akan menjadi ibu tiri dan juga saudara tirinya.
Kavaya terus berjalan tanpa melihat keadaan sekeliling tanpa tahu dia ada di mana. Tapi saat sampai di tempat yang lebih sepi lagi dia tiba tiba di cegat oleh beberapa orang yang seperti preman di tempat itu.
"Hei, nona cantik... Sedang apa di tempat sepi seperti ini sendirian? Apa kamu sedang mencari teman malam ini?" tegur salah satu preman itu dengan tatapan laparnya.
Kavaya terdiam di tempatnya dan menatap preman itu satu persatu. Dia melangkah mundur dengan pelan karena dia sangat enggan meladeni para preman itu yang badannya sangat besar besar. Tapi naasnya pergerakan Kavaya di baca oleh salah satu preman yang bertato di lengannya.
Srett...
"Mau kabur kemana cantik?"
Mata Kavaya melotot kesal ke arah preman itu, dia segera menghempaskan tangan preman yang mencekal lengannya sampai membuat preman itu marah.
Mereka yang berjumlah tiga orang itu segera mengepung Kavaya dan membuat Kavaya mendengus kesal.
"Jadi kamu suka di paksa ternyata, kalau begitu kami akan membawa kamu secara paksa dan bersenang senang dengan kami secara paksa juga."
"Jangan mimpi kalian, aku nggak sudi badanku di jamah sama orang kayak kalian!!!" teriak Kavaya keras.
Para preman itu saling pandang dan menatap Kavaya dengan berang, segera setelah itu mereka segera menyerang Kavaya secara bersamaan.
Kavaya yang memang sedang kesal pun juga meladeni mereka dengan cepat, tapi karena dari kemarin Kavaya belum makan sama sekali dia sudah tak mempunyai tenaga lebih. Bagaimana tidak hanya karena masalah perebutan perhiasan ibunya dia sampai di kurung di gudang belakang rumah oleh ibu tirinya itu dan mereka menutupinya dari sang ayah. Tapi meskipun sang ayah tahu dia tak akan membela Kavaya sama sekali.
"Sial, ini gara gara siluman betina itu, kalau saja aku makan pasti aku menghadapi mereka semua!" umpat Kavaya kesal.
Dukkk.....
Punggung Kavaya terkena tendangan salah satu preman itu dan membuat Kavaya terjerembab ke depan.
Brukkkk....
"Awww......"
Kavaya meringis dan berbalik, tapi ketiga preman itu sudah berdiri lapar di hadapannya saat ini."Jangan melawan gadis cantik, ikut kami tanpa perlawanan di jamin nanti rasanya akan enak dan jelas kamu akan ketagihan setelah ini." ucap salah satu preman itu.
Kavaya masih diam tapi di kedua tangannya sudah menggenggam serbuk pasir yang dia ambil dari bawah tubuhnya.
Saat tangan salah satu preman itu ingin menyetuhnya Kavaya segera melempar serbuk pasir itu ke arah mata mereka semua.
"Argghhh.... gadis sialan!!!" teriak mereka bersamaan.
Kavaya yang melihat itu semua segera bangun dan kabur dari sana. Meskipun dia merasakan nyeri di punggungnya tapi dia tetap berlari dengan cepat agar tak tertangkap para preman itu.
Kavaya terus berlari sampai menemukan sebuah gudang tua yang nampak terbengkalai. Dia memutuskan masuk ke sana dan bersembunyi di sana.
Hosssh, hoshhhh...
"Astaga capek banget, gara gara nggak pernah olahraga lagi jadi begini!" kesal Kavaya.
Dia berdiam diri di pojokan sambil menetralkan napasnya karena lelah saat berlarian tadi.
Dia menatap sekitar dan bergidik ngeri karena di sana sangat gelap dan tak ada siapapun.
"Ya Tuhan, lindungi aku. Takut kalau ada yang tak nampak tiba tiba nongol." Batin Kavaya.
Dia menutup matanya dan terus berdoa dalam hati tapi kemudian tak lama dia mendengar suara tembakan yang tak jauh dari sana dan membuatnya berjengkit karena terkejut.
Doorrrr.....dor...
Dia menutup mulutnya agar tak bersuara, sungguh dia semakin takut saat ini. Karena seumur umur baru ini mendengar suara tembakan yang begitu dekat.
"Ini ada yang syuting film kah? Kenapa malah ada suara tembakan di dekat sini?" batin Kavaya lagi.
Dia tak menyangka jika malam ini dia akan mengalami kesialan yang beruntun seperi ini. Tapi karena dia penasaran dia melongokkan kepalanya keluar dan dari kejauhan dia melihat ada seorang laki laki yang sedang berlari dan nampak terluka. Karena dari tempat Kavaya berdiam diri pun dia bisa melihat jika orang yang sedang berlari itu tengah mengalami luka yang serius karena ada banyak darah yang keluar dari lengannya.
"Dia di kejar penjahat apa gimana?"
Kavaya terus memerhatikannya sampai orang yang di kejar itu menyerang mereka balik dan juga menembakinya balik.
Kavaya melihat jika beberapa orang yang sedang mengejar itu mulai tumbang satu persatu. Dia juga melihat masih ada beberapa orang lagi yang mengejar dan nampak menggunakan tangan kosongnya.
Kavaya yang melihat orang itu terus di serang juga tak tega akhirnya. Dia berjalan mengendap endap agar tak di ketahui banyak orang. Tanpa ba bi bu lagi dia menyerang orang orang itu menggunakan balok kayu yang baru saja dia dapat karena dia tak mungkin menyerang dengan tangan kosong saat tenaganya sendiri belum pulih. Dan karena bantuan Kavaya akhirnya orang orang itu bisa di kalahkan.
Laki laki yang di tolong Kavaya tadi menyipitkan matanya, dia tak percaya jika ada seorang perempuan yang berani menolongnya di saat melihat dia sedang terluka parah dan berlumuran darah.
Tapi karena sudah banyak darah yang keluar dari tubuhnya akhirnya pandangannya perlahan pun kabur dan badannya limbung jatuh ke tanah.
Brukkk...
"Eh...."
Kavaya yang mendengar suara benda jatuh pun menoleh ke belakang dan dia melihat laki laki itu ambruk di sana."Hei, hei, apa dia mati? Kalau dia mati nanti aku yang jadi tersangka? Duh, ini gimana dong, kalau niatnya nolong malah jadi tersangka."
Kavaya mondar mandir di sana, bahkan dia maju mundur mendekati laki laki yang tengah tergeletak itu.
"Aduh ini aku gimana dong?" Kavaya bingung dengan apa yang harus di lakukan.
Dan bertepatan pada saat itu terdengar derap langkah yang mulai mendekati tempat di mana Kavaya berada. Dan itu malah membuat Kavaya semakin panik.
"Aduh, ini gimana dong?"
to be continued
Derap langkah yang semakin banyak nampak mendekat ke arah Kavaya yang masih saja kebingungan saat ini dengan apa yang akan dia lakukan."Arghhh... Kalau gini kan aku jadi yang susah." dumel Kavaya pelan.Dia melihat laki laki yang tergeletak dan terluka itu, karena dia sudah kebingungan akhirnya dia memutuskan untuk membawa laki laki itu dengan cara menyeretnya masuk lebih dalam ke gedung kosong itu dan menutupinya dengan berbagai kain lusuh yang ada di sana.Kavaya sendiri segera berdiam diri dan bersembunyi di balik barang barang yang tak terpakai itu."Dimana dia?" "Tapi ini mereka siapa yang menghabisi mereka semua?"Beberapa orang itu mulai menyebar di seluruh gudang dan hampir saja Kavaya juga ketahuan. Hampir setengah jam dia duduk berjongkok untuk menghindari orang orang berpakaian hitam itu dan itu membuat kakinya mulai kesemutan."Kita pergi dari sini, dia tak ada di sini. Mungkin dia sudah kabur ke tempat yang lain."Beberapa orang yang terlihat seperti bawahan itu mengang
Kavaya masih berdiam diri di depan pintu mendengarkan pembicaraan semua orang yang ada di dalam sambil berpikir siapa yang akan menikah karena tak mungkin Rebeca. Dia tahu sekali kehidupan Rebeca seperti apa.Ceklek..."Eh, astaga, nona Kava, dari mana saja nona... Kenapa semalam tak pulang ke rumah?" Sang pelayan yang baru saja membuka pintu itu terkejut saat melihat nona mudanya berdiri di depan pintu dengan pakaian yang lusuh dan kotor semua bekas tanah. Pelayan ini adalah pelayan setia mamanya dari dulu dan paling menyayangi Kavaya sejak kecil sampai sekarang.Kavaya sendiri masih diam dan tersenyum tipis ke arah pelayan yang selalu di panggilnya bibi Ami ini. Dia seperti ibu pengganti bagi Kavaya selama ini.Miranda dan Rebeca yang melihat Kavaya pulang tersenyum sinis. Begitu juga dengan beberapa tamu yang datang ke sana. "Nah, ini anak sialan yang aku bilang pada kalian. Benar kan apa kataku kalau dia nggak tahu diri. Dia pulang malah dalam keadaan nggak jelas begini. Juga se
Saat Kavaya berkedip sekali orang yang ada di bawah itu sudah hilang tak ada lagi di tempatnya tadi. Kavaya keluar dari kamarnya ke balkon dan celingukan mencari orang yang tengah mengawasinya tadi. Tapi meskipun Kavaya mencarinya tapi dia tak menemukan orang itu dimana mana."Dia pergi kemana?"Kavaya segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela kamarnya. Dia juga langsung mengunci jendela kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi."Nggak mungkin kan dia ngikutin aku dari gudang tadi? Dia jahat apa ya? Apa ada hubungannya dengan orang yang aku temuin tadi di gudang itu?" batin Kavaya.Kavaya menggelengkan kepalanya berusaha mengusir semua pikiran buruk dari otaknya. Dia memutuskan untuk segera membersihkan dirinya karena bajunya sudah semakin bau. Berhubung dua siluman betina itu pergi Kavaya bisa mengambil makanan sepuasnya saat ini tanpa takut di maki dan di marahi.Kavaya bukan tak ingin melawan, hanya saja dia terkadang sudah tak ingin ada keributan di rumah i
King yang sedang dalam perjalanan pun merasa tak jenak karena info yang di berikan Leo tadi sangat mengganggunya. Dia amenggeram marah dan Leo pun yang ada di depan melirik King dari kaca spion yang ada di sana."Kamu benar benar jatuh cinta sama dia atau cuma ingin berterima kasih kepadanya karena udah nolongin dia?" King melirik ke arah Leo, dia yang awalnya bingung dengan apa yang akan di jawabnya akhirnya tersenyum tipis. King menatap keluar jendela dan melihat banyak pohon di luar sana yang berjajar dalam kegelapan."Awalnya aku nggak tahu dia siapa bahkan sampai aku terluka itu juga tak menyangka. Aku nggak tahu kenapa bisa sampai di gudang itu padahal tempat penyeranganku pun jauh dari sana. Yang lucunya malah tiba tiba aku kehabisan tenaga dan malah dia menolongku tanpa pikir panjang. Dia nggak tahu siapa aku dan juga nggak tahu siapa yang menyerangku tapi dia berani menolongku. Kalau sekarang aku belum cinta sama dia, bukannya dia layak buat di perjuangkan? Aku nggak butuh
Kavaya segera membereskan semua barang barang miliknya agar jika nanti terjadi sesuatu dia tinggal pergi dan angkat kaki dari rumah terkutuk itu. Kavaya tak ingin tinggal di sana meskipun rumah itu banyak menyimpan kenangan bersama dengan sang mama tapi Kaavaya juga merasakan sakit yang berbarengan di sana karena ulah papanya yang menurutnya tak tahu diri itu."Aku harus bisa lebih kuat lagi, jangan sampai mereka nanti mereka melakukan sesuatu yang malah akan membahayakan nyawaku nantinya." gumam Kavaya.Dia kembali ke dalam kamar dan berdiam diri disana. Malam ini dia ingin tidur dengan nyenyak tanpa ada gangguan apapun dari dua wanita yang selalu mengganggunya itu.Tak menunggu lama Kavaya terlelap di ranjangnya yang sangat sempit itu. Semenjak sang mama tiada semenjak papanya membawa dua benalu ke rumah mereka Kavaya tak pernah menangis sama sekali.**Rebeca dan Miranda pulang dalam keadaan setengah mabuk dan banyak sekali belanjaan milik mereka yang di turunkan dari mobil yang
Saat King pergi dari tempat buat meting tadi gumpalan asap hitam sudah mengepul di udara dan itu pertanda jika apa yang di inginkan King sudah terlaksana. Dan King memutuskan untuk segera kembali ke negara A karena entah perasaannya tak tenang tentang Kavaya yang ada di sana. "Leo beri perintah pada anak buah kita di sana untuk terus mengawasi gadisku. Aku mempunyai firasat tak enak tentangnya!"Leo yang sedang memeriksa beberapa laporan pekerjaan segera menghentikannya dan meraih ponselnya untuk menghubungi anak buahnya yang ada di dekat rumah Kavaya. Dan setelah memastikan semua aman, dia melanjutkan pekerjaannya kembali. Sementara King berusaha memejamkan matanya meskipun dia tak akan bisa tidur untuk saat ini.**Pagi hari menjelang dan Kavaya sudah siap untuk pergi kuliah hari ini tapi bukan berarti dia akan berpenampilan rapi seperti anak kuliahan lainnya. Karena jika itu sampai ketahuan nasibnya akan berakhir tragis di tangan ibu tiri dan saudara tirinya.Tap.. tap...Suara l
King segera masuk ke dalam vila itu dan mencari di mana Kavaya sedang di tahan. Richard segera menyusul King masuk ke dalam dan di sana ada beberapa orang yang sudah tergeletak di lantai dengan bersimbah darah dimana mana."Astaga..... udah jelas ini bakalan ada puting beliung angin ribut ini." gumam Richard pelan. Dia segera berlari menyusul King untuk naik ke lantai atas. Saat Richard tengah bingung mencari di mana bosnya itu terdengar suara barang pecah berserakan dan di sana nampak barang pecah berserakan. Tak hanya itu ada dua orang yang sedang di hajar oleh King sampai mereka babak belur tak berbentuk lagi."Kan bener apa dugaanku!"Richard segera menghampiri King dan melihat di sana ada yang aneh dengan Kavaya. Richard segera masuk ke dalam dan jelas indera penciumannya mencium bau yang sangat dia kenali.Srettt...."Kinggg....Berhenti.... Kavaya butuh kamu!!!" Richard berhasil menghentikan King menghajar orang yang sudah tak bergerak itu dan bisa di pastikan jika kedua orang
Kavaya mulai melakukan aksinya pada milik King yang sudah berdiri tegak seolah menantangnya untuk melakukan sesuatu yang membuat tubuhnya panas dingin dan hawa di ruangan itu semakin panas.Kavaya mulai mendekatkan wajahnya ke benda yang sudah tegak berdiri itu dan membuat King menahan napasnya sesaat. Tapi tak sampai beberapa detik mata King terpejam serta kepalanya menengadah ke atas karena dia menikmati apa yang di lakukan Kavaya pada senjata miliknya yang sudah berdiri tegak. Otot ototnya pun juga terlihat di sana saat Kavaya mulai menggerakkan bibir manisnya untuk bergerak di sana. Tak hanya itu jari jemari Kavaya juga bergerak lincah mengikuti nalurinya. Dia terus memainkan benda milik King yang sedang di pegangnya saat ini. King sendiri sudah tak bisa melakukan apa apa karena Kavaya terus memanjakan junior miliknya."Swetty, oh...."Akhirnya suara itu keluar juga dari mulut King dengan nada seraknya. Kavaya terus memainkannya dan juga menjilatnya seperti dia sedang memakan es
Miranda yang memang sudah sangat emosi pun segera merencanakan sesuatu. Bahkan Rebeca pun dengan tak tahu malunya masih datang ke perusahaan dan bekerja seperti biasa karena disana ada Lucas yang akan memback up nya jadi tak perlu ada yang dia takuti.Sementara itu di rumah sakit, Kavaya sedang di periksa kembal dan dia dinyatakan sudah sehat dan bayinya pun juga sehat. King sendiri belum bisa di hubungi karena dia dan juga Leo sedang mengurusi pekerjaan penting dan juga ada masalah di dunia bawah. Ada beberapa yang ingin memberontak kekuasaannya jadi mau tak mau dia harus turun tangan langsung. King pun sempat kembali mengalami mual dan pusing tapi beruntung koki di mansion itu sudah menyiapkan semua makanan yang di inginkan King. Karena keadaan King yang seperti itu, dia juga sempat tertembak kembali tapi bisa langsung di selamatkan."Nona muda sudah bisa pulang hari ini dan semua obat serta vitaminnya sudah kami siapkan." terang sang dokter itu. Kavaya dan Moa pun mengangguk men
Kavaya yang tiba tiba limbung langsung di tangkap oleh Richard. Moa dan Pedro pun mendekat dengan wajah yang tak kalah paniknya. Moa mencoba menepuk pelan pipi Kavaya tapi Kavaya tak segera membuka matanya saat ini."Kita bawa ke rumah sakit," Richard segera mengangkat tubuh Kavaya dan memasukkannya ke dalam mobil milik Moa. Di ikuti oleh Moa dan Pedro yang menyetir mobil itu mereka segara membawa Kavaya ke rumah sakit milik keluarga Moa.Richard pun tak menaruh Kavaya di brangkar tapi langsung membawanya ke IGD agar Kavaya segera bisa di periksa. Moa pun dengan terburu buru menyusul Richard yang sudah ada di depan IGD. "Richard bagaimana?" tanya Moa dengan wajah cemasnya."Masih di periksa.." sahut Richard cepat.Moa pun duduk di sana dan menghembuskan napas berkali kali. Dia sangat panik tadi karena Kavaya tiba tiba pingsan dan King tak ada di sana. Dan jelas jika King tahu dia bisa mengamuk nanti. Tapi saat ini tak ada yang kepikiran untuk memberitahu King soal keadaan Kavaya.Ce
Leo masih memerhatikan King yang masih lahap memakan makanan yang baru saja di minta pada sang koki. Bahkan King juga tak menawari Leo sama sekali seolah King lupa jika di sana juga ada Leo yang tadi sangat khawatir kepadanya.Semua koki dan pelayan yang ada di sana pun di buat takjub dengan King yang tiba tiba lahap makan. Padahal makanan itu jarang sekali di makan oleh King."Ini aku nggak salah lihat kan ya?" gumam Leo lagi."Tidak tuan Leo, saat ini tuan Muda memang sangat lahap makanannya dan lihatlah dia juga meminta saya untuk menyiapkan beberapa permen buah lagi seperti yang baru saja dia makan." sahut kepala Koki yang berdiri di samping Leo."Tapi tuan Muda King hanya mau makanan itu dan menyuruh kami menyingkirkan makanan yang lainnya, karena menurut tuan Muda itu membuat tuan Muda mual kembali." Sang koki segera menjelaskan semuanya yang di alami King pada Leo dan itu semakin membuat Leo pusing karena King terlihat aneh saat ini. "Tuan Muda ini seperti mengalami nyidam se
Keesokan paginya Kavaya bangun lebih pagi karena dia harus bergegas pergi sebelum dia bertemu dengan Miranda serta Rebecca karena itu akan merusak mood paginya. Tapi naas, mungkin hari ini nasib sial sedang menimpanya. Dia berpapasan dengan Miranda yang juga akan keluar dari kamarnya.Belum sempat Kavaya pergi sebuah tamparan mendarat lagi di pipinya pagi ini. Wajah Kavaya sudah tertoleh ke samping dan dia hanya diam memegangi pipinya yang terasa panas. Tapi bukan Kavaya namanya jika dia tak bisa membalik keadaan saat ini.Plak....Plaakkk...."Anak kurang ajar kamu!!!" Seru Miranda setengah berteriak.Teriakan Miranda menggema di seluruh rumah sampai membuat semua penghuni rumah mencari sumber suara. Dan dia atas sana di dekat tangga, para pelayan menyaksikan dengan rasa was was karena mereka dekat dengan pinggiran tangga. Para pelayan yang ada di bawah takut jika salah satu dari mereka berdua nanti ada yang jatuh."Siapa yang kamu sebut kurang ajar? Aku? Nggak salah?""Aku cuma memb
Miranda yang baru bisa pulang ke rumah mereka pun di buat syok saat melihat Rebeca yang tak sadarkan diri di teras rumahnya tanpa ada seorang pun yang mau membantu membangunkannya."Beca. hei Beca.... Kamu kenapa ada di sini?" Miranda berusaha menepuk pelan pipi Rebeca putrinya, dia mulai panik saat tubuh Rebeca mulai terasa dingin. Segera dia beranjak dari sana dan segera masuk ke rumah seperti orang kesetanan."Pelayaannnnn...."Suara Miranda menggema di seluruh rumah dan membuat semua pelayan yang sedang terlelap pun kalang kabut keluar dari kamar mereka karena hari sudah hampir dini hari. Mereka nampak syok melihat wajah Miranda dan penampilan Miranda tapi mereka lebih takut jika sampai menertawakannya mereka akan di hukum. Jadi mereka hanya diam sejak tadi."Heiii, pelayan rendahan, apa yang kalian lakukan sebenarnya? Kenapa kalian nggak nolongin majikan kalian hah?" bentak Miranda kesal.Semua pelayan Miranda nampak saling pandang bingung karena sejak tadi tidak ada tanda tanda
Rebecca dan Carlos kembali ke perusahaan cabang dengan perasaan campur aduk. Carlos sudah sangat ketakutan karena posisinya saat ini dia bertaruh dengan jabatan dan semuanya. Dia tak menyangka jika King akan bereaksi seperti ini. Brakkkk.... "Sial, aku nggak tahu kalau dia bisa langsung seperti itu. Apa jangan jangan kamu mengenalnya?" tanya Carlos curiga. Rebeca yang sejak tadi diam menahan kesalpun menaikkan sebelah alisnya dan kemudian mendengus kesal. "Bagaimana mungkin aku mengenalnya sedangkan dia ada di perusahaan pusat dan aku bekerja di sini. Lagian kenapa nggak bilang sih kalau dia kayak gitu? Aku nggak terima udah di permalukan di depan orang banyak kayak tadi. Emang dia pikir dia siapa sampai bisa melakukan itu kepadaku!" Carlos sudah memijat keningnya pelan karena dia jelas setelah ini akan selalu di awasi dan semua pekerjaannya akan lebih berat nantinya. Jelas ini semua karena Rebecca yang tak berhati hati. "Sudahlah, aku akan mencari cara lagi agar kamu bisa masu
King yang baru saja mendapatkan kabar dari Leo jika Miranda dan Rebeca akan kembali pulang ke rumah mereka pun segera mengantarkan Kavaya pulang dengan di iringi perdebatan terlebih dahulu dengan maminya.Tapi tetap Moa yang mengalah setelah Kavaya mengatakan jika dia akan kembali kesana jika nanti dia selesai kuliah. Tentu saja Moa merasa senang, dan bahkan mereka sudah membuat daftar temu dan kegiatan yang akan mereka lakukan nanti ketika mereka ketemu."Swety, segera kabari aku jika ada apa apa denganmu dan jika kamu membutuhkanku. Ingat sekarang kamu tak sendiri, ada aku dan juga kedua orang tuaku yang ada di belakangmu. Dan jaga semua kesehatanmu," pesan King sebelum Kavaya benar benar turun dari dalam mobilnya.Sebenarnya King keberatan jika Kavaya harus berjalan kaki jika pulang ke rumahnya tapi Kavaya tak ingin orang lain menganggap aneh aneh tentang dirinya dan memberi tahu pada Rebecca atau Miranda tentang kepulangannya di antar seseorang yang tak di kenal mereka apalagi mem
Kavaya masih terdiam menatap King dengan mata sayunya. Sementara King masih menunggu persetujuan dari Kavaya."Sweety...."King kembali memanggil nama Kavaya dan membuat Kavaya meneguk ludahnya kasar.Saat ini berbeda dengan yang kemarin. Jika kemarin dia dalam posisi yang tak sadar dan dalam pengaruh obat sialan itu, hari ini jelas dia sangat sadar dengan apa yang akan mereka lakukan."King... apa yang kedua ini akan sakit?" cicit Kavaya lirih. King memerhatikan wajah Kavaya yang sedikit memerah karena bertanya hal seperti tadi.Dia mengusap lembut pipi gadisnya itu dan menciumnya sekilas."Bukankah kali ini kita melakukannya dalam keadaan sadar? Jadi jika nanti itu menyakitimu, kamu bisa berteriak atau mencakarku. Bagaimana?"Kavaya mengangguk ragu karena dia pun juga tak punya pengalaman lebih tentang hal begini.King kembali mencium Kavaya dengan lembut. Berbeda dengan yang tadi, jika yang tadi King lebih menuntut kali ini dia lebih menjaga ritmenya untuk membuat Kavaya menikmati
Kavaya yang baru saja mengangguk kemudian membelalakkan matanya kembali. Dan dia menatap King serta Moa bergantian dan itu membuat Moa yang ada di depannya tentu saja gemas dengan tingkah Kavaya."Kenapa bingung?" tanya Moa lagi."Tunggu, jadi dia eh King ini anak Tante?" Moa mengangguk geli karena Kavaya terlihat terkejut kembali."Hemm, dan yang bikin Tante senang adalah Tante nggak perlu maksain dia buat mau ketemu sama kamu karena dia sendiri yang udah bawa kamu pulang kemari. Jadi jelas Tante nggak akan keluarin tenaga extra buat paksa dia menikah sama kamu," jelas Moa lagi.King sudah melihat ke sembarang arah karena entah kenapa ada perasaan yang tak bisa di jelaskan lagi darinya mendengar ternyata Kavaya lah yang akan di jodohkan dengannya.Sedangkan Kavaya masih terlihat bingung dengan situasi yang terjadi saat ini."Tapi bukannya Tante kemarin memilih Rebeca ya untuk di jadikan menantu Tante?" tanya Kavaya ragu.Moa meraih wajah Kavaya dan mencubit pipi gadis itu dengan ge