King segera masuk ke dalam vila itu dan mencari di mana Kavaya sedang di tahan. Richard segera menyusul King masuk ke dalam dan di sana ada beberapa orang yang sudah tergeletak di lantai dengan bersimbah darah dimana mana.
"Astaga..... udah jelas ini bakalan ada puting beliung angin ribut ini." gumam Richard pelan.
Dia segera berlari menyusul King untuk naik ke lantai atas. Saat Richard tengah bingung mencari di mana bosnya itu terdengar suara barang pecah berserakan dan di sana nampak barang pecah berserakan. Tak hanya itu ada dua orang yang sedang di hajar oleh King sampai mereka babak belur tak berbentuk lagi."Kan bener apa dugaanku!"
Richard segera menghampiri King dan melihat di sana ada yang aneh dengan Kavaya. Richard segera masuk ke dalam dan jelas indera penciumannya mencium bau yang sangat dia kenali.
Srettt....
"Kinggg....Berhenti.... Kavaya butuh kamu!!!"
Richard berhasil menghentikan King menghajar orang yang sudah tak bergerak itu dan bisa di pastikan jika kedua orang yang tadi di hajar King sudah tak bernyawa lagi.
"Apa maksudmu?" tanya King yang masih menetralkan amarahnya.
"Obat perangsang...."
Satu kata dari Richard membuat mata King membola dan dia melihat ke arah Kavaya yang mulai bereaksi pengaruh obat itu.
"Leo mungkin sudah dalam perjalanan, biar kami yang mengurus mereka. Bawa gadismu pergi dari sini, dan kemungkinan itu dosis tinggi karena aku juga mencium ada bau alkohol dengan dosis tinggi juga."
"Sial..."
King segera menghampiri Kavaya dan melihat banyak keringat dingin di dahi gadis itu. Kavaya mulai bergerak gelisah bahkan dia juga ingin membuka bajunya tanpa sadar. King reflek mengangkat badan Kavaya untuk di bawa pergi dari sana. Dan ternyata sentuhan King pada Kavaya membuatnya langsung membuka matanya.
"Tolong aku, kenapa ini badanku panas sekali...."
Suara Kavaya mulai serak dan itu membuat King meneguk ludahnya kasar.
Bagaimana tidak tanpa sengaja bagian yang menonjol dari Kavaya terlihat olehnya, jelas King adalah laki laki normal dan meskipun dia bukan pemain wanita tapi nalurinya sebagai laki laki juga akan tergerak dengan sendirinya.
"King kamu lihat apa? Segera bawa dia pergi!" teriak Richard membuyarkan lamunan King tadi.
Tanpa banyak bicara King segera pergi meninggalkan Vila itu dengan cepat. King meletakkan tubuh Kavaya di dalam kursi penumpang yang ada di sebelahnya. Dia melajukan mobilnya dengan cepat dan tepat di tengah jalan Kavaya mulai bertingkah."Ini gerah banget... tolong aku butuh air!" rintih Kavaya lirih.
King menepikan mobilnya dan berniat memberikan Kavaya air tapi matanya membelalak saat melihat keadaan Kavaya yang ternyata sudah membuka bajunya sendiri."Astaga swetty...." decak King gemas.
Tak hanya itu yang Kavaya lakukan, dia mulai mendekat ke arah King dan jelas alarm di kepala King mulai berbunyi tapi dia masih terpaku di tempatnya duduk dan menelan ludahnya kasar.
"Swety, jangan mendekat... atau kamu akan menyesal seumur hidup kamu!
Kavaya seolah tuli saat ini, dia mulai menjulurkan tangannya ke arah King dan dengan berani dia merangkak ke pangkuan King yang membuat King kembali membelalakan matanya.
"Kamu tampan banget, kamu bisa kan bantu aku. Tubuhku panas banget, aku butuh sesuatu...."
Glek....
King kembali menelan ludahnya susah payah di tambah di depan matanya terpampang nyata suatu keindahan yang membuat sesuatu di tubuh King mulai bergerak aktif. Kavaya yang tak sadar dengan apa yang di lakukannya bahkan dengan berani memulai mencium King lebih dahulu. Tak hanya itu dia juga mulai menggerakkan bagian bawahnya untuk mencari kenikmatan karena badannya sendiri sudah tak bisa di kendalikan. Di sela ciuman mereka King menggeram berusaha menahannya akan tetapi dia kalah dengan nafsunya sendiri.
"Swety, astaga..." erang King frustasi.
King pun segera menyerang balik Kavaya yang tak mau diam sejak tadi, tapi dia merasa kesulitan karena saat ini posisi mereka ada di dalam mobil. Di sela kegiatan panas mereka, King mulai berpikir akan membawa Kavaya kemana karena jelas saat ini kondisinya seperti ini.
"Tahan swety, kita pergi ke Vila ku yang ada di dekat sini!"
King menahan Kavaya yang masih ada dalam pangkuannya dan dia mengemudikan mobilnya dengan cepat. King seolah tak bisa berpikir dan lupa jika mobilnya bisa di kemudikan otomatis.
Ckittt....
Suara decit ban milik mobil King membuat beberapa penjaga Vila berjengkit kaget. Mereka bahkan melongo saat King terlihat menggendong seseorang yang di tutupi selimut oleh King.
"Jangan ganggu aku, dan jaga Vila ini jangan sampai ada yang mengusikku apa yang aku lakukan!"
Para penjaga itu mengangguk gagu antara syok dan bingung tapi mereka tak berani membantah apa yang tengah di lakukan oleh Lord mereka.
Pada saat perjalanan masuk ke dalam kamar King yang ada di ujung pun Kavaya tak pernah mau diam bahkan semua area sensitif King pun di jamah oleh bibir manis milik Kavaya. Dan sepanjang perjalanan ke kamar itu King pun tersiksa dengan apa yang tengah menimpanya.
Saat mereka sampai dalam lamar King, Kavaya segera di jatuhkan King di atas ranjang empuk miliknya dan membuat King segera melepaskan baju miliknya sendiri. Dia menatap lapar pada Kavaya yang saat ini hanya memakai dalaman saja.
King juga melihat badan Kavaya sudah seperti cacing kepanasan.
King mulai merangkak di atas badan Kavaya dan memandanginya dengan lembut."Tolong aku, ini rasanya nggak nyaman sekali." rintih Kavaya dengan suara indahnya dan itu membuat hati King berdesir lebih dari sebelumnya.
King mulai membelai lembut pipi Kavaya dan itu membuat Kavaya memejamkan matanya menikmati sentuhan yang di berikan King serta dadanya naik turun karena menahan semua gejolak yang ada di dalam dirinya akibat obat yang dia minum.
"Swety, apa kamu akan membenciku ketika aku menolongmu malam ini?" Tanya King yang tiba tiba merasa takut dengan apa yang akan dia lakukan.
Kavaya yang sedikit tersadar pun menatap King dengan sayu, tapi kemudian tanpa banyak bicara lagi Kavaya segera meraih wajah King dan menempelkan benda kenyal miliknya sampai bertubrukan dengan milik King. Tak hanya itu, dia juga mulai menggerakkan bibirnya agar King segera mau menyentuhnya. Otak Kavaya sudah tak bisa berpikir jernih lagi dan saat ini dia ingin menyelesaikan rasa tersika di dalam dirinya ini. King sendiri masih menahan dirinya agar tak menyerang gadisnya saat itu juga. Tapi nyatanya tangan Kavaya sudah menjalar kemana mana dan itu membuat King merasakan pusing yang amat sangat di kepala atas dan bawahnya secara bersamaan.
"Swety, jangan menyesal setelah ini karena aku pastikan kamu tak akan bisa kabur dan pergi dari sisiku. Meskipun kamu memohon dan berlari sampai ke ujung dunia pun aku akan mengejarmu!" ucap King serak.
Setelahnya King menyerang Kavaya membabi buta, tak ada yang King lewatkan saat itu. Dia terus menelurusi lekuk tubuh Kavaya yang indah dan membuatnya tak bisa berhenti saat itu juga.Tangan King pun tak mau tinggal diam saat ini, dia meraba setiap inci dari Kavaya dan membuat Kavaya merasakan apa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. King sendiri menahan mati matian apa yang seharusnya dia lakukan sejak tadi karena memang dia dan Kavaya juga baru pertama kali ini melakukan hal ini. Tapi King hanya mengikuti nalurinya saja sebagai laki laki.
Saat tangan King mulai memegang bagian tubuh Kavaya yang menonjol dan terasa kenyal suara indah Kavaya pun mengalun indah berbarengan dengan tangan King yang bergerak lincah di sana.
Kavaya juga tak tinggal diam saja, dia malah memberi akses bebas agar King bisa melakukan apa yang dia mau. Mata Kavaya sudah semakin sayu apalagi indera pengecap King mulai menjalari setiap lekuk tubuhnya.
"Ahhh...."
Suara indah itu lolos lagi dari bibir mungil milik Kavaya dan itu membuat King semakin bergerak lincah di bawah sana. Permainan King pun sudah sampai di area bagian bawah dan itu membuat King sedikit ragu, dia sedikit mendongak ke arah Kavaya dan melihat wajah memerah itu juga melihatnya sekilas.
"Pleasee, jangan siksa aku...."
Suara napas Kavaya seperti seseorang yang baru saja lari maraton bahkan tatapan wajah Kavaya dan mata itu menginginkan hal lebih dari King.
King memejamkan matanya sekilas dan tak lama dia membuka mata itu dengan cepat karena ternyata kepalanya juga semakin berdenyut."Swety, ini kamu yang minta jadi jangan menyesal dengan apa yang akan terjadi pada kita malam ini," gumam King pelan.
King melakukan kembali apa yang sempat dia tunda lagi, dia melihat bentuk indah yang ada di depannya ini dan terlihat sangat terawat. King sedikit menggoda Kavaya dengan sedikit meniupnya pelan."Ahhhh..."
Suara indah itu terdengar lagi di telinga King yang semakin membuatnya bertambah bergairah.King mendekatkan wajahnya pada lembah yang mulai lembab dan nampak memerah indah itu.
King mulai menjulurkan benda tak bertulangnya ke area lembah lembab itu dan membuat Kavaya sedikit melengkung kan badannya ke atas karena sedikit terkejut dengan apa yang dia terima. Aliran listrik yang begitu nikmat baginya menyengat semua tubuhnya di tambah King mulai menggerakkan benda tak bertulang itu keluar masuk ke dalam lembah Kavaya. Reflek kedua tangan Kavaya menarik rambut King dan malah memaksa kepala King untuk semakin masuk ke dalam sana. Tak ayal Kin pun mulai menggerakkan jari jarinya dengan menyibak lembah itu dengan perlahan. Dan awalnya yang terasa pelan lama lama semakin cepat dan mulai menerobos masuk ke dalam bagian inti lembah itu yang semakin basah karena Kavaya mulai mengeluarkan lahar pemanasnya. King melahap habis lahar itu dan membuat Kavaya semakin menggelinjang tak karuan.
Dan hampir setengah jam King memainkan jari jarinya di lembah itu tangan Kavaya mencengkeram kuat dan menekan kepala King semakin masuk ke dalam. King sendiri menuruti apa yang di mau Kavaya saat ini dan tak lama semburan lahar yang sangat banyak mengalir deras dari lembah indah milik Kavaya. King yang sedang menikmatinya pun menelan sampai habis dan tentu saja itu membuat Kavaya semakin menjerit tak karuan.Beruntung kamar milik King kedap suara jadi tak ada yang tahu atau mendengar suara suara laknat yang keluar dari dalam kamar itu.
Setelah lahar panas itu tertelan semua King segera bangkit dari bawah dan melihat wajah cantik Kavaya yang masih memerah dengan napas yang masih tersengal sengal setelah acara pelepasan pertamanya tadi.
Kavaya memandang King dengan mata sayunya dan King tahu jika pengaruh obat itu belum sepenuhnya hilang. Tangan Kavaya sendiri sudah meraih benda keras dari balik celana pendek yang sudah mengetat milik King dan mengusapnya pelan. Dan saat ini gantian suara berat King yang menggema di kamar itu.
"Sweety, ahhhh....."
"Biarkan aku yang sekarang melakukannya."
to be continued
Kavaya mulai melakukan aksinya pada milik King yang sudah berdiri tegak seolah menantangnya untuk melakukan sesuatu yang membuat tubuhnya panas dingin dan hawa di ruangan itu semakin panas.Kavaya mulai mendekatkan wajahnya ke benda yang sudah tegak berdiri itu dan membuat King menahan napasnya sesaat. Tapi tak sampai beberapa detik mata King terpejam serta kepalanya menengadah ke atas karena dia menikmati apa yang di lakukan Kavaya pada senjata miliknya yang sudah berdiri tegak. Otot ototnya pun juga terlihat di sana saat Kavaya mulai menggerakkan bibir manisnya untuk bergerak di sana. Tak hanya itu jari jemari Kavaya juga bergerak lincah mengikuti nalurinya. Dia terus memainkan benda milik King yang sedang di pegangnya saat ini. King sendiri sudah tak bisa melakukan apa apa karena Kavaya terus memanjakan junior miliknya."Swetty, oh...."Akhirnya suara itu keluar juga dari mulut King dengan nada seraknya. Kavaya terus memainkannya dan juga menjilatnya seperti dia sedang memakan es
Pagi hari menjelang, tapi dua orang yang baru saja menyelesaikan pergumulunnya semalam masih terlelap dalam tidur. Kavaya yang matanya terkena sinar matahari yang masuk ke dalam kamar itu mulai membuka matanya perlahan. Tapi dia mengerutkan keningnya saat dia merasa ada benda berat di atas perutnya. Awalnya dia bingung saat melihat atap kamar itu yang jelas bukan kamarnya. Dia juga beralih pada perutnya dan seketika matanya terbelalak saat melihat ada tangan kekar yang melingkar di atas perutnya.Kavaya masih terdiam mengingt apa yang terjadi, dan matanya membola sempurna saat ingatan demi ingatan apa yang terjadi semalam mulai terlintas di benaknya."Astaga, apa yang aku lakuin?" gumam Kavaya lirih.Dia dengan pelan menyingkirkan tangan itu dan ingin pergi dari sana. Tapi ternyata bagian inti miliknya masih terasa perih dan membuatnya meringis kesakitan."Sshhh....."Dan karena posisi dia yang tak benar akhirnya Kavaya pun terjatuh di atas lantai."Awww...."King yang semula terlela
"Ehmmm...." Wajah Kavaya bingung saat ini dan itu membuat King bertanya tanya. "Apa masih ada yang mengganggu pikiran kamu?" "Jadi aku harus memanggilmu apa? Kamu dari tadi terus memanggilku dengan panggilan Sweety tapi kita tak punya hubungan sedekat itu sebelumnya. Kecuali....?" King yang mendengar pernyataan Kavaya hampir saja mengamuk tapi kemudian dia melihat raut wajah bingung Kavaya dia memahami apa yang membuat Kavaya banyak berpikir sejak tadi. King tiba tiba kembali berjongkok di depan Kavaya dan membuat Kavaya mengerjakan matanya lucu. "Kamu bisa panggil aku sayang jika kamu mau. Dan lagi mungkin di sini sudah ada kecebong yang sudah berkembang biak dengan banyak," celetuk King santai. "A-apa? Berkembang biak?" King mengangguk dan dia mendekatkan dirinya pada Kavaya yang membuat Kavaya sedikit mundur ke belakang. "Apa yang ingin kamu lakukan?" cicit Kavaya takut. "Aku harap kamu mengandung anakku, dengan begitu kamu tidak akan mempunyai pikiran untuk
Miranda terus bertahan di dalam mobilnya tapi salah satu preman itu memecahkan kaca mobil dengan senjata yang dia bawa.Prankkk....."Aaaaa......."Miranda berteriak dengan kencang dan menutup kedua telinganya. Preman itu segera membuka paksa pintu mobil itu. Mereka menarik paksa Miranda untuk keluar dari dalam mobil. Miranda terus berteriak tapi sayangnya area itu sangat sepi dan tak ada mobil yang berlalu lalang di sana. Jangan ditanya bagaimana bisa seperti itu, tentu saja semua ada campur tangan Leo di balik itu semua."Kalian ini siapa? Kalian mah apa hah?" teriak Miranda mencoba untuk berani.Tapi ternyata para preman itu mengacungkan senjata pada Miranda yang membuat Miranda gemetar ketakutan."Kalian akan di penjara jika kalian menembakku." ucap Miranda tergagap.Dia memundurkan badannya karena mereka mengacungkan pistol itu tepat di kepalanya saat ini dan jelas Miranda masih sayang nyawanya, jadi dia memutuskan untuk tak melawan lagi.Miranda melihat salah satu preman itu me
Kavaya yang baru saja mengangguk kemudian membelalakkan matanya kembali. Dan dia menatap King serta Moa bergantian dan itu membuat Moa yang ada di depannya tentu saja gemas dengan tingkah Kavaya."Kenapa bingung?" tanya Moa lagi."Tunggu, jadi dia eh King ini anak Tante?" Moa mengangguk geli karena Kavaya terlihat terkejut kembali."Hemm, dan yang bikin Tante senang adalah Tante nggak perlu maksain dia buat mau ketemu sama kamu karena dia sendiri yang udah bawa kamu pulang kemari. Jadi jelas Tante nggak akan keluarin tenaga extra buat paksa dia menikah sama kamu," jelas Moa lagi.King sudah melihat ke sembarang arah karena entah kenapa ada perasaan yang tak bisa di jelaskan lagi darinya mendengar ternyata Kavaya lah yang akan di jodohkan dengannya.Sedangkan Kavaya masih terlihat bingung dengan situasi yang terjadi saat ini."Tapi bukannya Tante kemarin memilih Rebeca ya untuk di jadikan menantu Tante?" tanya Kavaya ragu.Moa meraih wajah Kavaya dan mencubit pipi gadis itu dengan ge
Kavaya masih terdiam menatap King dengan mata sayunya. Sementara King masih menunggu persetujuan dari Kavaya."Sweety...."King kembali memanggil nama Kavaya dan membuat Kavaya meneguk ludahnya kasar.Saat ini berbeda dengan yang kemarin. Jika kemarin dia dalam posisi yang tak sadar dan dalam pengaruh obat sialan itu, hari ini jelas dia sangat sadar dengan apa yang akan mereka lakukan."King... apa yang kedua ini akan sakit?" cicit Kavaya lirih. King memerhatikan wajah Kavaya yang sedikit memerah karena bertanya hal seperti tadi.Dia mengusap lembut pipi gadisnya itu dan menciumnya sekilas."Bukankah kali ini kita melakukannya dalam keadaan sadar? Jadi jika nanti itu menyakitimu, kamu bisa berteriak atau mencakarku. Bagaimana?"Kavaya mengangguk ragu karena dia pun juga tak punya pengalaman lebih tentang hal begini.King kembali mencium Kavaya dengan lembut. Berbeda dengan yang tadi, jika yang tadi King lebih menuntut kali ini dia lebih menjaga ritmenya untuk membuat Kavaya menikmati
King yang baru saja mendapatkan kabar dari Leo jika Miranda dan Rebeca akan kembali pulang ke rumah mereka pun segera mengantarkan Kavaya pulang dengan di iringi perdebatan terlebih dahulu dengan maminya.Tapi tetap Moa yang mengalah setelah Kavaya mengatakan jika dia akan kembali kesana jika nanti dia selesai kuliah. Tentu saja Moa merasa senang, dan bahkan mereka sudah membuat daftar temu dan kegiatan yang akan mereka lakukan nanti ketika mereka ketemu."Swety, segera kabari aku jika ada apa apa denganmu dan jika kamu membutuhkanku. Ingat sekarang kamu tak sendiri, ada aku dan juga kedua orang tuaku yang ada di belakangmu. Dan jaga semua kesehatanmu," pesan King sebelum Kavaya benar benar turun dari dalam mobilnya.Sebenarnya King keberatan jika Kavaya harus berjalan kaki jika pulang ke rumahnya tapi Kavaya tak ingin orang lain menganggap aneh aneh tentang dirinya dan memberi tahu pada Rebecca atau Miranda tentang kepulangannya di antar seseorang yang tak di kenal mereka apalagi mem
Rebecca dan Carlos kembali ke perusahaan cabang dengan perasaan campur aduk. Carlos sudah sangat ketakutan karena posisinya saat ini dia bertaruh dengan jabatan dan semuanya. Dia tak menyangka jika King akan bereaksi seperti ini. Brakkkk.... "Sial, aku nggak tahu kalau dia bisa langsung seperti itu. Apa jangan jangan kamu mengenalnya?" tanya Carlos curiga. Rebeca yang sejak tadi diam menahan kesalpun menaikkan sebelah alisnya dan kemudian mendengus kesal. "Bagaimana mungkin aku mengenalnya sedangkan dia ada di perusahaan pusat dan aku bekerja di sini. Lagian kenapa nggak bilang sih kalau dia kayak gitu? Aku nggak terima udah di permalukan di depan orang banyak kayak tadi. Emang dia pikir dia siapa sampai bisa melakukan itu kepadaku!" Carlos sudah memijat keningnya pelan karena dia jelas setelah ini akan selalu di awasi dan semua pekerjaannya akan lebih berat nantinya. Jelas ini semua karena Rebecca yang tak berhati hati. "Sudahlah, aku akan mencari cara lagi agar kamu bisa masu
Miranda yang memang sudah sangat emosi pun segera merencanakan sesuatu. Bahkan Rebeca pun dengan tak tahu malunya masih datang ke perusahaan dan bekerja seperti biasa karena disana ada Lucas yang akan memback up nya jadi tak perlu ada yang dia takuti.Sementara itu di rumah sakit, Kavaya sedang di periksa kembal dan dia dinyatakan sudah sehat dan bayinya pun juga sehat. King sendiri belum bisa di hubungi karena dia dan juga Leo sedang mengurusi pekerjaan penting dan juga ada masalah di dunia bawah. Ada beberapa yang ingin memberontak kekuasaannya jadi mau tak mau dia harus turun tangan langsung. King pun sempat kembali mengalami mual dan pusing tapi beruntung koki di mansion itu sudah menyiapkan semua makanan yang di inginkan King. Karena keadaan King yang seperti itu, dia juga sempat tertembak kembali tapi bisa langsung di selamatkan."Nona muda sudah bisa pulang hari ini dan semua obat serta vitaminnya sudah kami siapkan." terang sang dokter itu. Kavaya dan Moa pun mengangguk men
Kavaya yang tiba tiba limbung langsung di tangkap oleh Richard. Moa dan Pedro pun mendekat dengan wajah yang tak kalah paniknya. Moa mencoba menepuk pelan pipi Kavaya tapi Kavaya tak segera membuka matanya saat ini."Kita bawa ke rumah sakit," Richard segera mengangkat tubuh Kavaya dan memasukkannya ke dalam mobil milik Moa. Di ikuti oleh Moa dan Pedro yang menyetir mobil itu mereka segara membawa Kavaya ke rumah sakit milik keluarga Moa.Richard pun tak menaruh Kavaya di brangkar tapi langsung membawanya ke IGD agar Kavaya segera bisa di periksa. Moa pun dengan terburu buru menyusul Richard yang sudah ada di depan IGD. "Richard bagaimana?" tanya Moa dengan wajah cemasnya."Masih di periksa.." sahut Richard cepat.Moa pun duduk di sana dan menghembuskan napas berkali kali. Dia sangat panik tadi karena Kavaya tiba tiba pingsan dan King tak ada di sana. Dan jelas jika King tahu dia bisa mengamuk nanti. Tapi saat ini tak ada yang kepikiran untuk memberitahu King soal keadaan Kavaya.Ce
Leo masih memerhatikan King yang masih lahap memakan makanan yang baru saja di minta pada sang koki. Bahkan King juga tak menawari Leo sama sekali seolah King lupa jika di sana juga ada Leo yang tadi sangat khawatir kepadanya.Semua koki dan pelayan yang ada di sana pun di buat takjub dengan King yang tiba tiba lahap makan. Padahal makanan itu jarang sekali di makan oleh King."Ini aku nggak salah lihat kan ya?" gumam Leo lagi."Tidak tuan Leo, saat ini tuan Muda memang sangat lahap makanannya dan lihatlah dia juga meminta saya untuk menyiapkan beberapa permen buah lagi seperti yang baru saja dia makan." sahut kepala Koki yang berdiri di samping Leo."Tapi tuan Muda King hanya mau makanan itu dan menyuruh kami menyingkirkan makanan yang lainnya, karena menurut tuan Muda itu membuat tuan Muda mual kembali." Sang koki segera menjelaskan semuanya yang di alami King pada Leo dan itu semakin membuat Leo pusing karena King terlihat aneh saat ini. "Tuan Muda ini seperti mengalami nyidam se
Keesokan paginya Kavaya bangun lebih pagi karena dia harus bergegas pergi sebelum dia bertemu dengan Miranda serta Rebecca karena itu akan merusak mood paginya. Tapi naas, mungkin hari ini nasib sial sedang menimpanya. Dia berpapasan dengan Miranda yang juga akan keluar dari kamarnya.Belum sempat Kavaya pergi sebuah tamparan mendarat lagi di pipinya pagi ini. Wajah Kavaya sudah tertoleh ke samping dan dia hanya diam memegangi pipinya yang terasa panas. Tapi bukan Kavaya namanya jika dia tak bisa membalik keadaan saat ini.Plak....Plaakkk...."Anak kurang ajar kamu!!!" Seru Miranda setengah berteriak.Teriakan Miranda menggema di seluruh rumah sampai membuat semua penghuni rumah mencari sumber suara. Dan dia atas sana di dekat tangga, para pelayan menyaksikan dengan rasa was was karena mereka dekat dengan pinggiran tangga. Para pelayan yang ada di bawah takut jika salah satu dari mereka berdua nanti ada yang jatuh."Siapa yang kamu sebut kurang ajar? Aku? Nggak salah?""Aku cuma memb
Miranda yang baru bisa pulang ke rumah mereka pun di buat syok saat melihat Rebeca yang tak sadarkan diri di teras rumahnya tanpa ada seorang pun yang mau membantu membangunkannya."Beca. hei Beca.... Kamu kenapa ada di sini?" Miranda berusaha menepuk pelan pipi Rebeca putrinya, dia mulai panik saat tubuh Rebeca mulai terasa dingin. Segera dia beranjak dari sana dan segera masuk ke rumah seperti orang kesetanan."Pelayaannnnn...."Suara Miranda menggema di seluruh rumah dan membuat semua pelayan yang sedang terlelap pun kalang kabut keluar dari kamar mereka karena hari sudah hampir dini hari. Mereka nampak syok melihat wajah Miranda dan penampilan Miranda tapi mereka lebih takut jika sampai menertawakannya mereka akan di hukum. Jadi mereka hanya diam sejak tadi."Heiii, pelayan rendahan, apa yang kalian lakukan sebenarnya? Kenapa kalian nggak nolongin majikan kalian hah?" bentak Miranda kesal.Semua pelayan Miranda nampak saling pandang bingung karena sejak tadi tidak ada tanda tanda
Rebecca dan Carlos kembali ke perusahaan cabang dengan perasaan campur aduk. Carlos sudah sangat ketakutan karena posisinya saat ini dia bertaruh dengan jabatan dan semuanya. Dia tak menyangka jika King akan bereaksi seperti ini. Brakkkk.... "Sial, aku nggak tahu kalau dia bisa langsung seperti itu. Apa jangan jangan kamu mengenalnya?" tanya Carlos curiga. Rebeca yang sejak tadi diam menahan kesalpun menaikkan sebelah alisnya dan kemudian mendengus kesal. "Bagaimana mungkin aku mengenalnya sedangkan dia ada di perusahaan pusat dan aku bekerja di sini. Lagian kenapa nggak bilang sih kalau dia kayak gitu? Aku nggak terima udah di permalukan di depan orang banyak kayak tadi. Emang dia pikir dia siapa sampai bisa melakukan itu kepadaku!" Carlos sudah memijat keningnya pelan karena dia jelas setelah ini akan selalu di awasi dan semua pekerjaannya akan lebih berat nantinya. Jelas ini semua karena Rebecca yang tak berhati hati. "Sudahlah, aku akan mencari cara lagi agar kamu bisa masu
King yang baru saja mendapatkan kabar dari Leo jika Miranda dan Rebeca akan kembali pulang ke rumah mereka pun segera mengantarkan Kavaya pulang dengan di iringi perdebatan terlebih dahulu dengan maminya.Tapi tetap Moa yang mengalah setelah Kavaya mengatakan jika dia akan kembali kesana jika nanti dia selesai kuliah. Tentu saja Moa merasa senang, dan bahkan mereka sudah membuat daftar temu dan kegiatan yang akan mereka lakukan nanti ketika mereka ketemu."Swety, segera kabari aku jika ada apa apa denganmu dan jika kamu membutuhkanku. Ingat sekarang kamu tak sendiri, ada aku dan juga kedua orang tuaku yang ada di belakangmu. Dan jaga semua kesehatanmu," pesan King sebelum Kavaya benar benar turun dari dalam mobilnya.Sebenarnya King keberatan jika Kavaya harus berjalan kaki jika pulang ke rumahnya tapi Kavaya tak ingin orang lain menganggap aneh aneh tentang dirinya dan memberi tahu pada Rebecca atau Miranda tentang kepulangannya di antar seseorang yang tak di kenal mereka apalagi mem
Kavaya masih terdiam menatap King dengan mata sayunya. Sementara King masih menunggu persetujuan dari Kavaya."Sweety...."King kembali memanggil nama Kavaya dan membuat Kavaya meneguk ludahnya kasar.Saat ini berbeda dengan yang kemarin. Jika kemarin dia dalam posisi yang tak sadar dan dalam pengaruh obat sialan itu, hari ini jelas dia sangat sadar dengan apa yang akan mereka lakukan."King... apa yang kedua ini akan sakit?" cicit Kavaya lirih. King memerhatikan wajah Kavaya yang sedikit memerah karena bertanya hal seperti tadi.Dia mengusap lembut pipi gadisnya itu dan menciumnya sekilas."Bukankah kali ini kita melakukannya dalam keadaan sadar? Jadi jika nanti itu menyakitimu, kamu bisa berteriak atau mencakarku. Bagaimana?"Kavaya mengangguk ragu karena dia pun juga tak punya pengalaman lebih tentang hal begini.King kembali mencium Kavaya dengan lembut. Berbeda dengan yang tadi, jika yang tadi King lebih menuntut kali ini dia lebih menjaga ritmenya untuk membuat Kavaya menikmati
Kavaya yang baru saja mengangguk kemudian membelalakkan matanya kembali. Dan dia menatap King serta Moa bergantian dan itu membuat Moa yang ada di depannya tentu saja gemas dengan tingkah Kavaya."Kenapa bingung?" tanya Moa lagi."Tunggu, jadi dia eh King ini anak Tante?" Moa mengangguk geli karena Kavaya terlihat terkejut kembali."Hemm, dan yang bikin Tante senang adalah Tante nggak perlu maksain dia buat mau ketemu sama kamu karena dia sendiri yang udah bawa kamu pulang kemari. Jadi jelas Tante nggak akan keluarin tenaga extra buat paksa dia menikah sama kamu," jelas Moa lagi.King sudah melihat ke sembarang arah karena entah kenapa ada perasaan yang tak bisa di jelaskan lagi darinya mendengar ternyata Kavaya lah yang akan di jodohkan dengannya.Sedangkan Kavaya masih terlihat bingung dengan situasi yang terjadi saat ini."Tapi bukannya Tante kemarin memilih Rebeca ya untuk di jadikan menantu Tante?" tanya Kavaya ragu.Moa meraih wajah Kavaya dan mencubit pipi gadis itu dengan ge