Saat Kavaya berkedip sekali orang yang ada di bawah itu sudah hilang tak ada lagi di tempatnya tadi. Kavaya keluar dari kamarnya ke balkon dan celingukan mencari orang yang tengah mengawasinya tadi. Tapi meskipun Kavaya mencarinya tapi dia tak menemukan orang itu dimana mana.
"Dia pergi kemana?"
Kavaya segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela kamarnya. Dia juga langsung mengunci jendela kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.
"Nggak mungkin kan dia ngikutin aku dari gudang tadi? Dia jahat apa ya? Apa ada hubungannya dengan orang yang aku temuin tadi di gudang itu?" batin Kavaya.
Kavaya menggelengkan kepalanya berusaha mengusir semua pikiran buruk dari otaknya. Dia memutuskan untuk segera membersihkan dirinya karena bajunya sudah semakin bau. Berhubung dua siluman betina itu pergi Kavaya bisa mengambil makanan sepuasnya saat ini tanpa takut di maki dan di marahi.
Kavaya bukan tak ingin melawan, hanya saja dia terkadang sudah tak ingin ada keributan di rumah ini karena dia sudah lelah dengan kuliahnya dan semua tugas akhirnya.
Ya, tak ada yang tahu jika Kavaya saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya dan menyiapkan hari kelulusannya. Bahkan sang mama yang telah tiada pun tak tahu jika dia kuliah karena yang mereka tahu jika Kavaya adalah gadis tengil dan bar bar yang tak bisa di atur.
*
*
Sementara itu, di kantor Kinstone nampak suasana sangat tak bersahabat karena ternyata sang papa malah tak nampak ada di kantor itu.
"Leo, apa kamu yakin jika papa memintaku kemari?" tanya King datar.
Leo mengangguk gagu, dia mencoba menghungi papanya yang menjadi asisten papanya King tapi tak kunjung mendapat jawaban. Dan bertepatan saat kesabaran King sudah menipis pintu ruangan kantor King terbuka dari luar.
Ceklek...
Mata King menajam saat melihat siapa yang datang tapi pada saat King mengeluarkan makiannya ada seorang lagi yang menyembulkan kepalanya dari balik pundak orang yang pertama masuk tadi. Sedangkan King menelan kembali kata kata yang akan di keluarkannya tadi. Orang yang tadi pertama masuk tersenyum penuh kemenangan pada King.
"Ayolah King, jangan marah seperti ini. Papa hanya terlambat sebentar karena mamamu ingin pergi ke suatu tempat."
Kata kata Axel membuat King menaikkan sebelah alisnya karena tak biasanya papanya itu akan langsung mengajak Moa mamanya pergi ke kantor jika mereka habis bepergian. Dia akan mengurung mamanya kembali di kamar dan mansion agar King tak bisa menemui mamanya sendiri. Dan memang seperti itulah posesifnya seorang Axel Xafiero pada pasangannya sekalinya King adalah anak mereka.
"Mama sama papa dari mana?"
Akhirnya hanya pertanyaan itu yang keluar dari mulut King karena tak mungkin dia memaki papanya di depan mamanya.
Axel memberi kode pada Pedro dan Leo agar meninggalkan mereka bertiga di ruangan itu. Pedro serta Leo yang mengerti kode itu langsung pamit pergi dari sana.
King yang melihat gerak gerik papanya menaikkan sebelah alisnya curiga.
"Kenapa papa nyuruh mereka keluar?"
Axel masih melihat keadaan di sekeliling mereka dan memastikan jika tak ada orang yang menguping pembicaraan mereka.
"Mama dan papa sudah menemukan jodoh yang tepat buat kamu dan kami sudah memastikan jika dia orang yang cocok untuk kamu. Kami tidak menerima penolakan yang ini karena jelas jika kamu menolaknya kamu akan berurusan dengan wanita berkedok hantu itu."
King dan Axel melongo mendengar perkataan Moa yang berada di akhir kalimatnya itu. King dan Axel saling pandang dan setelahnya mereka tertawa terbahak yang membuat Moa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Apa yang kalian tertawakan?" tanya Moa lagi.
"Mama tadi nggak salah kan ya nyebut cewek tadi hantu?"
Moa mengedikkan bahunya acuh tapi setelahnya dia menatap King dengan wajah serius. Sedangkan King juga melihat mamanya dengan tak kalah datarnya.
"Tapi ma, kenapa tiba tiba mencarikan aku jodoh sedangkan mama tahu aku tak mau di jodohkan. Apalagi saudara tiri papa itu terlalu lancang ikut mengurusi kehidupan King selama ini. Apa selama ini karena King terlalu berdiam diri sampai mereka melunjak dan tak tahu batasan?"
Axel menghembuskan napasnya panjang, dan menengadahkan kepalanya ke atas karena dia tak menyangka jika anak yang dulu di bawa ayahnya masuk ke dalam keluarganya malah akan jadi bomerang setelah ayahnya tiada. Dia menikah dengan wanita yang gila harta tanpa tahu sejatinya siapa keluarga Xafiero yang sebenarnya.
Axel sendiri yang meminta sang ayah untuk tetap merahasiakan jati diri mereka dari orang luar dan yang mereka tahu jika Xafiero hanya pemimpin seluruh perusahaan yang ada di negara itu.
Mereka tak pernah tahu pekerjaan lain yang ada di dunia bawah yang jelas akan membuat mereka tak akan bisa berkutik jika tahu itu.
"Mama nggak mau jika kamu terus di pojokkan dan kamu lepas kendaki karena sudah jelas kamu akan meledakkan semua mansion nantinya. Jadi sebelum kamu melakukan itu mama akan mencegahnya terlebih dahulu. Biar mama nggak tiap hari migran karena ulah kamu dan papamu!"
Axel dan King meringis mendengar omelan Moa yang menyangkut mereka berdua. Dan King sendiri langsung memijat keningnya kasar karena baru tadi pagi dia berjanji pada seorang wanita tapi sekarang mamanya mencarikannya wanita untuk menjadi pendampingnya. Apa yang akan dia lakukan untuk ini King bahkan tak bisa menemukan jalan penyelesaiannya.
"Biarkan King bertemu dengannya dan jika King cocok King akan ikuti kata mama dan papa tanpa bantahan, tapi jika King tak cocok King akan mencarinya sendiri. Atau kalau saudara papa masih kurang ajar jangan salahkan King jika King langsung melubangi kepalanya dengan peluru milik King!" putus King.
Prokkkk...
"Wahhh, mama suka jawaban kamu dan mama pastikan kalau kamu nggak akan menolak pilihan mama dan papa. Ingat King nggak ada orang tua yang akan menjerumuskan putranya."
Moa sedikit memberi nasihat pada putra semata wayangnya itu dan King mengangguk karena dia tahu apa yang di katakan sang mama itu benar.
Kingstone Xafier seorang pengusaha muda terkenal dan sukses tapi juga pemimpin dunia bawah yang banyak di takuti. Tapi banyak juga yang mengincar nyawanya karena ingin menggeser kedudukan King yang tak tergoyahkan. King sendiri mendapatkan kursi penguasa itu juga tak mudah karena awalnya dia yang dipilih untuk mewarisi tahta papanya tapi banyak yang tak terima sampai Axel harus membuat sambeyara dengan acara berduel hidup dan mati.
Moa awalnya juga menolak keras hal itu tapi King sendiri yang memilih untuk menyanggupi apa yang di pakai syarat oleh semua orang agar King bisa menjadi pengganti papanya. Axel hanya tersenyum melihat kemampuan King yang di remehkan karena dia percaya jika putranya bisa melakukan itu semua.
Dan benar saja saat sayembara hidup dan mati itu di mulai banyak sekali yang tumbang dan dalam satu hari semua orang yang menentang King bisa di habisi semua oleh King.
King membuktikannya jika dia mampu jadi bukan karena nama besar yang di sandangnya meskipun dia harus menerima banyak luka dan koma selama seminggu setelah dia di nobatkan menjadi penguasa selanjutya. Meskipun begitu masih banyak bermunculan orang orang yang tak suka dengan King karena dia memutuskan jika identitasnya sebagai penguasa dunia bawah harus di sembuyikan.
Setelah banyak berbincang dengan kedua orang tuanya akhirnya Moa serta Axel pamit pulang karena Axel dan Moa akan pergi ke luar negeri untuk menghadiri jamuan makan dari sahabatnya yang ada di sana.
Leo masuk membawa sebuah flashdisc yang membuat King penasaran dengan apa yang ada di dalam Flashdisc itu.
"Apa yang kamu bawa?"
Leo bahkan belum sempat melapor tapi King sudah bertanya lebih dahulu kepadanya.
"Apa yang tadi pagi kamu minta bos, dan aku mendapatkan informasi jika tadi pagi setelah gadis itu kembali ke rumahnya dia mendapat tamparan dari ibu tirinya." lapor Leo.
Rahang King langsung mengeras bahkan tatapan milik King semakin tajam. Leo yang melihat itu langsung meneguk ludahnya kasar.
"Semoga tak akan ada puting beliung atau angin ribut setelah ini!" batin Leo.
King langsung melihat isi flashdisc itu yang berisi semua informasi tentang gadis yang menyelamatkannya tadi pagi. Di sana dia melihat ada saudara tirinya yang ternyata baru saja di nobatkan menjadi model terbaik sebuah agency yang berada di bawah naungan anak perusahaannya.
"KAVAYA ATHENA LAVENDER, nama yang cantik secantik orangnya," gumam King.
Leo yang mendengar bosnya barusan memuji gadis itu mengkorek telinganya kalau kalau dia salah mendengar atau telinganya yang bermasalah. Tapi ternyata dia tak ada yang bermasalah apalagi dia melihat mata berbinar milik King yang melihat semua foto Kavaya yang tadi Leo dapat.
King nampak mengagumi siapa Kavaya yang diam diam mampu menyelesaikan kuliahnya meskipun keluarganya sudah berantakan.
"Leo berikan saudara tiri Kavaya pekerjaan yang akan membuatnya naik begitu juga ibu tirinya yang sialan itu. Biarkan mereka bersenang senang dulu menikmati indahnya dunia baru setelahnya aku yang akan membalas apa yang sudah mereka lakukan pada gadisku!"
Leo merinding mendengar itu di tambah jika King sudah mengklaim Kavaya menjadi gadisnya sudah bisa di pastikan tak akan ada yang lolos untuk mereka yang berani menyentuh Kavaya meskipun sehelai rambut gadis itu.
"Dan satu lagi, buat kelulusan gadisku lebih mudah, jangan di persulit agar dia lebih bahagia," ucap King lagi.
Tapi kali ini Leo tak setuju dengan apa yang di perintahkan oleh King kepadanya.
"King..." panggil Leo yang membuat King mendongakkan kepalanya.
King mengerutkan keningnya karena Leo berani memanggilnya dengan langsung namanya. Tapi Leo yang di tatap tajam pun tak gentar karena saat ini dia bertindak sebagai sahabat King bukan sebagai bawahan King.
"Jangan lakukan apa yang kamu katakan di akhir itu atau kamu akan kehilangan perempuan itu selamanya."
King mengerutkan keningnya bingung, "Apa maksudmu?"
King sungguh tak mengerti apa yang di katakan oleh Leo kal ini.
"Aku lihat Kavaya adalah gadis yang mandiri dan juga tangguh. Jika kamu melakukannya kamu akan merusak harga dirinya dan dia jelas akan membencimu. Dari pada kamu melakukan itu, cukup jaga dia dari kejauhan dan bantu dia kalau memang dia kesusahan karena dengan begitu dia tak akan terluka harga dirinya sebagai seorang gadis mandiri. Ingat King umurnya juga masih muda, pikiran dia masih akan di balut dengan ego. Ini hanya saran seorang sahabat bukan saran dari bawahan ke atasan." ucap Leo santai.
King nampak terdiam mendengar perkataan Leo, dan pada akhirnya setelah dia memikirkan matang matang apa yang di katakan oleh Leo itu akhirnya dia mengangguk setuju dengan apa yang menjadi masukan dari Leo.
"King ada satu hal lagi yang harus kamu tahu,"
King kembali menaikkan satu alisnya menunggu Leo melanjutkan kalimatnya itu.
"Ibu tiri dan saudara tirinya itu merencanakan pembunuhan pada Kavaya dan aku mendapatkan info itu sesaat setelah info yang ada di flashdisc itu masuk." terang Leo.
Mata King membola sempurna seperti terlihat akan keluar dari tempatnya.
Brakkkkk....
"Apa katamu? Apa yang mereka rencanakan?" teriak King keras.
Bahkan Leo harus menarik napas panjang untuk menetralkan rasa terkejutnya meskipun tadi dia sudah bersiap. Tapi mendengar suara King yang menggelegar itu tetap saja dia terkejut.
"Aku belum mengetahui semuanya, setelah ini aku akan mencari tahunya lebih dalam lagi. Di dalam flashdisc itu ada data tambahan King yang jelas akan membuat kamu lebih terkejut nantinya."
King menjambak rambutnya kesal, karena ternyata banyak hal yang mengejutkan dari Kavaya yang sudah di klaim menjadi gadisnya itu.
"Aku akan menyelesaikannya sekarang agar aku bisa mengambil keputusan apa yang akan aku gunakan untuk melindunginya nanti!"
Leo menggeleng, "Sayangnya nggak bisa Bos, kita harus segera pergi karena ada transaksi senjata yang kamu pesan dan mereka memintamu untuk datang sendiri kesana memeriksan semua senjatanya. Mereka tidak ingin membuat kamu kecewa jika ada senjata mereka yang bermasalah setelah masuk ke gudang nantinya."
King sudah mendesis kesal tapi tak urung dia juga beranjak dari kursi kerjanya dan menyimpan flasdisc itu di brankas miliknya. Dia tak ingin ada yang lancang melihatnya meskipun akan ada yang berani atau mereka akan kehilangan tangannya saat itu juga.
"Kita berangkat sekarang, tapi selalu pantau gadisku dan berikan aku semua informasi soal dia setiap detiknya. Jika perlu tambah orang untuk mengawasinya!!!"
Kali ini perintah yang ini mutlak dan tak bisa di ganggu gugat. Meskipun Leo ragu jika ini keputusan yang benar atau salah karena mereka juga belum tahu keadaan terbaru Kavaya saat ini.
to be continued
King yang sedang dalam perjalanan pun merasa tak jenak karena info yang di berikan Leo tadi sangat mengganggunya. Dia amenggeram marah dan Leo pun yang ada di depan melirik King dari kaca spion yang ada di sana."Kamu benar benar jatuh cinta sama dia atau cuma ingin berterima kasih kepadanya karena udah nolongin dia?" King melirik ke arah Leo, dia yang awalnya bingung dengan apa yang akan di jawabnya akhirnya tersenyum tipis. King menatap keluar jendela dan melihat banyak pohon di luar sana yang berjajar dalam kegelapan."Awalnya aku nggak tahu dia siapa bahkan sampai aku terluka itu juga tak menyangka. Aku nggak tahu kenapa bisa sampai di gudang itu padahal tempat penyeranganku pun jauh dari sana. Yang lucunya malah tiba tiba aku kehabisan tenaga dan malah dia menolongku tanpa pikir panjang. Dia nggak tahu siapa aku dan juga nggak tahu siapa yang menyerangku tapi dia berani menolongku. Kalau sekarang aku belum cinta sama dia, bukannya dia layak buat di perjuangkan? Aku nggak butuh
Kavaya segera membereskan semua barang barang miliknya agar jika nanti terjadi sesuatu dia tinggal pergi dan angkat kaki dari rumah terkutuk itu. Kavaya tak ingin tinggal di sana meskipun rumah itu banyak menyimpan kenangan bersama dengan sang mama tapi Kaavaya juga merasakan sakit yang berbarengan di sana karena ulah papanya yang menurutnya tak tahu diri itu."Aku harus bisa lebih kuat lagi, jangan sampai mereka nanti mereka melakukan sesuatu yang malah akan membahayakan nyawaku nantinya." gumam Kavaya.Dia kembali ke dalam kamar dan berdiam diri disana. Malam ini dia ingin tidur dengan nyenyak tanpa ada gangguan apapun dari dua wanita yang selalu mengganggunya itu.Tak menunggu lama Kavaya terlelap di ranjangnya yang sangat sempit itu. Semenjak sang mama tiada semenjak papanya membawa dua benalu ke rumah mereka Kavaya tak pernah menangis sama sekali.**Rebeca dan Miranda pulang dalam keadaan setengah mabuk dan banyak sekali belanjaan milik mereka yang di turunkan dari mobil yang
Saat King pergi dari tempat buat meting tadi gumpalan asap hitam sudah mengepul di udara dan itu pertanda jika apa yang di inginkan King sudah terlaksana. Dan King memutuskan untuk segera kembali ke negara A karena entah perasaannya tak tenang tentang Kavaya yang ada di sana. "Leo beri perintah pada anak buah kita di sana untuk terus mengawasi gadisku. Aku mempunyai firasat tak enak tentangnya!"Leo yang sedang memeriksa beberapa laporan pekerjaan segera menghentikannya dan meraih ponselnya untuk menghubungi anak buahnya yang ada di dekat rumah Kavaya. Dan setelah memastikan semua aman, dia melanjutkan pekerjaannya kembali. Sementara King berusaha memejamkan matanya meskipun dia tak akan bisa tidur untuk saat ini.**Pagi hari menjelang dan Kavaya sudah siap untuk pergi kuliah hari ini tapi bukan berarti dia akan berpenampilan rapi seperti anak kuliahan lainnya. Karena jika itu sampai ketahuan nasibnya akan berakhir tragis di tangan ibu tiri dan saudara tirinya.Tap.. tap...Suara l
King segera masuk ke dalam vila itu dan mencari di mana Kavaya sedang di tahan. Richard segera menyusul King masuk ke dalam dan di sana ada beberapa orang yang sudah tergeletak di lantai dengan bersimbah darah dimana mana."Astaga..... udah jelas ini bakalan ada puting beliung angin ribut ini." gumam Richard pelan. Dia segera berlari menyusul King untuk naik ke lantai atas. Saat Richard tengah bingung mencari di mana bosnya itu terdengar suara barang pecah berserakan dan di sana nampak barang pecah berserakan. Tak hanya itu ada dua orang yang sedang di hajar oleh King sampai mereka babak belur tak berbentuk lagi."Kan bener apa dugaanku!"Richard segera menghampiri King dan melihat di sana ada yang aneh dengan Kavaya. Richard segera masuk ke dalam dan jelas indera penciumannya mencium bau yang sangat dia kenali.Srettt...."Kinggg....Berhenti.... Kavaya butuh kamu!!!" Richard berhasil menghentikan King menghajar orang yang sudah tak bergerak itu dan bisa di pastikan jika kedua orang
Kavaya mulai melakukan aksinya pada milik King yang sudah berdiri tegak seolah menantangnya untuk melakukan sesuatu yang membuat tubuhnya panas dingin dan hawa di ruangan itu semakin panas.Kavaya mulai mendekatkan wajahnya ke benda yang sudah tegak berdiri itu dan membuat King menahan napasnya sesaat. Tapi tak sampai beberapa detik mata King terpejam serta kepalanya menengadah ke atas karena dia menikmati apa yang di lakukan Kavaya pada senjata miliknya yang sudah berdiri tegak. Otot ototnya pun juga terlihat di sana saat Kavaya mulai menggerakkan bibir manisnya untuk bergerak di sana. Tak hanya itu jari jemari Kavaya juga bergerak lincah mengikuti nalurinya. Dia terus memainkan benda milik King yang sedang di pegangnya saat ini. King sendiri sudah tak bisa melakukan apa apa karena Kavaya terus memanjakan junior miliknya."Swetty, oh...."Akhirnya suara itu keluar juga dari mulut King dengan nada seraknya. Kavaya terus memainkannya dan juga menjilatnya seperti dia sedang memakan es
Pagi hari menjelang, tapi dua orang yang baru saja menyelesaikan pergumulunnya semalam masih terlelap dalam tidur. Kavaya yang matanya terkena sinar matahari yang masuk ke dalam kamar itu mulai membuka matanya perlahan. Tapi dia mengerutkan keningnya saat dia merasa ada benda berat di atas perutnya. Awalnya dia bingung saat melihat atap kamar itu yang jelas bukan kamarnya. Dia juga beralih pada perutnya dan seketika matanya terbelalak saat melihat ada tangan kekar yang melingkar di atas perutnya.Kavaya masih terdiam mengingt apa yang terjadi, dan matanya membola sempurna saat ingatan demi ingatan apa yang terjadi semalam mulai terlintas di benaknya."Astaga, apa yang aku lakuin?" gumam Kavaya lirih.Dia dengan pelan menyingkirkan tangan itu dan ingin pergi dari sana. Tapi ternyata bagian inti miliknya masih terasa perih dan membuatnya meringis kesakitan."Sshhh....."Dan karena posisi dia yang tak benar akhirnya Kavaya pun terjatuh di atas lantai."Awww...."King yang semula terlela
"Ehmmm...." Wajah Kavaya bingung saat ini dan itu membuat King bertanya tanya. "Apa masih ada yang mengganggu pikiran kamu?" "Jadi aku harus memanggilmu apa? Kamu dari tadi terus memanggilku dengan panggilan Sweety tapi kita tak punya hubungan sedekat itu sebelumnya. Kecuali....?" King yang mendengar pernyataan Kavaya hampir saja mengamuk tapi kemudian dia melihat raut wajah bingung Kavaya dia memahami apa yang membuat Kavaya banyak berpikir sejak tadi. King tiba tiba kembali berjongkok di depan Kavaya dan membuat Kavaya mengerjakan matanya lucu. "Kamu bisa panggil aku sayang jika kamu mau. Dan lagi mungkin di sini sudah ada kecebong yang sudah berkembang biak dengan banyak," celetuk King santai. "A-apa? Berkembang biak?" King mengangguk dan dia mendekatkan dirinya pada Kavaya yang membuat Kavaya sedikit mundur ke belakang. "Apa yang ingin kamu lakukan?" cicit Kavaya takut. "Aku harap kamu mengandung anakku, dengan begitu kamu tidak akan mempunyai pikiran untuk
Miranda terus bertahan di dalam mobilnya tapi salah satu preman itu memecahkan kaca mobil dengan senjata yang dia bawa.Prankkk....."Aaaaa......."Miranda berteriak dengan kencang dan menutup kedua telinganya. Preman itu segera membuka paksa pintu mobil itu. Mereka menarik paksa Miranda untuk keluar dari dalam mobil. Miranda terus berteriak tapi sayangnya area itu sangat sepi dan tak ada mobil yang berlalu lalang di sana. Jangan ditanya bagaimana bisa seperti itu, tentu saja semua ada campur tangan Leo di balik itu semua."Kalian ini siapa? Kalian mah apa hah?" teriak Miranda mencoba untuk berani.Tapi ternyata para preman itu mengacungkan senjata pada Miranda yang membuat Miranda gemetar ketakutan."Kalian akan di penjara jika kalian menembakku." ucap Miranda tergagap.Dia memundurkan badannya karena mereka mengacungkan pistol itu tepat di kepalanya saat ini dan jelas Miranda masih sayang nyawanya, jadi dia memutuskan untuk tak melawan lagi.Miranda melihat salah satu preman itu me
Leo terpaku di tempatnya karena mendengar perkataan Kavaya yang menyuruh Naomi dan Richard mencari ayahnya.Dia kira tak akan ada yang tahu keadaan ayahnya yang menghilang selain King, tapi ternyata Kavaya yang baru kembali pun juga tahu jika mereka sedang mencari Pedro."Aku belum mengetahui siapa yang berkomunikasi dengan ayah yang terakhir. Ada banyak kemungkinan karena beberapa hari terakhir ayah bertemu dengan banyak orang,"Kavaya diam memikirkan semua perkataan Leo dia kemudian melirik ke arah King yang sejak tadi hanya diam saja."Periksa semua pekerja yang ada di mansion utama tapi jangan sampai ketahuan orang itu, apa kamu bisa melakukannya?" tanya King pada Leo.Leo terdiam sebentar untuk memikirkan sebuah rencana tapi kemudian dia mengangguk menyetujuinya karena dia yakin dia bisa melakukannya."Hmm, aku usahakan. Kalau begitu bukannya lebih baik kalau sering ke mansion utama?" King mengangguk meskipun dia berat tapi dia harus melakukannya demi menemukan Pedro dan juga pa
Selena yang mendengar apa yang di katakan Kavaya pun gelisah, dia tak mungkin membiarkan kedua orang tuanya mendapatkan hukuman juga karena kesalahannya. Di tambah dia baru tahu jika Kavaya adalah adik Kaito yang juga tak akan bisa di sentuh seperti King."Maafkan aku, tolong jangan sakiti kedua orang tuaku. Aku tak tahu kalau kamu tunangan King dan juga adik Kaito. Jika aku tahu aku tak akan mengganggu," pinta Selena sendu.Kavaya menaikkan sebelah alisnya merasa jika apa yang di katakan Selena tak masuk akal."Apa jika aku bukan orang terdekat mereka kamu akan bebas melakukan ini padaku? Kamu terlalu arogan Selena. Kamu baru di atas sebentar kamu sudah berbuat ulah. Tapi bukannya didikan orangtuamu juga begitu? Bagaimana jika papamu tahu kalau kamu ternyata bukan anak kandungnya, melainkan anak dari sopir pribadi mamamu?" Kavaya menatap miring pada Selena yang semakin pucat pasi. King yang terus terang baru mendengar hal ini langsung menoleh ke arah Kavaya.Benar benar banyak kejut
Leo yang sudah selesai sarapan pun sedang menikmati secangkir kopinya di ruang tengah markas dengan beberapa berkas yang ada di tangannya. Dia dan King membatalkan keberangkatan mereka karena insiden yang di buat Selesa.Leo segera mengangkat kepalanya saat mendengar suara derap langkah memasuki ruangan itu.Byurrr....Kopi yang baru saja masuk ke dalam mulutnya kembali menyembur keluar saat dia melihat kedatangan King yang sudah menggandeng seorang perempuan yang sangat dia kenali."Secepat itukah?"Itu yang ada di otak Leo saat ini karena di depannya sudah berdiri King yang tak mengenakan setelan pakaian yang dia gunakan semalam begitu juga dengan Kavaya yang sudah berganti pakaian yang lainnya.Tak hanya itu, sudah bisa di pastikan jika King menginap di hotel semalam, tapi dia tak menyangka jika Kavaya juga akan datang ke markas sepagi ini dan itu pertanda jika mereka berdua sudah menghabiskan malam bersama.Leo sudah memastikan jika King tak ada di mansion dan apartemennya berarti
Setelah semua yang King dan Kavaya lalui mereka memutuskan kembali bersama dan memulainya dari awal. Tapi tetap dengan Kavaya yang masih menyembunyikan identitasnya. Dia masih ingin meliahat orang orang yang ada di sekelilingnya seperti apa terlebih saat ini Moa sedang bersamanya."Baby aku antar kamu pulang ke mansion." Kavaya yang baru saja selesai sarapan langsung menoleh ke arah King dengan pandangan horor. Dia takut jika Kaito akan langsung menghajar King saat ini juga."Kenapa melihatku seperti itu? Apa aku salah bicara baby?" tanya King bingung."Kamu yakin mau bertemu dengan kakak?" tanya Kavaya balik.Ada rasa khawatir di sorot matanya kepada Kavaya dan itu membuat hati King menghangat. Dia merasa di cintai saat ini oleh Kavaya meskipun Kavaya tak menjelaskannya secara langsung.King terkekeh saat melihat Kavaya yang masih melotot ke arahnya dan dia mendekati Kavaya yang saat ini sedang duduk di sofa yang ada di kamar itu."Apa yang kamu takutin? Semalam aku udah maksa adikn
King yang sudah selesai membersihkan diri pun melihat Kavaya yang sudah duduk anteng di sofa dengan baju yang di berikan tadi. Ada rasa lega di hati King saat masih melihat Kavaya tak kabur dari sana atau pergi meninggalkan dirinya.King pun duduk di depan Kavaya dan membuka paper bag yang berisi makanan itu."Kenapa nggak makan duluan?" tanya King pada Kavaya.Kavaya yang baru saja memberi kabar pada kakaknya lantas menaruh ponselnya."Nungguin kamu selesai mandi." jawab Kavaya santai.Dia lalu membantu King membuka semua kotak makanan yang sudah King pesan. Berbeda dengan King yang malah berhenti membuka makanan itu dan malah memilih memerhatikan wajah Kavaya yang sedang sibuk dengan kotak kotak makanan itu."Aku tahu aku cantik, jadi nggak usah nglihatin kayak gitu." King menaikka sebelah alisnya lalu terkekeh, ternyata sifat tengil Kavaya tak berubah dan masih ada sampai sekarang.Dia mulai mengambil makanan yang Kavaya siapkan untuknya, dia hanya tersenyum tipis ke arah Kavaya k
King masih terus mengungkung badan Kavaya di dinding sampai Kavaya merasakan hembusan napas King yang semakin panas di punggungnya. King berhasil membuka gaun hitam milik Kavaya dan terpampanglah punggung mulus milik Kavaya. Cup...King mencium pundak mulus Kavaya dan itu tentu menimbulkan gelenyar panas pada tubuh Kavaya. King masih setia menempelkan bibirnya pada pundak mulus itu meskipun dia menahannya setengah mati karena efek obat itu benar benar menyiksanya.Sedetik kemudian gaun hitam Kavaya sudah teronggok jatuh di lantai dan meninggalkan tubuh indah Kavaya yang ada di depannya. Kavaya sudah tak bisa melawan, dia ternyata salah sudah menganggap King berubah, ternyata King masih berkuasa seperti dulu hanya saja dia tak memperlihatkannya pada orang lain. Untuk itulah julukan dia tetap LORD, dia akan terus menjadi penguasa.King memutar balik badan Kavaya dan tatapannya masih seperti dulu memuja kepada Kavaya. King meraih dagu Kavaya agar Kavaya mau melihat ke arahnya."Baby j
Selena sudah merencanakan sesuatu untuk King dan dia pamit dari hadapan Leo. Sedangkan King sudah bercengkerama dengan Kaito tanpa menoleh ke arah Kavaya yang sejak tadi memilih duduk di kursi yang tak jauh dari sang kakak.Leo pun tak masalah menikmati pesta itu sendirian tanpa King karena dia sudah terbiasa dengan itu."Pestanya sungguh meriah dan aku yakin setelah ini akan banyak proposal yang masuk ke perusahaanmu. Tentunya aku tak akan menyerah meskipun pernah sekali di tolak." kelakar King renyah.Kaito tersenyum tipis tapi dia juga sempat melirik ke arah Kavaya yang sedang menikmati minuman dan makanan yang tersaji.Tak lama dari itu ada seorang pelayan yang mengedarkan minuman dan King serta Kaito pun meminumnya karena mereka sudah lama mengobrol. Dari kejauhan Selena yang melihat itu pun tersenyum puas tanpa dia tahu jika rencananya pun sudah terendus sejak tadi.King yang sengaja meminum minuman itu pun sudah punya rencana sendiri sejak tadi dan dia akan menggunakan kesempat
Kavaya pergi meninggalkan apartemennya dengan perasaan berkecamuk. Dia sempat melihat mata Moa yang penuh harap untuk Kavaya mau bertemu dengan King tapi untuk saat ini dia belum terpikirkan untuk bertemu dengan King.Sementara di apartemen Moa sudah melihat Richard penuh tanda tanya pada Richard karena bagaimana bisa Richard lebih dahulu bertemu dengan Kavaya.Richard menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia bingung harus mulai dari mana sedangkan Naomi masih diam saja sejak tadi dan kembali bersikap seperti Naomi yang biasanya."Jadi apa yang terjadi sebenarnya?""Ehm, aku harus mulai dari mana ya? Aku sendiri bingung tante dan ini juga bukan keinginannku saat aku bertemu dengan Kavaya lebih dahulu. Ini ada hubungannya dengan Naomi tante," jawab Richard pelan.Naomi yang sejak tadi diam langsung menatap tajam ke arah Richard, karena bisa bisanya Richard membawa namanya dalam hal ini.Sementara Moa menatap Richard dan Naomi bergantian dengan tatapan yang semakin bingung, ada apa seb
Kavaya masih setia menunggu jawaban Moa, tapi melihat Moa hanya diam saja Kavaya pun tak memaksanya lagi. "Mami ingin bertanya apa kepadaku?" Akhirnya setelah mereka berdua saling diam Kavaya membuka omongan kembali agar Moa baru bercerita. "Apa King tahu kamu sudah kembali?" Hanya kata kata itu yang tercetus dari bibir Moa dan memang itu yang ingin di tanyakan pada Kavaya. Kavaya tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan. "Aku nggak harus bertemu dia saat aku ingin kembali ke negara ini. Karena tujuanku kembali tak hanya dia," Moa langsung terdiam mendengar jawaban Kavaya, dia tak menyangka jika akan ada banyak perubahan dari wanita yang dari dulu selalu menempati tahta tertinggi di hati King putranya. "Jadi mam, katakan padaku dimana paman Pedro? Kenapa dia tak menjagamu di vila itu?" Moa menerawang jauh mengingat semua kejadian yang menimpanya lalu dia menghembuskan napas panjangnya. "Mereka membawa Pedro dan aku tak tahu dimana Pedro sekarang." Kavaya menaikkan