Saat Kavaya berkedip sekali orang yang ada di bawah itu sudah hilang tak ada lagi di tempatnya tadi. Kavaya keluar dari kamarnya ke balkon dan celingukan mencari orang yang tengah mengawasinya tadi. Tapi meskipun Kavaya mencarinya tapi dia tak menemukan orang itu dimana mana.
"Dia pergi kemana?"
Kavaya segera kembali masuk ke dalam kamarnya dan menutup jendela kamarnya. Dia juga langsung mengunci jendela kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.
"Nggak mungkin kan dia ngikutin aku dari gudang tadi? Dia jahat apa ya? Apa ada hubungannya dengan orang yang aku temuin tadi di gudang itu?" batin Kavaya.
Kavaya menggelengkan kepalanya berusaha mengusir semua pikiran buruk dari otaknya. Dia memutuskan untuk segera membersihkan dirinya karena bajunya sudah semakin bau. Berhubung dua siluman betina itu pergi Kavaya bisa mengambil makanan sepuasnya saat ini tanpa takut di maki dan di marahi.
Kavaya bukan tak ingin melawan, hanya saja dia terkadang sudah tak ingin ada keributan di rumah ini karena dia sudah lelah dengan kuliahnya dan semua tugas akhirnya.
Ya, tak ada yang tahu jika Kavaya saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya dan menyiapkan hari kelulusannya. Bahkan sang mama yang telah tiada pun tak tahu jika dia kuliah karena yang mereka tahu jika Kavaya adalah gadis tengil dan bar bar yang tak bisa di atur.
*
*
Sementara itu, di kantor Kinstone nampak suasana sangat tak bersahabat karena ternyata sang papa malah tak nampak ada di kantor itu.
"Leo, apa kamu yakin jika papa memintaku kemari?" tanya King datar.
Leo mengangguk gagu, dia mencoba menghungi papanya yang menjadi asisten papanya King tapi tak kunjung mendapat jawaban. Dan bertepatan saat kesabaran King sudah menipis pintu ruangan kantor King terbuka dari luar.
Ceklek...
Mata King menajam saat melihat siapa yang datang tapi pada saat King mengeluarkan makiannya ada seorang lagi yang menyembulkan kepalanya dari balik pundak orang yang pertama masuk tadi. Sedangkan King menelan kembali kata kata yang akan di keluarkannya tadi. Orang yang tadi pertama masuk tersenyum penuh kemenangan pada King.
"Ayolah King, jangan marah seperti ini. Papa hanya terlambat sebentar karena mamamu ingin pergi ke suatu tempat."
Kata kata Axel membuat King menaikkan sebelah alisnya karena tak biasanya papanya itu akan langsung mengajak Moa mamanya pergi ke kantor jika mereka habis bepergian. Dia akan mengurung mamanya kembali di kamar dan mansion agar King tak bisa menemui mamanya sendiri. Dan memang seperti itulah posesifnya seorang Axel Xafiero pada pasangannya sekalinya King adalah anak mereka.
"Mama sama papa dari mana?"
Akhirnya hanya pertanyaan itu yang keluar dari mulut King karena tak mungkin dia memaki papanya di depan mamanya.
Axel memberi kode pada Pedro dan Leo agar meninggalkan mereka bertiga di ruangan itu. Pedro serta Leo yang mengerti kode itu langsung pamit pergi dari sana.
King yang melihat gerak gerik papanya menaikkan sebelah alisnya curiga.
"Kenapa papa nyuruh mereka keluar?"
Axel masih melihat keadaan di sekeliling mereka dan memastikan jika tak ada orang yang menguping pembicaraan mereka.
"Mama dan papa sudah menemukan jodoh yang tepat buat kamu dan kami sudah memastikan jika dia orang yang cocok untuk kamu. Kami tidak menerima penolakan yang ini karena jelas jika kamu menolaknya kamu akan berurusan dengan wanita berkedok hantu itu."
King dan Axel melongo mendengar perkataan Moa yang berada di akhir kalimatnya itu. King dan Axel saling pandang dan setelahnya mereka tertawa terbahak yang membuat Moa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Apa yang kalian tertawakan?" tanya Moa lagi.
"Mama tadi nggak salah kan ya nyebut cewek tadi hantu?"
Moa mengedikkan bahunya acuh tapi setelahnya dia menatap King dengan wajah serius. Sedangkan King juga melihat mamanya dengan tak kalah datarnya.
"Tapi ma, kenapa tiba tiba mencarikan aku jodoh sedangkan mama tahu aku tak mau di jodohkan. Apalagi saudara tiri papa itu terlalu lancang ikut mengurusi kehidupan King selama ini. Apa selama ini karena King terlalu berdiam diri sampai mereka melunjak dan tak tahu batasan?"
Axel menghembuskan napasnya panjang, dan menengadahkan kepalanya ke atas karena dia tak menyangka jika anak yang dulu di bawa ayahnya masuk ke dalam keluarganya malah akan jadi bomerang setelah ayahnya tiada. Dia menikah dengan wanita yang gila harta tanpa tahu sejatinya siapa keluarga Xafiero yang sebenarnya.
Axel sendiri yang meminta sang ayah untuk tetap merahasiakan jati diri mereka dari orang luar dan yang mereka tahu jika Xafiero hanya pemimpin seluruh perusahaan yang ada di negara itu.
Mereka tak pernah tahu pekerjaan lain yang ada di dunia bawah yang jelas akan membuat mereka tak akan bisa berkutik jika tahu itu.
"Mama nggak mau jika kamu terus di pojokkan dan kamu lepas kendaki karena sudah jelas kamu akan meledakkan semua mansion nantinya. Jadi sebelum kamu melakukan itu mama akan mencegahnya terlebih dahulu. Biar mama nggak tiap hari migran karena ulah kamu dan papamu!"
Axel dan King meringis mendengar omelan Moa yang menyangkut mereka berdua. Dan King sendiri langsung memijat keningnya kasar karena baru tadi pagi dia berjanji pada seorang wanita tapi sekarang mamanya mencarikannya wanita untuk menjadi pendampingnya. Apa yang akan dia lakukan untuk ini King bahkan tak bisa menemukan jalan penyelesaiannya.
"Biarkan King bertemu dengannya dan jika King cocok King akan ikuti kata mama dan papa tanpa bantahan, tapi jika King tak cocok King akan mencarinya sendiri. Atau kalau saudara papa masih kurang ajar jangan salahkan King jika King langsung melubangi kepalanya dengan peluru milik King!" putus King.
Prokkkk...
"Wahhh, mama suka jawaban kamu dan mama pastikan kalau kamu nggak akan menolak pilihan mama dan papa. Ingat King nggak ada orang tua yang akan menjerumuskan putranya."
Moa sedikit memberi nasihat pada putra semata wayangnya itu dan King mengangguk karena dia tahu apa yang di katakan sang mama itu benar.
Kingstone Xafier seorang pengusaha muda terkenal dan sukses tapi juga pemimpin dunia bawah yang banyak di takuti. Tapi banyak juga yang mengincar nyawanya karena ingin menggeser kedudukan King yang tak tergoyahkan. King sendiri mendapatkan kursi penguasa itu juga tak mudah karena awalnya dia yang dipilih untuk mewarisi tahta papanya tapi banyak yang tak terima sampai Axel harus membuat sambeyara dengan acara berduel hidup dan mati.
Moa awalnya juga menolak keras hal itu tapi King sendiri yang memilih untuk menyanggupi apa yang di pakai syarat oleh semua orang agar King bisa menjadi pengganti papanya. Axel hanya tersenyum melihat kemampuan King yang di remehkan karena dia percaya jika putranya bisa melakukan itu semua.
Dan benar saja saat sayembara hidup dan mati itu di mulai banyak sekali yang tumbang dan dalam satu hari semua orang yang menentang King bisa di habisi semua oleh King.
King membuktikannya jika dia mampu jadi bukan karena nama besar yang di sandangnya meskipun dia harus menerima banyak luka dan koma selama seminggu setelah dia di nobatkan menjadi penguasa selanjutya. Meskipun begitu masih banyak bermunculan orang orang yang tak suka dengan King karena dia memutuskan jika identitasnya sebagai penguasa dunia bawah harus di sembuyikan.
Setelah banyak berbincang dengan kedua orang tuanya akhirnya Moa serta Axel pamit pulang karena Axel dan Moa akan pergi ke luar negeri untuk menghadiri jamuan makan dari sahabatnya yang ada di sana.
Leo masuk membawa sebuah flashdisc yang membuat King penasaran dengan apa yang ada di dalam Flashdisc itu.
"Apa yang kamu bawa?"
Leo bahkan belum sempat melapor tapi King sudah bertanya lebih dahulu kepadanya.
"Apa yang tadi pagi kamu minta bos, dan aku mendapatkan informasi jika tadi pagi setelah gadis itu kembali ke rumahnya dia mendapat tamparan dari ibu tirinya." lapor Leo.
Rahang King langsung mengeras bahkan tatapan milik King semakin tajam. Leo yang melihat itu langsung meneguk ludahnya kasar.
"Semoga tak akan ada puting beliung atau angin ribut setelah ini!" batin Leo.
King langsung melihat isi flashdisc itu yang berisi semua informasi tentang gadis yang menyelamatkannya tadi pagi. Di sana dia melihat ada saudara tirinya yang ternyata baru saja di nobatkan menjadi model terbaik sebuah agency yang berada di bawah naungan anak perusahaannya.
"KAVAYA ATHENA LAVENDER, nama yang cantik secantik orangnya," gumam King.
Leo yang mendengar bosnya barusan memuji gadis itu mengkorek telinganya kalau kalau dia salah mendengar atau telinganya yang bermasalah. Tapi ternyata dia tak ada yang bermasalah apalagi dia melihat mata berbinar milik King yang melihat semua foto Kavaya yang tadi Leo dapat.
King nampak mengagumi siapa Kavaya yang diam diam mampu menyelesaikan kuliahnya meskipun keluarganya sudah berantakan.
"Leo berikan saudara tiri Kavaya pekerjaan yang akan membuatnya naik begitu juga ibu tirinya yang sialan itu. Biarkan mereka bersenang senang dulu menikmati indahnya dunia baru setelahnya aku yang akan membalas apa yang sudah mereka lakukan pada gadisku!"
Leo merinding mendengar itu di tambah jika King sudah mengklaim Kavaya menjadi gadisnya sudah bisa di pastikan tak akan ada yang lolos untuk mereka yang berani menyentuh Kavaya meskipun sehelai rambut gadis itu.
"Dan satu lagi, buat kelulusan gadisku lebih mudah, jangan di persulit agar dia lebih bahagia," ucap King lagi.
Tapi kali ini Leo tak setuju dengan apa yang di perintahkan oleh King kepadanya.
"King..." panggil Leo yang membuat King mendongakkan kepalanya.
King mengerutkan keningnya karena Leo berani memanggilnya dengan langsung namanya. Tapi Leo yang di tatap tajam pun tak gentar karena saat ini dia bertindak sebagai sahabat King bukan sebagai bawahan King.
"Jangan lakukan apa yang kamu katakan di akhir itu atau kamu akan kehilangan perempuan itu selamanya."
King mengerutkan keningnya bingung, "Apa maksudmu?"
King sungguh tak mengerti apa yang di katakan oleh Leo kal ini.
"Aku lihat Kavaya adalah gadis yang mandiri dan juga tangguh. Jika kamu melakukannya kamu akan merusak harga dirinya dan dia jelas akan membencimu. Dari pada kamu melakukan itu, cukup jaga dia dari kejauhan dan bantu dia kalau memang dia kesusahan karena dengan begitu dia tak akan terluka harga dirinya sebagai seorang gadis mandiri. Ingat King umurnya juga masih muda, pikiran dia masih akan di balut dengan ego. Ini hanya saran seorang sahabat bukan saran dari bawahan ke atasan." ucap Leo santai.
King nampak terdiam mendengar perkataan Leo, dan pada akhirnya setelah dia memikirkan matang matang apa yang di katakan oleh Leo itu akhirnya dia mengangguk setuju dengan apa yang menjadi masukan dari Leo.
"King ada satu hal lagi yang harus kamu tahu,"
King kembali menaikkan satu alisnya menunggu Leo melanjutkan kalimatnya itu.
"Ibu tiri dan saudara tirinya itu merencanakan pembunuhan pada Kavaya dan aku mendapatkan info itu sesaat setelah info yang ada di flashdisc itu masuk." terang Leo.
Mata King membola sempurna seperti terlihat akan keluar dari tempatnya.
Brakkkkk....
"Apa katamu? Apa yang mereka rencanakan?" teriak King keras.
Bahkan Leo harus menarik napas panjang untuk menetralkan rasa terkejutnya meskipun tadi dia sudah bersiap. Tapi mendengar suara King yang menggelegar itu tetap saja dia terkejut.
"Aku belum mengetahui semuanya, setelah ini aku akan mencari tahunya lebih dalam lagi. Di dalam flashdisc itu ada data tambahan King yang jelas akan membuat kamu lebih terkejut nantinya."
King menjambak rambutnya kesal, karena ternyata banyak hal yang mengejutkan dari Kavaya yang sudah di klaim menjadi gadisnya itu.
"Aku akan menyelesaikannya sekarang agar aku bisa mengambil keputusan apa yang akan aku gunakan untuk melindunginya nanti!"
Leo menggeleng, "Sayangnya nggak bisa Bos, kita harus segera pergi karena ada transaksi senjata yang kamu pesan dan mereka memintamu untuk datang sendiri kesana memeriksan semua senjatanya. Mereka tidak ingin membuat kamu kecewa jika ada senjata mereka yang bermasalah setelah masuk ke gudang nantinya."
King sudah mendesis kesal tapi tak urung dia juga beranjak dari kursi kerjanya dan menyimpan flasdisc itu di brankas miliknya. Dia tak ingin ada yang lancang melihatnya meskipun akan ada yang berani atau mereka akan kehilangan tangannya saat itu juga.
"Kita berangkat sekarang, tapi selalu pantau gadisku dan berikan aku semua informasi soal dia setiap detiknya. Jika perlu tambah orang untuk mengawasinya!!!"
Kali ini perintah yang ini mutlak dan tak bisa di ganggu gugat. Meskipun Leo ragu jika ini keputusan yang benar atau salah karena mereka juga belum tahu keadaan terbaru Kavaya saat ini.
to be continued
King yang sedang dalam perjalanan pun merasa tak jenak karena info yang di berikan Leo tadi sangat mengganggunya. Dia amenggeram marah dan Leo pun yang ada di depan melirik King dari kaca spion yang ada di sana."Kamu benar benar jatuh cinta sama dia atau cuma ingin berterima kasih kepadanya karena udah nolongin dia?" King melirik ke arah Leo, dia yang awalnya bingung dengan apa yang akan di jawabnya akhirnya tersenyum tipis. King menatap keluar jendela dan melihat banyak pohon di luar sana yang berjajar dalam kegelapan."Awalnya aku nggak tahu dia siapa bahkan sampai aku terluka itu juga tak menyangka. Aku nggak tahu kenapa bisa sampai di gudang itu padahal tempat penyeranganku pun jauh dari sana. Yang lucunya malah tiba tiba aku kehabisan tenaga dan malah dia menolongku tanpa pikir panjang. Dia nggak tahu siapa aku dan juga nggak tahu siapa yang menyerangku tapi dia berani menolongku. Kalau sekarang aku belum cinta sama dia, bukannya dia layak buat di perjuangkan? Aku nggak butuh
Kavaya segera membereskan semua barang barang miliknya agar jika nanti terjadi sesuatu dia tinggal pergi dan angkat kaki dari rumah terkutuk itu. Kavaya tak ingin tinggal di sana meskipun rumah itu banyak menyimpan kenangan bersama dengan sang mama tapi Kaavaya juga merasakan sakit yang berbarengan di sana karena ulah papanya yang menurutnya tak tahu diri itu."Aku harus bisa lebih kuat lagi, jangan sampai mereka nanti mereka melakukan sesuatu yang malah akan membahayakan nyawaku nantinya." gumam Kavaya.Dia kembali ke dalam kamar dan berdiam diri disana. Malam ini dia ingin tidur dengan nyenyak tanpa ada gangguan apapun dari dua wanita yang selalu mengganggunya itu.Tak menunggu lama Kavaya terlelap di ranjangnya yang sangat sempit itu. Semenjak sang mama tiada semenjak papanya membawa dua benalu ke rumah mereka Kavaya tak pernah menangis sama sekali.**Rebeca dan Miranda pulang dalam keadaan setengah mabuk dan banyak sekali belanjaan milik mereka yang di turunkan dari mobil yang
Saat King pergi dari tempat buat meting tadi gumpalan asap hitam sudah mengepul di udara dan itu pertanda jika apa yang di inginkan King sudah terlaksana. Dan King memutuskan untuk segera kembali ke negara A karena entah perasaannya tak tenang tentang Kavaya yang ada di sana. "Leo beri perintah pada anak buah kita di sana untuk terus mengawasi gadisku. Aku mempunyai firasat tak enak tentangnya!"Leo yang sedang memeriksa beberapa laporan pekerjaan segera menghentikannya dan meraih ponselnya untuk menghubungi anak buahnya yang ada di dekat rumah Kavaya. Dan setelah memastikan semua aman, dia melanjutkan pekerjaannya kembali. Sementara King berusaha memejamkan matanya meskipun dia tak akan bisa tidur untuk saat ini.**Pagi hari menjelang dan Kavaya sudah siap untuk pergi kuliah hari ini tapi bukan berarti dia akan berpenampilan rapi seperti anak kuliahan lainnya. Karena jika itu sampai ketahuan nasibnya akan berakhir tragis di tangan ibu tiri dan saudara tirinya.Tap.. tap...Suara l
King segera masuk ke dalam vila itu dan mencari di mana Kavaya sedang di tahan. Richard segera menyusul King masuk ke dalam dan di sana ada beberapa orang yang sudah tergeletak di lantai dengan bersimbah darah dimana mana."Astaga..... udah jelas ini bakalan ada puting beliung angin ribut ini." gumam Richard pelan. Dia segera berlari menyusul King untuk naik ke lantai atas. Saat Richard tengah bingung mencari di mana bosnya itu terdengar suara barang pecah berserakan dan di sana nampak barang pecah berserakan. Tak hanya itu ada dua orang yang sedang di hajar oleh King sampai mereka babak belur tak berbentuk lagi."Kan bener apa dugaanku!"Richard segera menghampiri King dan melihat di sana ada yang aneh dengan Kavaya. Richard segera masuk ke dalam dan jelas indera penciumannya mencium bau yang sangat dia kenali.Srettt...."Kinggg....Berhenti.... Kavaya butuh kamu!!!" Richard berhasil menghentikan King menghajar orang yang sudah tak bergerak itu dan bisa di pastikan jika kedua orang
Kavaya mulai melakukan aksinya pada milik King yang sudah berdiri tegak seolah menantangnya untuk melakukan sesuatu yang membuat tubuhnya panas dingin dan hawa di ruangan itu semakin panas.Kavaya mulai mendekatkan wajahnya ke benda yang sudah tegak berdiri itu dan membuat King menahan napasnya sesaat. Tapi tak sampai beberapa detik mata King terpejam serta kepalanya menengadah ke atas karena dia menikmati apa yang di lakukan Kavaya pada senjata miliknya yang sudah berdiri tegak. Otot ototnya pun juga terlihat di sana saat Kavaya mulai menggerakkan bibir manisnya untuk bergerak di sana. Tak hanya itu jari jemari Kavaya juga bergerak lincah mengikuti nalurinya. Dia terus memainkan benda milik King yang sedang di pegangnya saat ini. King sendiri sudah tak bisa melakukan apa apa karena Kavaya terus memanjakan junior miliknya."Swetty, oh...."Akhirnya suara itu keluar juga dari mulut King dengan nada seraknya. Kavaya terus memainkannya dan juga menjilatnya seperti dia sedang memakan es
Pagi hari menjelang, tapi dua orang yang baru saja menyelesaikan pergumulunnya semalam masih terlelap dalam tidur. Kavaya yang matanya terkena sinar matahari yang masuk ke dalam kamar itu mulai membuka matanya perlahan. Tapi dia mengerutkan keningnya saat dia merasa ada benda berat di atas perutnya. Awalnya dia bingung saat melihat atap kamar itu yang jelas bukan kamarnya. Dia juga beralih pada perutnya dan seketika matanya terbelalak saat melihat ada tangan kekar yang melingkar di atas perutnya.Kavaya masih terdiam mengingt apa yang terjadi, dan matanya membola sempurna saat ingatan demi ingatan apa yang terjadi semalam mulai terlintas di benaknya."Astaga, apa yang aku lakuin?" gumam Kavaya lirih.Dia dengan pelan menyingkirkan tangan itu dan ingin pergi dari sana. Tapi ternyata bagian inti miliknya masih terasa perih dan membuatnya meringis kesakitan."Sshhh....."Dan karena posisi dia yang tak benar akhirnya Kavaya pun terjatuh di atas lantai."Awww...."King yang semula terlela
"Ehmmm...." Wajah Kavaya bingung saat ini dan itu membuat King bertanya tanya. "Apa masih ada yang mengganggu pikiran kamu?" "Jadi aku harus memanggilmu apa? Kamu dari tadi terus memanggilku dengan panggilan Sweety tapi kita tak punya hubungan sedekat itu sebelumnya. Kecuali....?" King yang mendengar pernyataan Kavaya hampir saja mengamuk tapi kemudian dia melihat raut wajah bingung Kavaya dia memahami apa yang membuat Kavaya banyak berpikir sejak tadi. King tiba tiba kembali berjongkok di depan Kavaya dan membuat Kavaya mengerjakan matanya lucu. "Kamu bisa panggil aku sayang jika kamu mau. Dan lagi mungkin di sini sudah ada kecebong yang sudah berkembang biak dengan banyak," celetuk King santai. "A-apa? Berkembang biak?" King mengangguk dan dia mendekatkan dirinya pada Kavaya yang membuat Kavaya sedikit mundur ke belakang. "Apa yang ingin kamu lakukan?" cicit Kavaya takut. "Aku harap kamu mengandung anakku, dengan begitu kamu tidak akan mempunyai pikiran untuk
Miranda terus bertahan di dalam mobilnya tapi salah satu preman itu memecahkan kaca mobil dengan senjata yang dia bawa.Prankkk....."Aaaaa......."Miranda berteriak dengan kencang dan menutup kedua telinganya. Preman itu segera membuka paksa pintu mobil itu. Mereka menarik paksa Miranda untuk keluar dari dalam mobil. Miranda terus berteriak tapi sayangnya area itu sangat sepi dan tak ada mobil yang berlalu lalang di sana. Jangan ditanya bagaimana bisa seperti itu, tentu saja semua ada campur tangan Leo di balik itu semua."Kalian ini siapa? Kalian mah apa hah?" teriak Miranda mencoba untuk berani.Tapi ternyata para preman itu mengacungkan senjata pada Miranda yang membuat Miranda gemetar ketakutan."Kalian akan di penjara jika kalian menembakku." ucap Miranda tergagap.Dia memundurkan badannya karena mereka mengacungkan pistol itu tepat di kepalanya saat ini dan jelas Miranda masih sayang nyawanya, jadi dia memutuskan untuk tak melawan lagi.Miranda melihat salah satu preman itu me
Miranda yang memang sudah sangat emosi pun segera merencanakan sesuatu. Bahkan Rebeca pun dengan tak tahu malunya masih datang ke perusahaan dan bekerja seperti biasa karena disana ada Lucas yang akan memback up nya jadi tak perlu ada yang dia takuti.Sementara itu di rumah sakit, Kavaya sedang di periksa kembal dan dia dinyatakan sudah sehat dan bayinya pun juga sehat. King sendiri belum bisa di hubungi karena dia dan juga Leo sedang mengurusi pekerjaan penting dan juga ada masalah di dunia bawah. Ada beberapa yang ingin memberontak kekuasaannya jadi mau tak mau dia harus turun tangan langsung. King pun sempat kembali mengalami mual dan pusing tapi beruntung koki di mansion itu sudah menyiapkan semua makanan yang di inginkan King. Karena keadaan King yang seperti itu, dia juga sempat tertembak kembali tapi bisa langsung di selamatkan."Nona muda sudah bisa pulang hari ini dan semua obat serta vitaminnya sudah kami siapkan." terang sang dokter itu. Kavaya dan Moa pun mengangguk men
Kavaya yang tiba tiba limbung langsung di tangkap oleh Richard. Moa dan Pedro pun mendekat dengan wajah yang tak kalah paniknya. Moa mencoba menepuk pelan pipi Kavaya tapi Kavaya tak segera membuka matanya saat ini."Kita bawa ke rumah sakit," Richard segera mengangkat tubuh Kavaya dan memasukkannya ke dalam mobil milik Moa. Di ikuti oleh Moa dan Pedro yang menyetir mobil itu mereka segara membawa Kavaya ke rumah sakit milik keluarga Moa.Richard pun tak menaruh Kavaya di brangkar tapi langsung membawanya ke IGD agar Kavaya segera bisa di periksa. Moa pun dengan terburu buru menyusul Richard yang sudah ada di depan IGD. "Richard bagaimana?" tanya Moa dengan wajah cemasnya."Masih di periksa.." sahut Richard cepat.Moa pun duduk di sana dan menghembuskan napas berkali kali. Dia sangat panik tadi karena Kavaya tiba tiba pingsan dan King tak ada di sana. Dan jelas jika King tahu dia bisa mengamuk nanti. Tapi saat ini tak ada yang kepikiran untuk memberitahu King soal keadaan Kavaya.Ce
Leo masih memerhatikan King yang masih lahap memakan makanan yang baru saja di minta pada sang koki. Bahkan King juga tak menawari Leo sama sekali seolah King lupa jika di sana juga ada Leo yang tadi sangat khawatir kepadanya.Semua koki dan pelayan yang ada di sana pun di buat takjub dengan King yang tiba tiba lahap makan. Padahal makanan itu jarang sekali di makan oleh King."Ini aku nggak salah lihat kan ya?" gumam Leo lagi."Tidak tuan Leo, saat ini tuan Muda memang sangat lahap makanannya dan lihatlah dia juga meminta saya untuk menyiapkan beberapa permen buah lagi seperti yang baru saja dia makan." sahut kepala Koki yang berdiri di samping Leo."Tapi tuan Muda King hanya mau makanan itu dan menyuruh kami menyingkirkan makanan yang lainnya, karena menurut tuan Muda itu membuat tuan Muda mual kembali." Sang koki segera menjelaskan semuanya yang di alami King pada Leo dan itu semakin membuat Leo pusing karena King terlihat aneh saat ini. "Tuan Muda ini seperti mengalami nyidam se
Keesokan paginya Kavaya bangun lebih pagi karena dia harus bergegas pergi sebelum dia bertemu dengan Miranda serta Rebecca karena itu akan merusak mood paginya. Tapi naas, mungkin hari ini nasib sial sedang menimpanya. Dia berpapasan dengan Miranda yang juga akan keluar dari kamarnya.Belum sempat Kavaya pergi sebuah tamparan mendarat lagi di pipinya pagi ini. Wajah Kavaya sudah tertoleh ke samping dan dia hanya diam memegangi pipinya yang terasa panas. Tapi bukan Kavaya namanya jika dia tak bisa membalik keadaan saat ini.Plak....Plaakkk...."Anak kurang ajar kamu!!!" Seru Miranda setengah berteriak.Teriakan Miranda menggema di seluruh rumah sampai membuat semua penghuni rumah mencari sumber suara. Dan dia atas sana di dekat tangga, para pelayan menyaksikan dengan rasa was was karena mereka dekat dengan pinggiran tangga. Para pelayan yang ada di bawah takut jika salah satu dari mereka berdua nanti ada yang jatuh."Siapa yang kamu sebut kurang ajar? Aku? Nggak salah?""Aku cuma memb
Miranda yang baru bisa pulang ke rumah mereka pun di buat syok saat melihat Rebeca yang tak sadarkan diri di teras rumahnya tanpa ada seorang pun yang mau membantu membangunkannya."Beca. hei Beca.... Kamu kenapa ada di sini?" Miranda berusaha menepuk pelan pipi Rebeca putrinya, dia mulai panik saat tubuh Rebeca mulai terasa dingin. Segera dia beranjak dari sana dan segera masuk ke rumah seperti orang kesetanan."Pelayaannnnn...."Suara Miranda menggema di seluruh rumah dan membuat semua pelayan yang sedang terlelap pun kalang kabut keluar dari kamar mereka karena hari sudah hampir dini hari. Mereka nampak syok melihat wajah Miranda dan penampilan Miranda tapi mereka lebih takut jika sampai menertawakannya mereka akan di hukum. Jadi mereka hanya diam sejak tadi."Heiii, pelayan rendahan, apa yang kalian lakukan sebenarnya? Kenapa kalian nggak nolongin majikan kalian hah?" bentak Miranda kesal.Semua pelayan Miranda nampak saling pandang bingung karena sejak tadi tidak ada tanda tanda
Rebecca dan Carlos kembali ke perusahaan cabang dengan perasaan campur aduk. Carlos sudah sangat ketakutan karena posisinya saat ini dia bertaruh dengan jabatan dan semuanya. Dia tak menyangka jika King akan bereaksi seperti ini. Brakkkk.... "Sial, aku nggak tahu kalau dia bisa langsung seperti itu. Apa jangan jangan kamu mengenalnya?" tanya Carlos curiga. Rebeca yang sejak tadi diam menahan kesalpun menaikkan sebelah alisnya dan kemudian mendengus kesal. "Bagaimana mungkin aku mengenalnya sedangkan dia ada di perusahaan pusat dan aku bekerja di sini. Lagian kenapa nggak bilang sih kalau dia kayak gitu? Aku nggak terima udah di permalukan di depan orang banyak kayak tadi. Emang dia pikir dia siapa sampai bisa melakukan itu kepadaku!" Carlos sudah memijat keningnya pelan karena dia jelas setelah ini akan selalu di awasi dan semua pekerjaannya akan lebih berat nantinya. Jelas ini semua karena Rebecca yang tak berhati hati. "Sudahlah, aku akan mencari cara lagi agar kamu bisa masu
King yang baru saja mendapatkan kabar dari Leo jika Miranda dan Rebeca akan kembali pulang ke rumah mereka pun segera mengantarkan Kavaya pulang dengan di iringi perdebatan terlebih dahulu dengan maminya.Tapi tetap Moa yang mengalah setelah Kavaya mengatakan jika dia akan kembali kesana jika nanti dia selesai kuliah. Tentu saja Moa merasa senang, dan bahkan mereka sudah membuat daftar temu dan kegiatan yang akan mereka lakukan nanti ketika mereka ketemu."Swety, segera kabari aku jika ada apa apa denganmu dan jika kamu membutuhkanku. Ingat sekarang kamu tak sendiri, ada aku dan juga kedua orang tuaku yang ada di belakangmu. Dan jaga semua kesehatanmu," pesan King sebelum Kavaya benar benar turun dari dalam mobilnya.Sebenarnya King keberatan jika Kavaya harus berjalan kaki jika pulang ke rumahnya tapi Kavaya tak ingin orang lain menganggap aneh aneh tentang dirinya dan memberi tahu pada Rebecca atau Miranda tentang kepulangannya di antar seseorang yang tak di kenal mereka apalagi mem
Kavaya masih terdiam menatap King dengan mata sayunya. Sementara King masih menunggu persetujuan dari Kavaya."Sweety...."King kembali memanggil nama Kavaya dan membuat Kavaya meneguk ludahnya kasar.Saat ini berbeda dengan yang kemarin. Jika kemarin dia dalam posisi yang tak sadar dan dalam pengaruh obat sialan itu, hari ini jelas dia sangat sadar dengan apa yang akan mereka lakukan."King... apa yang kedua ini akan sakit?" cicit Kavaya lirih. King memerhatikan wajah Kavaya yang sedikit memerah karena bertanya hal seperti tadi.Dia mengusap lembut pipi gadisnya itu dan menciumnya sekilas."Bukankah kali ini kita melakukannya dalam keadaan sadar? Jadi jika nanti itu menyakitimu, kamu bisa berteriak atau mencakarku. Bagaimana?"Kavaya mengangguk ragu karena dia pun juga tak punya pengalaman lebih tentang hal begini.King kembali mencium Kavaya dengan lembut. Berbeda dengan yang tadi, jika yang tadi King lebih menuntut kali ini dia lebih menjaga ritmenya untuk membuat Kavaya menikmati
Kavaya yang baru saja mengangguk kemudian membelalakkan matanya kembali. Dan dia menatap King serta Moa bergantian dan itu membuat Moa yang ada di depannya tentu saja gemas dengan tingkah Kavaya."Kenapa bingung?" tanya Moa lagi."Tunggu, jadi dia eh King ini anak Tante?" Moa mengangguk geli karena Kavaya terlihat terkejut kembali."Hemm, dan yang bikin Tante senang adalah Tante nggak perlu maksain dia buat mau ketemu sama kamu karena dia sendiri yang udah bawa kamu pulang kemari. Jadi jelas Tante nggak akan keluarin tenaga extra buat paksa dia menikah sama kamu," jelas Moa lagi.King sudah melihat ke sembarang arah karena entah kenapa ada perasaan yang tak bisa di jelaskan lagi darinya mendengar ternyata Kavaya lah yang akan di jodohkan dengannya.Sedangkan Kavaya masih terlihat bingung dengan situasi yang terjadi saat ini."Tapi bukannya Tante kemarin memilih Rebeca ya untuk di jadikan menantu Tante?" tanya Kavaya ragu.Moa meraih wajah Kavaya dan mencubit pipi gadis itu dengan ge