Sebagai keturunan darah murni dari keluarganya Lala harus memenuhi kontrak darah kepada Raja Neraka Da Miko yang arrogant dan kejam sebagai penangkap roh selama 10 tahun lebih. Petualangan bersama hantu penjaganya Merre membuat dua bersaudara dari alam bawah tertarik padanya, adik Da Miko, Da Leo yang ceria dan suka menggoda dan Da Miko yang kejam dan dingin siapa yang akan dipilih Lala? Petualangan seperti apa yang menunggunya? Ayo merinding bersama....
Lihat lebih banyakSemilir angin malam menghembus melewati wajah amat dingin dan lembut, aku menyukainya. Terasa aneh memang karena di mana semua orang akan merasa merinding karena itu tapi beda denganku aku menyukainya dan malah terus menginginkannya.
" Lala, hai. Lala!" seseorang memanggil namaku dari dalam rumah.
"Ya Ibu, ada apa? " sahutku sekaligus bertanya ada apa ia memanggilku.
" Ayo, masuklah dan tidur bukan 'kah kau akan sekolah besok?"
Aku mengalihkan pandanganku ke arah samping, dari sana berdiri seorang wanita paruh baya atau lebih tepatnya adalah Ibuku.
" Ayo masuk! " tegasnya lagi, Ibuku sekarang menatapku dengan mata melotot.
"Nanti, Ibu ... Lala masih ingin menikmati semilir angin malam yang lembut ini," jawabku, aku menyandarkan kepalaku sambil memejamkan mata.
Dhukk (terjatuh)
"Auhkk!"
Suara seseorang terjatuh dengan keras dan disertai dengan ringisan tepat di sampingku, aku terkejut dan dengan cepat membuka mata.
"Astaga! Ibu, apa Ibu tidak apa-apa?" tanyaku panik.
Aku membantu Ibu bangun dari jatuhnya, ada sedikit luka memar di dahinya. Aku melirik Merre di samping Ibu dengan memberikannya tatapan tajam karena sudah melukai Ibuku.
"Tidak ada yang boleh mengganggumu, Lala!" Merre berkata pelan.
Aku melototkan mata padanya, Merre mengangguk lalu ia menghilang. Itu adalah kode untuknya.
Sementara Ibu terus meringis sambil memegangi keningnya yang memar akibat terbentur dengan pintu, ya, Merre yang telah mendorong Ibu ketika ingin memukul aku tadi.
"Ibu, Maaf 'kan Merre," kataku.
"Aduh, pelan-pelan Lala! Ini sangat sakit. Merre siapa?" tanya Ibu, beliau menyingkirkan tanganku yang memijit keningnya yang masih tampak memar.
"Kenapa, bu? Biar aku memijitnya," ucapku dan kembali ingin memijit kening Ibu namun kembali ia singkirkan.
"Tidak perlu Lala. Ibu baik-baik," kata Ibu.
Aku menatap khawatir kepada Ibu ini semua karena Merre, si hantu cermin yang selalu mencelakai seseorang jika ingin mengganggu atau berniat jahat padaku. Aku juga tidak tahu kenapa ia selalu begitu.
"Lala, Merre itu siapa? Dan ... kenapa kau meminta maafkan untuknya?" tanya Ibu ia sekarang menatap wajahku dengan serius.
"Oo itu, Merre adalah hantu cermin yang diberikan oleh, Nenek," jawabku lalu turun dari kursi kayu dan masuk ke dalam rumah.
Sementara Ibu tampak berfikir dengan ucapanku tadi, sengaja aku tidak menunggu ucapannya lagi.
"Merre?" gumam Ibu dengan dahi sedikit mengerut.
"Astaga!" teriak Ibu, kemudian beliau masuk dengan cepat ke dalam rumah untuk menyusul Lala.
Sementara di dalam kamar Lala ...
"Merre!" bentak Lala sambil terus mengetuk kaca cermin tempat Merre berada. Tak beberapa lama terlihat cermin itu bereaksi.
Angin yang teramat dingin dirasakan oleh tangan Lala dan sebuah bayangan putih tampak di dalam cermin.
"Ada apa, Lala?" tanya bayangan itu.
"Keluar kau!" Bentak Lala pada bayangan itu.
Cermin itu berdecit pelan dan perlahan sosok keluar secara perlahan.
Sosok menyeramkan sudah berdiri tepat di hadapan Lala sosok itu menatapnya dengan kedua bola mata yang hitam pekat seperti mata burung hantu, serta mulutnya yang terbuka lebar dan dua taring di sisi mulutnya.
" Merre, bisakah kau tidak melukai seseorang hanya karena hal yang kecil?" tanya Lala dan balas menatap Merre dengan mata melotot.
"Tidak, karena itu adalah tugasku untuk melindungimu!"
Lala memutar bola mata ke arah samping, bosan dengan jawaban itu.
"Ya, aku tahu itu adalah tugas untuk menjagaku. Tapi ... tolong jangan menyakiti, Ibuku!"
"Aku tidak menyakitinya!" Bantah Merre, sifatnya memang begitu.
"Argh, sudahlah!" Lala frustasi.
Lala menaiki kasurnya lalu menarik selimut tebalnya dan mulai menutup mata, ia merasa putus asa untuk terus berbicara dengan Merre karena hantu cermin itu sangat banyak alasan.
Cermin kembali berdecit, bunyi yang dihasilkan oleh Merre ketika ia memasuki cerminnya.
Di luar kamar Ibu Lala mulai beranjak pergi dari depan kamar Lala setelah ia selesai mendengar semua dialog Lala dan Merre.
Lampu rumah sudah dimatikan oleh Ibu dan semua orang sudah terlelap di kamar masing-masing.
Krieeettt....
Bunyi jendela kamar Lala yang di congkel paksa dari luar dan seorang laki-laki melompat masuk ke dalam kamar Lala.
Seseorang itu mendekat ke arah tempat tidur Lala dan kemudian membelai wajah putih mulus Lala, laki-laki itu menggunakan penutup wajah semacam topeng.
"Malam ini kita akan bersenang-senang, Lala Sayang," kata laki-laki itu dan ia tertawa kecil di balik topengnya.
Keadaan tiba-tiba sunyi, tidak ada bunyi jangkrik malam dan bahkan suara nyamuk pun tidak terdengar. Hawa yang tadinya sedikit penggap menjadi dingin yang menusuk tulang. Sedikit heran yang laki-laki itu rasakan namun tidak dia pedulikan.
Di saat laki-laki itu ingin berbuat lebih kepada Lala sebuah tangan yang berkuku panjang menyentuh pundaknya lalu tangan itu mencengkram nya hingga kuku-kuku panjangnya menembus pundak laki-laki itu.
"Arghh, apa ini?!" tanya laki-laki itu lalu berdiri sambil tangan kanannya memegang pundaknya yang terus mengeluarkan darah dan terasa sangat sakit.
"Eghh!" nafas laki-laki itu tercekat karena sebuah tangan yang berkuku panjang dan sangat tajam mencekik lehernya lalu mengangkatnya hingga kaki laki-laki itu tidak menapak lagi di lantai kamar.
Laki-laki itu melototkan matanya terkejut karena tepat di depannya berdiri sosok wanita dengan rambut panjang hingga kaki dan kedua mata hitam pekat sedang menatapnya, sosok itulah yang telah mencekik lehernya.
" Tidak ada yang boleh berniat jahat kepada, Lala jika ada maka seseorang itu akan kehilangan nyawanya! " sosok menyeramkan itu yang tak lain adalah Merre mengeratkan tangannya pada leher laki-laki itu.
Seharian itu Lala dan Lani sibuk mengurusi rumah juga membantu Ibunya menanam sayuran di kebun belakang rumahnya, ya karena insiden tadi pagi Lala tidak naik ke sekolah."Lala tolong ambilkan minum dulu Kakak haus!" Lani menyeka keringat di dahinya."Sip Kak!" Lala memberi hormat yang membuat Lani dam Ibunya cekikikan lucu.Lala tampa basa-basi lagi pergi menuju dapur untuk mengambil air minum, selama seharian itu juga Merre jarang dan hampir tidak selalu ada menemani Lala seperti biasanya Lala juga tidak tahu.Syuuh ....Lala menghirup dalam-dalam angin sepoi-sepoi yang bertiup ketika dia keluar dari dapur, angin itu bercampur bau harum daun pandan yang sangat disukai Lala. Merre muncul di hadapan Lala sambil melayang di atas kepalanya lalu berhenti di sampingnya."Dari mana saja kau, Merre?" Lala mengerutkan keningnya, hidungnya seperti mencium bau darah segar yang tipis dari tubuh Merre. Lala mulai curiga."Apa yang sudah kau lakuk
Huuuuhhh!Api hantu lalu-lalang mengitari para roh yang masih mengacau, Da Leo sibuk sana sini mencoba mengendalikan keadaan sampai kakaknya datang."Tenanglah, reinkarnasi seharusnya berjalan dengan tenang lalu mengapa kalian para roh mengacau? Apa yang kalian coba inginkan?" Da Leo bertanya berkali-kali tapi tidak satupun roh yang peduli padanya, Leo sendiri tidak punya hak untuk menghukum para roh karena dia hanyalah Pangeran.Tling!Tling!Serempak para roh menoleh ke sumber suara dentingan yang sangat keras, hawa tidak mengenakkan tercipta dari pemilik suara dentingan itu. Sosok pembawa lentara dengan lonceng yang berdenting datang mendekat ke arah kursi Raja neraka."Hormatlah kalian para roh! Sambutlah Raja yama," ucapnya setelah tiba di samping kursi Raja neraka.Seketika para roh sujud hormat, sebuah portal muncul tepat di kursi Raja neraka dan wakil hitam putih memandang para roh dengan sorot dingin penuh kemarahan."
"Apa? Tidak bisakah si bodoh itu menyelesaikan hal sepele seperti itu?" Da Miko memincingkan matanya."Pangeran tidak tahu harus berbuat apa Raja Yama, roh-roh itu tidak mau reinkarnasi kalau bukan Anda yang datang." Martin kembali hormat.Mendengar kata Martin, Da Miko malah tersenyum sinis."Tidak mau reinkarnasi? Biarkan saja mereka menunggu seribu tahun lagi!"Wakil hitam putih dan Martin tersentak, lagi-lagi Raja neraka kambuh penyakit malasnya."Pulang, katakan pada si bodoh itu kalau aku akan kembali besok." Da Miko mengibaskan tangannya."Tapi Raja Yama, para roh itu merusak perabotan neraka!""Perabotan?" Da Miko mengangkat alisnya."Ya, Raja Yama."Martin lalu menjentikkan tangannya dan seketika itu muncul sebuah api hijau yang semakin lama semakin membesar dan menampilkan keadaan yang terjadi di neraka saat ini."Bakar saja mereka semua dan tidak perlu reinkarnasi!" Da Miko menatap tajam.T
Lama kelamaan Da Miko merasa kesal juga, apa harus sehuruk itu Lala menangis? Padahal dia tidaklah melihatnya secara jelas."Aku katakan kalau aku akan bertanggung jawab untukmu!""Sialan kau!" Lala mendorong Da Miko dengan keras.Jlep!"Uhuk!" Darah segar keluar dari mulut Da Miko, Lala menjadi panik."Kau... kau kenapa?!""Heh, sepertinya kau masih peduli padaku," ucap Da Miko tersenyum miring.Lala berdiri lantas menatap ke arah Merre yang menancapkan kuku tajamnya ke punggung Da Miko."Merre?" Lala menatap Merre dengan pandangan kecewa.Merre sadar lalu menatap Lala dan kedua kuku tangannya yang menancap di Da Miko, Merre melotot, itu bukanlah perbuatannya!"Yama sendiri yang mendorong dirinya! Nona, itu bukan perbuatanku!"Merre buru-buru menarik kukunya mengakibatkan Da Miko jatuh lemas, wakil hitam dan putih langsung memeriksa keadaannya."Tidak mungkin, kenapa fisik Raja Yama bisa
Kokokan ayam di pagi hari membangunkan Lala dari tidur lelapnya, dia bangun dengan kesadaran lemah menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah."Aaaaaaa!" Lala berteriak, wajah yang dicoret-coret dengan pola menyerupai hantu macan terpampang jelas di kaca kamar mandi.Brak!Lani mendobrak pintu kamar Lala dan masuk dengan panik karena mendengar suara teriakan Adiknya itu, ada apa dengan adiknya itu?"Sialan woi! Siapa yang coret wajah gue?! Sialan, aaaaa!" Pekik Lala lagi, Lani mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan khawatir."Kenapa, La? La, nggak apa-apa 'kan? La?" Lani berteriak.Lala menyahut, "nggak apa-apa Kak, kaget aja tadi."Lani menghela nafas lega, ada-ada saja kelaukan Adiknya itu. Lani keluar dari kamar setelah memastikan kalau Adiknya itu tidak apa-apa.Seperginya Lani, Lala memendam amarnya dan memilih mandi urusan coretan wajah pada wajahnya akan dia selesaikan pada Merre. Ya, itu pasti ulahnya!"Kenaka
"Woi!" Otomatis Da Miko berteriak kaget, Lala menyerangnya tak tanggung-tanggung.Gubrak!Lala menimpa tubuh Miko dan jatuh ke lantai dengan Miko di bawahnya, serangannya tidak mempan pada Raja neraka."Aduh, sakit!" Ringis Lala mengelus wajahnya, tapi anehnya Lala tidak merasakan sakit pada tubuhnya malah rasa empuk menyangga tubuhnya. Belum menyadari kalau posisinya berada di atas Miko, berpelukan!"Bangun!""Bangun apaan?""Beraninya kau! Bangun sekarang, aku bukan kasurmu, oke?""Aaaaa!" Pekik Lala langsung berdiri dan menutup wajahnya karena malu.Da Miko mengelus dadanya yang ditonjok oleh Lala, nasibnya bisa dianggap beruntung karena serangan Lala tidak mempan padanya andaikan itu mempan maka sudah dipastikan dia celaka."Kenapa kau di kamarku? Lewat mana kamu masuk?" Gertak Lala tampa melihat ke arah Miko."Cih, itu bukan urusanmu kalau aku berada di kamarmu! Lagi pula kau adalah bawahank
Lala jatuh tidak jauh dari halaman rumahnya, rasa sakit yang dialami Lala juga dirasakan oleh Merre. Dengan kecepatan kilat Merre datang di samping Lala dan menolongnya dia menggunakan energinya agar Lala tidak merasakan sakit lagi, ditambah energi Lala dan Merre membuatnya pulih tampa luka memar."Kemana saja kau?!" Lala menunjuk Merre dengan kesal."Kamu yang kemana?! Aku udah sampai di halte dan kamunya yang hilang!" Merre tidak mau kalah."Dasar tolol! Kenapa nggak makai ikatan kontrak buat cari gue, hah?!" Lala mengetok kepala Merre, kepalanya langsung berlubang dan belatung berjatuhan lalu kembali pulih seperti semula."Ngak usah make kekerasan juga lah!" Protes Merre dan mendapat ketokan lagi oleh Lala.Perdebatan itu diakhiri dengan datangnya pejalan kaki yang melewati mereka, Lala memilih masuk ke rumahnya yang langsung mendapatkan pertanyaan oleh Ibunya."Kok maruh sampai, La?"Lala membuat alasan yang masuk akal denga
Sementara itu Merre tiba di rumah Lala, setelah mengetuk keras pintu dan meletakkan surat Lala di depan pintu Merre pergi dengan buru-buru, takut ada hal buruk yang menimpa Lala.***Lala mengipas-ngipasi Dadanya yang tiba-tiba terasa panas, kalung Darkmoon terus bersinar rendah dan Lala masih belum menyadarinya.Whusss!"Kok hawa hujannya malah panas sih?" Batin Lala heran.Hujan semakin deras, Lala mulai khawatir jika Kakaknya di rumah tidak melihat isi suratnya juga hari semakin bertambah larut saja.Whusss!Udara kencang mengacaukan arah hujan, Lala menghalau percikan air hujan dengan kedua lengannya agar tak membuat rambut dan wajahnya basah."Sial banget hari ini, ck!" Decak Lala kesal.Angin kencang itu berhenti dan digantikan dengan suara dentingan lonceng dan seorang wanita."Menyambut Nona Lala, silahkan naik ke kereta. Nigla akan mengantar."Lala membuka matanya, di depannya seorang wanita sedang
Kehinangan dan rasa canggung memenuhi aula Raja itu sedangkan Lala risau dengan hari di dunia manusia karena dia akan ke sekolah besok, Da Miko yang mengetahuinya membuat portal untuk Lala."Hari ini moodku bagus jadi, sampai jumpa ditugas berikutnya. Penangkap roh," Miko kembali memasang topengnya.Lala tersenyum senang, dia membungkuk dan berterima kasih. Sebelum dia memasuki portal, Miko menghadang langkahnya dengan kecepatan kilat."Pakai!" Perintah Miko pada Lala.Kalung dengan hiasan bulan sabit serta lotus hitam di tengahnya diserahkan Miko kepada Lala.Lala menggaruk pipinya yang tak gatal, "untukku? Sebagai apa?""Ck, kubilang pakai ya pakai!" Decak Miko, hawanya tidak mengenakkan."Oke, akan kupakai. Sekali lagi terima kasih, Raja neraka!" Lala tampa pikir panjang langsung memakai kalung itu, Miko tersenyum puas.Lala memasuki portal sementra wakil hitam putih hampir dibuat lenyap karena sikap tidak biasa Raja n
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen