Lala ragu untuk membuka pintu WC tapi karena ia sudah sangat tidak tahan di lihat oleh siswa yang lewat karena pakaiannya maka ia pun masuk.
"Kenapa hawanya sangat panas?" tanya Lala pelan.
krieeeee!
Membuka pintu.
Darrrrrrt!Pintu tertutup dengan tiba-tiba.
Pintu WC tertutup keras setelah Lala masuk ke dalamnya dan belum sempat untuk menutupnya tadi, dengan tenang Lala menuju pintu WC untuk membukanya, ia tidak terlalu panik bahkan mungkin tidak panik.
"Merre jangan mempermainkanku!" bentak Lala kesal karena pintu WC sangat susah untuk terbuka.
Sriuuuttttt!
Suara air yang mengalir, tumpah.
Keran air menyala sendiri, Lala yang tadi sibuk membuka pintu WC yang tertutup berbalik ke belakang dengan perasaan campur aduk dan juga merasa was-was.
"Gerhghhh!"
suara geraman dari belakang Lala menambah kekalutan pada Lala, dari suara geraman itu Lala tahu bahwa itu bukanlah kebiasaan Merre melainkan sosok lain yang bersifat jahat dan Lala tahu bahwa Merre dalam masalah besar sekarang, mungkin.
Lala tiba-tiba ingin melihat ke tempat untuk membuang kotoran dan keinginan itu sangat besar. Lala akhirnya melihat ke arah itu dan bersamaan pula air di dalam lubang closed perlahan berubah warna yang tadinya putih menjadi merah darah, Lala memperhatikannya secara saksama.
Deg!
Kaget sejenak.
Jantung Lala terasa berhenti berdetak dan tubuhnya lemas hingga ia jatuh terduduk di lantai WC. Ya, dari dalam WC itu muncul satu tangan hitam dan kuku hitam yang sangat panjang serta penuh darah.
"Tidak! Aku tidak penakut!"
Lala bangkit dari jatuh terduduknya meski lututnya masih lemas untuk berdiri.
Gluuuduukk!
Suara khas benda bulat.
Suatu benda menggelinding mengenai kaki belakang Lala dan benda itu terasa berambut.
"Apa lagi ini?!" tanya Lala sedikit kesal, namun ia sedikit menunduk untuk mengapai benda di belakang kakinya tampa menoleh.
"Sialan! Kepala!" umpat Lala dan membanting benda di tangannya itu ke lantai dengan keras.
Itu adalah kepala manusia yang melotot dengan satu bola mata copot hingga menggantung ke pipi busuk kepala itu, itulah sebabnya Lala membantingnya.
"Berhenti menggangguku! mahluk sialan!" Lala berteriak keras.
Bersamaan dengan berhentinya teriakan Lala air keran mati sendiri dan tangan di dalam lubang closed menghilang bersama kepala yang dibanting Lala tadi.
Lala sedikit lega karena semua hal yang membuatnya takut sudah menghilang, ia cepat-cepat buang air kecil serta menukar bajunya dengan seragam sekolah lalu menuju pintu WC.
Untuk yang kedua kalinya Lala bernafas lega karena pintu WC sudah bisa untuk dibuka.
"Mau kemana kau, Lala?"
Lala menghentikan langkah keduanya untuk keluar dari dalam WC dan langsung berbalik ke belakang.
Tepat di hadapannya sekarang sosok gadis yang sangat cantik dan bertubuh tinggi lebih tinggi dari Lala.
"Siapa kau?" tanya Lala sambil menatap tajam gadis cantik di hadapanya itu.
"Aku? Itu tidak penting. Yang pasti aku adalah pencabut nyawamu!" gadis itu tersenyum sinis .
Lala terkejut seketika mendengar perkataan gadis di hadapanya itu. Memangnya dia siapa? Seenaknya ingin mencabut nyawaku.
"Teman hantu cerminmu itu tidak akan datang kemari. Gadis kecil yang lemah, haha!"
Untuk yang kedua kalinya Lala terkejut karena gadis cantik itu tahu bahwa ia memiliki hantu cermin yaitu Merre yang selalu membantunya ketika dalam keadaan tidak biasa.
"Bagaimana bisa?!" batin Lala.
Lagi-lagi gadis cantik itu tertawa keras hingga suaranya sedikit menggema di sekitar WC.
"Meladenimu membuang waktuku saja, Lala lebih baik aku langsung mencabut nyawamu!" teriak gadis itu dan seketika wajahnya berubah menyeramkan.
Wajah yang semula cantik menjadi pucat seperti mayat dengan urat-urat halus menjadi penghiasnya, mata yang berwarna merah seperti darah, giginya menjadi runcing semua, rambut hitam panjangnya berkibar-kibar, suara cekikikannya mendominasi.
Lala menenangkan hatinya dan kemudian menutup mata serta bibirnya bergerak-gerak membaca sebuah kalimat yang diajarkan oleh Neneknya.
Whusssss!
Hembusan angin.
Angin yang teramat dingin mengenai tubuh Lala dan ikut menerbangkan rambutnya hingga menutup sebagian dari wajahnya.
"Ternyata kau punya banyak bantuan dan ajaran dari Nenek jelek itu. Ya, meski begitu kau tetap tidak bisa mengalahkanku, Lala!" bentak sosok gadis itu.
Lala masih menutup mata dan mulutnya masih bergerak-gerak. Angin semakin menghembus, udara dingin, keadaan mengcekam. Sosok itu sesikit tertegun namun dengan cepat expresinya semakin menyeramkan.
"Kita mungkin akan bertarung. Hmm, bagaimana jika kita bertarung di dunia setan?" tanya sosok di hadapan Lala.Lala tidak menjawab, ia masih terus merapal mantra hingga wajahnya semakin pucat dan bertambah menyeramkan."Oh, baiklah aku tidak menunggu jawabanmu!"Sesuatu hitam pekat menyelimuti mereka berdua, semakin pekat hingga menghilang tampa meninggalkan jejak. Sosok itulah yang melakukannya, ia ingin bertarung dengan Lala di dunia setan.Dunia setan sendiri merupakan tempat para mahluk berwajah seram tinggal, sedikit sepi namun menyeramkan. Biasa digunakan oleh para mampuni (berilmu ghaib) untuk bertarung di sana."Aku terlambat!" umpatnya.Merre baru tiba di tempat menghilangnya Lala dan sosok itu setelah beberapa saat. Keadaan Merre sedikit kacau karena dia juga terlibat pertarungan oleh Sosok jahat lain sebelumnya, itulah alasan mengapa ia tidak datang ketika Lala memanggilnya."Aku harus menyusul Lala! Aku... tidak boleh memb
Melihat keadaan Lala, Grabielle tertawa sinis dia merasa sedikit puas walau keadaan dirinya hampir sama dengan Lala. Tawanya membuat Merre geram."Ahaha! Dasar manusia lemah! Kau pikir aku mudah kau kalahkan? Jika demikian kau akan kecewa! Aku adalah mahluk terkuat setelah Kanjura, ha ha ha!"Grabiella tertawa keras menciptakan gemuruh yang saling bersahut-sahutan di Dunia Setan. Petir saling bersambaran, Merre tambah geram namun dia tidak bisa meninggalkan Lala begitu saja, sebenarnya Merre bisa saja keluar dari dunia setan namun berbeda halnya dengan Lala yang tidak bisa keluar sebelum Grabielle dihancurkan, tetapi masalahnya sekarang Merre mengalami luka bekas pertarungannya dengan anak buah Grabielle sebelumnya. Biarpun Merre sedang dalam keadaan optimal dia tetap tak bisa mengalahkan Grabielle hanya bisa menahannya beberapa jam saja, kepala Merre amat pusing sekarang, antara meninggalkan Lala sendiri dan pergi meminta bantuan pada Masternya (Nenek Lala sendiri) at
Perhatian sosok gadis imut itu teralihkan kepada Grabielle, wajah imutnya mengalami perubahan derastis yang tadinya manis juga imut kini wajah tampa bola mata, bibir robek hingga telingannya juga ada sepasang tanduk di kepalanya seperti iblis, tatapannya haus darah penuh dendam."Mahluk hina! Kau kira hanya dirimu saja 'kah yang berkuasa? Dasar naif!" Suaranya menggema menggetarkan tanah, Grabielle sampai menutup kedua telingannya, dia muntah darah.(Tanda petik satu menandakan kalau dia berbicara di dalam pikirannya).'Gawat! Aku bukanlah lawannya! Aku harus memikirkan cara agar bisa kabur.'"Siapa sebenarnya kau?" tanya Grabielle menyimpitkan mata."Baik, karena kau sudah ingin mati jadi aku akan memberitahumu, jadi... jangan jadi hantu penasaran untuk kedua kalinya, hihihi."Dia melambung tinggi sebelum memuncukan sebuah kelopak mawar hitam lalu menjadikannya tempat duduknya."Namaku Gui Yin atau lebih tepatnya hantu pemurni, beras
Karena insiden itu, Lala mendapat panggilan dari Neneknya di kampung dan dia harus terpaksa meminta izin untuk tidak bersekolah dalam beberapa hari. Gui Yin sendiri lenyap setelah mengantar Lala dan hantunya pergi dari dunia setan."Pemandangan di sini masih asri, hmm." Lala menghirup banyak udara segar sembari tersenyum manis."Dasar Lala!" Merre muncul tiba-tiba mengagetkan Lala, buyar sudah momen Lala.Lala menatap Merre dengan malas yang dibalas dengan seringaian darinya, Lala sedikit bingung kenapa tiba-tiba dia dipanggil oleh Neneknya dan Neneknya sendiri tidak memberi tahunya pasal itu. Neneknya hanya akan mengatakannya bila malam jum'at keramat sudah tiba jadi tiga hari lagi hari itu tiba."La, mau tidak ikut Nenek ke sawah?"Lala menoleh melihat Neneknya muncul dari dalam rumah lengkap dengan pakaian lusuh yang sebagaimana dipakai bila ingin ke sawah."Mau! Bentar Lala ngambil topi dulu," ucap Lala lalu pergi ke gudang mengamb
Tibanya mereka di sawah, pemandangan pesawahan dengan padi yang sudah menguning menambah kesan baik bagi Lala."Eh, ada Neng Lala ternyata." Salah seorang yang ada di sana menyapa Lala."Iya, baru kemarin datang Bu," ucap Lala tersenyum."Kalau ada waktu luang bolehlah mampir main ke rumah sekalian kenalan sama keponakan biar nambah akrab, siapa tahu nanti bisa jadi keluarga ya 'kan?" Ibu itu terkikik pelan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Lala.Lala bergidik, "belum ada niatan soal itu Bu, Lala mau fokus sekolah dulu.""Ya, sudah kalau gitu tunangan saja dulu," celutuknya."Cucuku ndak boleh ditentukan pasangannya sama kamu!" Ketus Nenek lanjut berjalan dengan muka masam.Lala menyusul berasama Merre, Neneknya memang akan merasa marah jika soal pernikahan. Katanya hanya dia yang boleh menentukannya dan katanya Lala hanya boleh menikah bila usianya mencapai 25 tahun.Tiba sudah Lala dan Neneknya di sawah miliknya, Lala d
Tidak terasa kini sudah akan malam jum'at, Lala kini terlihat menyapu halaman rumah Neneknya dengan Merre tentunya. Sedari tadi perasaan Lala tidak tenang seolah sebuah masalah akan segera terjadi dia juga tidak tenang soal keadaan Neneknya yang pergi ke pasar membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menyegel garis keturunannya."Merre."Merre menengok ke arah Lala, "apa?""Hantu ganas itu bersama dengan Nenek 'kan?" Lala menanyai Merre setelah dia jongkok di depan tumpukan daun yang sudah dia sapu."Gui Yin? Mana ku tahu." Jawab Merre singkat, dia mulai bergidik ngeri mengingat keganasan Gui Yin waktu itu."Oh, bakar gih!" Lala menunjuk tumpukan daun dan menyuruh Merre untuk membakarnya menggunakan energi api."Cih!" Decih Merre.Tampa Lala dan Merre ketahui kalau sedari tadi mereka diperhatikan oleh sepasang mata sayu di balik rimbunnya tanaman pohon di halaman rumah Neneknya."Keturunan istimewa, yaa? Menarik." Pemili
"Selamat datang, Puan!"Raja neraka mengacuhkannya, dia melayang mendekati tempat Lala berendam lalu menundukkan wajahnya di belakang kepala Lala dan terlihat seperti menghirup bau harum tubuh Lala."Bau yang harum namun sayang harus menjadi pengumpul roh, ck!"Lala tidak mendengar apapun, mati rasa di tubuhnya membuatnya tidak bisa merasakan apapun seakan itu bukanlah tubuh miliknya."Puan, tolong!" Nenek Lala bersuara.Raja neraka tersenyum, dia lalu mengangkat tangannya tepat di atas kepala Lala. Tidak lama sesuatu cahaya kecil muncul di sana menciptakan sebuah simbol rumit sebelum bunyi seperti retakan tulang menandakan kalau garis keturunan Lala tersegel."Aih, sebenarnya aku akan menunggu beberapa tahun untuk melihat apakah dia layak menjadi pengumpul roh namun itu sepertinya tidak bisa.""Puan...," nenek Lala mengangkat pandangannya melihat punggung Raja neraka."Itu bisa saja, asal kau mau menukar jiwamu itu sebagai pen
Setelah hari pensegelan selesai, Lala beserta hantu penjaganya kembali ke kota karena waktu tenggang izinnya dari sekolah sudah habis di dalam perjalanan Lala seringkali merasa diikuti. Merre seringkali memutar-mutari tubuh Lala yang tidak seperti biasanya, Lala pun merasa bingung namun ketika melewati suatu terdapat di desa itu dalam melihat para roh seakan tunduk pada dirinya dan sebagian lirik benci padanya.'Kakak, Aku menyukaimu! Tolong bawa aku bersamamu.'Lala tersentak kaget dan buyar dari lamunannya, suara yang mendayu-dayu di telinganya membuatnya seperti terhipnotis.'Kakak bawa aku bersamamu!'Suara gadis yang mendayu-dayu itu terus mengisi telinga Lala, suasana seakan sunyi di dalam mobil bahkan suara angin yang ditabrak oleh laju mobil tidak terdengar sama sekali oleh Lala, tatapan Lala tak berkedip seakan sudah terhipnotis."Lala, sadar woi!"Lala tidak merespon, Merre dibuat geram oleh roh jahat yang mengacaukan pikiran Lala.
Seharian itu Lala dan Lani sibuk mengurusi rumah juga membantu Ibunya menanam sayuran di kebun belakang rumahnya, ya karena insiden tadi pagi Lala tidak naik ke sekolah."Lala tolong ambilkan minum dulu Kakak haus!" Lani menyeka keringat di dahinya."Sip Kak!" Lala memberi hormat yang membuat Lani dam Ibunya cekikikan lucu.Lala tampa basa-basi lagi pergi menuju dapur untuk mengambil air minum, selama seharian itu juga Merre jarang dan hampir tidak selalu ada menemani Lala seperti biasanya Lala juga tidak tahu.Syuuh ....Lala menghirup dalam-dalam angin sepoi-sepoi yang bertiup ketika dia keluar dari dapur, angin itu bercampur bau harum daun pandan yang sangat disukai Lala. Merre muncul di hadapan Lala sambil melayang di atas kepalanya lalu berhenti di sampingnya."Dari mana saja kau, Merre?" Lala mengerutkan keningnya, hidungnya seperti mencium bau darah segar yang tipis dari tubuh Merre. Lala mulai curiga."Apa yang sudah kau lakuk
Huuuuhhh!Api hantu lalu-lalang mengitari para roh yang masih mengacau, Da Leo sibuk sana sini mencoba mengendalikan keadaan sampai kakaknya datang."Tenanglah, reinkarnasi seharusnya berjalan dengan tenang lalu mengapa kalian para roh mengacau? Apa yang kalian coba inginkan?" Da Leo bertanya berkali-kali tapi tidak satupun roh yang peduli padanya, Leo sendiri tidak punya hak untuk menghukum para roh karena dia hanyalah Pangeran.Tling!Tling!Serempak para roh menoleh ke sumber suara dentingan yang sangat keras, hawa tidak mengenakkan tercipta dari pemilik suara dentingan itu. Sosok pembawa lentara dengan lonceng yang berdenting datang mendekat ke arah kursi Raja neraka."Hormatlah kalian para roh! Sambutlah Raja yama," ucapnya setelah tiba di samping kursi Raja neraka.Seketika para roh sujud hormat, sebuah portal muncul tepat di kursi Raja neraka dan wakil hitam putih memandang para roh dengan sorot dingin penuh kemarahan."
"Apa? Tidak bisakah si bodoh itu menyelesaikan hal sepele seperti itu?" Da Miko memincingkan matanya."Pangeran tidak tahu harus berbuat apa Raja Yama, roh-roh itu tidak mau reinkarnasi kalau bukan Anda yang datang." Martin kembali hormat.Mendengar kata Martin, Da Miko malah tersenyum sinis."Tidak mau reinkarnasi? Biarkan saja mereka menunggu seribu tahun lagi!"Wakil hitam putih dan Martin tersentak, lagi-lagi Raja neraka kambuh penyakit malasnya."Pulang, katakan pada si bodoh itu kalau aku akan kembali besok." Da Miko mengibaskan tangannya."Tapi Raja Yama, para roh itu merusak perabotan neraka!""Perabotan?" Da Miko mengangkat alisnya."Ya, Raja Yama."Martin lalu menjentikkan tangannya dan seketika itu muncul sebuah api hijau yang semakin lama semakin membesar dan menampilkan keadaan yang terjadi di neraka saat ini."Bakar saja mereka semua dan tidak perlu reinkarnasi!" Da Miko menatap tajam.T
Lama kelamaan Da Miko merasa kesal juga, apa harus sehuruk itu Lala menangis? Padahal dia tidaklah melihatnya secara jelas."Aku katakan kalau aku akan bertanggung jawab untukmu!""Sialan kau!" Lala mendorong Da Miko dengan keras.Jlep!"Uhuk!" Darah segar keluar dari mulut Da Miko, Lala menjadi panik."Kau... kau kenapa?!""Heh, sepertinya kau masih peduli padaku," ucap Da Miko tersenyum miring.Lala berdiri lantas menatap ke arah Merre yang menancapkan kuku tajamnya ke punggung Da Miko."Merre?" Lala menatap Merre dengan pandangan kecewa.Merre sadar lalu menatap Lala dan kedua kuku tangannya yang menancap di Da Miko, Merre melotot, itu bukanlah perbuatannya!"Yama sendiri yang mendorong dirinya! Nona, itu bukan perbuatanku!"Merre buru-buru menarik kukunya mengakibatkan Da Miko jatuh lemas, wakil hitam dan putih langsung memeriksa keadaannya."Tidak mungkin, kenapa fisik Raja Yama bisa
Kokokan ayam di pagi hari membangunkan Lala dari tidur lelapnya, dia bangun dengan kesadaran lemah menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah."Aaaaaaa!" Lala berteriak, wajah yang dicoret-coret dengan pola menyerupai hantu macan terpampang jelas di kaca kamar mandi.Brak!Lani mendobrak pintu kamar Lala dan masuk dengan panik karena mendengar suara teriakan Adiknya itu, ada apa dengan adiknya itu?"Sialan woi! Siapa yang coret wajah gue?! Sialan, aaaaa!" Pekik Lala lagi, Lani mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan khawatir."Kenapa, La? La, nggak apa-apa 'kan? La?" Lani berteriak.Lala menyahut, "nggak apa-apa Kak, kaget aja tadi."Lani menghela nafas lega, ada-ada saja kelaukan Adiknya itu. Lani keluar dari kamar setelah memastikan kalau Adiknya itu tidak apa-apa.Seperginya Lani, Lala memendam amarnya dan memilih mandi urusan coretan wajah pada wajahnya akan dia selesaikan pada Merre. Ya, itu pasti ulahnya!"Kenaka
"Woi!" Otomatis Da Miko berteriak kaget, Lala menyerangnya tak tanggung-tanggung.Gubrak!Lala menimpa tubuh Miko dan jatuh ke lantai dengan Miko di bawahnya, serangannya tidak mempan pada Raja neraka."Aduh, sakit!" Ringis Lala mengelus wajahnya, tapi anehnya Lala tidak merasakan sakit pada tubuhnya malah rasa empuk menyangga tubuhnya. Belum menyadari kalau posisinya berada di atas Miko, berpelukan!"Bangun!""Bangun apaan?""Beraninya kau! Bangun sekarang, aku bukan kasurmu, oke?""Aaaaa!" Pekik Lala langsung berdiri dan menutup wajahnya karena malu.Da Miko mengelus dadanya yang ditonjok oleh Lala, nasibnya bisa dianggap beruntung karena serangan Lala tidak mempan padanya andaikan itu mempan maka sudah dipastikan dia celaka."Kenapa kau di kamarku? Lewat mana kamu masuk?" Gertak Lala tampa melihat ke arah Miko."Cih, itu bukan urusanmu kalau aku berada di kamarmu! Lagi pula kau adalah bawahank
Lala jatuh tidak jauh dari halaman rumahnya, rasa sakit yang dialami Lala juga dirasakan oleh Merre. Dengan kecepatan kilat Merre datang di samping Lala dan menolongnya dia menggunakan energinya agar Lala tidak merasakan sakit lagi, ditambah energi Lala dan Merre membuatnya pulih tampa luka memar."Kemana saja kau?!" Lala menunjuk Merre dengan kesal."Kamu yang kemana?! Aku udah sampai di halte dan kamunya yang hilang!" Merre tidak mau kalah."Dasar tolol! Kenapa nggak makai ikatan kontrak buat cari gue, hah?!" Lala mengetok kepala Merre, kepalanya langsung berlubang dan belatung berjatuhan lalu kembali pulih seperti semula."Ngak usah make kekerasan juga lah!" Protes Merre dan mendapat ketokan lagi oleh Lala.Perdebatan itu diakhiri dengan datangnya pejalan kaki yang melewati mereka, Lala memilih masuk ke rumahnya yang langsung mendapatkan pertanyaan oleh Ibunya."Kok maruh sampai, La?"Lala membuat alasan yang masuk akal denga
Sementara itu Merre tiba di rumah Lala, setelah mengetuk keras pintu dan meletakkan surat Lala di depan pintu Merre pergi dengan buru-buru, takut ada hal buruk yang menimpa Lala.***Lala mengipas-ngipasi Dadanya yang tiba-tiba terasa panas, kalung Darkmoon terus bersinar rendah dan Lala masih belum menyadarinya.Whusss!"Kok hawa hujannya malah panas sih?" Batin Lala heran.Hujan semakin deras, Lala mulai khawatir jika Kakaknya di rumah tidak melihat isi suratnya juga hari semakin bertambah larut saja.Whusss!Udara kencang mengacaukan arah hujan, Lala menghalau percikan air hujan dengan kedua lengannya agar tak membuat rambut dan wajahnya basah."Sial banget hari ini, ck!" Decak Lala kesal.Angin kencang itu berhenti dan digantikan dengan suara dentingan lonceng dan seorang wanita."Menyambut Nona Lala, silahkan naik ke kereta. Nigla akan mengantar."Lala membuka matanya, di depannya seorang wanita sedang
Kehinangan dan rasa canggung memenuhi aula Raja itu sedangkan Lala risau dengan hari di dunia manusia karena dia akan ke sekolah besok, Da Miko yang mengetahuinya membuat portal untuk Lala."Hari ini moodku bagus jadi, sampai jumpa ditugas berikutnya. Penangkap roh," Miko kembali memasang topengnya.Lala tersenyum senang, dia membungkuk dan berterima kasih. Sebelum dia memasuki portal, Miko menghadang langkahnya dengan kecepatan kilat."Pakai!" Perintah Miko pada Lala.Kalung dengan hiasan bulan sabit serta lotus hitam di tengahnya diserahkan Miko kepada Lala.Lala menggaruk pipinya yang tak gatal, "untukku? Sebagai apa?""Ck, kubilang pakai ya pakai!" Decak Miko, hawanya tidak mengenakkan."Oke, akan kupakai. Sekali lagi terima kasih, Raja neraka!" Lala tampa pikir panjang langsung memakai kalung itu, Miko tersenyum puas.Lala memasuki portal sementra wakil hitam putih hampir dibuat lenyap karena sikap tidak biasa Raja n