Karena insiden itu, Lala mendapat panggilan dari Neneknya di kampung dan dia harus terpaksa meminta izin untuk tidak bersekolah dalam beberapa hari. Gui Yin sendiri lenyap setelah mengantar Lala dan hantunya pergi dari dunia setan.
"Pemandangan di sini masih asri, hmm." Lala menghirup banyak udara segar sembari tersenyum manis.
"Dasar Lala!" Merre muncul tiba-tiba mengagetkan Lala, buyar sudah momen Lala.
Lala menatap Merre dengan malas yang dibalas dengan seringaian darinya, Lala sedikit bingung kenapa tiba-tiba dia dipanggil oleh Neneknya dan Neneknya sendiri tidak memberi tahunya pasal itu. Neneknya hanya akan mengatakannya bila malam jum'at keramat sudah tiba jadi tiga hari lagi hari itu tiba.
"La, mau tidak ikut Nenek ke sawah?"
Lala menoleh melihat Neneknya muncul dari dalam rumah lengkap dengan pakaian lusuh yang sebagaimana dipakai bila ingin ke sawah.
"Mau! Bentar Lala ngambil topi dulu," ucap Lala lalu pergi ke gudang mengamb
Tibanya mereka di sawah, pemandangan pesawahan dengan padi yang sudah menguning menambah kesan baik bagi Lala."Eh, ada Neng Lala ternyata." Salah seorang yang ada di sana menyapa Lala."Iya, baru kemarin datang Bu," ucap Lala tersenyum."Kalau ada waktu luang bolehlah mampir main ke rumah sekalian kenalan sama keponakan biar nambah akrab, siapa tahu nanti bisa jadi keluarga ya 'kan?" Ibu itu terkikik pelan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Lala.Lala bergidik, "belum ada niatan soal itu Bu, Lala mau fokus sekolah dulu.""Ya, sudah kalau gitu tunangan saja dulu," celutuknya."Cucuku ndak boleh ditentukan pasangannya sama kamu!" Ketus Nenek lanjut berjalan dengan muka masam.Lala menyusul berasama Merre, Neneknya memang akan merasa marah jika soal pernikahan. Katanya hanya dia yang boleh menentukannya dan katanya Lala hanya boleh menikah bila usianya mencapai 25 tahun.Tiba sudah Lala dan Neneknya di sawah miliknya, Lala d
Tidak terasa kini sudah akan malam jum'at, Lala kini terlihat menyapu halaman rumah Neneknya dengan Merre tentunya. Sedari tadi perasaan Lala tidak tenang seolah sebuah masalah akan segera terjadi dia juga tidak tenang soal keadaan Neneknya yang pergi ke pasar membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menyegel garis keturunannya."Merre."Merre menengok ke arah Lala, "apa?""Hantu ganas itu bersama dengan Nenek 'kan?" Lala menanyai Merre setelah dia jongkok di depan tumpukan daun yang sudah dia sapu."Gui Yin? Mana ku tahu." Jawab Merre singkat, dia mulai bergidik ngeri mengingat keganasan Gui Yin waktu itu."Oh, bakar gih!" Lala menunjuk tumpukan daun dan menyuruh Merre untuk membakarnya menggunakan energi api."Cih!" Decih Merre.Tampa Lala dan Merre ketahui kalau sedari tadi mereka diperhatikan oleh sepasang mata sayu di balik rimbunnya tanaman pohon di halaman rumah Neneknya."Keturunan istimewa, yaa? Menarik." Pemili
"Selamat datang, Puan!"Raja neraka mengacuhkannya, dia melayang mendekati tempat Lala berendam lalu menundukkan wajahnya di belakang kepala Lala dan terlihat seperti menghirup bau harum tubuh Lala."Bau yang harum namun sayang harus menjadi pengumpul roh, ck!"Lala tidak mendengar apapun, mati rasa di tubuhnya membuatnya tidak bisa merasakan apapun seakan itu bukanlah tubuh miliknya."Puan, tolong!" Nenek Lala bersuara.Raja neraka tersenyum, dia lalu mengangkat tangannya tepat di atas kepala Lala. Tidak lama sesuatu cahaya kecil muncul di sana menciptakan sebuah simbol rumit sebelum bunyi seperti retakan tulang menandakan kalau garis keturunan Lala tersegel."Aih, sebenarnya aku akan menunggu beberapa tahun untuk melihat apakah dia layak menjadi pengumpul roh namun itu sepertinya tidak bisa.""Puan...," nenek Lala mengangkat pandangannya melihat punggung Raja neraka."Itu bisa saja, asal kau mau menukar jiwamu itu sebagai pen
Setelah hari pensegelan selesai, Lala beserta hantu penjaganya kembali ke kota karena waktu tenggang izinnya dari sekolah sudah habis di dalam perjalanan Lala seringkali merasa diikuti. Merre seringkali memutar-mutari tubuh Lala yang tidak seperti biasanya, Lala pun merasa bingung namun ketika melewati suatu terdapat di desa itu dalam melihat para roh seakan tunduk pada dirinya dan sebagian lirik benci padanya.'Kakak, Aku menyukaimu! Tolong bawa aku bersamamu.'Lala tersentak kaget dan buyar dari lamunannya, suara yang mendayu-dayu di telinganya membuatnya seperti terhipnotis.'Kakak bawa aku bersamamu!'Suara gadis yang mendayu-dayu itu terus mengisi telinga Lala, suasana seakan sunyi di dalam mobil bahkan suara angin yang ditabrak oleh laju mobil tidak terdengar sama sekali oleh Lala, tatapan Lala tak berkedip seakan sudah terhipnotis."Lala, sadar woi!"Lala tidak merespon, Merre dibuat geram oleh roh jahat yang mengacaukan pikiran Lala.
Lala terus mengutuk Raja neraka sepanjang jalan yang dilaluinya, disepanjang jalan juga itu Merre tidak menurunkan kewaspadaannya pada sekitar macam-macam rupa roh mereka lalui."Dimana lokasi roh pengacau itu sih? Ngasih tugas nggak lengkap, nggak ikhlas banget, cih!" omrel Lala."Kurasa ini adalah ujian deh Lala, sebab Yama itu belum melihat kelayakanmu," kata Merre."Layak apanya? Kapan gue bilang setuju buat jadi penangkap roh? Kagak kali!""Lo udah nerima tokennya yang tandanya lo setuju, Lalaku," ucap Merre memutar bola mata hitam pekatnya."Kamu diam!" ketus Lala."Okee," jawab Merre dengan malas.Ditengah perdebatan mereka, suasana yang tadinya ribut dengan kicauan burung dan bunyi jangkrik menjadi sunyi seketika. Lala menghentikan langkah kakinya dan Merre mengeluarkan kuku-kuku panjangnya sambil mengawasi sekitar.'Hi hi hi hi hi!'"Sialan!" maki Lala.'Hahaha, hi hi hi hi!' tawa cekikikan menggema memec
Roh cilik yang tadinya menukar pikiran Lala dengan pikirannya keluar dari tubuh Lala dan melayang lima meter dari tempat Lala berada."Dasar roh jahat! Berani-beraninya kamu membuat Lala menderita! Akan ku lenyapkan kau!" teriak Merre mengeram, wujud aslinya diperlihatkan. Kuku panjang yang nenghitam, kedua tangan hitam panjang, dan wajah pucat penuh retakan kecil.Merre menatap hantu cilik itu tajam, energi hitam pekat serta angin yang sangat dingin timbul di sekitar sosok Merre.'Aku hanya menukar pikirannya sebentar! Apa salahnya?'"Salahmu? kau... membuatnya kesakitan!" bentak Merre lalu melesat menyerang hantu cilik.'Kalian sama saja!'Hantu cilik balas menyerang, keduanya terlibat pertarungan dan Merre terlihat berimbang namun sekejab dia terlempar mundur dengan bekas tiga bekas tusukan kecil di bahunya yang hampir mengenai lehernya.'Aku tidak mau melukaimu tapi kamu sendiri yang memintanya,' ucap hantu cilik dengan seri
Lala menggaruk kepalanya yang tak gatal setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Risa kalau dirinya sudah lupa di mana rumahnya dulu berada dan dia hanyalah ingat nama Abangnya yaitu Rian. Agak sulit mencari seseorang yang hanya bermodalkan namanya saja karena yang punya nama belum tentu cuma satu orang. "Sudah berapa lama sih kamu mati?"Lala berbisik pelan berusaha mengecilkan suaranya agak tidak terdengar oleh orang-orang di halte bus. "Aku tidak tahu pasti sudah berapa lama aku mati!" Risa menundukkan kepalanya. Lala menghela nafas dengan gusar lantas berjalan memasuki bus yang sudah datang, Lala lalu menatap Merre dengan bibir menggerutu. "Heh, ada apa?" Merre balas menatap. 'Kau bantu aku menemukan informasi mengenai orang yang bernama Rian itu,' ucap Lala dalam batinnya yang mendapat anggukan dari Merre. Risa terlihat kegirangan, wajahnya yang tadinya seram berubah menjadi gadis cilik yang sangat imut yang sukses membuat mood La
Da Leo memberikan senyum manis kepada Lala dan menjelaskan kalau dia bisa membantu Lala untuk menemukan Abang Risa, Lala meresponnya dengan semangat dan dengan bantuan dari Da Leo ucapan perpisahan Risa untuk Abangnya terselesaikan kini hanya perlu mengantar Risa ke alam bawah."Aku akan ikut denganmu," kata Da Leo melirik Lala."Tidak butuh kau mengantarku!""Apa ini sikapmu setelah dibantu olehku? Cih, betapa tidak sopan!" Da Leo melipat kedua tangannya ke depan dada."Oke, oke! Kau ikut saja semaumu," ucap Lala memutar bola matanya malas, malas mengobrol dengan cowok dan itu menjadi alasan mengapa Lala jomlo selama 18 tahun ini.Sebelum mereka menuju alam bawah, Lala mengeluarkan cermin tempat Merre bersemayam lalu mengetuk-ngetuknya. Angin sepoi-sepoi yang dingin berhembus membuat rambut panjang Lala sedikit berantakan, Da Leo menatapnya dengan tatapan terpesona.Setelah angin dingin itu hilang Merre muncul di samping Lala, Da Leo
Seharian itu Lala dan Lani sibuk mengurusi rumah juga membantu Ibunya menanam sayuran di kebun belakang rumahnya, ya karena insiden tadi pagi Lala tidak naik ke sekolah."Lala tolong ambilkan minum dulu Kakak haus!" Lani menyeka keringat di dahinya."Sip Kak!" Lala memberi hormat yang membuat Lani dam Ibunya cekikikan lucu.Lala tampa basa-basi lagi pergi menuju dapur untuk mengambil air minum, selama seharian itu juga Merre jarang dan hampir tidak selalu ada menemani Lala seperti biasanya Lala juga tidak tahu.Syuuh ....Lala menghirup dalam-dalam angin sepoi-sepoi yang bertiup ketika dia keluar dari dapur, angin itu bercampur bau harum daun pandan yang sangat disukai Lala. Merre muncul di hadapan Lala sambil melayang di atas kepalanya lalu berhenti di sampingnya."Dari mana saja kau, Merre?" Lala mengerutkan keningnya, hidungnya seperti mencium bau darah segar yang tipis dari tubuh Merre. Lala mulai curiga."Apa yang sudah kau lakuk
Huuuuhhh!Api hantu lalu-lalang mengitari para roh yang masih mengacau, Da Leo sibuk sana sini mencoba mengendalikan keadaan sampai kakaknya datang."Tenanglah, reinkarnasi seharusnya berjalan dengan tenang lalu mengapa kalian para roh mengacau? Apa yang kalian coba inginkan?" Da Leo bertanya berkali-kali tapi tidak satupun roh yang peduli padanya, Leo sendiri tidak punya hak untuk menghukum para roh karena dia hanyalah Pangeran.Tling!Tling!Serempak para roh menoleh ke sumber suara dentingan yang sangat keras, hawa tidak mengenakkan tercipta dari pemilik suara dentingan itu. Sosok pembawa lentara dengan lonceng yang berdenting datang mendekat ke arah kursi Raja neraka."Hormatlah kalian para roh! Sambutlah Raja yama," ucapnya setelah tiba di samping kursi Raja neraka.Seketika para roh sujud hormat, sebuah portal muncul tepat di kursi Raja neraka dan wakil hitam putih memandang para roh dengan sorot dingin penuh kemarahan."
"Apa? Tidak bisakah si bodoh itu menyelesaikan hal sepele seperti itu?" Da Miko memincingkan matanya."Pangeran tidak tahu harus berbuat apa Raja Yama, roh-roh itu tidak mau reinkarnasi kalau bukan Anda yang datang." Martin kembali hormat.Mendengar kata Martin, Da Miko malah tersenyum sinis."Tidak mau reinkarnasi? Biarkan saja mereka menunggu seribu tahun lagi!"Wakil hitam putih dan Martin tersentak, lagi-lagi Raja neraka kambuh penyakit malasnya."Pulang, katakan pada si bodoh itu kalau aku akan kembali besok." Da Miko mengibaskan tangannya."Tapi Raja Yama, para roh itu merusak perabotan neraka!""Perabotan?" Da Miko mengangkat alisnya."Ya, Raja Yama."Martin lalu menjentikkan tangannya dan seketika itu muncul sebuah api hijau yang semakin lama semakin membesar dan menampilkan keadaan yang terjadi di neraka saat ini."Bakar saja mereka semua dan tidak perlu reinkarnasi!" Da Miko menatap tajam.T
Lama kelamaan Da Miko merasa kesal juga, apa harus sehuruk itu Lala menangis? Padahal dia tidaklah melihatnya secara jelas."Aku katakan kalau aku akan bertanggung jawab untukmu!""Sialan kau!" Lala mendorong Da Miko dengan keras.Jlep!"Uhuk!" Darah segar keluar dari mulut Da Miko, Lala menjadi panik."Kau... kau kenapa?!""Heh, sepertinya kau masih peduli padaku," ucap Da Miko tersenyum miring.Lala berdiri lantas menatap ke arah Merre yang menancapkan kuku tajamnya ke punggung Da Miko."Merre?" Lala menatap Merre dengan pandangan kecewa.Merre sadar lalu menatap Lala dan kedua kuku tangannya yang menancap di Da Miko, Merre melotot, itu bukanlah perbuatannya!"Yama sendiri yang mendorong dirinya! Nona, itu bukan perbuatanku!"Merre buru-buru menarik kukunya mengakibatkan Da Miko jatuh lemas, wakil hitam dan putih langsung memeriksa keadaannya."Tidak mungkin, kenapa fisik Raja Yama bisa
Kokokan ayam di pagi hari membangunkan Lala dari tidur lelapnya, dia bangun dengan kesadaran lemah menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah."Aaaaaaa!" Lala berteriak, wajah yang dicoret-coret dengan pola menyerupai hantu macan terpampang jelas di kaca kamar mandi.Brak!Lani mendobrak pintu kamar Lala dan masuk dengan panik karena mendengar suara teriakan Adiknya itu, ada apa dengan adiknya itu?"Sialan woi! Siapa yang coret wajah gue?! Sialan, aaaaa!" Pekik Lala lagi, Lani mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan khawatir."Kenapa, La? La, nggak apa-apa 'kan? La?" Lani berteriak.Lala menyahut, "nggak apa-apa Kak, kaget aja tadi."Lani menghela nafas lega, ada-ada saja kelaukan Adiknya itu. Lani keluar dari kamar setelah memastikan kalau Adiknya itu tidak apa-apa.Seperginya Lani, Lala memendam amarnya dan memilih mandi urusan coretan wajah pada wajahnya akan dia selesaikan pada Merre. Ya, itu pasti ulahnya!"Kenaka
"Woi!" Otomatis Da Miko berteriak kaget, Lala menyerangnya tak tanggung-tanggung.Gubrak!Lala menimpa tubuh Miko dan jatuh ke lantai dengan Miko di bawahnya, serangannya tidak mempan pada Raja neraka."Aduh, sakit!" Ringis Lala mengelus wajahnya, tapi anehnya Lala tidak merasakan sakit pada tubuhnya malah rasa empuk menyangga tubuhnya. Belum menyadari kalau posisinya berada di atas Miko, berpelukan!"Bangun!""Bangun apaan?""Beraninya kau! Bangun sekarang, aku bukan kasurmu, oke?""Aaaaa!" Pekik Lala langsung berdiri dan menutup wajahnya karena malu.Da Miko mengelus dadanya yang ditonjok oleh Lala, nasibnya bisa dianggap beruntung karena serangan Lala tidak mempan padanya andaikan itu mempan maka sudah dipastikan dia celaka."Kenapa kau di kamarku? Lewat mana kamu masuk?" Gertak Lala tampa melihat ke arah Miko."Cih, itu bukan urusanmu kalau aku berada di kamarmu! Lagi pula kau adalah bawahank
Lala jatuh tidak jauh dari halaman rumahnya, rasa sakit yang dialami Lala juga dirasakan oleh Merre. Dengan kecepatan kilat Merre datang di samping Lala dan menolongnya dia menggunakan energinya agar Lala tidak merasakan sakit lagi, ditambah energi Lala dan Merre membuatnya pulih tampa luka memar."Kemana saja kau?!" Lala menunjuk Merre dengan kesal."Kamu yang kemana?! Aku udah sampai di halte dan kamunya yang hilang!" Merre tidak mau kalah."Dasar tolol! Kenapa nggak makai ikatan kontrak buat cari gue, hah?!" Lala mengetok kepala Merre, kepalanya langsung berlubang dan belatung berjatuhan lalu kembali pulih seperti semula."Ngak usah make kekerasan juga lah!" Protes Merre dan mendapat ketokan lagi oleh Lala.Perdebatan itu diakhiri dengan datangnya pejalan kaki yang melewati mereka, Lala memilih masuk ke rumahnya yang langsung mendapatkan pertanyaan oleh Ibunya."Kok maruh sampai, La?"Lala membuat alasan yang masuk akal denga
Sementara itu Merre tiba di rumah Lala, setelah mengetuk keras pintu dan meletakkan surat Lala di depan pintu Merre pergi dengan buru-buru, takut ada hal buruk yang menimpa Lala.***Lala mengipas-ngipasi Dadanya yang tiba-tiba terasa panas, kalung Darkmoon terus bersinar rendah dan Lala masih belum menyadarinya.Whusss!"Kok hawa hujannya malah panas sih?" Batin Lala heran.Hujan semakin deras, Lala mulai khawatir jika Kakaknya di rumah tidak melihat isi suratnya juga hari semakin bertambah larut saja.Whusss!Udara kencang mengacaukan arah hujan, Lala menghalau percikan air hujan dengan kedua lengannya agar tak membuat rambut dan wajahnya basah."Sial banget hari ini, ck!" Decak Lala kesal.Angin kencang itu berhenti dan digantikan dengan suara dentingan lonceng dan seorang wanita."Menyambut Nona Lala, silahkan naik ke kereta. Nigla akan mengantar."Lala membuka matanya, di depannya seorang wanita sedang
Kehinangan dan rasa canggung memenuhi aula Raja itu sedangkan Lala risau dengan hari di dunia manusia karena dia akan ke sekolah besok, Da Miko yang mengetahuinya membuat portal untuk Lala."Hari ini moodku bagus jadi, sampai jumpa ditugas berikutnya. Penangkap roh," Miko kembali memasang topengnya.Lala tersenyum senang, dia membungkuk dan berterima kasih. Sebelum dia memasuki portal, Miko menghadang langkahnya dengan kecepatan kilat."Pakai!" Perintah Miko pada Lala.Kalung dengan hiasan bulan sabit serta lotus hitam di tengahnya diserahkan Miko kepada Lala.Lala menggaruk pipinya yang tak gatal, "untukku? Sebagai apa?""Ck, kubilang pakai ya pakai!" Decak Miko, hawanya tidak mengenakkan."Oke, akan kupakai. Sekali lagi terima kasih, Raja neraka!" Lala tampa pikir panjang langsung memakai kalung itu, Miko tersenyum puas.Lala memasuki portal sementra wakil hitam putih hampir dibuat lenyap karena sikap tidak biasa Raja n