Lala mengendarai sepeda untuk ke sekolah, Merre tentu pasti ikut berasama Lala namun sangat jarang yang bisa melihat maupun merasakan kehadirannya. Lala tidak ditemani oleh orang tuanya karena mereka yakin Lala bisa mengurus diri untuk masuk ke sekolah itu dan tentu tidak menjadi anak manja.
Cukup lama Lala tiba di depan sekolah barunya SMA Negeri, sementara Merre yang melayang rendah di samping Lala menatap ke dalam sekolah dengan curiga.
"Ada apa? Apa di dalam sekolah ini banyak makhluk halus? " tanya Lala ketika ia mengetahui tatapan curiga Merre.
Merre hanya mengangguk sambil menyeringai, Lala tersenyum penuh arti lalu ia mulai memasuki sekolah.
"Oh, anak miskin! kenapa sekolah disini? Tidak berguna!" salah seorang perempuan yang lewat di samping Lala berkata sambil menendang ban belakang sepeda Lala.
"Sebaiknya kau pergi!" peringat Lala tampa melihat ke arah perempuan itu.
"Kau ... berani sekali kau mengusirku!" teriak perempuan itu dan tangan kanannya terangkat untuk menampar Lala.
Dhukkk!
Dia terjatuh sebelum tangannya berhasil menampar pipi Lala.
Lala berbalik ke belakang dan kemudian tersenyum miring pada perempuan yang tadi ingin menamparnya kini sudah terduduk di tanah sambil meringis.
"Sudah aku katakan padamu kalau kau pergi saja, tapi ... kau sangat keras kepala," kata Lala sambil melirik ke arah Merre yang tersenyum lebar hingga kedua taringnya terlihat.
Perempuan tadi bangun dari jatuhnya dan ia menatap Lala dengan sangat kesal.
"Aku pastikan kau tidak diterima untuk sekolah di sini," kata perempuan itu dan kemudian pergi dari hadapan Lala.
Lala menarik nafas panjang dan mulai berjalan menuju ruangan kantor, sementara Merre melayang di atas kepala Lala.
"Merre, tinggalkan aku sebentar."
"Oke, aku juga mau melihat-lihat sekolah ini," ucap Merre dan menghilang.
Lala sudah masuk ke dalam ruangan kepala sekolah dan berbicara maksud ia datang ke sekolah, Lala juga belum memakai seragam sekolah karena beberapa hari lalu ia mendengar dari Kakak sepupunya bahwa sekolah menyediakan seragam khusus untuk anak pindahan dan anak baru di sekolah itu.
Kepala sekolah sudah menerima Lala untuk sekolah di SMA Negeri itu, Lala tentu sangat senang karena diterima. Ia kemudian diberi seragam untuk hari senin hingga hari rabu dan baju olahraga.
"Roknya tidak ada yang panjang, Pak?" tanya Lala yang agak merasa rusih dengan seragamnya ketika ia tahu roknya pendek, roknya hanya di atas lutut
" Tidak ada. Karena sekolah ini adalah Negeri jadi semua siswa harus menggunakan rok seperti itu, " jawab kepala sekolah.
Lala yang sedang malas untuk terlalu banyak bicara memilih mengangguk saja dan ia keluar dari dalam ruangan kepala sekolah untuk menuju kamar mandi.
Whussss!
Angin aneh.
Angin sepoi-sepoi yang terasa sangat dingin mengenai tubuh Lala dan dalam sekejap angin yang tadi terasa dingin berubah menjadi hawa panas.
Lala langsung menghentikan langkahnya.
"Apa ini?" tanya Lala pada dirinya sendiri, tadi ia mengira angin itu karena kedatangan Merre namun ketika angin itu berubah menjadi hawa panas, Lala menjadi heran.
"Jangan ke kamar mandi, Lala!"
Sebuah bisikan halus terdengar di telinga kanan Lala dan itu adalah bisikan Merre.
Whussss!
Kembali berhembus.
Angin sepoi-sepoi kembali bertiup dan hawanya dingin yang dengan cepat berubah menjadi hawa panas.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" Lala kembali bertanya pada dirinya sendiri.
Lala tidak menghiraukan bisikan dari Merre, ia kembali berjalan menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.
Sedikit lama Lala berjalan dan ia sudah tiba di depan kamar mandi yang berukuran lumayan besar. Ketika Lala masuk ke dalam satu kamar mandi, Lala merasakan hawa yang sangat panas.
"Jangan ganggu aku! Aku tidak mengganggumu, oke?" Lala berbisik lirih.
Bukannya menjadi tenang namun panas yang dirasakan Lala semakin menjadi, Lala mulai merinding juga.
Lala ragu untuk membuka pintu WC tapi karena ia sudah sangat tidak tahan di lihat oleh siswa yang lewat karena pakaiannya maka ia pun masuk."Kenapa hawanya sangat panas?" tanya Lala pelan.krieeeee!Membuka pintu.Darrrrrrt!Pintu tertutup dengan tiba-tiba.Pintu WC tertutup keras setelah Lala masuk ke dalamnya dan belum sempat untuk menutupnya tadi, dengan tenang Lala menuju pintu WC untuk membukanya, ia tidak terlalu panik bahkan mungkin tidak panik."Merre jangan mempermainkanku!" bentak Lala kesal karena pintu WC sangat susah untuk terbuka.Sriuuuttttt!Suara air yang mengalir, tumpah.Keran air menyala sendiri, Lala yang tadi sibuk membuka pintu WC yang tertutup berbalik ke belakang dengan perasaan campur aduk dan juga merasa was-was."Gerhghhh!"suara geraman dari belakang Lala menambah kekalutan pada Lala, dari suara geraman itu Lala tahu bahwa itu bukanlah kebiasaan Merre melainkan sos
"Kita mungkin akan bertarung. Hmm, bagaimana jika kita bertarung di dunia setan?" tanya sosok di hadapan Lala.Lala tidak menjawab, ia masih terus merapal mantra hingga wajahnya semakin pucat dan bertambah menyeramkan."Oh, baiklah aku tidak menunggu jawabanmu!"Sesuatu hitam pekat menyelimuti mereka berdua, semakin pekat hingga menghilang tampa meninggalkan jejak. Sosok itulah yang melakukannya, ia ingin bertarung dengan Lala di dunia setan.Dunia setan sendiri merupakan tempat para mahluk berwajah seram tinggal, sedikit sepi namun menyeramkan. Biasa digunakan oleh para mampuni (berilmu ghaib) untuk bertarung di sana."Aku terlambat!" umpatnya.Merre baru tiba di tempat menghilangnya Lala dan sosok itu setelah beberapa saat. Keadaan Merre sedikit kacau karena dia juga terlibat pertarungan oleh Sosok jahat lain sebelumnya, itulah alasan mengapa ia tidak datang ketika Lala memanggilnya."Aku harus menyusul Lala! Aku... tidak boleh memb
Melihat keadaan Lala, Grabielle tertawa sinis dia merasa sedikit puas walau keadaan dirinya hampir sama dengan Lala. Tawanya membuat Merre geram."Ahaha! Dasar manusia lemah! Kau pikir aku mudah kau kalahkan? Jika demikian kau akan kecewa! Aku adalah mahluk terkuat setelah Kanjura, ha ha ha!"Grabiella tertawa keras menciptakan gemuruh yang saling bersahut-sahutan di Dunia Setan. Petir saling bersambaran, Merre tambah geram namun dia tidak bisa meninggalkan Lala begitu saja, sebenarnya Merre bisa saja keluar dari dunia setan namun berbeda halnya dengan Lala yang tidak bisa keluar sebelum Grabielle dihancurkan, tetapi masalahnya sekarang Merre mengalami luka bekas pertarungannya dengan anak buah Grabielle sebelumnya. Biarpun Merre sedang dalam keadaan optimal dia tetap tak bisa mengalahkan Grabielle hanya bisa menahannya beberapa jam saja, kepala Merre amat pusing sekarang, antara meninggalkan Lala sendiri dan pergi meminta bantuan pada Masternya (Nenek Lala sendiri) at
Perhatian sosok gadis imut itu teralihkan kepada Grabielle, wajah imutnya mengalami perubahan derastis yang tadinya manis juga imut kini wajah tampa bola mata, bibir robek hingga telingannya juga ada sepasang tanduk di kepalanya seperti iblis, tatapannya haus darah penuh dendam."Mahluk hina! Kau kira hanya dirimu saja 'kah yang berkuasa? Dasar naif!" Suaranya menggema menggetarkan tanah, Grabielle sampai menutup kedua telingannya, dia muntah darah.(Tanda petik satu menandakan kalau dia berbicara di dalam pikirannya).'Gawat! Aku bukanlah lawannya! Aku harus memikirkan cara agar bisa kabur.'"Siapa sebenarnya kau?" tanya Grabielle menyimpitkan mata."Baik, karena kau sudah ingin mati jadi aku akan memberitahumu, jadi... jangan jadi hantu penasaran untuk kedua kalinya, hihihi."Dia melambung tinggi sebelum memuncukan sebuah kelopak mawar hitam lalu menjadikannya tempat duduknya."Namaku Gui Yin atau lebih tepatnya hantu pemurni, beras
Karena insiden itu, Lala mendapat panggilan dari Neneknya di kampung dan dia harus terpaksa meminta izin untuk tidak bersekolah dalam beberapa hari. Gui Yin sendiri lenyap setelah mengantar Lala dan hantunya pergi dari dunia setan."Pemandangan di sini masih asri, hmm." Lala menghirup banyak udara segar sembari tersenyum manis."Dasar Lala!" Merre muncul tiba-tiba mengagetkan Lala, buyar sudah momen Lala.Lala menatap Merre dengan malas yang dibalas dengan seringaian darinya, Lala sedikit bingung kenapa tiba-tiba dia dipanggil oleh Neneknya dan Neneknya sendiri tidak memberi tahunya pasal itu. Neneknya hanya akan mengatakannya bila malam jum'at keramat sudah tiba jadi tiga hari lagi hari itu tiba."La, mau tidak ikut Nenek ke sawah?"Lala menoleh melihat Neneknya muncul dari dalam rumah lengkap dengan pakaian lusuh yang sebagaimana dipakai bila ingin ke sawah."Mau! Bentar Lala ngambil topi dulu," ucap Lala lalu pergi ke gudang mengamb
Tibanya mereka di sawah, pemandangan pesawahan dengan padi yang sudah menguning menambah kesan baik bagi Lala."Eh, ada Neng Lala ternyata." Salah seorang yang ada di sana menyapa Lala."Iya, baru kemarin datang Bu," ucap Lala tersenyum."Kalau ada waktu luang bolehlah mampir main ke rumah sekalian kenalan sama keponakan biar nambah akrab, siapa tahu nanti bisa jadi keluarga ya 'kan?" Ibu itu terkikik pelan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Lala.Lala bergidik, "belum ada niatan soal itu Bu, Lala mau fokus sekolah dulu.""Ya, sudah kalau gitu tunangan saja dulu," celutuknya."Cucuku ndak boleh ditentukan pasangannya sama kamu!" Ketus Nenek lanjut berjalan dengan muka masam.Lala menyusul berasama Merre, Neneknya memang akan merasa marah jika soal pernikahan. Katanya hanya dia yang boleh menentukannya dan katanya Lala hanya boleh menikah bila usianya mencapai 25 tahun.Tiba sudah Lala dan Neneknya di sawah miliknya, Lala d
Tidak terasa kini sudah akan malam jum'at, Lala kini terlihat menyapu halaman rumah Neneknya dengan Merre tentunya. Sedari tadi perasaan Lala tidak tenang seolah sebuah masalah akan segera terjadi dia juga tidak tenang soal keadaan Neneknya yang pergi ke pasar membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menyegel garis keturunannya."Merre."Merre menengok ke arah Lala, "apa?""Hantu ganas itu bersama dengan Nenek 'kan?" Lala menanyai Merre setelah dia jongkok di depan tumpukan daun yang sudah dia sapu."Gui Yin? Mana ku tahu." Jawab Merre singkat, dia mulai bergidik ngeri mengingat keganasan Gui Yin waktu itu."Oh, bakar gih!" Lala menunjuk tumpukan daun dan menyuruh Merre untuk membakarnya menggunakan energi api."Cih!" Decih Merre.Tampa Lala dan Merre ketahui kalau sedari tadi mereka diperhatikan oleh sepasang mata sayu di balik rimbunnya tanaman pohon di halaman rumah Neneknya."Keturunan istimewa, yaa? Menarik." Pemili
"Selamat datang, Puan!"Raja neraka mengacuhkannya, dia melayang mendekati tempat Lala berendam lalu menundukkan wajahnya di belakang kepala Lala dan terlihat seperti menghirup bau harum tubuh Lala."Bau yang harum namun sayang harus menjadi pengumpul roh, ck!"Lala tidak mendengar apapun, mati rasa di tubuhnya membuatnya tidak bisa merasakan apapun seakan itu bukanlah tubuh miliknya."Puan, tolong!" Nenek Lala bersuara.Raja neraka tersenyum, dia lalu mengangkat tangannya tepat di atas kepala Lala. Tidak lama sesuatu cahaya kecil muncul di sana menciptakan sebuah simbol rumit sebelum bunyi seperti retakan tulang menandakan kalau garis keturunan Lala tersegel."Aih, sebenarnya aku akan menunggu beberapa tahun untuk melihat apakah dia layak menjadi pengumpul roh namun itu sepertinya tidak bisa.""Puan...," nenek Lala mengangkat pandangannya melihat punggung Raja neraka."Itu bisa saja, asal kau mau menukar jiwamu itu sebagai pen
Seharian itu Lala dan Lani sibuk mengurusi rumah juga membantu Ibunya menanam sayuran di kebun belakang rumahnya, ya karena insiden tadi pagi Lala tidak naik ke sekolah."Lala tolong ambilkan minum dulu Kakak haus!" Lani menyeka keringat di dahinya."Sip Kak!" Lala memberi hormat yang membuat Lani dam Ibunya cekikikan lucu.Lala tampa basa-basi lagi pergi menuju dapur untuk mengambil air minum, selama seharian itu juga Merre jarang dan hampir tidak selalu ada menemani Lala seperti biasanya Lala juga tidak tahu.Syuuh ....Lala menghirup dalam-dalam angin sepoi-sepoi yang bertiup ketika dia keluar dari dapur, angin itu bercampur bau harum daun pandan yang sangat disukai Lala. Merre muncul di hadapan Lala sambil melayang di atas kepalanya lalu berhenti di sampingnya."Dari mana saja kau, Merre?" Lala mengerutkan keningnya, hidungnya seperti mencium bau darah segar yang tipis dari tubuh Merre. Lala mulai curiga."Apa yang sudah kau lakuk
Huuuuhhh!Api hantu lalu-lalang mengitari para roh yang masih mengacau, Da Leo sibuk sana sini mencoba mengendalikan keadaan sampai kakaknya datang."Tenanglah, reinkarnasi seharusnya berjalan dengan tenang lalu mengapa kalian para roh mengacau? Apa yang kalian coba inginkan?" Da Leo bertanya berkali-kali tapi tidak satupun roh yang peduli padanya, Leo sendiri tidak punya hak untuk menghukum para roh karena dia hanyalah Pangeran.Tling!Tling!Serempak para roh menoleh ke sumber suara dentingan yang sangat keras, hawa tidak mengenakkan tercipta dari pemilik suara dentingan itu. Sosok pembawa lentara dengan lonceng yang berdenting datang mendekat ke arah kursi Raja neraka."Hormatlah kalian para roh! Sambutlah Raja yama," ucapnya setelah tiba di samping kursi Raja neraka.Seketika para roh sujud hormat, sebuah portal muncul tepat di kursi Raja neraka dan wakil hitam putih memandang para roh dengan sorot dingin penuh kemarahan."
"Apa? Tidak bisakah si bodoh itu menyelesaikan hal sepele seperti itu?" Da Miko memincingkan matanya."Pangeran tidak tahu harus berbuat apa Raja Yama, roh-roh itu tidak mau reinkarnasi kalau bukan Anda yang datang." Martin kembali hormat.Mendengar kata Martin, Da Miko malah tersenyum sinis."Tidak mau reinkarnasi? Biarkan saja mereka menunggu seribu tahun lagi!"Wakil hitam putih dan Martin tersentak, lagi-lagi Raja neraka kambuh penyakit malasnya."Pulang, katakan pada si bodoh itu kalau aku akan kembali besok." Da Miko mengibaskan tangannya."Tapi Raja Yama, para roh itu merusak perabotan neraka!""Perabotan?" Da Miko mengangkat alisnya."Ya, Raja Yama."Martin lalu menjentikkan tangannya dan seketika itu muncul sebuah api hijau yang semakin lama semakin membesar dan menampilkan keadaan yang terjadi di neraka saat ini."Bakar saja mereka semua dan tidak perlu reinkarnasi!" Da Miko menatap tajam.T
Lama kelamaan Da Miko merasa kesal juga, apa harus sehuruk itu Lala menangis? Padahal dia tidaklah melihatnya secara jelas."Aku katakan kalau aku akan bertanggung jawab untukmu!""Sialan kau!" Lala mendorong Da Miko dengan keras.Jlep!"Uhuk!" Darah segar keluar dari mulut Da Miko, Lala menjadi panik."Kau... kau kenapa?!""Heh, sepertinya kau masih peduli padaku," ucap Da Miko tersenyum miring.Lala berdiri lantas menatap ke arah Merre yang menancapkan kuku tajamnya ke punggung Da Miko."Merre?" Lala menatap Merre dengan pandangan kecewa.Merre sadar lalu menatap Lala dan kedua kuku tangannya yang menancap di Da Miko, Merre melotot, itu bukanlah perbuatannya!"Yama sendiri yang mendorong dirinya! Nona, itu bukan perbuatanku!"Merre buru-buru menarik kukunya mengakibatkan Da Miko jatuh lemas, wakil hitam dan putih langsung memeriksa keadaannya."Tidak mungkin, kenapa fisik Raja Yama bisa
Kokokan ayam di pagi hari membangunkan Lala dari tidur lelapnya, dia bangun dengan kesadaran lemah menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah."Aaaaaaa!" Lala berteriak, wajah yang dicoret-coret dengan pola menyerupai hantu macan terpampang jelas di kaca kamar mandi.Brak!Lani mendobrak pintu kamar Lala dan masuk dengan panik karena mendengar suara teriakan Adiknya itu, ada apa dengan adiknya itu?"Sialan woi! Siapa yang coret wajah gue?! Sialan, aaaaa!" Pekik Lala lagi, Lani mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan khawatir."Kenapa, La? La, nggak apa-apa 'kan? La?" Lani berteriak.Lala menyahut, "nggak apa-apa Kak, kaget aja tadi."Lani menghela nafas lega, ada-ada saja kelaukan Adiknya itu. Lani keluar dari kamar setelah memastikan kalau Adiknya itu tidak apa-apa.Seperginya Lani, Lala memendam amarnya dan memilih mandi urusan coretan wajah pada wajahnya akan dia selesaikan pada Merre. Ya, itu pasti ulahnya!"Kenaka
"Woi!" Otomatis Da Miko berteriak kaget, Lala menyerangnya tak tanggung-tanggung.Gubrak!Lala menimpa tubuh Miko dan jatuh ke lantai dengan Miko di bawahnya, serangannya tidak mempan pada Raja neraka."Aduh, sakit!" Ringis Lala mengelus wajahnya, tapi anehnya Lala tidak merasakan sakit pada tubuhnya malah rasa empuk menyangga tubuhnya. Belum menyadari kalau posisinya berada di atas Miko, berpelukan!"Bangun!""Bangun apaan?""Beraninya kau! Bangun sekarang, aku bukan kasurmu, oke?""Aaaaa!" Pekik Lala langsung berdiri dan menutup wajahnya karena malu.Da Miko mengelus dadanya yang ditonjok oleh Lala, nasibnya bisa dianggap beruntung karena serangan Lala tidak mempan padanya andaikan itu mempan maka sudah dipastikan dia celaka."Kenapa kau di kamarku? Lewat mana kamu masuk?" Gertak Lala tampa melihat ke arah Miko."Cih, itu bukan urusanmu kalau aku berada di kamarmu! Lagi pula kau adalah bawahank
Lala jatuh tidak jauh dari halaman rumahnya, rasa sakit yang dialami Lala juga dirasakan oleh Merre. Dengan kecepatan kilat Merre datang di samping Lala dan menolongnya dia menggunakan energinya agar Lala tidak merasakan sakit lagi, ditambah energi Lala dan Merre membuatnya pulih tampa luka memar."Kemana saja kau?!" Lala menunjuk Merre dengan kesal."Kamu yang kemana?! Aku udah sampai di halte dan kamunya yang hilang!" Merre tidak mau kalah."Dasar tolol! Kenapa nggak makai ikatan kontrak buat cari gue, hah?!" Lala mengetok kepala Merre, kepalanya langsung berlubang dan belatung berjatuhan lalu kembali pulih seperti semula."Ngak usah make kekerasan juga lah!" Protes Merre dan mendapat ketokan lagi oleh Lala.Perdebatan itu diakhiri dengan datangnya pejalan kaki yang melewati mereka, Lala memilih masuk ke rumahnya yang langsung mendapatkan pertanyaan oleh Ibunya."Kok maruh sampai, La?"Lala membuat alasan yang masuk akal denga
Sementara itu Merre tiba di rumah Lala, setelah mengetuk keras pintu dan meletakkan surat Lala di depan pintu Merre pergi dengan buru-buru, takut ada hal buruk yang menimpa Lala.***Lala mengipas-ngipasi Dadanya yang tiba-tiba terasa panas, kalung Darkmoon terus bersinar rendah dan Lala masih belum menyadarinya.Whusss!"Kok hawa hujannya malah panas sih?" Batin Lala heran.Hujan semakin deras, Lala mulai khawatir jika Kakaknya di rumah tidak melihat isi suratnya juga hari semakin bertambah larut saja.Whusss!Udara kencang mengacaukan arah hujan, Lala menghalau percikan air hujan dengan kedua lengannya agar tak membuat rambut dan wajahnya basah."Sial banget hari ini, ck!" Decak Lala kesal.Angin kencang itu berhenti dan digantikan dengan suara dentingan lonceng dan seorang wanita."Menyambut Nona Lala, silahkan naik ke kereta. Nigla akan mengantar."Lala membuka matanya, di depannya seorang wanita sedang
Kehinangan dan rasa canggung memenuhi aula Raja itu sedangkan Lala risau dengan hari di dunia manusia karena dia akan ke sekolah besok, Da Miko yang mengetahuinya membuat portal untuk Lala."Hari ini moodku bagus jadi, sampai jumpa ditugas berikutnya. Penangkap roh," Miko kembali memasang topengnya.Lala tersenyum senang, dia membungkuk dan berterima kasih. Sebelum dia memasuki portal, Miko menghadang langkahnya dengan kecepatan kilat."Pakai!" Perintah Miko pada Lala.Kalung dengan hiasan bulan sabit serta lotus hitam di tengahnya diserahkan Miko kepada Lala.Lala menggaruk pipinya yang tak gatal, "untukku? Sebagai apa?""Ck, kubilang pakai ya pakai!" Decak Miko, hawanya tidak mengenakkan."Oke, akan kupakai. Sekali lagi terima kasih, Raja neraka!" Lala tampa pikir panjang langsung memakai kalung itu, Miko tersenyum puas.Lala memasuki portal sementra wakil hitam putih hampir dibuat lenyap karena sikap tidak biasa Raja n