***
Kita harus memaafkan. Bukan karena kita lemah, tapi karena kita membutuhkan kedamaian hati. Belajarlah memaafkan bukan saja bagi orang yang telah meminta maaf, tapi juga bagi orang yang tidak pernah sadar bahwa mereka salah. Tepatnya, kita memaafkan untuk kedamaian hati, dan membuka pintu berkat di masa depan.
“Slamat malam Bu..” Laila menyapa ibu yang disambut ibu dengan senyuman khasnya.
Setelah kurang lebih tiga bulan tidak bertemu, tidak banyak yang berubah dari Laila, dan juga tidak banyak perubahan dari cara Ibu memperlakukan Laila. Walaupun ibu tahu bahwa Laila telah dengan sadar berkhianat padaku.
Aku masih bertanya-tanya maksud kedatangan Laila. Setelah mandi dan kami makan malam bersama, Laila mengutarakan maksud kedatangannya.
“Ibu dan Diana, Laila ke sini ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan ibu dan Diana, juga Laila meminta maaf karena kelalaian Laila menjaga hati sendiri sehingga jatuh cinta pada Rizky. Jujur saja, Laila sangat malu pada Diana juga Ibu. Laila sadar bukan sahabat yang baik untuk Diana. Besok Laila akan berangkat, karena Laila diterima bekerja di Jakarta dan sudah memutuskan resign dari pekerjaan di sini. Laila juga sudah mengakhiri hubungan dengan Rizky. Tadinya ingin ke sini bersama Rizky untuk memohon maaf atas semua salah dan juga sekalian pamitan sama ibu dan Diana.” Suara Laila terdengar bergetar yang diikuti oleh pecahnya tangis kami bertiga.
Walaupun usiaku dua tahun lagi akan memasuki seperempat abad, aku belum bisa ada dalam pilihan untuk lebih memilih Rizky ketimbang Laila. Bagiku, persahabatan masih hal yang aku ingin pertahankan. Rasanya tak adil memusuhi Laila karena satu kekhilafannya dan melupakan kebaikan yang di lakukannya bertahun-tahun. Benar kata pepatah, kamu belum layak disebut sahabat jika belum pernah jatuh cinta pada orang yang sama.
Aku dan ibu memeluk Laila.
“Din, kamu mau kan maafin aku?” Tanya Laila lagi
“Aku gak punya alasan untuk tidak maafin kamu, Laila.”
“Udah ah nangisnya, kalian kayak gak akan ketemu lagi.” Ibu menambahkan.
“Jangan lupa kasih kabar kalo udah nyampe, kerja yang baik, dapat uang yang banyak, bellin aku daster biar aku bisa maafin kamu.” Pesanku pada Laila.
“Kalo udah nemu penggantinya Rizky, jangan lupa cerita.” Balas Laila
Malam itu, aku dan ibu melepas kepergian Laila untuk bekerja di Jakarta. Memaafkan Laila membawa kedamaian dalam diriku.
Terima kasih Tuhan.
****
aku bernyanyi kecil dalam perjalanan ke kantor hari ini. Setengah jam sebelum jam delapan pagi, belum banyak yang datang.
"Selamat pagi bu Diana." Pak Randi, salah seorang Satpam yang bertugas jaga malam menyapaku di Parkiran.
"Pagi Pak, belum gantian dinasnya? Sapa ku, sedikit basa-basi. Lagi pula tidak mungkin Pak Randi masih di sini jika sudah pergantian shift.
"Belum, Bu. Pak Rinto agak terlambat pagi ini." Jawab pak Randi, yang kali ini tidak lagi menatapku tetapi melihat sekeliling seperti menunggu kedatangan rekan kerjanya.
Aku melangkah masuk yang disambut dengan senyum Shinta, sekretaris Pak Adi yang juga sudah datang sepagi ini.
Setelah menyalakan Komputer, mempersiapkan segala sesuatunya, aku tersentak dengan kedatangan Boby, rekan satu department, yang tiba tiba muncul di hadapanku.
"Widih, ibu Diana. Tumben pagi benar, ada apa? Belum sempat ku menjawab, Boby dengan manja menaruh setangkai bunga di depanku.
"Nyonya, ada yang titip bunga buat kamu di depan...Cie cie ciee..Siapa nih yang romantis pagi-pagi." Goda Boby.
"Siapa Bob? siapa yang ngasih?"
"Ya mana ku tau. Jangan pura pura gak tau ya" Dasar genit kamu. Semua cowok digodain". Lanjut Boby.
Boby adalah teman baikku. Di kantor ini sering kami sapa dengan panggilan Mami.
Aku melanjutkan kerja dengan bersemangat. Bagaimana tidak, pak Ady baru saja mengumumkan kenaikan gaji kemarin ditambah dengan bonus akhir tahun, juga tunjangan hari raya yang akan kami terima bulan depan.
Selama tiga tahun bekerja aku telah mengumpulkan cukup uang untuk membayar setengah harga rumah impianku.
Aku sangat bersyukur bisa menemukan tempat kerja yang nyaman dengan gaji yang memuaskan. Walaupun seringkali harus bekerja lembur, tapi aku benar benar menikmati pekerjaanku.
Jam makan siang pun tiba, Aku Rina dan Boby sedang bersiap siap menuju ke rumah makan yang paling dekat dengan kantor.
Tempat ini selalu ramai pada jam istirahat siang, hingga kami nyaris tak dapat menemukan meja kosong.
kami bertiga menuju ke sebuah meja yang berukuran besar dengan empat kursi. Meja tersebut tidak kosong. Seorang pria sedang duduk sendirian di sana dan menikmati makan siangnya. Tampangnya asing dan belum pernah ku lihat sebelumnya.
"Permisi, Pak. Boleh duduk di sini?"
Rina dengan sopan meminta ijin kepada yang telah terlebih dahulu duduk disana.
"Silahkan." Yang disapa menjawab dingin.
"Siapa yang pesan es batu disini? Bisikku pada Rina dan Boby yang disambut dengan tatapan penuh waspada kedua temanku. Mengapa makluk di depanku begitu dingin?
Tahukah kau bahwa kini mendengar namamu, tak lagi membuat hatiku merasakan bahagia?Mendengar namamu, aku tak lagi ingin membuatku bersemangat untuk bercerita kisah kita.Mendengar namamu tak juga membuatku bersedih.Mendengar namamu, berulang. Tak lagi membuatku ingin berlari memelukmu. Sungguh, kamu bukan siapa-siapa lagi di hati.***Suasana makan siang kami berlangsung dengan cukup khidmat, kaku dan dingin tanpa canda dan tawa seperti biasanya.Hal ini terjadi karena adanya orang asing yang semeja dengan kami. Aku duduk di samping Rina sedang di depanku pria pemilik sah gunung es duduk dan makan tanpa sedikit pun peduli pada kami. Aku berharap makhluk di depanku ini segera mengakhiri makannya namun harapan ini nampaknya sia-sia karena dia tetap di sana hingga waktu makan siang pun berakhir.Seusai m
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Siang ini aku memutuskan mengunjungi Laila. Kedatanganku disambut oleh mbak Iyah yang bekerja di rumah Laila sejak lama."Neng Diana, silahkan masuk.""Makasih mbak Iyah, Lailanya ada?" Tanyaku."Ada. Di kamar. Langsung aja ke Kamarnya."Walaupun sudah hampir empat tahun aku tak ke rumah Laila, kedatanganku saat ini tetap disambut dengan hangat oleh mbak Iyah.Aku mengetuk pintu kamar Laila sekali, disusul pintu yang terbuka. Terlihat Laila masih dengan baju tidur dan mata yang membengkak.Benar dugaanku. Laila sedang menangis, dan mungkin saja sudah menangis sejak kemarin. Dugaanku diperkuat oleh banyaknya tisu di tempat sampah kecil berwarna ungu muda di depan pintu kamar mandi Laila."Laaa.." Aku memeluknya."Pak Adrian sudah cerita semuanya. Maafin aku yang ga pernah bertanya tentang kamu, jarang ke sini." Lanjutku"Gapapa, Din." Aku minta maaf sama kamu pernah ganggu hubungan kamu sama Rizky. Kamu berhak bahagia sam
Mungkin luka tak pernah pulih karena kita tak pernah memaafkan.Setelah kejadian makan malam bersama Pak Adrian, ibu jadi sering bertanya siapa pak Adrian. Jujur saja, aku masih merasa bingung dengan sikap pak Adrian yang menghilang setelah kejadian makan malam bersama ibu, aku bertanya-tanya mengapa tak ada pesan yang dikirimkan pak Adrian setelah pulang dari rumahku malam itu. Apakah aku terlalu berharap pak Adrian mengirimkan pesan padaku setiap hari? Kali ini aku kembali memberi peringatan pada diriku untuk tidak mudah merasa nyaman pada siapa pun karena akan mengakibatkan luka. Pak Adrian mungkin hanya kasian padaku.Sejak lulus kuliah dan kandasnya cerita cintaku dengan Rizky, aku selalu menjaga hatiku dengan baik untuk tidak pernah jatuh cinta pada siapapun. Sikapku yang termasuk cuek dan tidak peduli pada sederet pria yang berusaha masuk ke dalam kehidupanku telah membuatku hidup mandiri dan terlampau keras pada diri sendir
Untukmu yang ku sebut harta, hadiah pemberian Tuhan yang terindah dalam hidup.Berulang hatiku patah karenamu, banyak kali kau membuatku kesal dan marah. Namun, sebanyak itu pula maafku ku berikan padamu, entah saat kau meminta maaf, atau pun saat kau hanya mengucapkan canda yang berarti kau menyesalinya..Heiii kamu, hartaku.Satu- satunya yang pernah membuat hati berdegub kencang ketika kau menawarkan temu,yang membuatku berlari kegirangan mengelilingi kamar ku yang kecil ketika kau datang membawa kejutan, namun berusaha keluar dengan ekspresi wajah yang sedang sedang saja.Kamu, yang membuatku menahan sesak tangis saat kau memilih yang lain dan mengabaikanku, tapi yang harus kulakukan adalah menghadapi hari dengan senyuman.Ya, kamu.Apa kabarmu hari ini?hatiku rindu.Hatiku rindu saat dimana kau memelukku, mataku rindu ingin memandang wajah dan senyummu yang indah, telingaku rindu akan canda, aku ingin tertaw
Sejatinya, cerita cinta selalu indah jika tidak tentang pergi, khianat dan luka. Ketika kamu terlalu cinta, kamu rela meminum racun dengan penuh sukacita.Minum racun bukan tentang mengambil segelas cairan pembunuh serangga. Meminum racun dengan penuh sukacita adalah melakukan segala sesuatu, mempertaruhkan segala sesuatu untuk cinta yang salah. Kita semua pernah salah, tapi kesalahan yang paling di sesali adalah melakukan segala hal terbaik demi nama cinta, untuk seseorang yang tak pantas menerimanya.Saat semua baik baik saja, kadang kita lupa bersyukur dan menganggapnya biasa. Syukurilah hari yang cerah, Makanan, Kehidupan, dan kebersamaan dengan orang yang kita cintai. Jangan menyesalinya kemudian hari saat semuanya berubah.***Jalan Sudirman, 56“Kemana kita? Pulang?” tanya Rizky tak sabar tapi tetap fokus dengan tugas menyetirnya.“Iya, Pulang, banyak tu
Sebelum hari yang penuh airmata ini tiba, aku adalah orang yang penuh bahagia. Setiap sudut cerita hidupku adalah perjuangan, tapi bersama bahagia. Tidak seperti hari ini ketika semuanya telah berbeda.***Airmata ku tak henti-hentinya mengalir setelah berhasil ku tahan beberapa menit yang lalu. Masih terbayang dan terus terulang pemandangan tak biasa yang ada didepanku sore ini. Apalagi yang lebih melukai hati ketika melihat sahabat sendiri bersama orang yang kucintai selama ini.Aku menghempaskan diri seenaknya ke kasur dan mulai menangis lagi. Rasanya aku tak percaya jika sahabatku sendiri dengan sadar mengkhianatiku. Tapi adakah yang abadi di dunia yang fana ini? Tak terasa bantalku basah oleh airmataku, dan aku masih saja menangis. Ku pandangi langit langit hijau muda kamarku dengan pandangan kosong. Aku baru saja kehilangan sahabat dan seseorang yang kucintai dalam sekejap saja.Tok..tok..tok..“Din, ay
Untukmu yang ku sebut harta, hadiah pemberian Tuhan yang terindah dalam hidup.Berulang hatiku patah karenamu, banyak kali kau membuatku kesal dan marah. Namun, sebanyak itu pula maafku ku berikan padamu, entah saat kau meminta maaf, atau pun saat kau hanya mengucapkan canda yang berarti kau menyesalinya..Heiii kamu, hartaku.Satu- satunya yang pernah membuat hati berdegub kencang ketika kau menawarkan temu,yang membuatku berlari kegirangan mengelilingi kamar ku yang kecil ketika kau datang membawa kejutan, namun berusaha keluar dengan ekspresi wajah yang sedang sedang saja.Kamu, yang membuatku menahan sesak tangis saat kau memilih yang lain dan mengabaikanku, tapi yang harus kulakukan adalah menghadapi hari dengan senyuman.Ya, kamu.Apa kabarmu hari ini?hatiku rindu.Hatiku rindu saat dimana kau memelukku, mataku rindu ingin memandang wajah dan senyummu yang indah, telingaku rindu akan canda, aku ingin tertaw
Mungkin luka tak pernah pulih karena kita tak pernah memaafkan.Setelah kejadian makan malam bersama Pak Adrian, ibu jadi sering bertanya siapa pak Adrian. Jujur saja, aku masih merasa bingung dengan sikap pak Adrian yang menghilang setelah kejadian makan malam bersama ibu, aku bertanya-tanya mengapa tak ada pesan yang dikirimkan pak Adrian setelah pulang dari rumahku malam itu. Apakah aku terlalu berharap pak Adrian mengirimkan pesan padaku setiap hari? Kali ini aku kembali memberi peringatan pada diriku untuk tidak mudah merasa nyaman pada siapa pun karena akan mengakibatkan luka. Pak Adrian mungkin hanya kasian padaku.Sejak lulus kuliah dan kandasnya cerita cintaku dengan Rizky, aku selalu menjaga hatiku dengan baik untuk tidak pernah jatuh cinta pada siapapun. Sikapku yang termasuk cuek dan tidak peduli pada sederet pria yang berusaha masuk ke dalam kehidupanku telah membuatku hidup mandiri dan terlampau keras pada diri sendir
Siang ini aku memutuskan mengunjungi Laila. Kedatanganku disambut oleh mbak Iyah yang bekerja di rumah Laila sejak lama."Neng Diana, silahkan masuk.""Makasih mbak Iyah, Lailanya ada?" Tanyaku."Ada. Di kamar. Langsung aja ke Kamarnya."Walaupun sudah hampir empat tahun aku tak ke rumah Laila, kedatanganku saat ini tetap disambut dengan hangat oleh mbak Iyah.Aku mengetuk pintu kamar Laila sekali, disusul pintu yang terbuka. Terlihat Laila masih dengan baju tidur dan mata yang membengkak.Benar dugaanku. Laila sedang menangis, dan mungkin saja sudah menangis sejak kemarin. Dugaanku diperkuat oleh banyaknya tisu di tempat sampah kecil berwarna ungu muda di depan pintu kamar mandi Laila."Laaa.." Aku memeluknya."Pak Adrian sudah cerita semuanya. Maafin aku yang ga pernah bertanya tentang kamu, jarang ke sini." Lanjutku"Gapapa, Din." Aku minta maaf sama kamu pernah ganggu hubungan kamu sama Rizky. Kamu berhak bahagia sam
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Tahukah kau bahwa kini mendengar namamu, tak lagi membuat hatiku merasakan bahagia?Mendengar namamu, aku tak lagi ingin membuatku bersemangat untuk bercerita kisah kita.Mendengar namamu tak juga membuatku bersedih.Mendengar namamu, berulang. Tak lagi membuatku ingin berlari memelukmu. Sungguh, kamu bukan siapa-siapa lagi di hati.***Suasana makan siang kami berlangsung dengan cukup khidmat, kaku dan dingin tanpa canda dan tawa seperti biasanya.Hal ini terjadi karena adanya orang asing yang semeja dengan kami. Aku duduk di samping Rina sedang di depanku pria pemilik sah gunung es duduk dan makan tanpa sedikit pun peduli pada kami. Aku berharap makhluk di depanku ini segera mengakhiri makannya namun harapan ini nampaknya sia-sia karena dia tetap di sana hingga waktu makan siang pun berakhir.Seusai m
Musim hujan baru saja dimulai diawal November. Dibanding dengan daerah lainnya, kota ku memiliki musim kemarau yang lebih panjang. Musim hujan baru dimulai pada awal atau pertengahan bulan November. Hari ini aku sedang dalam perjalanan untuk wawancara kerja ketika hujan turun tanpa aba-aba dan memaksaku untuk berteduh karena tidak membawa jas hujan.“Permisi…” aku setengah berbisik saat berjalan di depan beberapa pengendara yang juga sedang berteduh ditempat yang sama. Aku memilih melangkah terus hingga ke pojokan karena tempat berteduh ini sudah mulai ramai.“akhirnya hujan juga.” Ucap seorang ibu berdaster dengan motif batik, dan hanya dibalas senyum oleh lawan bicaranya. Sepertinya mereka pun tidak saling kenal,, tapi namanya juga ibu-ibu apa saja pasti ingin dibahas.“Mau kerja dek?” Ibu berdaster itu berpaling kepadaku. Mungkin karena lawan bicara di sampingnya tidak menanggapi obrolan hujannya beberapa menit yang lalu.“Baru mau wawancara kerja
Perpisahan terjadi karena salah satu pihak sudah tidak ingin bersama.***Kandasnya cerita cintaku dengan Rizky, karena Laila membuat rasa percaya diriku hilang.Aku bertanya tanya apakah ada yang salah dengan diriku, dalam hati aku sangat ingin bertemu Rizky untuk bertanya, meminta penjelasan, dan mengakhiri semuanya dengan lebih jelas, tapi yang terjadi adalah sepertinya Rizky tak berniat menemuiku, atau sekadar mengirim pesan permintaan maaf.Mungkin karena aku yang terlambat menyadari gerak gerik Rizky dan Laila, yang entah sejak kapan sudah saling menyukai.Saat Rizky tidak mengabariku seharian, aku tak pernah menaruh curiga, ataupun saat Laila dan Rizky dan Laila pulang bersama setelah menghabiskan waktu hingga larut malam dirumahku.Perihal penyebab perpisahan ini, aku masih terus menyalahkan diri sendiri. Sambil berderai air mata, aku menemukan sebuah kalimat yang kemudian menguras air mataku lebih
Sebelum hari yang penuh airmata ini tiba, aku adalah orang yang penuh bahagia. Setiap sudut cerita hidupku adalah perjuangan, tapi bersama bahagia. Tidak seperti hari ini ketika semuanya telah berbeda.***Airmata ku tak henti-hentinya mengalir setelah berhasil ku tahan beberapa menit yang lalu. Masih terbayang dan terus terulang pemandangan tak biasa yang ada didepanku sore ini. Apalagi yang lebih melukai hati ketika melihat sahabat sendiri bersama orang yang kucintai selama ini.Aku menghempaskan diri seenaknya ke kasur dan mulai menangis lagi. Rasanya aku tak percaya jika sahabatku sendiri dengan sadar mengkhianatiku. Tapi adakah yang abadi di dunia yang fana ini? Tak terasa bantalku basah oleh airmataku, dan aku masih saja menangis. Ku pandangi langit langit hijau muda kamarku dengan pandangan kosong. Aku baru saja kehilangan sahabat dan seseorang yang kucintai dalam sekejap saja.Tok..tok..tok..“Din, ay