Tahukah kau bahwa kini mendengar namamu, tak lagi membuat hatiku merasakan bahagia?
Mendengar namamu, aku tak lagi ingin membuatku bersemangat untuk bercerita kisah kita.
Mendengar namamu tak juga membuatku bersedih.
Mendengar namamu, berulang. Tak lagi membuatku ingin berlari memelukmu. Sungguh, kamu bukan siapa-siapa lagi di hati.
***
Suasana makan siang kami berlangsung dengan cukup khidmat, kaku dan dingin tanpa canda dan tawa seperti biasanya.
Hal ini terjadi karena adanya orang asing yang semeja dengan kami. Aku duduk di samping Rina sedang di depanku pria pemilik sah gunung es duduk dan makan tanpa sedikit pun peduli pada kami. Aku berharap makhluk di depanku ini segera mengakhiri makannya namun harapan ini nampaknya sia-sia karena dia tetap di sana hingga waktu makan siang pun berakhir.
Seusai makan siang yang menegangkan, kami kembali ke kantor untuk meneruskan pekerjaan kami.
"Eh, tau kan kalo Pak Ady di pindahkan ke kantor cabang?" Boby memulai bisikan yang membuat aku dan Rina menghentikan kerja sejenak.
"Masa sih? Trus siapa yang ganti?"
"Kurang tau, ini aku dapat w******p dari anak-anak di lantai dua". Tau kenapa dipindahkan? Ketauan pacaran sama Shinta. Sekretaris genit itu".
"Udah, ah. Gosip mulu." Aku sangat berhati-hati mengeluarkan kalimat gosip karena tak ingin disebut tukang gosip.
"Benar Din, besok pasti perpisahan sama pak Ady". Boby keliatan serius dengan kalimatnya.
Aku terbayang wajah Shinta yang ku temui pagi ini.
Kantor ini terkenal dengan aturan larangan berpacaran sesama Karyawan.
Kali ini Rina yang telah sejak tadi diam, duduk di samping ku menguatkan pernyataan Boby tentang hubungan Pak Ady dan Sinta.
"Pak Ady sering minta ditemani kalo ke luar kota." Bisik Rina.
"Kan kerja". Aku berusaha sebisa mungkin tidak menambahkan atau mengurangi kabar yang sedang dibahas oleh hampir seluruh karyawan.
"Ih, Din. Ga usah pura-pura gak tertarik ya sama gosip". Boby menatapku dengan tatapan sinis.
"Bukan gitu Bob. Ga enak ngomongin orang. Pak Ady kan baik ke kita. Bu Shinta juga. Kalo pacaran, itu urusan pribadi mereka. Kalian masa lupa sih, berapa hari yang lalu pak Ady baru mengusulkan kenaikan gaji dan bonus yang akan kita nikmati. Kog pada gosip terus" Aku berusaha mengingatkan.
Nasihatku dipandang baik oleh Rina dan Boby yang akhirnya kembali bekerja tanpa membahas lebih lanjut tentang berita yang sedang menjadi trending topik seantero kantor.
Hari ini berakhir dengan pertanyaan, siapakah yang akan menggantikan pak Ady?
Waktu menunjukan pukul 17.00, aku bergegas merapikan meja dan bersiap untuk pulang. Ternyata tidak semua hari yang dimulai dengan bersemangat berakhir dengan baik.
****
"Din, laporan yang kemarin saya minta sudah selesai?" Tanya pak Adrian yang kini berdiri depan meja kerjaku.
"Sudah, Pak. Nih.." Jawabku sambil memberikan Flash Disk putih yang sejak tadi tergeletak di depanku.
"Baik. Thank You". Pak Adrian menerima flashdisk, tanpa senyum berlalu pergi.
Pak Adrian adalah atasan baru yang menggantikan pak Ady beberapa minggu lalu. Suasana perkenalan dengan departmen kami cukup menegangkan bagi aku, Rina dan Boby. Perkenalan itu dilakukan bagian Manajemen sehari setelah berhembus kabar dipindahkannya pak Ady, dan tentu saja sehari setelah makan siang penuh cerita bersama Pak Adrian saat itu.
Pihak Manajemen memang sengaja menunda perkenalan, dilakukan pada hari kedua pak Adrian bekerja karena beberapa hal yang belum diselesaikan.
Selepas perginya pak Adrian, mataku kini tertuju ke luar jendela. Hujan mulai turun dengan derasnya membasahi kendaran yang sedang di Parkir. Musim hujan telah tiba.
Sebentar lagi pergantian tahun, dan satu hal yang lebih menyenangkan adalah liburan panjang, cuti bersama, dan bonus akhir tahun.
Mengakhir lamunanku yang berlangsung dalam sekian detik, aku kembali menatap layar komputer dan menyelesaikan pekerjaanku.
Aku baru bergegas pulang pada pukul 19.00 saking banyaknya data yang harus dientry dan laporan yang harus diselesaikan. Maklumlah, akhir tahun memang terasa lebih berat.
Aku menuju parkiran yang disinari lampu-lampu taman yang telah menyala sejak sejam yang lalu. Baru saja aku mendekati tempat motorku diparkir, tiba-tiba sebuah suara menyapa "Baru mau pulang, Din?" Suara pak Adrian dari balik mobil yang diparkir tak jauh dari tempatku berdiri kini.
"Iya, Pak. Abis banyak laporan." Jawabku singkat.
"Makan yuk?" Pak Adrian dengan santainya mengajakku makan malam.
Aku belum percaya dengan apa yang baru saja kudengar.
"Iya pak? Bapak mengajak saya makan malam?" Aku mengkonfirmasi.
"Iya." Jawabnya singkat.
Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan ajakan pak Adrian. Setelah menyetujui tempat makan yang dituju, aku bersama sepeda motorku melaju ke tempat yang dituju, disusul Pak Adrian dengan mobilnya.
Pikiranku tak sempat sedikitpun berpikir tentang Rina, Boby atau pun Shinta yang pernah mendapat sanksi karena melanggar peraturan kantor. Aku hanya sedang makan malam bersama Pak Adrian.
Terlalu banyak hal yang tak perlu diketahui, untuk sebuah kedamaian hati.
Aku duduk manis di depan pak Adrian yang sedang melihat menu makanan.
"Kamu mau makan apa Din?" Tanyanya santai.
"Aku nasi goreng aja." Lapar soalnya.
Aku berusaha sesantai mungkin menjawab dan bersikap. Toh ini di luar kantor.
Tak lama kemudian, pesanan kami pun datang. Aku masih penasaran mengapa pak Adrian mengajakku makan malam.
"Pak, kenapa ngajak saya makan malam? Lagi senang aja ya Pak? " Pertanyaan yang kujawab sendiri.
"Kebetulan, kamu mau pulang. Kalo kamu gak nyaman, pulang aja". Pak Adrian dengan santai mengusirku.
"Bukan begitu Pak" Aku menatapnya dengan tatapan memelas.
"Apa sekarang kamu masih merasa sedang makan dengan sebongkah es batu?" Pak Adrian mengingatkan ku pada kalimatku ketika makan siang bersamanya pada hari pertama bertemu.
"Saya minta maaf, Pak." Aku menyerah. Menyadari bahwa semua ujaran dan tingkah laku kami di Kantor direkam dengan baik oleh Pak Adrian.
Tanpa sadar aku memperhatikan pak Adrian lebih lama. Setelah makan barulah kesadaranku pulih. Ini akan menjadi berita besar untuk Rina dan Boby.
"Liburan akhir tahun mau ke mana Din?" pertanyaan yang membuyarkan kewaspadaanku.
"Belum ada rencana, mau rebahan aja dirumah. Lelah setiap hari kerja".
"Kalo kamu merasa kerjaaanmu berat, kamu boleh berhenti bekerja". Kalimat yang benar-benar membuatku kaget dan spontan memasang wajah cemberut.
"Jadi, Bapak mengajak saya makan malam untuk memata-matai saya, biar saya bisa dipecat ya Pak?"
"Bukan itu maksud saya, Din. Siapa yang mau memecat kamu?" Pak Adrian membantah kesimpulan sepihak dariku.
Setelah membahas tentang beberapa urusan pekerjaan, Pak Adrian menawarkan jasa mengantarkan ku pulang, yang kutolak dengan sopan.
Saat aku menghentikan sepeda motor di depan rumah, aku baru menyadari satu hal. Bahwa Pak Adrian mengikutiku hingga tiba di rumah. Beliau membunyikan klakson mobilnya tanda hendak meneruskan perjalanan, yang kubalas dengan senyuman dibalik helm. Senyuman yang ku lakukan dengan sia-sia setelah menyadari di sini tidak cukup terang, dan pak Adrian tentu tidak melihat senyuman tanda terima kasih yang tulus dariku.
Baru saja masuk ke rumah, ponselku berbunyi. Aku berusaha menemukan ponselku di dalam tas yang cukup besar. Aku membaca sebuah pesan yang masuk, dari Laila yang memberitahu bahwa ia akan pulang minggu depan dan menikmati liburan disini.
Hatiku tak bersorak gembira , namun tidak juga bersedih. Entahlah.
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Siang ini aku memutuskan mengunjungi Laila. Kedatanganku disambut oleh mbak Iyah yang bekerja di rumah Laila sejak lama."Neng Diana, silahkan masuk.""Makasih mbak Iyah, Lailanya ada?" Tanyaku."Ada. Di kamar. Langsung aja ke Kamarnya."Walaupun sudah hampir empat tahun aku tak ke rumah Laila, kedatanganku saat ini tetap disambut dengan hangat oleh mbak Iyah.Aku mengetuk pintu kamar Laila sekali, disusul pintu yang terbuka. Terlihat Laila masih dengan baju tidur dan mata yang membengkak.Benar dugaanku. Laila sedang menangis, dan mungkin saja sudah menangis sejak kemarin. Dugaanku diperkuat oleh banyaknya tisu di tempat sampah kecil berwarna ungu muda di depan pintu kamar mandi Laila."Laaa.." Aku memeluknya."Pak Adrian sudah cerita semuanya. Maafin aku yang ga pernah bertanya tentang kamu, jarang ke sini." Lanjutku"Gapapa, Din." Aku minta maaf sama kamu pernah ganggu hubungan kamu sama Rizky. Kamu berhak bahagia sam
Mungkin luka tak pernah pulih karena kita tak pernah memaafkan.Setelah kejadian makan malam bersama Pak Adrian, ibu jadi sering bertanya siapa pak Adrian. Jujur saja, aku masih merasa bingung dengan sikap pak Adrian yang menghilang setelah kejadian makan malam bersama ibu, aku bertanya-tanya mengapa tak ada pesan yang dikirimkan pak Adrian setelah pulang dari rumahku malam itu. Apakah aku terlalu berharap pak Adrian mengirimkan pesan padaku setiap hari? Kali ini aku kembali memberi peringatan pada diriku untuk tidak mudah merasa nyaman pada siapa pun karena akan mengakibatkan luka. Pak Adrian mungkin hanya kasian padaku.Sejak lulus kuliah dan kandasnya cerita cintaku dengan Rizky, aku selalu menjaga hatiku dengan baik untuk tidak pernah jatuh cinta pada siapapun. Sikapku yang termasuk cuek dan tidak peduli pada sederet pria yang berusaha masuk ke dalam kehidupanku telah membuatku hidup mandiri dan terlampau keras pada diri sendir
Untukmu yang ku sebut harta, hadiah pemberian Tuhan yang terindah dalam hidup.Berulang hatiku patah karenamu, banyak kali kau membuatku kesal dan marah. Namun, sebanyak itu pula maafku ku berikan padamu, entah saat kau meminta maaf, atau pun saat kau hanya mengucapkan canda yang berarti kau menyesalinya..Heiii kamu, hartaku.Satu- satunya yang pernah membuat hati berdegub kencang ketika kau menawarkan temu,yang membuatku berlari kegirangan mengelilingi kamar ku yang kecil ketika kau datang membawa kejutan, namun berusaha keluar dengan ekspresi wajah yang sedang sedang saja.Kamu, yang membuatku menahan sesak tangis saat kau memilih yang lain dan mengabaikanku, tapi yang harus kulakukan adalah menghadapi hari dengan senyuman.Ya, kamu.Apa kabarmu hari ini?hatiku rindu.Hatiku rindu saat dimana kau memelukku, mataku rindu ingin memandang wajah dan senyummu yang indah, telingaku rindu akan canda, aku ingin tertaw
Sejatinya, cerita cinta selalu indah jika tidak tentang pergi, khianat dan luka. Ketika kamu terlalu cinta, kamu rela meminum racun dengan penuh sukacita.Minum racun bukan tentang mengambil segelas cairan pembunuh serangga. Meminum racun dengan penuh sukacita adalah melakukan segala sesuatu, mempertaruhkan segala sesuatu untuk cinta yang salah. Kita semua pernah salah, tapi kesalahan yang paling di sesali adalah melakukan segala hal terbaik demi nama cinta, untuk seseorang yang tak pantas menerimanya.Saat semua baik baik saja, kadang kita lupa bersyukur dan menganggapnya biasa. Syukurilah hari yang cerah, Makanan, Kehidupan, dan kebersamaan dengan orang yang kita cintai. Jangan menyesalinya kemudian hari saat semuanya berubah.***Jalan Sudirman, 56“Kemana kita? Pulang?” tanya Rizky tak sabar tapi tetap fokus dengan tugas menyetirnya.“Iya, Pulang, banyak tu
Sebelum hari yang penuh airmata ini tiba, aku adalah orang yang penuh bahagia. Setiap sudut cerita hidupku adalah perjuangan, tapi bersama bahagia. Tidak seperti hari ini ketika semuanya telah berbeda.***Airmata ku tak henti-hentinya mengalir setelah berhasil ku tahan beberapa menit yang lalu. Masih terbayang dan terus terulang pemandangan tak biasa yang ada didepanku sore ini. Apalagi yang lebih melukai hati ketika melihat sahabat sendiri bersama orang yang kucintai selama ini.Aku menghempaskan diri seenaknya ke kasur dan mulai menangis lagi. Rasanya aku tak percaya jika sahabatku sendiri dengan sadar mengkhianatiku. Tapi adakah yang abadi di dunia yang fana ini? Tak terasa bantalku basah oleh airmataku, dan aku masih saja menangis. Ku pandangi langit langit hijau muda kamarku dengan pandangan kosong. Aku baru saja kehilangan sahabat dan seseorang yang kucintai dalam sekejap saja.Tok..tok..tok..“Din, ay
Perpisahan terjadi karena salah satu pihak sudah tidak ingin bersama.***Kandasnya cerita cintaku dengan Rizky, karena Laila membuat rasa percaya diriku hilang.Aku bertanya tanya apakah ada yang salah dengan diriku, dalam hati aku sangat ingin bertemu Rizky untuk bertanya, meminta penjelasan, dan mengakhiri semuanya dengan lebih jelas, tapi yang terjadi adalah sepertinya Rizky tak berniat menemuiku, atau sekadar mengirim pesan permintaan maaf.Mungkin karena aku yang terlambat menyadari gerak gerik Rizky dan Laila, yang entah sejak kapan sudah saling menyukai.Saat Rizky tidak mengabariku seharian, aku tak pernah menaruh curiga, ataupun saat Laila dan Rizky dan Laila pulang bersama setelah menghabiskan waktu hingga larut malam dirumahku.Perihal penyebab perpisahan ini, aku masih terus menyalahkan diri sendiri. Sambil berderai air mata, aku menemukan sebuah kalimat yang kemudian menguras air mataku lebih
Untukmu yang ku sebut harta, hadiah pemberian Tuhan yang terindah dalam hidup.Berulang hatiku patah karenamu, banyak kali kau membuatku kesal dan marah. Namun, sebanyak itu pula maafku ku berikan padamu, entah saat kau meminta maaf, atau pun saat kau hanya mengucapkan canda yang berarti kau menyesalinya..Heiii kamu, hartaku.Satu- satunya yang pernah membuat hati berdegub kencang ketika kau menawarkan temu,yang membuatku berlari kegirangan mengelilingi kamar ku yang kecil ketika kau datang membawa kejutan, namun berusaha keluar dengan ekspresi wajah yang sedang sedang saja.Kamu, yang membuatku menahan sesak tangis saat kau memilih yang lain dan mengabaikanku, tapi yang harus kulakukan adalah menghadapi hari dengan senyuman.Ya, kamu.Apa kabarmu hari ini?hatiku rindu.Hatiku rindu saat dimana kau memelukku, mataku rindu ingin memandang wajah dan senyummu yang indah, telingaku rindu akan canda, aku ingin tertaw
Mungkin luka tak pernah pulih karena kita tak pernah memaafkan.Setelah kejadian makan malam bersama Pak Adrian, ibu jadi sering bertanya siapa pak Adrian. Jujur saja, aku masih merasa bingung dengan sikap pak Adrian yang menghilang setelah kejadian makan malam bersama ibu, aku bertanya-tanya mengapa tak ada pesan yang dikirimkan pak Adrian setelah pulang dari rumahku malam itu. Apakah aku terlalu berharap pak Adrian mengirimkan pesan padaku setiap hari? Kali ini aku kembali memberi peringatan pada diriku untuk tidak mudah merasa nyaman pada siapa pun karena akan mengakibatkan luka. Pak Adrian mungkin hanya kasian padaku.Sejak lulus kuliah dan kandasnya cerita cintaku dengan Rizky, aku selalu menjaga hatiku dengan baik untuk tidak pernah jatuh cinta pada siapapun. Sikapku yang termasuk cuek dan tidak peduli pada sederet pria yang berusaha masuk ke dalam kehidupanku telah membuatku hidup mandiri dan terlampau keras pada diri sendir
Siang ini aku memutuskan mengunjungi Laila. Kedatanganku disambut oleh mbak Iyah yang bekerja di rumah Laila sejak lama."Neng Diana, silahkan masuk.""Makasih mbak Iyah, Lailanya ada?" Tanyaku."Ada. Di kamar. Langsung aja ke Kamarnya."Walaupun sudah hampir empat tahun aku tak ke rumah Laila, kedatanganku saat ini tetap disambut dengan hangat oleh mbak Iyah.Aku mengetuk pintu kamar Laila sekali, disusul pintu yang terbuka. Terlihat Laila masih dengan baju tidur dan mata yang membengkak.Benar dugaanku. Laila sedang menangis, dan mungkin saja sudah menangis sejak kemarin. Dugaanku diperkuat oleh banyaknya tisu di tempat sampah kecil berwarna ungu muda di depan pintu kamar mandi Laila."Laaa.." Aku memeluknya."Pak Adrian sudah cerita semuanya. Maafin aku yang ga pernah bertanya tentang kamu, jarang ke sini." Lanjutku"Gapapa, Din." Aku minta maaf sama kamu pernah ganggu hubungan kamu sama Rizky. Kamu berhak bahagia sam
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Liburan akhir tahun pun tiba, dengan rutinitas yang melelahkan sepanjang tahun, kini saatnya melepas kepenatan. Aku memang tidak memiliki rencana liburan ke mana pun, menghabiskan waktu dirumah bersama ibu adalah hal yang sangat kusukai.Memiliki tujuh hari liburan adalah hal yang menyenangkan.Laila pun sedang menghabiskan liburan akhir tahun di sini. Cukup lama kami tak bertemu dan bertukar kabar. Laila baruTiga bulan pertama kepergiannya ke Jakarta, kami masih sering berkirim pesan, lalu masing- masing akhirnya larut dalam kesibukannya masing-masing. Barulah minggu lalu Laila memberi tahu bahwa dia akan segera pulang liburan.Aku mengambil handhoneku, berniat untuk mengirim pesan ke Laila tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk dari pak Adrian :"Din, nonton yuk. Ada film baru. Mumpung libur” aku tertegun, mengucak mata seakan tak percaya."Apakah pak Adrian sedang berusaha mendekatiku?" tanyaku dalam hati.Bagaimana jika d
Tahukah kau bahwa kini mendengar namamu, tak lagi membuat hatiku merasakan bahagia?Mendengar namamu, aku tak lagi ingin membuatku bersemangat untuk bercerita kisah kita.Mendengar namamu tak juga membuatku bersedih.Mendengar namamu, berulang. Tak lagi membuatku ingin berlari memelukmu. Sungguh, kamu bukan siapa-siapa lagi di hati.***Suasana makan siang kami berlangsung dengan cukup khidmat, kaku dan dingin tanpa canda dan tawa seperti biasanya.Hal ini terjadi karena adanya orang asing yang semeja dengan kami. Aku duduk di samping Rina sedang di depanku pria pemilik sah gunung es duduk dan makan tanpa sedikit pun peduli pada kami. Aku berharap makhluk di depanku ini segera mengakhiri makannya namun harapan ini nampaknya sia-sia karena dia tetap di sana hingga waktu makan siang pun berakhir.Seusai m
Musim hujan baru saja dimulai diawal November. Dibanding dengan daerah lainnya, kota ku memiliki musim kemarau yang lebih panjang. Musim hujan baru dimulai pada awal atau pertengahan bulan November. Hari ini aku sedang dalam perjalanan untuk wawancara kerja ketika hujan turun tanpa aba-aba dan memaksaku untuk berteduh karena tidak membawa jas hujan.“Permisi…” aku setengah berbisik saat berjalan di depan beberapa pengendara yang juga sedang berteduh ditempat yang sama. Aku memilih melangkah terus hingga ke pojokan karena tempat berteduh ini sudah mulai ramai.“akhirnya hujan juga.” Ucap seorang ibu berdaster dengan motif batik, dan hanya dibalas senyum oleh lawan bicaranya. Sepertinya mereka pun tidak saling kenal,, tapi namanya juga ibu-ibu apa saja pasti ingin dibahas.“Mau kerja dek?” Ibu berdaster itu berpaling kepadaku. Mungkin karena lawan bicara di sampingnya tidak menanggapi obrolan hujannya beberapa menit yang lalu.“Baru mau wawancara kerja
Perpisahan terjadi karena salah satu pihak sudah tidak ingin bersama.***Kandasnya cerita cintaku dengan Rizky, karena Laila membuat rasa percaya diriku hilang.Aku bertanya tanya apakah ada yang salah dengan diriku, dalam hati aku sangat ingin bertemu Rizky untuk bertanya, meminta penjelasan, dan mengakhiri semuanya dengan lebih jelas, tapi yang terjadi adalah sepertinya Rizky tak berniat menemuiku, atau sekadar mengirim pesan permintaan maaf.Mungkin karena aku yang terlambat menyadari gerak gerik Rizky dan Laila, yang entah sejak kapan sudah saling menyukai.Saat Rizky tidak mengabariku seharian, aku tak pernah menaruh curiga, ataupun saat Laila dan Rizky dan Laila pulang bersama setelah menghabiskan waktu hingga larut malam dirumahku.Perihal penyebab perpisahan ini, aku masih terus menyalahkan diri sendiri. Sambil berderai air mata, aku menemukan sebuah kalimat yang kemudian menguras air mataku lebih
Sebelum hari yang penuh airmata ini tiba, aku adalah orang yang penuh bahagia. Setiap sudut cerita hidupku adalah perjuangan, tapi bersama bahagia. Tidak seperti hari ini ketika semuanya telah berbeda.***Airmata ku tak henti-hentinya mengalir setelah berhasil ku tahan beberapa menit yang lalu. Masih terbayang dan terus terulang pemandangan tak biasa yang ada didepanku sore ini. Apalagi yang lebih melukai hati ketika melihat sahabat sendiri bersama orang yang kucintai selama ini.Aku menghempaskan diri seenaknya ke kasur dan mulai menangis lagi. Rasanya aku tak percaya jika sahabatku sendiri dengan sadar mengkhianatiku. Tapi adakah yang abadi di dunia yang fana ini? Tak terasa bantalku basah oleh airmataku, dan aku masih saja menangis. Ku pandangi langit langit hijau muda kamarku dengan pandangan kosong. Aku baru saja kehilangan sahabat dan seseorang yang kucintai dalam sekejap saja.Tok..tok..tok..“Din, ay