Setelah kejadian siang itu ketika Valerie dan Sean bertengkar di telepon, sejak itupula Valerie seperti menjaga jarak dari Sean. Dia tidak lagi berhenti ketika mendapati pria itu di tangga, tidak lagi menanyakan apakah pria itu sudah tiba di rumah, dan tidak lagi meminta bibi menyiapkan makan malam untuknya.
Selama itu pula, tidak ada yang saling berbicara satu sama lain. Kini, rumah itu seperti kembali pada keadaan semula, ketika Valerie belum datang ke sana.Sebenarnya semua itu terjadi bukan karena Sean yang tidak ingin menyapa lebih dulu. Dia selalu mencoba untuk bertemu dengan Valerie, tetapi Istrinya itu selalu saja menghindar.Seperti pagi ini, Sean kembali menunggu Valerie di tangga. Dia berniat menahan wanita itu agar mereka bisa berbicara. Jujur saja, Sean tidak tahan dengan semua keadaan ini, terutama saat dia tidak lagi mendengar suara Valerie.Sean menunggu sejenak, hingga beberapa saat kemudian terdengar bunyi hills yang beraPutra yang sedang duduk di kursi kerjanya saat itu, hanya bisa menatap semua jadwal yang Sean miliki tetapi tidak melakukan apapun terhadap semua itu. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang salah di sana.“Tapi apa yang salah?” ucap Putra.Putra sudah memeriksa semua jadwal itu sejak tadi, tetapi tidak menemukan kesalahan apapun seperti yang dia pikirkan. Semua jadwal Sean sudah dia atur dengan baik, dan sejauh ini tidak ada masalah sama sekali.Jika bukan jadwal Sean yang bermasalah, apakah itu berarti dirinya sendiri yang bermasalah? “Ah tentu saja tidak. Tidak ada yang salah denganku,” ucap Putra lagi.Putra bahkan tidak henti-hentinya memikirkan semua itu sejak tadi. “Itu berarti, memang dia yang bermasalah,” kata Putra setelah menyadari semuanya.Itu benar. Semua hal sudah diatur dengan baik dan rapi, tetapi Sean selalu saja bersikap seolah mereka melakukan banyak kesalahan. Dia juga tidak per
Ketika akhir pekan, Sean mulai mengambil inisiatif untuk mendekati Valerie lebih dulu. Jika dirinya terus berdiam diri dan menunggu Valerie yang memulai lebih dulu, mungkin saja itu akan membutuhkan waktu sangat lama.Dalam sekejap saja, dua minggu sudah berlalu. Jadi jika terus menunggu, maka bisa saja Sean akan menyesali hal itu nanti.Sean kini berdiri di depan pintu kamar Valerie, dan berniat untuk mengetuk. Tetapi dia masih belum yakin apa yang akan dia katakan.“Mari makan siang bersama,” ucap Sean pelan seraya menyiapkan kalimat yang bagus.Tetapi setelahnya, dia malah menggeleng. “Itu terlalu biasa,” ujar Sean lagi.Dia masih mencari kalimat yang tepat dan tidak kunjung mengetuk pintu. Di saat dia sudah merasa yakin dan akan mengetuk, pintu itu malah terbuka dengan sendirinya.Di sana, ada Valerie yang berdiri di hadapannya dengan mengenakan setelan berbentuk crop top dan celana pendek
Karena Sean yang tidak kunjung melepaskan pelukannya pada Valerie sejak tadi, itu membuat Valerie menjadi kesal dengan tingkahnya. Ketika memikirkan tentang cara melarikan diri, Valerie lantas menyadari sesuatu.Dia tersenyum simpul dan berencana untuk menjalankan rencananya. Jika sedari tadi Valerie memberikan jawaban yang bertentangan dengan Sean, maka kali ini berbeda. Valerie menaikkan lengannya dan meletakkannya di leher Sean.Sean yang menyadari bahwa Valerie melingkarkan tangannya itupun, mulai merasakan sensasi berbeda. Dia menjauhkan wajahnya yang sejak tadi bersandar di bahu Valerie dan mencoba memastikan bahwa dugaannya tidak salah.Karena Sean menjauhkan wajahnya, maka kini dia dan Valerie bisa saling menatap satu sama lain. Benar saja dugaannya tadi, karena kini Valerie masih melingkarkan kedua tangannya di leher Sean, dengan posisi lengan Sean yang memeluk pinggang Valerie dengan erat.Tentu saja saat itu Sean bisa merasakan
Setelah kejadian siang itu, Valerie dan Sean menyantap makan malam dengan jarak yang cukup jauh. Meski kenyataannya, mereka memang duduk seperti itu sejak awal pernikahan mereka. Tetapi kali ini, melihat Valerie yang mengambil tempat duduk di hadapannya membuat Sean tidak bisa berbuat banyak. Jika awalnya Valerie menggerai rambutnya sebelum makan, maka entah sejak kapan dia sudah mengikat rambutnya. Padahal Valerie sama sekali tidak membawa ikat rambut bersamanya tadi. Mereka berdua makan dengan tenang, meskipun pandangan Sean terpusat pada Valerie sejak tadi. Dia tersenyum ketika memikirkan adegan ciuman mereka beberapa saat yang lalu. “Ternyata dia menjadi agresif karena berniat menghentikannya,” batin Sean. Ketika Valerie menghentikan adegan mereka dan mengatakan bahwa ada yang datang, itu memang benar. Karena setelah itu Bi Tina muncul dan mengatakan bahwa makan siang sudah disajikan. Jika saja Sean melakukan adegan itu di kamar, maka sudah bisa dipastikan tidak ada yang bisa
Ketika saatnya makan malam, saat itu Valerie masih berada di kamarnya. Dia masih memakai skincare lebih dulu barulah mengenakan pakaiannya. Meskipun malam hari, Valerie tidak langsung memakai pakaian tidur. Dia mengenakan gaun lebih dulu karena masih akan turun untuk makan malam. Seperti itulah kebiasaannya. Tidak perlu waktu lama untuk Valerie mengenakan pakaiannya. Dia mengambil jepitan rambutnya dan bergegas untuk turun. Jika dia masih berlama-lama di sana, maka Sean bisa saja datang untuk memanggilnya lagi. “Untunglah besok senin,” ujar Valerie. Jika orang lain akan merasa malas untuk menjalani hari di hari senin, maka Valerie sebaliknya. Setidaknya dengan bekerja, dia tidak perlu bertemu dengan Sean lebih lama. Mereka mungkin hanya akan bertemu ketika pulang kerja, dan terkadang saat akan berangkat. Begitu Valerie akan menuruni tangga, dari arah berlawanan dia berpapasan dengan Sean. Pria itu pasti juga akan turun untuk makan malam. Jadilah mereka berdua turun bersama. Sean
Karena Valerie sudah terlanjur mengatakan bahwa dia akan makan kue setelah ini, jadilah dia bergegas untuk pergi. Dia juga tidak merasa masalah jika meninggalkan Sean, karena pria itu juga sudah selesai dengan makan malamnya. “Mau kemana?” tanya Sean begitu menyadari pergerakan Valerie. Tentu saja Valerie tidak akan mengatakan bahwa dia akan makan kue. Dia tidak ingin Sean lantas menginginkan hal yang sama juga. “Aku harus mengambil air,” jawab Valerie. Tetapi sebelum pergi, Valerie kembali menatap Sean. “Apa lagi yang kamu lakukan disitu?” tanya Valerie karena sejak tadi Sean tidak kunjung beranjak. Sama seperti Valerie yang kebingungan, Sean juga sama. Dia tidak mengerti mengapa dia masih saja duduk di sana dan tidak langsung beranjak. Apa itu karena Valerie masih berada di sana? “Saya menunggu kamu,” kata Sean. Mendengar kalimat itu, Valerie lantas menolak dengan cepat. “Tidak perlu. Aku akan langsung naik setelah ini, jadi pergi saja lebih dulu,” balas Valerie. Jika Valeri
“Bukankah kamu juga menikmatinya? Hmm?” ucap Sean yang kembali melumat bibir Valerie lagi.Tidak salah jika Sean menyebutnya sebagai kesibukan baru. Dia benar-benar sibuk sekarang. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang lainnya.Sean yang sejak tadi tidak melepaskan bibir Valerie, kini mulai turun dan menyusuri leher jenjang milik Valerie. Dia memberikan banyak ciuman di sana, dan Valerie hanya bisa menahan napas geli.Tentu saja Sean menyadari jika Valerie juga mulai menikmati perbuatannya. Karena itulah dia terus mencium leher Valerie hingga kini tempat itu sudah mulai dipenuhi air liur Sean.“Tidak perlu menahannya, kamu bisa berteriak sesukamu,” ucap Sean.“Kalau begitu berhenti menciumku seperti itu,” balas Valerie.Bukannya berhenti, Sean semakin melancarkan aksinya. Dia memeluk pinggang istrinya itu dengan erat, tetapi terus saja menggerakan tangannya dan tidak tinggal dia
Keesokan harinya, Valerie bangun dari kasurnya dan langsung menuju cermin. Dia memperhatikan lehernya dan memastikan tidak ada tanda aneh di sana.“Untunglah bisa hilang dengan cepat,” ujar Valerie.Semalam setelah kejadian itu, Valerie mencoba untuk membersihkan lehernya dengan menggunakan segala skincare yang dia miliki. Untung saja usahanya tidak sia-sia.Pagi itu Valerie tidak ingin lagi berlama-lama. Setelah dia siap dengan pakaian kantornya, Valerie langsung bergegas menuju dapur. Dia sengaja turun lebih awal untuk menyiapkan sarapannya.“Apa nyonya membutuhkan sesuatu? Bibi akan membuatnya,” ucap Bibi yang melihat Valerie sudah berada di dapur.“Jangan Bi, saya masak sendiri saja,” balas Valerie.Ketika Sean keluar dari kamarnya, dia menatap ke arah jalan menuju kamar Valerie. Sean tidak mungkin menyapa lagi pagi ini.“Apa dia sudah berangkat?” ujar Sea