Karena Valerie sudah terlanjur mengatakan bahwa dia akan makan kue setelah ini, jadilah dia bergegas untuk pergi. Dia juga tidak merasa masalah jika meninggalkan Sean, karena pria itu juga sudah selesai dengan makan malamnya. “Mau kemana?” tanya Sean begitu menyadari pergerakan Valerie. Tentu saja Valerie tidak akan mengatakan bahwa dia akan makan kue. Dia tidak ingin Sean lantas menginginkan hal yang sama juga. “Aku harus mengambil air,” jawab Valerie. Tetapi sebelum pergi, Valerie kembali menatap Sean. “Apa lagi yang kamu lakukan disitu?” tanya Valerie karena sejak tadi Sean tidak kunjung beranjak. Sama seperti Valerie yang kebingungan, Sean juga sama. Dia tidak mengerti mengapa dia masih saja duduk di sana dan tidak langsung beranjak. Apa itu karena Valerie masih berada di sana? “Saya menunggu kamu,” kata Sean. Mendengar kalimat itu, Valerie lantas menolak dengan cepat. “Tidak perlu. Aku akan langsung naik setelah ini, jadi pergi saja lebih dulu,” balas Valerie. Jika Valeri
“Bukankah kamu juga menikmatinya? Hmm?” ucap Sean yang kembali melumat bibir Valerie lagi.Tidak salah jika Sean menyebutnya sebagai kesibukan baru. Dia benar-benar sibuk sekarang. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang lainnya.Sean yang sejak tadi tidak melepaskan bibir Valerie, kini mulai turun dan menyusuri leher jenjang milik Valerie. Dia memberikan banyak ciuman di sana, dan Valerie hanya bisa menahan napas geli.Tentu saja Sean menyadari jika Valerie juga mulai menikmati perbuatannya. Karena itulah dia terus mencium leher Valerie hingga kini tempat itu sudah mulai dipenuhi air liur Sean.“Tidak perlu menahannya, kamu bisa berteriak sesukamu,” ucap Sean.“Kalau begitu berhenti menciumku seperti itu,” balas Valerie.Bukannya berhenti, Sean semakin melancarkan aksinya. Dia memeluk pinggang istrinya itu dengan erat, tetapi terus saja menggerakan tangannya dan tidak tinggal dia
Keesokan harinya, Valerie bangun dari kasurnya dan langsung menuju cermin. Dia memperhatikan lehernya dan memastikan tidak ada tanda aneh di sana.“Untunglah bisa hilang dengan cepat,” ujar Valerie.Semalam setelah kejadian itu, Valerie mencoba untuk membersihkan lehernya dengan menggunakan segala skincare yang dia miliki. Untung saja usahanya tidak sia-sia.Pagi itu Valerie tidak ingin lagi berlama-lama. Setelah dia siap dengan pakaian kantornya, Valerie langsung bergegas menuju dapur. Dia sengaja turun lebih awal untuk menyiapkan sarapannya.“Apa nyonya membutuhkan sesuatu? Bibi akan membuatnya,” ucap Bibi yang melihat Valerie sudah berada di dapur.“Jangan Bi, saya masak sendiri saja,” balas Valerie.Ketika Sean keluar dari kamarnya, dia menatap ke arah jalan menuju kamar Valerie. Sean tidak mungkin menyapa lagi pagi ini.“Apa dia sudah berangkat?” ujar Sea
Ketika Putra masih sibuk di meja kerjanya, tiba-tiba saat itu Sean berjalan keluar. Melihat hal itu Putra lantas bangun dari posisinya.“Ada apa, bos?” tanya Putra.“Tinjau lokasi. Bukankah sudah waktunya?” ucap Sean.Putra memeriksa arloji yang sedang dia kenakan dan menyadari bahwa ucapan Sean memang benar. Mereka memiliki jadwal untuk memeriksa sebuah tempat hari ini.Tetapi tanpa menunggu Putra bersiap, Sean langsung pergi begitu saja. Akhirnya Putra bergegas dan segera mengikuti pria itu.Di sisi lain, saat itu Valerie sedang berada di mal bersama dengan Clara dan Aldo. Mereka sengaja datang untuk memeriksa produk yang sedang dipasarkan, sembari memantau penjualannya.“Snack ini enak. Aku sudah menduga ini akan laku di pasaran,” ujar Clara.“Aishh gayamu,” balas Valerie yang ternyata sedang berada di dekat Clara saat itu.Menyadari bahwa Valeri
Begitu mereka selesai berbelanja, Aldo langsung mendorong troli itu ke arah parkiran. Siang tadi mereka bertiga berangkat bersama dari kantor dengan menggunakan mobil Valerie, karena Aldo dan Clara yang kompak tidak membawa mobil hari ini. “Lihat dia. Sudah seperti bapak-bapak saja,” ucap Clara yang melihat Aldo begitu telaten mengatur semua barang belanjaan mereka tadi di bagasi. Mendengar itu, Valerie lantas mengangguk setuju. “Dia masih sangat muda, tapi sudah mengerti tanggung jawab,” kata Valerie. Valerie tidak mengerti alasan mengapa Sean memiliki hubungan yang buruk dengan sepupunya itu. Padahal sejauh yang Valerie ketahui, Aldo adalah sosok pemuda yang baik. Dia selalu menanyakan kabar orang tuanya, dan tidak lupa menyapa orang tua Sean ketika berada di kantor. Tanpa sadar, saat itu Aldo sudah selesai dengan kegiatannya. Dia memberikan troli itu kepada petugas dan tidak lupa mengucapkan terimakasih. Mereka sudah berencana untuk makan di restoran yang ada di dekat pusat pe
Saat dimana Valerie sedang duduk berdua bersama dengan Aldo sembari tertawa lepas, saat itu Sean juga berada di tempat yang sama. Sean dan Putra baru saja tiba dan akan singgah untuk makan sebentar, sebelum Putra melihat bahwa ada Valerie dan Aldo yang sedang berduaan di sana. Melihat hal itu, Putra lantas mengunci pintu mobil mereka. Dia tidak mungkin membiarkan Sean turun sekarang. Tidak disaat seperti ini. “Apa ini?” ucap Sean dengan nada yang terlewat datar ketika dia menyadari bahwa pintu mobil itu masih belum dibuka kuncinya. Sean tidak memiliki banyak kesabaran, dan dia tidak punya waktu untuk bercanda. Waktunya benar-benar berharga. Tetapi meski tahu bahwa dia sudah membuat Sean kesal, Putra tetap saja tidak bergerak. Dia sedang mencari cara agar Sean mau merubah tempat makan mereka. “Bagaimana jika makan di tempat lain?” ujar Putra mengusulkan. Mendengar itu, Sean sama sekali tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menghela napas kesal sembari menatap Putra dengan taj
Keesokan harinya, Sean turun lebih cepat dari biasanya. Dia sudah menanyakan tentang keberadaan Valerie, dan pelayan mengatakan bahwa Valerie sudah berada di meja makan saat ini. Jika tebakan Sean benar, maka Valerie akan memasak untuk dirinya sendiri sama seperti hari kemarin. Dia seolah tidak ingin berbagi makanan yang sama dengan Sean. Begitu Sean sampai di ruang makan, dia mendapati Valerie yang baru saja datang dengan membawa secangkir minuman dari arah dapur. Sean menatap Valerie meski wanita itu tidak balas menatapnya. “Kamu masih tidak ingin berbicara?” ujar Sean. Sean terus saja berdiri sejak tadi meskipun pelayan sudah menarik kursi untuk dia duduki. Sean hanya memberikan perintah dengan tangannya dan pelayan langsung undur diri dari sana. Valerie sekali tidak peduli dengan pria itu dan semua perkataannya. Dia hanya memotong roti lapis miliknya dan menyantapnya dengan perlahan. Melihat Semua itu, Sean akhir duduk sejenak. Dia berusaha untuk menahan diri sejak tadi, kar
Kini Putra dan Sean sedang berada di parkiran, tetapi mobil mereka belum juga berangkat sejak tadi. Padahal Putra sudah bersiap untuk pergi dan hanya menunggu perintah Sean saja. “Apa ada sesuatu yang tertinggal?” tanya Putra perlahan. Di bagian bangku penumpang, Putra bisa melihat Sean yang sedang duduk seraya memijat pelipisnya perlahan. Dia seperti seseorang yang sedang memiliki banyak beban pikiran, hingga kesulitan untuk berpikir. Karena melihat gelagat Sean yang seperti itu, Putra kembali terdiam dan tidak lagi melanjutkan kalimatnya. Melihatnya saja sudah membuat Putra pening, apalagi jika dia mengalami semuanya sendiri. Ketika Putra masih menunggu dengan diam, saat itu Sean akhirnya mulai membuka suara, “Kamu punya nomor telepon Valerie?” tanya Sean. Putra yang kaget karena tidak menduga bahwa Sean akan berbicara saat itupun lantas berbalik dan menatap ke arah bangku penumpang. “Aku punya,” balas Putra. Awalnya Sean tampak ragu, tetapi kali ini dia kembali meneruskan kali