Karena Sean yang tidak kunjung melepaskan pelukannya pada Valerie sejak tadi, itu membuat Valerie menjadi kesal dengan tingkahnya. Ketika memikirkan tentang cara melarikan diri, Valerie lantas menyadari sesuatu.
Dia tersenyum simpul dan berencana untuk menjalankan rencananya. Jika sedari tadi Valerie memberikan jawaban yang bertentangan dengan Sean, maka kali ini berbeda. Valerie menaikkan lengannya dan meletakkannya di leher Sean.Sean yang menyadari bahwa Valerie melingkarkan tangannya itupun, mulai merasakan sensasi berbeda. Dia menjauhkan wajahnya yang sejak tadi bersandar di bahu Valerie dan mencoba memastikan bahwa dugaannya tidak salah.Karena Sean menjauhkan wajahnya, maka kini dia dan Valerie bisa saling menatap satu sama lain. Benar saja dugaannya tadi, karena kini Valerie masih melingkarkan kedua tangannya di leher Sean, dengan posisi lengan Sean yang memeluk pinggang Valerie dengan erat.Tentu saja saat itu Sean bisa merasakanSetelah kejadian siang itu, Valerie dan Sean menyantap makan malam dengan jarak yang cukup jauh. Meski kenyataannya, mereka memang duduk seperti itu sejak awal pernikahan mereka. Tetapi kali ini, melihat Valerie yang mengambil tempat duduk di hadapannya membuat Sean tidak bisa berbuat banyak. Jika awalnya Valerie menggerai rambutnya sebelum makan, maka entah sejak kapan dia sudah mengikat rambutnya. Padahal Valerie sama sekali tidak membawa ikat rambut bersamanya tadi. Mereka berdua makan dengan tenang, meskipun pandangan Sean terpusat pada Valerie sejak tadi. Dia tersenyum ketika memikirkan adegan ciuman mereka beberapa saat yang lalu. “Ternyata dia menjadi agresif karena berniat menghentikannya,” batin Sean. Ketika Valerie menghentikan adegan mereka dan mengatakan bahwa ada yang datang, itu memang benar. Karena setelah itu Bi Tina muncul dan mengatakan bahwa makan siang sudah disajikan. Jika saja Sean melakukan adegan itu di kamar, maka sudah bisa dipastikan tidak ada yang bisa
Ketika saatnya makan malam, saat itu Valerie masih berada di kamarnya. Dia masih memakai skincare lebih dulu barulah mengenakan pakaiannya. Meskipun malam hari, Valerie tidak langsung memakai pakaian tidur. Dia mengenakan gaun lebih dulu karena masih akan turun untuk makan malam. Seperti itulah kebiasaannya. Tidak perlu waktu lama untuk Valerie mengenakan pakaiannya. Dia mengambil jepitan rambutnya dan bergegas untuk turun. Jika dia masih berlama-lama di sana, maka Sean bisa saja datang untuk memanggilnya lagi. “Untunglah besok senin,” ujar Valerie. Jika orang lain akan merasa malas untuk menjalani hari di hari senin, maka Valerie sebaliknya. Setidaknya dengan bekerja, dia tidak perlu bertemu dengan Sean lebih lama. Mereka mungkin hanya akan bertemu ketika pulang kerja, dan terkadang saat akan berangkat. Begitu Valerie akan menuruni tangga, dari arah berlawanan dia berpapasan dengan Sean. Pria itu pasti juga akan turun untuk makan malam. Jadilah mereka berdua turun bersama. Sean
Karena Valerie sudah terlanjur mengatakan bahwa dia akan makan kue setelah ini, jadilah dia bergegas untuk pergi. Dia juga tidak merasa masalah jika meninggalkan Sean, karena pria itu juga sudah selesai dengan makan malamnya. “Mau kemana?” tanya Sean begitu menyadari pergerakan Valerie. Tentu saja Valerie tidak akan mengatakan bahwa dia akan makan kue. Dia tidak ingin Sean lantas menginginkan hal yang sama juga. “Aku harus mengambil air,” jawab Valerie. Tetapi sebelum pergi, Valerie kembali menatap Sean. “Apa lagi yang kamu lakukan disitu?” tanya Valerie karena sejak tadi Sean tidak kunjung beranjak. Sama seperti Valerie yang kebingungan, Sean juga sama. Dia tidak mengerti mengapa dia masih saja duduk di sana dan tidak langsung beranjak. Apa itu karena Valerie masih berada di sana? “Saya menunggu kamu,” kata Sean. Mendengar kalimat itu, Valerie lantas menolak dengan cepat. “Tidak perlu. Aku akan langsung naik setelah ini, jadi pergi saja lebih dulu,” balas Valerie. Jika Valeri
“Bukankah kamu juga menikmatinya? Hmm?” ucap Sean yang kembali melumat bibir Valerie lagi.Tidak salah jika Sean menyebutnya sebagai kesibukan baru. Dia benar-benar sibuk sekarang. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang lainnya.Sean yang sejak tadi tidak melepaskan bibir Valerie, kini mulai turun dan menyusuri leher jenjang milik Valerie. Dia memberikan banyak ciuman di sana, dan Valerie hanya bisa menahan napas geli.Tentu saja Sean menyadari jika Valerie juga mulai menikmati perbuatannya. Karena itulah dia terus mencium leher Valerie hingga kini tempat itu sudah mulai dipenuhi air liur Sean.“Tidak perlu menahannya, kamu bisa berteriak sesukamu,” ucap Sean.“Kalau begitu berhenti menciumku seperti itu,” balas Valerie.Bukannya berhenti, Sean semakin melancarkan aksinya. Dia memeluk pinggang istrinya itu dengan erat, tetapi terus saja menggerakan tangannya dan tidak tinggal dia
Keesokan harinya, Valerie bangun dari kasurnya dan langsung menuju cermin. Dia memperhatikan lehernya dan memastikan tidak ada tanda aneh di sana.“Untunglah bisa hilang dengan cepat,” ujar Valerie.Semalam setelah kejadian itu, Valerie mencoba untuk membersihkan lehernya dengan menggunakan segala skincare yang dia miliki. Untung saja usahanya tidak sia-sia.Pagi itu Valerie tidak ingin lagi berlama-lama. Setelah dia siap dengan pakaian kantornya, Valerie langsung bergegas menuju dapur. Dia sengaja turun lebih awal untuk menyiapkan sarapannya.“Apa nyonya membutuhkan sesuatu? Bibi akan membuatnya,” ucap Bibi yang melihat Valerie sudah berada di dapur.“Jangan Bi, saya masak sendiri saja,” balas Valerie.Ketika Sean keluar dari kamarnya, dia menatap ke arah jalan menuju kamar Valerie. Sean tidak mungkin menyapa lagi pagi ini.“Apa dia sudah berangkat?” ujar Sea
Ketika Putra masih sibuk di meja kerjanya, tiba-tiba saat itu Sean berjalan keluar. Melihat hal itu Putra lantas bangun dari posisinya.“Ada apa, bos?” tanya Putra.“Tinjau lokasi. Bukankah sudah waktunya?” ucap Sean.Putra memeriksa arloji yang sedang dia kenakan dan menyadari bahwa ucapan Sean memang benar. Mereka memiliki jadwal untuk memeriksa sebuah tempat hari ini.Tetapi tanpa menunggu Putra bersiap, Sean langsung pergi begitu saja. Akhirnya Putra bergegas dan segera mengikuti pria itu.Di sisi lain, saat itu Valerie sedang berada di mal bersama dengan Clara dan Aldo. Mereka sengaja datang untuk memeriksa produk yang sedang dipasarkan, sembari memantau penjualannya.“Snack ini enak. Aku sudah menduga ini akan laku di pasaran,” ujar Clara.“Aishh gayamu,” balas Valerie yang ternyata sedang berada di dekat Clara saat itu.Menyadari bahwa Valeri
Begitu mereka selesai berbelanja, Aldo langsung mendorong troli itu ke arah parkiran. Siang tadi mereka bertiga berangkat bersama dari kantor dengan menggunakan mobil Valerie, karena Aldo dan Clara yang kompak tidak membawa mobil hari ini. “Lihat dia. Sudah seperti bapak-bapak saja,” ucap Clara yang melihat Aldo begitu telaten mengatur semua barang belanjaan mereka tadi di bagasi. Mendengar itu, Valerie lantas mengangguk setuju. “Dia masih sangat muda, tapi sudah mengerti tanggung jawab,” kata Valerie. Valerie tidak mengerti alasan mengapa Sean memiliki hubungan yang buruk dengan sepupunya itu. Padahal sejauh yang Valerie ketahui, Aldo adalah sosok pemuda yang baik. Dia selalu menanyakan kabar orang tuanya, dan tidak lupa menyapa orang tua Sean ketika berada di kantor. Tanpa sadar, saat itu Aldo sudah selesai dengan kegiatannya. Dia memberikan troli itu kepada petugas dan tidak lupa mengucapkan terimakasih. Mereka sudah berencana untuk makan di restoran yang ada di dekat pusat pe
Saat dimana Valerie sedang duduk berdua bersama dengan Aldo sembari tertawa lepas, saat itu Sean juga berada di tempat yang sama. Sean dan Putra baru saja tiba dan akan singgah untuk makan sebentar, sebelum Putra melihat bahwa ada Valerie dan Aldo yang sedang berduaan di sana. Melihat hal itu, Putra lantas mengunci pintu mobil mereka. Dia tidak mungkin membiarkan Sean turun sekarang. Tidak disaat seperti ini. “Apa ini?” ucap Sean dengan nada yang terlewat datar ketika dia menyadari bahwa pintu mobil itu masih belum dibuka kuncinya. Sean tidak memiliki banyak kesabaran, dan dia tidak punya waktu untuk bercanda. Waktunya benar-benar berharga. Tetapi meski tahu bahwa dia sudah membuat Sean kesal, Putra tetap saja tidak bergerak. Dia sedang mencari cara agar Sean mau merubah tempat makan mereka. “Bagaimana jika makan di tempat lain?” ujar Putra mengusulkan. Mendengar itu, Sean sama sekali tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menghela napas kesal sembari menatap Putra dengan taj