Keyla melambaikan tangannya ketika mobil yang dikemudikan Rani dan Ani menjauh dari halaman rumah mereka. Sedangkan Adrian memilih untuk kembali masuk lebih dulu mengabaikan Keyla. "Adrian tunggu," cegah Keyla menghalangi langkahnya. "Ada apa?" Keyla menadahkan tangannya seolah menunggu Adrian memberikan sesuatu untuknya. "Maksudmu apa?" Adrian mencoba memahami maksud Keyla yang tiba-tiba menadahkan tangannya. "Uang jajan, kosan sama bayaran sekolah." Adrian memutar bola matanya. "Berapa nomor rekening-mu?" Keyla tak menjawab, melainkan mengirim pesan ke ponsel Adrian hingga terdengar notif pesan masuk. "Itu nomor rekeningku. Aku harap kamu nggak mengurangi uang jajanku." Tak lama notif pesan masuk ke ponsel Keyla, sudut bibirnya terangkat ketika melihat nominal yang masuk ke rekeningnya."Harus cukup selama satu bulan," ujar Adrian berjalan menjauh. "Ah, menyebalkan sekali. Uang segini mana cukup," protes Keyla. Dia pikir uang sepuluh juta itu hanya biaya hidupnya selama sem
Seperti biasa Adrian datang ke kantornya dengan penampilan yang begitu tampan dan berkarisma. Mengalihkan perhatian semua orang yang melihatnya. “Selamat pagi, Pak.” “Pagi,” jawab Adrian dengan suara bariton. Mereka yang mendapat balasan sapaan Adrian pun seketika meleleh dibuatnya. “Berhenti memandangi suami orang,” ucap Kevin yang tiba-tiba saja muncul di belakang para staf yang mengagumi atasannya itu. “Pa-pagi Pak.” Mereka berhamburan menjauh dari pintu lift. “Menyebalkan, si Kevin selalu muncul disaat yang nggak tepat,” gerutu wanita berambut panjang. “Aku dengar mereka itu pasangan gay,” bisik wanita berambut pendek. Semua orang yang ada di sana terkejut dengan ucapan wanita itu “Hei, jangan menyebarkan gosip yang nggak-nggak. Pak Adrian itu masih normal dan kalian tahu kenapa tiga hari kemarin dia nggak masuk kantor?” Mereka kompak menggelengkan kepala. Wanita itu pun menunjukkan sebuah foto. “Lihat, dia sudah menikah.” “HAH ...!” Mereka terkejut tak percaya dengan a
Satu persatu para mahasiswa keluar dari kampus. Adrian yang sedari tadi memperhatikan pun keluar dari dalam mobilnya karena lelah menunggu Keyla yang tak kunjung keluar. Semua mata para mahasiswi terus menatap ke arah Adrian. Sesekali mereka saling berbisik lalu tersenyum kepadanya seolah sedang membicarakannya. "Ternyata pesonaku masih begitu memikat sampai mereka terus menatapku?" batin Adrian sambil membuka kacamata hitamnya. Dengan sengaja dia duduk di cup mobil menunjukkan ketampanannya ke para mahasiswi yang ada di sana. Saat sedang mengagumi dirinya sendiri, tak sengaja pandangan Adrian tertuju pada sosok wanita yang sedari tadi dia tunggu. "Akhirnya dia muncul juga." Mata Adrian terus mengikuti Keyla— berjalan beriringan dengan teman-temannya. Namun, saat Adrian akan menghampiri Keyla, terlihat seorang pria tiba-tiba saja menariknya dengan kasar. "Siapa pria itu. Tunggu apa dia pacar Keyla?!" Adrian menyeringai seolah sedang merencanakan sesuatu kepada Keyla. Diam-diam d
Suara gemercik air bersatu dengan alunan musik yang sedang diputar. Sesekali Keyla ikut bernyanyi tak mempedulikan suaranya yang pas-pasan. "Keyla, pinjam handuk!" teriak Adrian dari dalam kamar mandi. "KEYLA, aku pinjam handuk!" Sama sekali tak terdengar sahutan dari dalam kamar. "Argh, sial. Ke mana dia?" Adrian melihat tubuhnya yang basah lalu beralih ke baju bekasnya yang berada di keranjang baju kotor. Perlahan Adrian membuka pintu menyembulkan kepalanya mencari sosok Keyla. "Keyla, pinjam handuk." "Hah, ada ap— argh ... Kenapa kamu nggak pakai handuk?" tanya Keyla sembari menutup mata dengan kedua tangannya. Tunggu bukankah Keyla sudah pernah melihat sebelumnya? Tapi dia masih terkejut melihat milik Adrian di depan kedua matanya. "Dari tadi aku teriak minta handuk, tapi kamu sama sekali nggak dengar!" Keyla hanya berdesis kemudian mengambil handuk yang ada di lemarinya. "Ini." "Ambil bajuku di mobil!" "Apa, kamu menyuruhku mengambil bajumu? Dengar aku bukan bawa
Suara lantunan musik bersahutan dengan percakapan orang di sekeliling. Sudut bibir Keyla memicing sambil menatap tajam ke arah Adrian yang sedang menikmati makanannya. "Kamu nggak makan?" tanya Adrian. Keyla berdecak lalu menyendok makanan ke mulutnya. "Sejak kapan kita seakrab ini. Bahkan leluconmu itu sangat menjijikan!" gerutu Keyla sembari mendelik. "Ehm, kenapa kamu masih marah soal tadi? Ayolah Keyla, aku hanya bercanda lagi pula aku nggak akan menyentuhmu. Melihat tubuhmu saja sama sekali tak membuat libidoku tertarik." Keyla mengeratkan gigi, hatinya terus memakai pria yang ada di depannya. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu setelah mereka berdua bercinta. "Bercanda ...? dengar ya kita tak sedekat itu sampai kamu bercanda seleluasa ini denganku. Dengar Adrian, kita hanya menikah kontrak yang saling menguntungkan. Apa kamu pikir aku juga mau tidur dengan pria sepertimu!" Adrian mengangguk berkata, "Baguslah, karena kita saling membenci nggak akan ada hubungan su
Keyla terperangah mendengar ucapan sahabatnya itu, sontak langkah Keyla terhenti lalu berbalik menatap tajam ke arah Ines. "Singkirkan pikiran jahatmu itu. Aku menikah dengan Adrian karena dari kecil kita sudah di jodohkan," jelas Keyla. Ines terdiam sesaat sebelum akhirnya dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Kamu beruntung sekali, aku benar-benar iri. Bagaimana bisa di jodohkan dengan pria yang begitu tampan." Lagi-lagi Ines memuji Adrian membuat Keyla semakin kesal. "Jangan ikuti kita lagi. Aku ingin menikmati waktuku bersama suamiku. Iya kan Sayang?" ujar Keyla memutar bola matanya seolah kode agar Adrian mengikuti permainannya. "Ah iya, sampai ketemu lagi," ucap Adrian mengikuti Keyla yang terus menarik lengannya. Keduanya semakin menjauh meninggalkan Ines yang masih menatap punggung mereka. "Lepaskan tanganku!" Keyla tak melepaskan tangan Adrian hingga mereka keluar dari restoran tersebut. Sesampainya di depan mobil Keyla menepis tangan
Suara pria dan wanita terdengar sedang berolahraga malam tembus hingga terdengar di telinga Keyla dan Adrian yang masih terjaga di dalam kamar mereka.Jantung Keyla berdegup dengan kencang saat mendengar geraman pria setelah selesai berolahraga malam. Keyla menelan saliva-nya kemudian berbalik sambil menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Masih teringat jelas saat Adrian menggeram di telinganya sambil berbisik, 'Aku mencintaimu, Nadia.' "Ehm, Keyla apa kamu belum tidur?" Keyla tak bergeming tak ingin menjawab ucapan Adrian. Dia yakin jika pria itu mendengar hal yang sama sepertinya. "Key, aku lapar," ucapnya lagi. "Keyla." Adrian menggoyangkan tubuh Keyla agar dia bangun. "Apa sih!" Adrian terperanjat melihat reaksi Keyla. "Sial, kamu membuatku kaget saja. Aku lapar, bisakah kamu belikan aku makan?" "Apa kamu gila, ini sudah jam dua belas malam. Kamu pergi saja sendiri atau nggak kamu tahan sampai besok pagi." Setelah puas memarahi
Riuh terdengar suara Ines yang terus memanggil nama Keyla. Dia tak henti-hentinya menangis sambil berteriak seolah Keyla akan pergi selamanya. "Berhentilah menangis, kamu membuatku terlihat seperti orang yang paling jahat di sini," ucap Keyla kesal.Ines menangis tersedu-sedu sampai dia sulit untuk menjawab ucapan sahabatnya itu. "Kalau libur kamu bisa datang ke Jakarta mengunjungiku atau sebaliknya aku akan datang ke sini mengunjungimu," sambung Keyla. "Serius?" Keyla menunjukkan kelingkingnya tanda jika dia setuju. Ines merangkul bahu Keyla dengan lembut sambil menyandarkan kepalanya di bahu Keyla. "Kalau kamu pergi siapa lagi yang menemaniku ke klub malam, nggak ada yang mentraktirku makan, nggak ada lagi yang mendengarkan curhatanku." "Apa kamu lahir di jaman primitif? " Seketika Ines mendongak menatapnya sinis. "Kan ada ponsel, kamu bisa menghubungiku kapan saja." Ines tersenyum kembali memeluk tub