Keyla terperangah mendengar ucapan sahabatnya itu, sontak langkah Keyla terhenti lalu berbalik menatap tajam ke arah Ines. "Singkirkan pikiran jahatmu itu. Aku menikah dengan Adrian karena dari kecil kita sudah di jodohkan," jelas Keyla. Ines terdiam sesaat sebelum akhirnya dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Kamu beruntung sekali, aku benar-benar iri. Bagaimana bisa di jodohkan dengan pria yang begitu tampan." Lagi-lagi Ines memuji Adrian membuat Keyla semakin kesal. "Jangan ikuti kita lagi. Aku ingin menikmati waktuku bersama suamiku. Iya kan Sayang?" ujar Keyla memutar bola matanya seolah kode agar Adrian mengikuti permainannya. "Ah iya, sampai ketemu lagi," ucap Adrian mengikuti Keyla yang terus menarik lengannya. Keduanya semakin menjauh meninggalkan Ines yang masih menatap punggung mereka. "Lepaskan tanganku!" Keyla tak melepaskan tangan Adrian hingga mereka keluar dari restoran tersebut. Sesampainya di depan mobil Keyla menepis tangan
Suara pria dan wanita terdengar sedang berolahraga malam tembus hingga terdengar di telinga Keyla dan Adrian yang masih terjaga di dalam kamar mereka.Jantung Keyla berdegup dengan kencang saat mendengar geraman pria setelah selesai berolahraga malam. Keyla menelan saliva-nya kemudian berbalik sambil menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Masih teringat jelas saat Adrian menggeram di telinganya sambil berbisik, 'Aku mencintaimu, Nadia.' "Ehm, Keyla apa kamu belum tidur?" Keyla tak bergeming tak ingin menjawab ucapan Adrian. Dia yakin jika pria itu mendengar hal yang sama sepertinya. "Key, aku lapar," ucapnya lagi. "Keyla." Adrian menggoyangkan tubuh Keyla agar dia bangun. "Apa sih!" Adrian terperanjat melihat reaksi Keyla. "Sial, kamu membuatku kaget saja. Aku lapar, bisakah kamu belikan aku makan?" "Apa kamu gila, ini sudah jam dua belas malam. Kamu pergi saja sendiri atau nggak kamu tahan sampai besok pagi." Setelah puas memarahi
Riuh terdengar suara Ines yang terus memanggil nama Keyla. Dia tak henti-hentinya menangis sambil berteriak seolah Keyla akan pergi selamanya. "Berhentilah menangis, kamu membuatku terlihat seperti orang yang paling jahat di sini," ucap Keyla kesal.Ines menangis tersedu-sedu sampai dia sulit untuk menjawab ucapan sahabatnya itu. "Kalau libur kamu bisa datang ke Jakarta mengunjungiku atau sebaliknya aku akan datang ke sini mengunjungimu," sambung Keyla. "Serius?" Keyla menunjukkan kelingkingnya tanda jika dia setuju. Ines merangkul bahu Keyla dengan lembut sambil menyandarkan kepalanya di bahu Keyla. "Kalau kamu pergi siapa lagi yang menemaniku ke klub malam, nggak ada yang mentraktirku makan, nggak ada lagi yang mendengarkan curhatanku." "Apa kamu lahir di jaman primitif? " Seketika Ines mendongak menatapnya sinis. "Kan ada ponsel, kamu bisa menghubungiku kapan saja." Ines tersenyum kembali memeluk tub
Orang tua Keyla dan Adrian sudah menunggu kedatangan putra dan putri mereka selama dua jam lamanya. Mereka terlihat khawatir sekaligus takut terjadi sesuatu dengan Keyla apa lagi dia baru saja keluar dari rumah sakit. Tak lama, orang yang mereka tunggu pun datang, mobil yang membawa Keyla dan Adrian berhenti dihalaman rumah mereka. "Keyla," panggil Ani. Meski dia sering memarahi putrinya tetap saja jauh di lubuk hatinya begitu khawatir melihat Keyla terluka. "Mamah, lihat kepalaku," rengek Keyla menunjukkan luka ke Rani bukan ke Ani yang menyambutnya lebih dulu. Melihat tingkah Keyla sontak membuat Ani kesal. Untungnya saat itu ada besannya kalau tidak mungkin Ani sudah memukul kepala putrinya itu. "Ah Sayang, pasti sakit ya. Kita periksa ke dokter keluarga saja," tutur Rani. "Nggak usah Mah, luka Keyla baik-baik saja. Di sana juga aku menyewa dokter spesialis yang handal di bidangnya untuk menangani Keyla," jelas Adrian. Hal itu membu
Perlahan Keyla melepaskan tangannya dari rambut Adrian. Namun, sedetik kemudian Adrian malah menjambak rambut Keyla."Argh, sialan. Beraninya kamu menyerangku dari belakang!" Keyla bukan wanita yang mudah di taklukkan. Saat rambutnya di jambak oleh Adrian, dia menendang adik kecil milik Adrian hingga dia tersungkur ke lantai. "Ah, sakit. Kamu benar-benar gila Keyla!" Setelah menganiaya Adrian, Keyla keluar dari ruangan tersebut dengan rambut yang sangat berantakan. "Keyla, kamu mau ke mana. Tolong aku, aku nggak bisa berdiri." Keyla berdecak, mulutnya berkomat-kamit seolah menyepelekan permintaan tolong Adrian. "Kamu pikir aku percaya, setelah aku menolongmu, kamu pasti akan menyerangku lagi." "Nggak, itu nggak akan terjadi. Tolong aku, please. Argh, berdarah. Keyla milikku berdarah!" "Berdarah?" ulang Keyla yang langsung menutup mulutnya. Tanpa pikir panjang Keyla masuk ke dalam kamar. Dia melihat Adrian yang terkapar sambil memegan
Dua hari berlalu Adrian tak pernah keluar menyapa Keyla. Bahkan pria itu terkesan menganggapnya tidak ada meski Keyla berdiri tepat di depan wajahnya."Dia sudah berangkat kerja Bi?" tanya Keyla."Sepertinya belum Non, Bibi belum liat Den Adrian keluar dari kamarnya. Apa kalian masih bertengkar?"Keyla mengedikkan kedua bahunya lalu menurunkan bokongnya di atas kursi. "Hari ini aku mau ke dokter. Bibi lihat kunci mobilku?""Kunci mobil yang ada di garasi?" Keyla mengangguk. "Ah, kuncinya Den Adrian yang pegang. Gimana kalau naik taksi saja nanti Bibi yang mengantar Nona ke sana."Tak mungkin Keyla mengajak Sumi ke dokter sementara dia berniat pergi bersama teman-temannya setelah pulang dari rumah sakit. "Nggak usah Bi, aku mau pergi sama Mamah saja," kilah Keyla."Aku akan mengantarmu," sela Adrian membuat keduanya terkejut dengan kehadirannya.Mata Keyla melihat Adrian dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. "Kamu sudah baikan?""Berhenti menatapku seperti itu, cepat ganti bajumu!"S
Wanita itu hanya mendelik tak mempedulikan ucapannya Adrian. Dia pun menyalakan mobilnya, mengendarai ke rumah sakit terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam hingga tak terasa mobil itu pun sampai di rumah sakit. Keyla keluar lebih dulu di ikuti Adrian di belakangnya. "Apa dokternya sudah datang?" "Iya, aku sudah membuat janji dengannya." Keyla menyunggingkan senyum membuat jantung Adrian berdegup begitu kencang melihat senyuman Keyla yang begitu menawan. "Ini benar-benar membuatku gila," gumam Adrian. Dia berjalan lebih dulu meninggalkan Keyla begitu saja. Sesampainya di ruang dokter, bekas luka di kepala Keyla mulai di periksa. Terlihat luka di kepalanya sudah mulai mengering. "Lukanya sudah sembuh, jahitannya juga sudah merekat. Kamu merawat lukamu dengan baik." "Jelas, Dok. Aku tidak mau lukaku mengalihkan kecantikan-ku." Dokter itu pun tersenyum lalu menuliskan resep obat. "Ini vitamin serta obat menyembuhkan luka dalam serta bekas lukanya. Semoga c
"Argh, sialan!" Adrian meremas rambutnya dengan kesal melihat Keyla sudah masuk ke dalam taksi. "Se-serius dia istrimu?" tanya Kevin yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Iya, dia istriku. Bukannya kamu datang ke pernikahanku, bagaimana bisa kamu lupa dengan wajahnya?" Kevin terpaksa menyunggingkan senyum padahal dalam hati dia begitu merutuki kebodohannya karena sudah menggoda Keyla. "Sebaiknya kita masuk saja," ajak Kevin. Namun sayangnya, tangannya di tepis begitu saja saat Adrian mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Terdengar sambungan telepon yang terhubung. "Di mana kamu. Kalau nggak balik ke kantor uang bulananmu aku potong!"Setelah mengatakan itu Adrian pun masuk ke dalam kantornya di ikuti Kevin di belakang. "Beri dia pekerja di bagian keuangan." "Ta-tapi di sana nggak membutuhkan karyawan." Adrian menghentikan langkahnya. "Aku ingin dia belajar keuangan bukan untuk bekerja sebagai karyawan di sini meski pun aku harus membayarnya dengan uangk