Hening, Kevin merasakan atmosfer disekitarnya berubah mencekam.
"Kalian bicaralah, aku mau ambil makanan."Seolah mengerti biang masalahnya, Kevin pun membawa serta Nadia untuk pergi dari sana.Saat berada di koridor Nadia pun menepis tangan Kevin dengan kasar. "Kenapa kamu membawa aku keluar!""Apa kamu nggak sadar kalau Keyla dan Adrian sedang bertengkar gara-gara kamu?" Kevin berdecak tak percaya melihat Nadia tak merasa bersalah sedikitpun. "Apa kamu senang di sebut pelakor?""Apa, maksudmu apa hah. Yang harusnya disebut pelakor itu Keyla, dia yang sudah merebut Adrian dariku.""Merebut, yang benar saja. Bahkan Keyla nggak tau kalau kamu masih hidup saat mereka menikah.""Maksud kamu?""Dengar Nadia, semua orang tahu kalau kamu kabur saat acara pernikahan. Keyla itu wanita yang kuat dan mau menjadi istri Adrian demi menyelamatkan keluarganya yang mungkin akan menanggung malu karena mempelai wanita kabur di hari pernikahan.""Aku ... Aku pergSetelah kembali ke Jakarta, Keyla tak pernah bertemu dengan Adrian. Hal itu membuat Keyla gelisah apa lagi Adrian belum mengirimkan uang bulanan untuknya."Haruskah aku mengirimkan pesan ke Adrian atau aku datangi dia saja?" gumamnya. "Keyla, kamu di panggil ke ruang Pak Erik.""Hm, terima kasih."Keyla pun mematikan layar ponselnya lalu pergi ke ruang dosen. "Permisi, Bapak panggil saya?""Hm, masuklah."Keyla masuk ke ruangan Erik, berdiri menunggu di persilahkan duduk. "Kenapa berdiri saja. Ayo, duduk."Keyla menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Erik. "Isi formulir itu.""Ini apa Pak?" tutur Keyla melihat form pendaftaran."Bukannya kamu mau S2 di Singapura. Kamu harus mengisi universitas mana yang akan kamu pilih agar kita bisa merekomendasikan universitas terbaik di sana."Keyla berpikir sejak, bagaimana pihak sekolah tahu jika dia akan S2 di Singapura. Padahal itu hanya ancaman untuk Adrian."Maaf Pak, bolehkah saya mengi
Dentuman musik tak mengalihkan perhatian Keyla dari gelas yang ada di depannya. Dia terus menghitung satu persatu gelas kosong bekas minumannya. Baginya dentuman musik sama sekali tak menghilangkan kebisingan di kepalanya. "Key, sudah jam 3 pulang , yuk!" ajak Sisi melihat salah satu temannya sudah tak sadarkan diri. Mata Keyla menoleh ke arah Dita lalu kembali menatap sahabatnya. "Menurutmu semenyeramkan apa menyandang status janda?" Pletak! Tanpa aba-aba Sisi memukul kepala Keyla dengan kencang agar dia sadar dari alkohol yang mempengaruhi kinerja otaknya. "Kamu sedang mengejekku karena aku janda?" Keyla mengusap kepalanya yang terasa pusing lalu berkata, "Sebentar lagi aku juga akan menyandang status janda." "Apa kamu sudah gila, hanya karena kamu putus dengan pacarmu kamu berpikir janda?" Keyla menghela napasnya, tak ada satu pun dari sahabatnya yang tahu jika dia sudah menikah. "Ayo, pulang. Sepertinya kamu terlalu mabuk." Keyla beranjak dari kursi mencoba me
Brak!Toni menggebrak meja meluapkan kekesalannya. "Kenapa kamu bisa melakukan hal seperti itu Adrian. Mau di simpan di mana wajah Papah di depan kedua orang tua Keyla!""Aku akan menjelaskan semuanya ke orang tua Keyla, Pah.""Tutup mulutmu, jangan pernah memberitahu orang tua Keyla akan hal ini. Cukup keluarga kita saja yang tahu dan wanita itu," jelas Toni. Rani yang melihat ketegangan diantara keduanya pun mencoba menenangkan mereka berdua. "Apa nggak sebaiknya kita akhiri saja kebohongan ini?""Maksud Mamah ... Mamah membiarkan Keyla dan Adrian bercerai begitu saja? Apa Mamah nggak malu mempunyai anak yang nggak becus mempertahankan pernikahannya!""Bukan gitu Pah, ak—""Tutup mulutmu!" hardik Toni membentak Rani dengan kasar. Terlihat jelas kemarahan serta kekecewaan dari raut wajahnya. "Adrian apa selema kalian menikah kamu nggak pernah mencintai Keyla?"Rahang Adrian mengeras, sebenarnya dia masih ragu dengan perasaannya sendiri entah rasa cinta atau hanya penasaran."Pah, a
Alunan musik rileksasi mengiringi Adrian yang sedang bersemedi.Sudah hampir 2 jam dia tak juga merubah posisinya. Seolah-olah tak merasakan sakit atau kram di kakinya."Apa dia dari tadi seperti ini?" bisik Kevin kepada Sumi."Iya, sehari sudah tiga kali Den Adrian bersemedi sambil mendengarkan musik. Apa terjadi sesuatu, haruskah kita membawa Den Adrian ke rumah sakit?"Kevin berpikir sejenak lalu berkata, "Sepertinya dia sedang patah hati.""Patah hati?" ulang Sumi. "Ah, iya. Semenjak Non Keyla nggak ada di rumah Den Adrian seperti kehilangan teman bertengkar," sambung Sumi."Apa mereka berdua sering bertengkar?"Sumi mengangguk. "Bertengkar hanya karena Den Adrian suka jahil ke Non Keyla pun sebaliknya."Kevin memijat pelipisnya lalu menyuruh Sumi untuk meninggalkan mereka berdua. Perlahan Kevin mematikan musik agar Adrian berhenti melakukan hal yang tak biasa dia lakukan.""Jangan ganggu aku, nyalakan lagi musiknya," tutur Adrian tanpa membuka mata.Satu menit berlalu musik rilek
Senyum sumringah tercetak di bibir Nadia saat dia melihat Adrian berjalan ke arahnya. Bagaimana tidak, setelah pertemuannya di rumah orang tuanya, Adrian selalu mengabaikan panggilannya bahkan bersikap tak acuh."Hai, Adrian," sapa Nadia dengan lembut. Adrian hanya bergumam lalu menggeser kursi yang ada di depan Nadia. "Kamu mau pesan apa?""Enggak usah aku nggak akan lama," jelas Adrian. "Aku—""Adrian, Mamah Rani mengundangku ke rumah, apa kamu juga akan datang?" sela Nadia seolah tak ingin mendengar apa yang akan diucapkan Adrian."Nadia, aku—""Aku tahu, kita akan mulai dari awal. Selama proses perceraian kalian aku nggak akan menemui kamu. Aku nggak mau di tuduh sebagai pelakor padahal wanit itu yang merebutmu dariku."Adrian mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. "Aku nggak akan bercerai dengan Keyla."Apa, bukannya Mamah sudah menyuruh kalian untuk bercerai?""Tapi aku nggak mau bercerai dengan Keyla.""Adrian, aku tahu saat ini
Dentuman musik mengalun begitu indah mengiringi tubuh seorang wanita yang sedang menari— menyatu dengan irama musik. "Key, naik yuk!" "Aku belum selesai, kamu duluan saja." Keyla Nathania memejamkan matanya sembari melenggak-lenggokkan tubuhnya melepaskan semua beban pikiran yang mengganggu kinerja otaknya. Bagaimana bisa berteman sejak lama tapi baru menyadari perasaannya begitu dalam pada sosok pria yang akan segera menikah dengan wanita lain. Kesal, marah, sekaligus kecewa terus bergemuruh di hatinya. Meski saat ini Keyla sudah memiliki kekasih tapi hatinya hanya untuk satu orang pria yaitu Adrian Pratama Putra. Setelah lelah menari Keyla pun berjalan ke meja bartender dengan langkah yang sempoyongan. "Vodka satu," ucapnya lalu menurunkan bokongnya di atas kursi. "Cheers ...." Keyla menoleh ke sumber suara yang terdengar ramai mengalahkan suara Dj yang bersiap memainkan musik. Matanya memicing di tengah lampu temaram untuk melihat wajah orang-orang yang ada di sana. "B
Dering ponsel membangunkan Keyla yang sedang tertidur pulas. Dengan mata yang masih terpejam, tangannya menyusuri nakas untuk mengambil ponselnya yang tak berhenti berdering. Setelah di dapat, dia lalu menggeser tombol hijau tanpa melihat si penelepon. [Kenapa lama sekali angkat teleponnya?] teriak seorang wanita paruh baya di seberang telepon yang tak lain ibunya. “Aku baru bangun, Mah,” jawab Keyla. [Ini sudah jam berapa Keyla! Kenapa belum pulang, kamu lupa kalau hari ini Adrian akan menikah? Mamah ingin kamu hadir ke acara pernikahannya.” Sejenak Keyla mengingat malam panas yang dia lewati bersama Adrian. Entah dia harus bahagia atau sedih karena orang yang dia suka akan menikahi wanita lain. "Aku nggak bisa datang Mah, ada kelas nanti sore."[Apa kamu pikir Mamah bodoh, ini hari Minggu nggak ada jadwal kuliah. Pokoknya kamu pulang sekarang juga!] Keyla menjauhkan ponsel dari telinganya. Dia terus mendengarkan ocehan Ani bertubi-tubi. “Halo, Mah. Mah, aku nggak bisa denger
Adrian mengeluarkan ponselnya lalu memanggil staf untuk segera mendandani Keyla dengan cepat. Sementara menunggu Keyla siap, Adrian memberikan secarik kertas ke staf untuk di berikan ke pendeta dan sedikit mengulur waktu pernikahan mereka. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk mempersiapkan semuanya. Keyla yang tak suka dengan makeup tebal, meminta make-up yang natural tapi terlihat flowles di wajahnya, dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih yang begitu pas di tubuhnya. “Wah ... Anda terlihat cantik,” puji staf yang sedang melihat Keyla dari cermin yang ada didepannya. Keyla tersenyum, menatap pantulan tubuhnya. Keputusan singkat yang akan merubah seluruh hidupnya. “Bagaimana, sudah siap?” tanya Adrian menerobos masuk. Sesaat dia terpesona melihat wanita yang berdiri menatapnya. Dengan cepat dia berjalan mendekati Keyla—mengulurkan tangan berharap wanita yang berada di hadapannya itu menyambutnya dengan baik. Namun, Keyla hanya menatap tangan Adrian kemudian berjal
Senyum sumringah tercetak di bibir Nadia saat dia melihat Adrian berjalan ke arahnya. Bagaimana tidak, setelah pertemuannya di rumah orang tuanya, Adrian selalu mengabaikan panggilannya bahkan bersikap tak acuh."Hai, Adrian," sapa Nadia dengan lembut. Adrian hanya bergumam lalu menggeser kursi yang ada di depan Nadia. "Kamu mau pesan apa?""Enggak usah aku nggak akan lama," jelas Adrian. "Aku—""Adrian, Mamah Rani mengundangku ke rumah, apa kamu juga akan datang?" sela Nadia seolah tak ingin mendengar apa yang akan diucapkan Adrian."Nadia, aku—""Aku tahu, kita akan mulai dari awal. Selama proses perceraian kalian aku nggak akan menemui kamu. Aku nggak mau di tuduh sebagai pelakor padahal wanit itu yang merebutmu dariku."Adrian mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih. "Aku nggak akan bercerai dengan Keyla."Apa, bukannya Mamah sudah menyuruh kalian untuk bercerai?""Tapi aku nggak mau bercerai dengan Keyla.""Adrian, aku tahu saat ini
Alunan musik rileksasi mengiringi Adrian yang sedang bersemedi.Sudah hampir 2 jam dia tak juga merubah posisinya. Seolah-olah tak merasakan sakit atau kram di kakinya."Apa dia dari tadi seperti ini?" bisik Kevin kepada Sumi."Iya, sehari sudah tiga kali Den Adrian bersemedi sambil mendengarkan musik. Apa terjadi sesuatu, haruskah kita membawa Den Adrian ke rumah sakit?"Kevin berpikir sejenak lalu berkata, "Sepertinya dia sedang patah hati.""Patah hati?" ulang Sumi. "Ah, iya. Semenjak Non Keyla nggak ada di rumah Den Adrian seperti kehilangan teman bertengkar," sambung Sumi."Apa mereka berdua sering bertengkar?"Sumi mengangguk. "Bertengkar hanya karena Den Adrian suka jahil ke Non Keyla pun sebaliknya."Kevin memijat pelipisnya lalu menyuruh Sumi untuk meninggalkan mereka berdua. Perlahan Kevin mematikan musik agar Adrian berhenti melakukan hal yang tak biasa dia lakukan.""Jangan ganggu aku, nyalakan lagi musiknya," tutur Adrian tanpa membuka mata.Satu menit berlalu musik rilek
Brak!Toni menggebrak meja meluapkan kekesalannya. "Kenapa kamu bisa melakukan hal seperti itu Adrian. Mau di simpan di mana wajah Papah di depan kedua orang tua Keyla!""Aku akan menjelaskan semuanya ke orang tua Keyla, Pah.""Tutup mulutmu, jangan pernah memberitahu orang tua Keyla akan hal ini. Cukup keluarga kita saja yang tahu dan wanita itu," jelas Toni. Rani yang melihat ketegangan diantara keduanya pun mencoba menenangkan mereka berdua. "Apa nggak sebaiknya kita akhiri saja kebohongan ini?""Maksud Mamah ... Mamah membiarkan Keyla dan Adrian bercerai begitu saja? Apa Mamah nggak malu mempunyai anak yang nggak becus mempertahankan pernikahannya!""Bukan gitu Pah, ak—""Tutup mulutmu!" hardik Toni membentak Rani dengan kasar. Terlihat jelas kemarahan serta kekecewaan dari raut wajahnya. "Adrian apa selema kalian menikah kamu nggak pernah mencintai Keyla?"Rahang Adrian mengeras, sebenarnya dia masih ragu dengan perasaannya sendiri entah rasa cinta atau hanya penasaran."Pah, a
Dentuman musik tak mengalihkan perhatian Keyla dari gelas yang ada di depannya. Dia terus menghitung satu persatu gelas kosong bekas minumannya. Baginya dentuman musik sama sekali tak menghilangkan kebisingan di kepalanya. "Key, sudah jam 3 pulang , yuk!" ajak Sisi melihat salah satu temannya sudah tak sadarkan diri. Mata Keyla menoleh ke arah Dita lalu kembali menatap sahabatnya. "Menurutmu semenyeramkan apa menyandang status janda?" Pletak! Tanpa aba-aba Sisi memukul kepala Keyla dengan kencang agar dia sadar dari alkohol yang mempengaruhi kinerja otaknya. "Kamu sedang mengejekku karena aku janda?" Keyla mengusap kepalanya yang terasa pusing lalu berkata, "Sebentar lagi aku juga akan menyandang status janda." "Apa kamu sudah gila, hanya karena kamu putus dengan pacarmu kamu berpikir janda?" Keyla menghela napasnya, tak ada satu pun dari sahabatnya yang tahu jika dia sudah menikah. "Ayo, pulang. Sepertinya kamu terlalu mabuk." Keyla beranjak dari kursi mencoba me
Setelah kembali ke Jakarta, Keyla tak pernah bertemu dengan Adrian. Hal itu membuat Keyla gelisah apa lagi Adrian belum mengirimkan uang bulanan untuknya."Haruskah aku mengirimkan pesan ke Adrian atau aku datangi dia saja?" gumamnya. "Keyla, kamu di panggil ke ruang Pak Erik.""Hm, terima kasih."Keyla pun mematikan layar ponselnya lalu pergi ke ruang dosen. "Permisi, Bapak panggil saya?""Hm, masuklah."Keyla masuk ke ruangan Erik, berdiri menunggu di persilahkan duduk. "Kenapa berdiri saja. Ayo, duduk."Keyla menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Erik. "Isi formulir itu.""Ini apa Pak?" tutur Keyla melihat form pendaftaran."Bukannya kamu mau S2 di Singapura. Kamu harus mengisi universitas mana yang akan kamu pilih agar kita bisa merekomendasikan universitas terbaik di sana."Keyla berpikir sejak, bagaimana pihak sekolah tahu jika dia akan S2 di Singapura. Padahal itu hanya ancaman untuk Adrian."Maaf Pak, bolehkah saya mengi
Hening, Kevin merasakan atmosfer disekitarnya berubah mencekam. "Kalian bicaralah, aku mau ambil makanan."Seolah mengerti biang masalahnya, Kevin pun membawa serta Nadia untuk pergi dari sana. Saat berada di koridor Nadia pun menepis tangan Kevin dengan kasar. "Kenapa kamu membawa aku keluar!""Apa kamu nggak sadar kalau Keyla dan Adrian sedang bertengkar gara-gara kamu?" Kevin berdecak tak percaya melihat Nadia tak merasa bersalah sedikitpun. "Apa kamu senang di sebut pelakor?""Apa, maksudmu apa hah. Yang harusnya disebut pelakor itu Keyla, dia yang sudah merebut Adrian dariku.""Merebut, yang benar saja. Bahkan Keyla nggak tau kalau kamu masih hidup saat mereka menikah.""Maksud kamu?""Dengar Nadia, semua orang tahu kalau kamu kabur saat acara pernikahan. Keyla itu wanita yang kuat dan mau menjadi istri Adrian demi menyelamatkan keluarganya yang mungkin akan menanggung malu karena mempelai wanita kabur di hari pernikahan.""Aku ... Aku perg
Bugh!Adrian melempar tubuh Keyla ke atas kasurnya. "Argh, sialan," umpat Keyla lalu mengibas rambutnya menoleh ke arah Adrian. "Apa kamu gila, untuk apa kamu membawaku ke kamarmu?""Karena ... Karena semua orang sudah tahu kamu istriku.""Kenapa kamu melakukan itu. Kamu tau kontrak pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi dan aku juga mau pergi dari perusahaanmu setelah aku selesai skripsi. Kenapa kamu selalu menghalangi langkahku!" teriak Keyla kesal "Me-menghalangi? Ya, dengar. Aku sama sekali tak menghalangimu hanya saja—""Cukup, aku ingin ketenangan. Aku nggak mau ketemu kamu, wanita sialan itu atau siapa pun yang merusak moodku. Aku mau balik ke Jakarta.""Apa? Nggak kamu nggak boleh pergi dari acara ini.""Terserah, bila perlu hari ini juga aku resign dari kantormu!""Berhenti di situ!" hardik Adrian.Keyla berbalik. "Mau apa lagi, dari awal pernikahan kita sudah salah, aku juga salah kenapa mau bekerja di perusahaanmu, aku sangat bodoh
Hening, tak ada suara hingga hembusan napas pun tak terdengar seolah mereka menahan napas menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan Keyla dan juga Adrian."Ini makanannya," tutur Kevin menyimpan piring yang berisi makanan Adrian. Kevin menarik kursi untuk duduk di samping Adrian sambil melihat wajah Keyla. "Kenapa kalian diam saja, ayo makan!"Seketika suasana pun mencair, Keyla meneruskan makan tak mempedulikan tatapan Adrian yang seolah mengancamnya.Tak lama Nadia datang menghancurkan mood Keyla. Bergegas dia berdiri meninggalkan piring begitu saja."Keyla, kamu mau ke mana?" tanya Marta."Nyebat.""Hah!" Keyla berjalan ke taman memastikan tidak ada orang yang mengganggunya. Tak lupa ia menyelipkan sebatang rokok di bibirnya lalu menyalakan pematik.Kepulan asap keluar dari bibir Keyla. Sedikit nikotin membuat pikirannya perlahan tenang."Sudah aku bilang jangan merokok itu membuat tubuhmu bau.""Kenapa kamu selalu menggangu k
Di sinilah Keyla berada, menatap wajah orang-orang yang begitu bersemangat ke acara family gathering ala kantornya. "Hei, kamu sedang apa. Ayo, naik!" panggil Marta melihat Keyla yang hanya berdiri terpisah dari rombongannya."KEYLA!" Panggil Kevin bersemangat menghampirinya. “Kamu jadi ikut?”"Terpaksa," jawab Keyla dengan nada malas.Kevin tersenyum seraya menarik tangannya menjauh dari kerumunan. "Ikut mobilku saja?" bisiknya.Keyla menoleh ke arah Marta dan rekannya yang lain. “Aku naik bus saja.”"Adrian yang memintamu ikut dengan kita," bisiknya lagi.Keyla menghela napasnya lalu menjawab, “Terima kasih atas tawarannya lebih baik aku naik bus saja.”"Keyla tunggu." Kevin mencoba menahan Keyla dengan memegang tangannya. Sontak hal itu di lihat oleh semua orang yang ada di sana. Seketika mereka membicarakan keduanya dan mengira jika keduanya memiliki hubungan.Plak!Adrian menepuk tangan Kevin agar dia melepaskan tangan istrinya itu. “Apa