Dentuman musik mengalun begitu indah mengiringi tubuh seorang wanita yang sedang menari— menyatu dengan irama musik.
"Key, naik yuk!" "Aku belum selesai, kamu duluan saja." Keyla Nathania memejamkan matanya sembari melenggak-lenggokkan tubuhnya melepaskan semua beban pikiran yang mengganggu kinerja otaknya. Bagaimana bisa berteman sejak lama tapi baru menyadari perasaannya begitu dalam pada sosok pria yang akan segera menikah dengan wanita lain. Kesal, marah, sekaligus kecewa terus bergemuruh di hatinya. Meski saat ini Keyla sudah memiliki kekasih tapi hatinya hanya untuk satu orang pria yaitu Adrian Pratama Putra. Setelah lelah menari Keyla pun berjalan ke meja bartender dengan langkah yang sempoyongan. "Vodka satu," ucapnya lalu menurunkan bokongnya di atas kursi. "Cheers ...." Keyla menoleh ke sumber suara yang terdengar ramai mengalahkan suara Dj yang bersiap memainkan musik. Matanya memicing di tengah lampu temaram untuk melihat wajah orang-orang yang ada di sana. "Bukannya itu Adrian," gumam Keyla. "Kenapa dia ada di sini, bukannya dia nggak bisa minum alkohol?" "Permisi, ini minumannya," ucap Bartender menyajikan minuman yang Keyla pesan. "Hm, terima kasih. Oh ya, meja yang berisik itu ada acara apa?" Bartender itu menoleh ke arah telunjuk Keyla lalu berkata, "Pesta lepas lajang. Aku dengar penyewa akan segera menikah." "Lepas lajang?" Bartender itu hanya mengangguk dan kembali berkerja. Keyla penasaran dengan sosok pria yang dia kenal. Dia pun mencoba mendekat ke meja mereka untuk memastikan jika dia tidak salah lihat sambil membawa segelas Vodka ditangannya. "Adrian, kamu ada di sini?" Sosok pria itu pun terlihat panik lalu berdiri menatap Keyla. "Ke-kenapa kamu ada di sini?" "Wah, benar itu kamu. Apa Tante Rani dan Om Toni tau kelakukan kamu saat ini?" Adrian pun berjalan mendekati Keyla kemudian berbisik, "Aku akan melakukan apa saja asalkan kamu nggak ngasih tau Mamah dan Papah soal ini." Sudut bibir Keyla terangkat— dia berjalan melewati Adrian begitu saja lalu ikut bergabung dengan teman-temannya. "Aku sahabat Adrian, jadi kita lanjutkan acara ini!" "Cheers!" Semua yang ada di meja bersorak sembari meminum wiski yang ada di gelas mereka. Sementara Adrian terlihat bingung karena ini kali pertama dia berada di klub malam. "Minum, minum, minum ...." Salah seorang teman Adrian menyodorkan segelas wiski menyuruhnya untuk minum. Namun, Keyla yang tahu Adrian tak pernah minum alkohol pun merebut gelas yang ada di tangannya. "Biar aku saja yang menggantikan Adrian." Keyla pun meneguk wiski dalam sekali teguk membuat orang yang ada di sana kegirangan. "Lagi, lagi, lagi ...." Mereka memberi Keyla segelas wiski lagi, menyuruhnya untuk menghabiskan minuman itu. "Apa kamu mau coba?" tanya Keyla melihat Adrian yang terus menatapnya. "Rasa manis dan nggak akan bikin kamu mabuk. Oops, aku lupa anak mami sepertimu mana bisa minum alkohol," cibir Keyla memprovokasi. Teriakan serta dukungan dari teman-teman Adrian meluluhkan sedikit rasa takutnya akan alkohol. Dia pun merebut gelas yang ada di tangan Keyla. "Minum sekali teguk agar tenggorokanmu baik-baik saja," bisik Keyla. Adrian pun mengangkat gelasnya lalu meminum wiski hanya sekali teguk. Hal itu makin membuat teman-temannya semakin menyuruhnya menghabiskan beberapa gelas. Keyla yang tau kalau Adrian tak bisa minum pun hanya diam membiarkan teman-temannya mengerjainya. Dentuman musik pun semakin kencang, teman-teman Adrian satu persatu pergi meninggalkannya begitu saja tergeletak di sofa. "Adrian apa kamu masih sadar?" tanya Keyla. "Hm." Adrian hanya bergumam, dia terlihat begitu mabuk membuat Keyla merasa iba. Namun, dia menggelengkan kepalanya saat sadar jika pria itulah yang sudah membuatnya patah hati. "Aku pulang dulu. Bersenang-senanglah dengan teman-temanmu." Namun, baru saja Keyla melangkah, sebuah tangan mencekal lengannya. Sontak hal itu membuat Keyla menoleh ke arah tangan yang tak lain milik Adrian. "Tolong aku, bawa aku pergi dari sini Keyla." Melihat Adrian yang begitu payah, Keyla pun akhirnya membantunya untuk berdiri. "Aku akan membantumu tapi semua itu nggak gratis," desisnya. Adrian yang sudah mabuk pun tak merespon apa-apa saat Keyla menyuruh sekuriti membantu membawanya ke dalam mobil. Dua puluh menit berlalu mobil yang dikemudikan Keyla dengan pelan itu pun akhirnya sampai di hotel. Dia tak mungkin membawa Adrian ke rumah orang tuanya dalam keadaan mabuk yang ada mereka akan menuduh Keyla sebagai pengaruh buruk. Dengan susah payah Keyla membawa Adrian sampai ke hotel. Segera saja dia membawa tubuh Adrian ke dalam kamar yang sudah dia sewa. "Argh, sial kenapa tubuhmu berat sekali!" Kesal Keyla sembari menyeret tubuh Adrian ke atas ranjang. Keyla pun merebahkan tubuhnya di samping Adrian, merasakan napas yang tersengal-sengal setelah berhasil membawa pria yang beratnya dua kali lipat darinya. "Adrian, apa kamu dengar aku. Kirim cek senilai 200 juta karena aku sudah menyelamatkan kamu dari orang tuamu dan untuk membayar rasa sakit hatiku." Adrian tak bergeming, Keyla pun beranjak dari ranjang lalu menyibak selimut untuk menutup tubuh Adrian. Namun, mendadak pria itu membuka matanya dan menatap Keyla begitu dalam. "Keyla," desisnya. Mendengar namanya di sebut, Keyla pun berbalik menatapnya. Entah mengapa, Keyla merasa aliran darahnya mengalir begitu cepat. Namun, segera dia menyingkirkan pikiran kotornya— hendak pergi, tetapi Adrian justru mendadak menarik tangan Keyla. “Jangan pergi!” pinta Adrian memelas. Kedua mata mereka saling bertatapan sebelum akhirnya Adrian mendekati Keyla. Jantung Keyla pun berdegup dengan kencang seraya Adrian mendekatkan wajahnya dan— Hal yang tak semestinya itu pun terjadi. Keyla hanya diam menatap wajah pria yang sudah pergi ke alam mimpi. "Setelah ini, apakah Adrian akan ingat apa yang sudah terjadi malam ini?"Dering ponsel membangunkan Keyla yang sedang tertidur pulas. Dengan mata yang masih terpejam, tangannya menyusuri nakas untuk mengambil ponselnya yang tak berhenti berdering. Setelah di dapat, dia lalu menggeser tombol hijau tanpa melihat si penelepon. [Kenapa lama sekali angkat teleponnya?] teriak seorang wanita paruh baya di seberang telepon yang tak lain ibunya. “Aku baru bangun, Mah,” jawab Keyla. [Ini sudah jam berapa Keyla! Kenapa belum pulang, kamu lupa kalau hari ini Adrian akan menikah? Mamah ingin kamu hadir ke acara pernikahannya.” Sejenak Keyla mengingat malam panas yang dia lewati bersama Adrian. Entah dia harus bahagia atau sedih karena orang yang dia suka akan menikahi wanita lain. "Aku nggak bisa datang Mah, ada kelas nanti sore."[Apa kamu pikir Mamah bodoh, ini hari Minggu nggak ada jadwal kuliah. Pokoknya kamu pulang sekarang juga!] Keyla menjauhkan ponsel dari telinganya. Dia terus mendengarkan ocehan Ani bertubi-tubi. “Halo, Mah. Mah, aku nggak bisa denger
Adrian mengeluarkan ponselnya lalu memanggil staf untuk segera mendandani Keyla dengan cepat. Sementara menunggu Keyla siap, Adrian memberikan secarik kertas ke staf untuk di berikan ke pendeta dan sedikit mengulur waktu pernikahan mereka. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk mempersiapkan semuanya. Keyla yang tak suka dengan makeup tebal, meminta make-up yang natural tapi terlihat flowles di wajahnya, dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih yang begitu pas di tubuhnya. “Wah ... Anda terlihat cantik,” puji staf yang sedang melihat Keyla dari cermin yang ada didepannya. Keyla tersenyum, menatap pantulan tubuhnya. Keputusan singkat yang akan merubah seluruh hidupnya. “Bagaimana, sudah siap?” tanya Adrian menerobos masuk. Sesaat dia terpesona melihat wanita yang berdiri menatapnya. Dengan cepat dia berjalan mendekati Keyla—mengulurkan tangan berharap wanita yang berada di hadapannya itu menyambutnya dengan baik. Namun, Keyla hanya menatap tangan Adrian kemudian berjal
Semua tamu bersorak dan memberikan ucapan selamat kepada Keyla dan juga Adrian setelah keduanya mengucap janji pernikahan.“Kamu benar-benar membuatku dalam masalah, Adrian,” ucap Keyla menatap ke arah kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Adrian yang sedang berjalan ke arah mereka.“Apa yang sebenarnya terjadi, Adrian?” tanya Toni. Dia merasa tidak enak dengan Rudi dan juga Ani karena tidak memberikan pelayanan yang baik untuk besannya.“Keyla, kenapa kamu enggak bilang sama Mamah sih!” hardik Ani membuat Keyla seketika berdiri di belakang Adrian seolah meminta berlindung dari pria yang kini sudah menjadi suaminya.“Aku akan jelaskan nanti Tante. Sekarang masih banyak tamu undangan dan aku enggak mau menghancurkan acara pernikahan kita.”Mereka pun mengedarkan pandangannya melihat para tamu yang sedang menatap ke arah mereka, seolah sedang membicarakan mereka.“Ya udah, nanti kita bicarakan setelah acara selesai. Selamat ya, Nak. Akhirnya kamu menikah juga. Selamat juga untukmu
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Keyla menatap Adrian yang masih sibuk dengan laptopnya. Sekelibat bayangan tentang malam panas mereka pun melintas di pikiran Keyla.“Sepertinya dia nggak ingat tentang kejadian malam itu. Aku harus bersikap seperti biasa karena dia pasti nggak ingat karena mabuk," batin Keyla. "Apa kita akan menginap di kamar yang sama?” tanya Keyla.“Iya,” jawab Adrian tanpa menoleh ke arah Keyla.“Apa kamu enggak mau minta maaf sama aku?”Adrian mengangkat kepalanya, menatap ke arah Keyla. “Maaf untuk apa? Ah, apa soal pernikahan kita?”DegLidah Keyla terasa kelu. “Ehm, iya, bukankah kamu harusnya menjelaskan apa yang sebenarnya kamu rencanakan?”Adrian menutup laptopnya lalu beranjak dari ranjang kemudian berkata, “Baca dulu kontrak kita, setelah itu kamu tanda tangan di sana.”Keyla berdecak, kemudian mengambil ponsel yang ada di tangan Adrian lalu membaca setiap kata yang tertera di sana. Seketika matanya membelalak kala melihat nominal yang tertera di kontr
Adrian terbangun dari tidurnya, dia melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul empat pagi. Perlahan Adrian berjalan ke kamar mandi, tapi langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang bergerak di lantai. Takut salah lihat Adrian pun bergegas menyalakan lampu dan mendapati Keyla yang sedang terbaring di lantai. “Astaga! Hei, bangun kenapa kamu tidur di bawah?” Adrian membangunkan Keyla dengan kaki, tapi sayangnya Keyla tak bergerak sama sekali seperti orang mati. Adrian pun melangkahi tubuh Keyla yang tergeletak menghalangi langkahnya. Lima menit kemudian Adrian keluar dari kamar mandi, pandangannya lalu beralih ke ranjang dan mendapati Keyla yang sedang tertidur. “Bangun. Astaga, kamu bau sekali,” gerutu Adrian sembari menutup hidungnya. “Haruskah aku menghubungi Tante Ani supaya kamu bangun?” Matanya Keyla seketika terbuka lalu berkata, “Dasar cepu!” Keyla beranjak dari ranjang lalu pergi ke kamar mandi. Adrian bergegas mengibaskan selimut yang bau alkohol lalu kembali tidur
Keyla berlari di halaman rumah yang asing baginya. Dengan napas terengah-engah dia mencoba mengetuk rumah mewah yang tengah dia pijak. Namun, Keyla terkejut saat pintu tiba-tiba saja terbuka dan hampir mengenai wajah pria yang membuatnya kesal sepanjang perjalanan ke rumah itu. “Lama sekali untung mereka belum datang. Kamar kita ada di lantai dua, cepat ganti baju kamu, aku nggak tahan mencium bau busuk!” Sontak Keyla mencium aroma tubuhnya, dia sama sekali tak mengendus bau busuk seperti yang di tuduhkan. “Tetap tenang Keyla, kamu harus mendapatkan uang itu agar hidupmu nyaman,” gumamnya sembari berjalan ke kamar. Lima belas menit berlalu, Keyla keluar dari kamar mandi lalu membuka tasnya. Dia berdecak saat melihat baju yang belum sempat dia setrika karena buru-buru. "Sial, aku harus pakai baju apa?" gerutu Keyla. Seketika Keyla tersenyum sinis saat melihat ke lemari. Dia berniat meminjam baju Adrian tak peduli reaksinya saat melihatnya memakai bajunya. Namun, betapa terkeju
Keyla melambaikan tangannya ketika mobil yang dikemudikan Rani dan Ani menjauh dari halaman rumah mereka. Sedangkan Adrian memilih untuk kembali masuk lebih dulu mengabaikan Keyla. "Adrian tunggu," cegah Keyla menghalangi langkahnya. "Ada apa?" Keyla menadahkan tangannya seolah menunggu Adrian memberikan sesuatu untuknya. "Maksudmu apa?" Adrian mencoba memahami maksud Keyla yang tiba-tiba menadahkan tangannya. "Uang jajan, kosan sama bayaran sekolah." Adrian memutar bola matanya. "Berapa nomor rekening-mu?" Keyla tak menjawab, melainkan mengirim pesan ke ponsel Adrian hingga terdengar notif pesan masuk. "Itu nomor rekeningku. Aku harap kamu nggak mengurangi uang jajanku." Tak lama notif pesan masuk ke ponsel Keyla, sudut bibirnya terangkat ketika melihat nominal yang masuk ke rekeningnya."Harus cukup selama satu bulan," ujar Adrian berjalan menjauh. "Ah, menyebalkan sekali. Uang segini mana cukup," protes Keyla. Dia pikir uang sepuluh juta itu hanya biaya hidupnya selama sem
Seperti biasa Adrian datang ke kantornya dengan penampilan yang begitu tampan dan berkarisma. Mengalihkan perhatian semua orang yang melihatnya. “Selamat pagi, Pak.” “Pagi,” jawab Adrian dengan suara bariton. Mereka yang mendapat balasan sapaan Adrian pun seketika meleleh dibuatnya. “Berhenti memandangi suami orang,” ucap Kevin yang tiba-tiba saja muncul di belakang para staf yang mengagumi atasannya itu. “Pa-pagi Pak.” Mereka berhamburan menjauh dari pintu lift. “Menyebalkan, si Kevin selalu muncul disaat yang nggak tepat,” gerutu wanita berambut panjang. “Aku dengar mereka itu pasangan gay,” bisik wanita berambut pendek. Semua orang yang ada di sana terkejut dengan ucapan wanita itu “Hei, jangan menyebarkan gosip yang nggak-nggak. Pak Adrian itu masih normal dan kalian tahu kenapa tiga hari kemarin dia nggak masuk kantor?” Mereka kompak menggelengkan kepala. Wanita itu pun menunjukkan sebuah foto. “Lihat, dia sudah menikah.” “HAH ...!” Mereka terkejut tak percaya dengan a