Dering ponsel membangunkan Keyla yang sedang tertidur pulas. Dengan mata yang masih terpejam, tangannya menyusuri nakas untuk mengambil ponselnya yang tak berhenti berdering. Setelah di dapat, dia lalu menggeser tombol hijau tanpa melihat si penelepon.
[Kenapa lama sekali angkat teleponnya?] teriak seorang wanita paruh baya di seberang telepon yang tak lain ibunya. “Aku baru bangun, Mah,” jawab Keyla. [Ini sudah jam berapa Keyla! Kenapa belum pulang, kamu lupa kalau hari ini Adrian akan menikah? Mamah ingin kamu hadir ke acara pernikahannya.” Sejenak Keyla mengingat malam panas yang dia lewati bersama Adrian. Entah dia harus bahagia atau sedih karena orang yang dia suka akan menikahi wanita lain. "Aku nggak bisa datang Mah, ada kelas nanti sore." [Apa kamu pikir Mamah bodoh, ini hari Minggu nggak ada jadwal kuliah. Pokoknya kamu pulang sekarang juga!] Keyla menjauhkan ponsel dari telinganya. Dia terus mendengarkan ocehan Ani bertubi-tubi. “Halo, Mah. Mah, aku nggak bisa denger suara Mamah. Halo, Mah ....” Keyla mematikan panggilannya sepihak. Dia sengaja melakukan itu agar Ani tidak memarahinya dengan berbagai bumbu ancaman di dalamnya. Tak lama notifikasi pesan masuk di ponselnya. [Ani : Kalau kamu nggak pulang, jangan harap Mamah kirim lagi uang buat kamu]. “Argh, sial!” Keyla tak bisa menolak ucapan ibunya karena setiap ucapannya akan menyulitkan hidupnya. Apa lagi dia tak ingin kehilangan donatur tetap yang membiayai hidupnya selama ini. *** Disinilah Keyla sekarang memandangi ballroom yang sudah di penuhi para tamu undangan. Dia sama sekali tak berniat masuk ke dalam ruangan tersebut karena saat dia masuk pasti hatinya akan sakit saat mendengar Adrian mengucap janji pernikahan. “Kenapa kamu malah berdiri di sini, cepat ganti bajumu!” ucap Ani sambil mendorong tubuh Keyla. "Cepat ganti di ruangan itu, jangan lupa dandan yang cantik!" Keyla berdecak melihat sikap Ani yang berubah 180 derajat saat menyapa tamu yang datang. Dengan santainya Keyla masuk ke ruang ganti lalu membuka pakaiannya dengan leluasa. Setelah siap dengan gaunnya Keyla pun berdiri di depan cermin dan— "Argh, sejak kapan kamu ada di sini!" teriak Keyla saat melihat seorang pria sedang duduk memandanginya. "Sejak awal kamu melepas semua pakaianmu." "Apa, jadi kamu melihatnya?" Keyla berpura-pura kaget karena sebelumnya Adrian sudah melihat seluruh tubuhnya meski dalam keadaan mabuk. Pria itu berdiri—berjalan mendekati Keyla. Sesaat keduanya saling memandang sebelum akhirnya pria itu berkata, "Kamu tenang saja, tak ada yang menarik dari tubuhmu." Mata Keyla mengikuti arah pandang pria tersebut lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. "Benar-benar dibawah standar," ejeknya. "Apa dia tak ingat malam itu?" batin Keyla. "Hei, Tuan Adrian Pratama Putra. Harusnya sebelum kamu mengejekku seperti itu lihat dulu penampilanmu." Keyla memutar tubuh Adrian menghadap ke kaca. "Lihat, wajah pas-pasan, tubuh ceking, benar-benar nggak cocok sama jas mahal yang kamu pakai. Heran masih ada cewek yang mau nikah sama kamu," ucap Keyla berdusta. Adrian mendelik menatap tajam ke arah Keyla sambil melipat tangan di dada. Matanya memperhatikan Keyla dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. “Kamu mau menikah denganku?” Keyla berdecak mendengar penuturan pria yang sering membuatnya kesal sekaligus cinta. “Apa kamu sudah gila?” “Iya, aku sedikit gila sekarang. Tolong, bantu aku, Keyla.” Keyla menatap manik mata yang saat ini tengah menatapnya dengan penuh harapan di sana. Seketika Keyla tertawa mendengar ucapan Adrian. "Apa pengantin wanitamu kabur? Syukurlah dia sadar di waktu yang tepat." "Berhenti mengolokku. Aku serius Key, aku butuh bantuanmu." Keyla menyeringai. "Bantuan apa, berpura-pura jadi pengantinmu?" "Iya, berpura-pura menjadi pengantinku." Gleg, Keyla menelan saliva-nya. Menikah, sama sekali tak terlintas di pikirannya meskipun dia menyukai Adrian. "Kamu gila mempermainkan pernikahan. Apa kata orang tua kita kalau mereka tahu aku yang menjadi pengantinmu! Mamah pasti akan membunuhku kalau tau kita hanya pura-pura menikah." "Aku yang akan menanggung semuanya, aku akan bicara dengan Om dan Tante." Keyla berdecak lalu menurunkan bokongnya diatas kursi. "Ini benar-benar gila, aku nggak mau ikut permainanmu. Kalau kamu butuh tumbal cari aja staf yang bekerja denganmu." "Aku mohon Keyla, hanya kamu yang bisa membantuku." Raut wajah keputusasaan tergambar jelas di sana. Ada rasa iba sekaligus puas melihat Adrian memohon meminta bantuannya. "Lihat wajah memelas itu Keyla, kamu bisa memanfaatkan dia," batinnya. "Ehm, kamu tahu, semua bantuan di dunia ini itu nggak ada yang gratis,” ucap Keyla dengan senyum liciknya. Adrian selangkah mendekati Keyla lalu berucap, “Aku akan membayarmu seratus juta.” “Ap-apa, yang benar saja.” Keyla menepis tangan Adrian. Seratus juga untuk sebuah pernikahan sepertinya tidak pas dengan status yang akan dia korbankan. Dia yakin jika Adrian akan membayarnya lebih banyak lagi. “200 juta, bagaimana?” tanya Adrian masih mencoba membujuk Keyla agar dia mau mengikuti ucapannya. Keyla masih tak bergeming, tak lama terdengar ketukan yang mengacaukan pembicaraan mereka. “Permisi, Pak. Apa pengantin wanitanya sudah siap?” tanya seorang staf wanita yang membuka pintu. “Tunggu dua puluh menit lagi,” ucap Adrian tanpa menoleh ke sumber suara. Staf tersebut menutup kembali pintu ruangan mereka. Keduanya masih saling menatap sebelum akhirnya Adrian kembali membuka mulutnya. “500 juta, apartemen dan tunjangan setiap bulannya. Bagaimana?” “Uang dan apartemen, tunjangan juga. Kalau begini aku bisa lepas dari orang tuaku dan aku bisa menikmati waktuku dengan Adrian,” monolog Keyla. “Ehm, di tambah mobil gimana?" Adrian terdiam seolah sedang berpikir. "Kalau begitu, aku permisi." "Tunggu!" Adrian mencengkram tangan Keyla. "Setuju." Sudut bibir Keyla terangkat setalah mendapatkan apa yang dia inginkan. "Jadi apa yang harus aku lakukan?”Adrian mengeluarkan ponselnya lalu memanggil staf untuk segera mendandani Keyla dengan cepat. Sementara menunggu Keyla siap, Adrian memberikan secarik kertas ke staf untuk di berikan ke pendeta dan sedikit mengulur waktu pernikahan mereka. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk mempersiapkan semuanya. Keyla yang tak suka dengan makeup tebal, meminta make-up yang natural tapi terlihat flowles di wajahnya, dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih yang begitu pas di tubuhnya. “Wah ... Anda terlihat cantik,” puji staf yang sedang melihat Keyla dari cermin yang ada didepannya. Keyla tersenyum, menatap pantulan tubuhnya. Keputusan singkat yang akan merubah seluruh hidupnya. “Bagaimana, sudah siap?” tanya Adrian menerobos masuk. Sesaat dia terpesona melihat wanita yang berdiri menatapnya. Dengan cepat dia berjalan mendekati Keyla—mengulurkan tangan berharap wanita yang berada di hadapannya itu menyambutnya dengan baik. Namun, Keyla hanya menatap tangan Adrian kemudian berjal
Semua tamu bersorak dan memberikan ucapan selamat kepada Keyla dan juga Adrian setelah keduanya mengucap janji pernikahan.“Kamu benar-benar membuatku dalam masalah, Adrian,” ucap Keyla menatap ke arah kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua Adrian yang sedang berjalan ke arah mereka.“Apa yang sebenarnya terjadi, Adrian?” tanya Toni. Dia merasa tidak enak dengan Rudi dan juga Ani karena tidak memberikan pelayanan yang baik untuk besannya.“Keyla, kenapa kamu enggak bilang sama Mamah sih!” hardik Ani membuat Keyla seketika berdiri di belakang Adrian seolah meminta berlindung dari pria yang kini sudah menjadi suaminya.“Aku akan jelaskan nanti Tante. Sekarang masih banyak tamu undangan dan aku enggak mau menghancurkan acara pernikahan kita.”Mereka pun mengedarkan pandangannya melihat para tamu yang sedang menatap ke arah mereka, seolah sedang membicarakan mereka.“Ya udah, nanti kita bicarakan setelah acara selesai. Selamat ya, Nak. Akhirnya kamu menikah juga. Selamat juga untukmu
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Keyla menatap Adrian yang masih sibuk dengan laptopnya. Sekelibat bayangan tentang malam panas mereka pun melintas di pikiran Keyla.“Sepertinya dia nggak ingat tentang kejadian malam itu. Aku harus bersikap seperti biasa karena dia pasti nggak ingat karena mabuk," batin Keyla. "Apa kita akan menginap di kamar yang sama?” tanya Keyla.“Iya,” jawab Adrian tanpa menoleh ke arah Keyla.“Apa kamu enggak mau minta maaf sama aku?”Adrian mengangkat kepalanya, menatap ke arah Keyla. “Maaf untuk apa? Ah, apa soal pernikahan kita?”DegLidah Keyla terasa kelu. “Ehm, iya, bukankah kamu harusnya menjelaskan apa yang sebenarnya kamu rencanakan?”Adrian menutup laptopnya lalu beranjak dari ranjang kemudian berkata, “Baca dulu kontrak kita, setelah itu kamu tanda tangan di sana.”Keyla berdecak, kemudian mengambil ponsel yang ada di tangan Adrian lalu membaca setiap kata yang tertera di sana. Seketika matanya membelalak kala melihat nominal yang tertera di kontr
Adrian terbangun dari tidurnya, dia melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul empat pagi. Perlahan Adrian berjalan ke kamar mandi, tapi langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu yang bergerak di lantai. Takut salah lihat Adrian pun bergegas menyalakan lampu dan mendapati Keyla yang sedang terbaring di lantai. “Astaga! Hei, bangun kenapa kamu tidur di bawah?” Adrian membangunkan Keyla dengan kaki, tapi sayangnya Keyla tak bergerak sama sekali seperti orang mati. Adrian pun melangkahi tubuh Keyla yang tergeletak menghalangi langkahnya. Lima menit kemudian Adrian keluar dari kamar mandi, pandangannya lalu beralih ke ranjang dan mendapati Keyla yang sedang tertidur. “Bangun. Astaga, kamu bau sekali,” gerutu Adrian sembari menutup hidungnya. “Haruskah aku menghubungi Tante Ani supaya kamu bangun?” Matanya Keyla seketika terbuka lalu berkata, “Dasar cepu!” Keyla beranjak dari ranjang lalu pergi ke kamar mandi. Adrian bergegas mengibaskan selimut yang bau alkohol lalu kembali tidur
Keyla berlari di halaman rumah yang asing baginya. Dengan napas terengah-engah dia mencoba mengetuk rumah mewah yang tengah dia pijak. Namun, Keyla terkejut saat pintu tiba-tiba saja terbuka dan hampir mengenai wajah pria yang membuatnya kesal sepanjang perjalanan ke rumah itu. “Lama sekali untung mereka belum datang. Kamar kita ada di lantai dua, cepat ganti baju kamu, aku nggak tahan mencium bau busuk!” Sontak Keyla mencium aroma tubuhnya, dia sama sekali tak mengendus bau busuk seperti yang di tuduhkan. “Tetap tenang Keyla, kamu harus mendapatkan uang itu agar hidupmu nyaman,” gumamnya sembari berjalan ke kamar. Lima belas menit berlalu, Keyla keluar dari kamar mandi lalu membuka tasnya. Dia berdecak saat melihat baju yang belum sempat dia setrika karena buru-buru. "Sial, aku harus pakai baju apa?" gerutu Keyla. Seketika Keyla tersenyum sinis saat melihat ke lemari. Dia berniat meminjam baju Adrian tak peduli reaksinya saat melihatnya memakai bajunya. Namun, betapa terkeju
Keyla melambaikan tangannya ketika mobil yang dikemudikan Rani dan Ani menjauh dari halaman rumah mereka. Sedangkan Adrian memilih untuk kembali masuk lebih dulu mengabaikan Keyla. "Adrian tunggu," cegah Keyla menghalangi langkahnya. "Ada apa?" Keyla menadahkan tangannya seolah menunggu Adrian memberikan sesuatu untuknya. "Maksudmu apa?" Adrian mencoba memahami maksud Keyla yang tiba-tiba menadahkan tangannya. "Uang jajan, kosan sama bayaran sekolah." Adrian memutar bola matanya. "Berapa nomor rekening-mu?" Keyla tak menjawab, melainkan mengirim pesan ke ponsel Adrian hingga terdengar notif pesan masuk. "Itu nomor rekeningku. Aku harap kamu nggak mengurangi uang jajanku." Tak lama notif pesan masuk ke ponsel Keyla, sudut bibirnya terangkat ketika melihat nominal yang masuk ke rekeningnya."Harus cukup selama satu bulan," ujar Adrian berjalan menjauh. "Ah, menyebalkan sekali. Uang segini mana cukup," protes Keyla. Dia pikir uang sepuluh juta itu hanya biaya hidupnya selama sem
Seperti biasa Adrian datang ke kantornya dengan penampilan yang begitu tampan dan berkarisma. Mengalihkan perhatian semua orang yang melihatnya. “Selamat pagi, Pak.” “Pagi,” jawab Adrian dengan suara bariton. Mereka yang mendapat balasan sapaan Adrian pun seketika meleleh dibuatnya. “Berhenti memandangi suami orang,” ucap Kevin yang tiba-tiba saja muncul di belakang para staf yang mengagumi atasannya itu. “Pa-pagi Pak.” Mereka berhamburan menjauh dari pintu lift. “Menyebalkan, si Kevin selalu muncul disaat yang nggak tepat,” gerutu wanita berambut panjang. “Aku dengar mereka itu pasangan gay,” bisik wanita berambut pendek. Semua orang yang ada di sana terkejut dengan ucapan wanita itu “Hei, jangan menyebarkan gosip yang nggak-nggak. Pak Adrian itu masih normal dan kalian tahu kenapa tiga hari kemarin dia nggak masuk kantor?” Mereka kompak menggelengkan kepala. Wanita itu pun menunjukkan sebuah foto. “Lihat, dia sudah menikah.” “HAH ...!” Mereka terkejut tak percaya dengan a
Satu persatu para mahasiswa keluar dari kampus. Adrian yang sedari tadi memperhatikan pun keluar dari dalam mobilnya karena lelah menunggu Keyla yang tak kunjung keluar. Semua mata para mahasiswi terus menatap ke arah Adrian. Sesekali mereka saling berbisik lalu tersenyum kepadanya seolah sedang membicarakannya. "Ternyata pesonaku masih begitu memikat sampai mereka terus menatapku?" batin Adrian sambil membuka kacamata hitamnya. Dengan sengaja dia duduk di cup mobil menunjukkan ketampanannya ke para mahasiswi yang ada di sana. Saat sedang mengagumi dirinya sendiri, tak sengaja pandangan Adrian tertuju pada sosok wanita yang sedari tadi dia tunggu. "Akhirnya dia muncul juga." Mata Adrian terus mengikuti Keyla— berjalan beriringan dengan teman-temannya. Namun, saat Adrian akan menghampiri Keyla, terlihat seorang pria tiba-tiba saja menariknya dengan kasar. "Siapa pria itu. Tunggu apa dia pacar Keyla?!" Adrian menyeringai seolah sedang merencanakan sesuatu kepada Keyla. Diam-diam d