Di dalam ruang makan yang luas itu, tersedia juga sofa tempat untuk bersantai setelah selesai menyantap makanan.Saat ini, semua perempuan dari Keluarga Levin sedang berkumpul di sana.Tak terkecuali Mitha yang baru saja resmi menjadi istri dari Erlan."Selamat ya, Kak Mitha. Sudah menjadi bagian dari keluarga besar kita." ucap Charlita salah satu menantu dari Keluarga besar Levin."I-ya, terima kasih, Charlita." ucap Mitha sambil menunduk. Dia masih ingat bagaimana tatapan Charlita melihat leher Mitha yang kemerahan saat masih di ruang makan tadi.Sementara Cantika yang juga menantu di Keluarga Levin juga terlihat senyum-senyum sendiri melihat ke arah leher Mitha. Dia menjadi ingat bagaimana ganasnya suaminya, yang merupakan adik sepupu dari Erlan. Yang juga sangat buas di atas tempat tidur."Kak, Mitha. Kak Erlan, ganas juga, ya?" serunya sambil menatap ke leher kakak iparnya."I ... iya." jawab Mitha singkat. Sambil menunduk malu. Dia hanya mampu melakukan itu. Tanpa bisa menutupi
Arjuna yang panik, segera memerintahkan anak buahnya untuk mengikuti Niken."Ikuti mobil Niken, segera! Sepertinya gadis itu, dalam bahaya!" seru Arjuna cepat.Dibawah perintah Arjuna, beberapa anak buah pilihannya segera mengikuti mobil gadis itu.Sementara Niken, sesampainya di halaman vila itu. Sebuah mobil van berwarna hitam pekat berhenti tepat di hadapannya.Dua orang pria bertubuh besar yang memakai baju serba hitam dan penutup kepala, turun dari mobil itu dan segera meraih kedua tangan Niken dan menyeretnya ke dalam mobil. Lalu mobil itu melaju dengan kekuatan penuh meninggalkan vila itu."Kalian siapa? Kenapa kalian menculik saya? Apa salah saya?" teriak Niken, histeris."Diam, Nona! Jangan sampai saya bertindak kasar kepada Anda!" hardik salah satu dari mereka.Namun Niken tidak menggubris perkataan orang itu, dia terus saja berbicara dan mencoba untuk berontak, agar dia dapat melepaskan diri dari orang-orang yang menculiknya.Karena bosan mendengar Niken yang terus saja men
"Ya, begitulah kejadian sebenarnya." ucap Arjuna dengan raut wajah sedih.Mitha bisa menangkap rasa sedih yang ditutupi oleh Arjuna selama ini. Pria itu sangat terlihat rapuh saat ini."Arjuna, kamu yang sabar ya? Saya yakin suatu saat kebenaran itu akan terbukti. Tinggal menunggu waktunya saja. Saya turut berdoa semoga pelaku jahat itu, dapat segera tertangkap." tuturnya, kepada sepupu suaminya, itu."Terima kasih, atas dukungan doa darimu, Kak Mitha.""Iya, Arjuna. Sama-sama." jawab Mitha sambil tersenyum.Walaupun saat ini, hatinya juga merasa sangat sedih. Di hari pernikahannya bersama Erlan. Kedua orang tuanya tidak dapat hadir. Bahkan keduanya tidak mengetahui sama sekali tentang perihal pernikahannya.Namun Mitha mencoba untuk tetap tegar dengan menyembunyikan kesedihannya kepada orang lain. Belum lagi, dirinya dibuat repot dengan tingkah suaminya yang semaunya dan suka berubah-ubah kepadanya.Lalu ditengah kebimbangannya itu, Arjuna menatap Mitha secara intens saat ini. "Sepe
Namun Erlan tidak percaya begitu saja kepada Dio. Dengan kasar dia menepis tangan sang asisten. Lalu melangkah dengan cepat menuju ke halaman belakang kastil itu.Saking kuatnya Erlan menepis tangan Dio, membuatnya hampir terjatuh dan tersungkur mencium lantai marmer itu. Untung saja dengan cekatan dia mengeluarkan satu kuda-kuda bela diri yang dirinya kuasai, sehingga tubuh tegapnya tidak terkena benturan keras lantai bangunan tua itu."Sial nih, Bos Erlan! Hampir saja badan gue otw cacat!" gerutu Dio. "Shit!" umpatnya, saat melihat sang atasan yang mulai melangkah ke halaman belakang vila itu. Dia pun segera berdiri tegak dari posisinya yang sedang berbaring di lantai. Lalu dengan cepat berlari, dan mencoba untuk mencegat Erlan."Bos, saya mohon. Anda jangan ke sana!" teriak, Dio kepada Erlan.Mendengar teriakan Dio itu, membuat Erlan semakin penasaran ada apa sebenarnya yang terjadi, di halaman belakang vila.Erlan pun terus melangkah. Bahkan dia berjalan dengan setengah berlari m
Erlan terus menyeret Mitha menuju ke kamar mereka. Dia tidak mempedulikan jerit kesakitan dari sang istri karena tangan Mitha dicengkeram kuat oleh suaminya.“Mas, pelan jalannya, Mas! Tanganku sakit!” jerit Mitha sambil meringis sakit.“Diam kamu, Mitha! Kamu tidak berhak protes tentang apapun juga saat ini!” hardik Erlan kepada istrinya.Untung saja, tidak ada orang di sekitar vila itu sehingga Erlan bebas melakukan apapun kepada istrinya. Sesampai di di depan kamar, Erlan pun membuka pintu kamar lalu menarik tubuh Mitha untuk masuk ke dalam setelah itu sang pria membanting pintu kamar itu dengan sangat keras.Setelah itu Erlan menatap ke arah istrinya dengan sangat tajam. Mitha hanya bisa menangis saat ini. Sekujur tubuhnya terasa kaku dia hanya mampu berdiri terpaku di sudut kamar itu.Erlan seketika mengamuk. Dia menghancurkan semua barang-barang yang ada di dalam kamar itu. Koper-koper yang mahal, baju-baju mereka serta alat kosmetik milik Mitha berjatuhan di bawah lantai. Yang
Setelah berjuang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Akhirnya Keluarga Levin sampai juga di sana. Dengan cepat Asisten Dio membuka pintu mobil dan memberi jalan untuk Erlan membawa Mitha keluar dari mobil dan menggendongnya kembali apa bridal style menuju ke unit gawat darurat. “Dokter, Suster, tolong istri saya!” serunya histeris. Dokter dan suster segera menangani Mitha dan menyuruh seluruh keluarga besar untuk duduk di ruang tunggu yang telah disediakan. Erlan dan kedua orang tuanya, beserta Asisten Dio segera duduk di ruang tunggu. “Mami! Aku tidak mau sesuatu terjadi kepada istriku!” serunya sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya menandakan jika Erlan sedang frustasi saat ini. “Berdoalah dan mohon ampun kepada Tuhan atas perbuatanmu kepada Mitha. Kita hanya dapat berharap semua baik-baik saja!” ucap Mami Anisa kepada putranya. Sementara Tuan Fred Levin, ayahandanya tetap memilih diam. Pria tua itu ingin sekali menghajar putranya saat ini karena perbuatannya
“Memangnya kamu ingin mengatakan apa, Mitha?” tanya Mami Anisa sambil menggenggam erat tangan menantunya.“Mami, Papi, Oma, dan Opa, sebelum aku mengatakan apa yang ada di dalam hatiku, aku berharap keluarga semua, mau mengabulkan keinginanku ini,” harap Mitha kepada keluarga semuanya.“Mitha, kamu tidak perlu ragu begitu, Sayang. Sepanjang yang kamu inginkan demi kebaikanmu maka keluarga semua, pasti akan senantiasa mendukungmu,” ucap Oma Rini kepada cucu menantunya.“Iya, Oma. Aku percaya keluarga akan mendukung keinginanku ini,” ucap Mitha lagi.Setelah menenangkan dirinya sejenak, Mitha pun mengatakan keinginannya untuk pergi ke Bandung dalam rangka mencari keberadaan kedua orang tuanya yang tidak ada kabarnya sampai sekarang. Terlihat keraguan dari wajahnya saat mengatakan semua itu. Tapi Mitha harus mengatakannya.Namun tanpa diduga, semua anggota Keluarga Levin menyetujui keinginan Mitha.“Kami sangat setuju dengan semua yang kamu katakan, Sayang. Tapi Oma dan Opa akan mendampi
Di sebuah gudang tua di pinggiran Kota Jakarta, suasana tegang menyelimuti udara. Anak buah Arjuna, yang terdiri dari beberapa pria berotot dengan tatapan tajam, berkumpul di sekitar pintu masuk gedung tua itu. Mereka telah bekerja keras selama berhari-hari, melakukan pengejaran tanpa henti untuk menyelamatkan Niken, sahabat Mitha yang diculik oleh Jordan, pesaing bisnis Erlan. Untuk menyelamatkan Niken, kali ini, mereka bekerja sama dengan beberapa detektif rahasia yang memiliki keterampilan dan pengalaman dalam menangani kasus-kasus rumit seperti ini.Di dalam gudang yang gelap dan berdebu, Niken duduk terikat di kursi dengan wajah yang penuh luka dan kelelahan. Matanya terlihat sayu, namun masih memancarkan harapan. Dia tahu bahwa Arjuna dan anak buahnya tidak akan berhenti sampai mereka berhasil menyelamatkannya. Di luar gudang, pemimpin tim penyelamat, seorang detektif bernama Damar, memberi instruksi terakhir kepada timnya. "Kita harus bergerak cepat dan hati-hati. Jangan sa