Home / Romansa / C E O Dingin itu Mantan - Ku / BAB 1 : Panggilan Sang CEO

Share

C E O Dingin itu Mantan - Ku
C E O Dingin itu Mantan - Ku
Author: Parikesit70

BAB 1 : Panggilan Sang CEO

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2022-11-24 18:37:27

“Dinda! Kamu panggil bagian HRD sekarang,” pinta seorang lelaki berusia tiga puluh lima tahun bermata elang, berambut lebat, berwajah tampan namun wajahnya yang tampan itu berbalut keegoisan dan kesombongan.

“Baik Pak,” jawab Dinda kalem, seorang sekretaris berusia dua puluh lima tahun yang di minta untuk menghubungi bagian HRD.

Lelaki tampan namun ketus dan super galak itu, anak dari pemilik perusahaan Batu Bara terbesar di Indonesia. Lelaki itu bernama Reynaldi Utomo Gerald Putra Jr adalah Putra tunggal Richard Gerald seorang warga negara Indonesia berkebangsaan Jerman yang telah menikah dengan seorang wanita Jawa bernama Widyawati.

Kurang dari sepuluh menit, seorang HRD bernama Andini berjalan menuju ruang kerja Dinda untuk melaporkan kedatangannya.

“Pagi.., Mbak Dinda,” sapanya berdiri di sisi kanan pintu ruang kerja Dinda.

“Mari Buu.., ikut saya,” ajak Dinda menuju ruang CEO dari PT Batu Bara Gerald Putra Tbk. Sebuah perusahaan yang sudah Go Public dan salah satu perusahaan besar di Indonesia.

Andini mengikuti langkah Dinda memasuki sebuah ruangan sangat dingin. Sepertinya ruangan itu memakai dobel AC. Pada saat membuka pintu pertama, ada satu pintu lagi di balik pintu yang telah di buka oleh Dinda.

Pada ruangan pintu pertama ada sebuah ruangan besar yang berisi sofa tunggal besar dengan spons yang tampak empuk. Berjumlah empat dan berwarna coklat muda dipadu dengan wallpaper pada dinding ruangan itu berwarna cream dengan bunga melati putih.

Pada sisi sofa tunggal berwarna coklat muda itu ada dua pohon asem yang di bonsai menyerupai Water fall. Dan pada dinding ruangan itu terdapat pula photo dalam bentuk sketsa tiga orang yang merupakan photo keluarga dari CEO muda tersebut.

Jarak antara pintu pertama dengan pintu kedua untuk ke ruangan CEO PT Batu Bara Gerald Putra Tbk, berjarak sekitar 8 kaki. Untuk kedua kalinya, Andini bertemu dengan lelaki bermata elang dan berwajah dingin, sejak satu bulan lalu lelaki muda itu, menerima sepenuhnya jabatan tersebut dari sang ayah yang kini sudah tua.

“Pagi.., Pak,” sapa Dinda lembut, tersenyum semanis mungkin pada CEO muda tersebut, namun sedikit pun tidak ada senyuman terlihat dari bibir tipisnya.

Dinda mengantar Andini hingga sampai kursi yang ada di hadapan Reynaldi, seorang CEO muda berwajah tampan dan terlihat dingin. Tanpa diminta Dinda pun pamit undur keluar dari ruangan itu. Usai terdengar pintu utama diruang itu tertutup. Reynaldi sekilas memandang ke arah Andini.

“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Andini sekilas menangkap kerisauan pada wajah Reynaldi. Dan Andini yang notabene lulusan S1 psikologi, mengetahui jelas tentang karakter serta memahami kerisauan yang tersirat dalam wajah Reynaldi sang CEO muda yang baru menjabat di Perusahaan yang sudah Go Public itu selama dua bulan ini.

“Hemmm.., karena saya baru disini, bisa saya minta data nama seluruh karyawan-karyawati yang bekerja disini?” tanyanya menatap dingin wajah Andini.

“Baik, siap Pak! Ada yang lain?” tantang Andini bertanya kembali.

“Hmmm..., saya rasa cukup!” jawab Reynaldi.

“Permisi, Pak!” Andini menggeser kursi dan menatap lurus Reynaldi yang menganggukkan kepalanya dibalas dengan menganggukkan kepala pula oleh Andini. Sejurus kemudian, Andini balik badan melangkah ke pintu kedua dan menutupnya dengan perlahan.

Di dalam ruangan itu, Reynaldi melirik pada jam tangan Rolex emas yang melingkar pada pergelangan tangannya. Lalu ia terlihat membuka email masuk dan kembali melihat jam tangannya.

Usai sepuluh menit berlalu, Reynaldi menghubungi Dinda kembali, “Hubungi HRD itu! Suruh cepat mengirim data!”

Belum sempat Dinda menjawab telepon direct dari sang CEO, sambungan telepon itu telah ditutup dengan kasar. Dinda yang kesal atas kelakuan dari CEO muda itu seminggu ini, menggerutu sendirian di ruangannya sembari menghubungi Andini selaku HRD.

“Bu Andini, kok Pak Rey nadanya jengkel ke saya. Pesan untuk Ibu, cepat kirim data! Maaf ya Buu, aku cuma meniru ucapan CEO kita. Hehehehehe. Data apa sih Buu? Kok sampai segitunya dia marah,” ungkap Dinda bertanya pada Andini.

“Aduh! Sorry udah dulu yaa, tadi saya mampir ke bagian umum, jadi lupa permintaan si Bos,” sahut Andini menutup hubungan telepon.

Dinda yang tak mendapat jawaban pasti atas data yang diminta sang CEO pada Andini selaku HRD semakin kesal dan tambah ngedumel.

“Sialan..! Semua kagak punya etika. Gue tanya bener-bener malah main tutup teleponnya,” gerutu Dinda.

Setelah itu, Dinda pun menyampaikan pada sang CEO atas apa yang didengar dari Andini selaku HRD di perusahaan itu lewat telepon direct.

“Sudah saya sampaikan Pak, dan Bu Andini lupa karena tadi dia mampir ke bagian umum,” ucap Dinda menyampaikan tugasnya. Dan tanpa diduga, saat Reynaldi menutup teleponnya, ia malah mengantungnya, hingga membuat Dinda mendengar kata yang tak diduga dari CEO muda itu.

SHIT!!!

Dinda pun perlahan menutup sambungan telepon antara ia dan sang bos. Ia menghela panjang napas kala teringat kata-kata lelaki itu. Hingga ia pun bermonolog, “Itu dah.., kalau kelamaan jadi bujang lapuk. Coba kalau dia udah punya bini kagak mungkin begitu kelakuannya.”

Sekitar dua puluh menit kemudian, Andini kembali ke ruangan Dinda, tanpa ada pemberitahuan dari Reynaldi, kalau ia telah menghubungi sendiri HRD itu. Dan terlihat, Andini kembali dengan membawa satu bendel file karyawan yang bekerja disana.

“Mbak Dinda.., saya mau menghadap lagi, nih!” izin Andini tersenyum pada Dinda.

“Ada apa sih Buu?” Dinda beranjak dari kursinya, keluar dari meja kerjanya sembari merapikan rok span, rambut sebahunya dan berjalan perlahan sejajar dengan Andini

“Nggak tahu juga Mbak Dinda. Ini bapak minta beberapa nama karyawan-karyawati berikut file waktu pertama kali melamar kerja disini,” sahut Andini sembari membawa tiga bendel file nama karyawan-karyawati di perusahaan itu.

“Ssttt..., coba saya lihat Buu. Siapa aja sih yang diminta sama si Bos,” Dinda menarik tiga bendel file dari tangan Andini.

“Hey..! Mbak Dinda, nanti bapak ngomel kalau tahu,” bisik Andini sewaktu tiga bendel file telah berada di tangan Dinda.

Dibukanya bendel file tersebut. Ada dua nama wanita dan satu nama pria. Dua wanita itu masing-masing berada di bagian accounting dan bagian resepsionis. Dan satu lagi seorang pria bagian help desk.

“Ada apa sih, Buu?” tanya Dinda melirik ke arah Andini.

“Nggak tahu juga Mbak Dinda.., kalau saya kan cuma siapkan data saja. Mungkin mau di promosikan? Kita kan nggak tahu juga,” ucapnya seraya mengikuti langkah Dinda.

Kali ini Dinda hanya membukakan pintu pertama lalu Andini pun masuk ke dalam ruangan pertama itu dan berjalan menuju pintu kedua ruangan Reynaldi seorang CEO muda yang galak dan tak pernah tersenyum.

Dinda yang sudah membaca nama yang masuk ke dalam ruangan, mengingat wajah dari kedua wanita yang namanya masuk ke dalam meja kerja sang Bos. Karena, Dinda adalah sekretaris baru yang di bekerja baru dua bulan ini. Ia bekerja satu minggu sebelum Reynaldi menjadi CEO.

Sementara itu, Andini yang duduk di hadapan CEO muda itu menyerahkan tiga bendel data dari ketiga nama yang di minta. Tampak Reynaldi membaca sekilas pada bendel pertama dan kedua.

Kemudian, Terlihat sang CEO, membolak-balik satu bendel data terakhir dari seorang karyawati bagian accounting. cukup lama Reynaldi memandang dan tanpa disadarinya ia telah membaca ulang nama pada file data karyawati tersebut. “MEYTA KASTURI”.

Andini melihat raut wajah Reynaldi berubah sendu saat menyebut nama itu. Dan terlihat tangannya terus mengetuk bolpoin pada meja kala mengucap nama karyawati accounting tersebut.

Dalam hati Andini bertanya, ‘Ada apa sih sama si Meyta? Apa dia korupsi duit kantor? Perasaan nggak lah, kapan hari gue di traktir makan bareng dia. Tetapi, kenapa si Bos terlihat mengamati photo si Meyta? Hem, nanti waktu makan siang, gue tanya si Mey deh.’

Andini mengenal Meyta karena mereka sama-sama melakukan tes penerimaan karyawan dan sama-sama pula melakukan wawancara saat akan bekerja pada perusahaan yang kala itu belum di beli oleh keluarga Gerard dua tahun lalu.

“Bisa Ibu sampaikan ke bagian accounting yang bernama Meyta Kasturi untuk menghadap saya?” pinta Reynaldi pada Andini dengan tatapan dingin tanpa tersenyum sedikit pun.

“Baik Pak, boleh saya ambil kembali data awal karyawan-karyawatinya?” tanya Andini, melihat data di meja Reynaldi usai dibacanya.

Dirapikan kembali data di hadapannya lalu diserahkan pada Andini. Lalu Reynaldi kembali mengingatkan Andini, “Segera minta Meyta menghadap saya.”

“Baik Pak! Saya permisi..,” sahut Andini seraya memeluk data file dari ketiga karyawan itu, melangkah lebar ke pintu utama.

Baru saja ia menarik gagang pintu utama ruang sang CEO, Reynaldi kembali berkata padanya, “Bu Andini, pakai saja telepon di ruang Dinda untuk hubungi Meyta, biar Ibu nggak lupa lagi.”

Deg..!

Ada perasaan tak enak dirasa oleh Andini kala dia lupa mengirim data yang diminta secepatnya sesuai dengan permintaan sang CEO hingga membuat Reynaldi, kembali mengingatkan dirinya.

Andini membalikkan tubuhnya dengan kepala mengangguk, ia berucap, “Maafkan saya Pak! Tadi saya mampir ke umum karena sekalian minta nomor kamar di Rumah Sakit Bersalin. Ada salah seorang karyawati di bagian umum melahirkan.”

Tak ada jawaban apa pun atas alasan yang di kemukakan oleh Andini. Hanya ada anggukan kecil, nyaris tak terlihat dari tatapan dingin dan angkuh Reynaldi.

Keluar dari ruangan Reynaldi, Andini pun melangkahkan kakinya ke ruang kerja sang sekretaris untuk meminjam telpon direct nya.

“Mbak Dinda.., saya disuruh pinjam telepon disini saja untuk menghubungi Meyta. Dia soalnya dipanggil sama bapak sekarang.

“Ada apa memangnya Buu? Kok wajah Bu Andini tegang banget..?” tanya Dinda memperhatikan wajah Andini secara serius.

“Di dalam lebih tegang, Mbak!” ucap Andini seraya meraih telepon yang ada di meja kerja Dinda.

“Meyta, sekarang elo ke ruangan Pak Reynaldi? Gue tunggu disini ya,” pinta Andini saat berbicara dengan rekan kerja yang telah jadi sahabarnya.

“Kok cuma segitu aja ngasih tahu nya? Emang ada apa sih Buu?” Dinda melihat ke arah Andini yang tampak tegang sembari berdiri dan berjalan hilir mudik di depan meja kerja Dinda.

“Saya sendiri juga masih bingung, Mbak Dinda. Ada apa dengan bagian accounting. Kalau nanti Meyta habis dari ruangnya pak Rey, tanya sama dia aja,” saran Andini pada Dinda yang serius ingin tahu duduk permasalahannya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Meyta sampai di ruangan Dinda bersamaan dengan bunyi telepon direct pada meja kerja sang sekretaris itu.

“Dinda..! Apa Andini sudah menghubungi bagian accounting?!” tegas Reynaldi bertanya pada sekretarisnya.

“Sudah Pak, ini Bu Meyta baru saja sampai.”

“Suruh dia masuk! Kamu nggak usah mengantar dia ke ruangan saya!” perintah Reynaldi dengan tegas.

“Siap Pak!” ujar Dinda merasakan hawa ketegangan pada intonasi suara Reynaldi saat memerintahkan Meyta untuk masuk ke ruangannya tanpa diantar olehnya.

“Bu Meyta, diminta Bapak untuk masuk langsung ke ruangannya. Silakan Buu,” Dinda menunjuk ke arah pintu menuju ruang kerja Reynaldi atau Utomo bagi Meytha.

“Ok! Makasih Mbak Dinda, aku masuk dulu ya,” ucap Meyta tersenyum dengan lesung pipi pada kedua wajah putih bersihnya.

“Mey.., nanti kita makan siang bareng yaa, sekalian gue mau denger cerita lengkap dari elo, kenapa sampai di panggil si Bos,” bisik Andini pada telinga Meyta yang akan melangkah ke ruang kerja Reynaldi.

Yang dilakukan pada Meyta hanya tersenyum tipis seraya menggelengkan kepala dan menempelkan telunjuk pada bibir seksinya.

Terlihat Meyta telah siap secara mental untuk bertemu dengan Reynaldi Utomo Gerald putra.

Usai ia tahu, kalau Reynaldi atau Utomo kini adalah anak dari pemilik perusahaan dari tempatnya bekerja. Dan parahnya, kini Reynaldi adalah CEO di perusahaan tersebut. Meyta sadar pertemuannya dengan Reynaldi tidak dapat bisa ia hindari lagi.

Kini detak jantung Meyta serasa seirama sesuai langkah kakinya, saat ia mulai memasuki pintu pertama, sebuah ruang kosong yang hanya berisi empat sofa besar dengan segala furniturnya.

Tepat pada pintu kedua menuju ruang sang CEO, langkah Meyta terhenti sejenak. Ia menarik napas dalam dan perlahan ia keluarkan sembari memejamkan mata indahnya.

‘Aku tahu hari ini akan datang padaku. Dan.., aku harus menemuinya,’ bisik hatinya membuka mata indahnya dan menelan salivanya. Sampai akhirnya tangannya yang sedikit gemetar mengetuk pintu ruang kerja sang CEO.

Tok.. Tok.. Tok..

“Masuk..!” terdengar suara sang CEO begitu dingin menyambutnya.

Mendengar suaranya yang begitu berbeda dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, membuat hati Meyta berbisik, ‘Ternyata lelaki itu telah berubah, hmmm.., Baiklah.’

Dengan tangan gemetar ia menarik hendel pada pintu ruang kerja sang CEO dibarengi doa-doa yang terus ia lantunkan usai perpisahan dengan lelaki tampan itu selama hampir sepuluh tahun.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Salam kenal dari Parikesit70(っ.❛ ᴗ ❛.)っ Untuk kakak semua pembaca Good Novel saya mohon dukungannya dengan memberikan bintang 5 dan komentar pada bagian depan serta tambahkan pada pustaka kakak yaa(◍•ᴗ•◍)... semoga kebaikan kakak dapat pahala Aamiin (✷‿✷) Terima kasih (●’3)♡(ε`●)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 2 : Pertemuan Pertama

    Ceklek...!Pintu ruangan kerja CEO itu pun terbuka. Ayunan langkah kaki Meyta beriringan dengan detak jantungnya yang kian berdetak lebih kuat saat jarak antara kakinya menuju meja kerja CEO tersebut semakin kian dekat.Perlahan Meytha menarik napasnya lalu membasahi kerongkongannya yang terasa kering dengan salivanya. Entah mengapa kini pikirannya terasa buntu. Dan ia kini hanya memandangi sepatu pantofelnya yang tak terdengar saat ia menyentuh lantai di ruangan itu.Terlihat hamparan permadani lembut berwarna merah menutupi lantai marmer pada ruang kerja sang CEO. Pada saat sepatu jenis pantofel dengan sedikit bukaan pada jemari kaki indah Meytha menyentuh sedikit permadani yang terasa empuk dan lembut pada bagian depan jemarinya.Kini Meytha berdiri mematung persis di belakang kursi yang berada di hadapan Reynaldi.“Duduk..! Kenapa kamu berdiri?!” tegas Reynaldi menatap wanita pemilik bola mata terindah yang kini berdiri di hadapannya.Sebelum bertemu dengan Meytha, Reynaldi telah m

    Last Updated : 2022-11-26
  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 3 : Sikap kasar Reynaldi

    Meytha pun keluar dari ruangan Reynaldi dengan tisu yang masih di pegangnya. Dan ia menemui Dinda yang terbiasa melayani kebutuhan Reynaldi. Maka Meytha pun menemui Dinda di ruang kerjanya. “Mbak Dinda.., bapak minta dibuatkan kopi. Pantry yang dipakai itu yang di ujung sana ya?” tanya Meytha. “Bukan Buu.., sini biar aku aja yang buat. Karena aku tau takaran kopi buat bapak Rey. Hmmm.., barusan ibu Andini bilang, Bu Meytha jadi sekretaris juga?” tanya Dinda menggeser kursi kerjanya. Dinda berjalan keluar ruangannya dan masuk ke ruangan yang dekat dengan ruang kerja Reynaldi. Lalu ke bagian sisi kanan dari ke empat sofa besar itu berada. “Disini Bu Meytha pantry si Bos. Ini takaran untuk gulanya dua, kopinya satu dan panaskan dulu air di teko listrik ini, kita tunggu tiga menit.” Terlihat Dinda memasukkan air ke dalam teko listrik dan menekan tombol on lalu mengambil saru sendok teh kopi, dua sendok teh gula. Ia juga terlihat mengeluarkan susu cair rasa vanila dalam kemasan satu l

    Last Updated : 2022-12-01
  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 4 : Mengenang Masa Lalu

    Reynaldi keluar kantor dengan seorang sopir menuju sebuah restoran seafood untuk bertemu dengan kedua orang tua angkatnya. Di sepanjang jalan menuju restoran tersebut, lamunan dan bayangan atas sosok Meytha di masa lampau, berhamburan keluar dalam pikirannya. Selama sembilan tahun berada di Jerman tidak membuatnya mampu mengikhlaskan semua yang telah terjadi diantara mereka.~ FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI~ “Kamu itu..! Kalau mau menikah sama anak saya, harus punya modal! Masak anak saya mau kamu nikahi cuman di KUA aja? Kamu pikir Meytha nggak punya keluarga, macam kamu? Hah!” sengit Bimantoro, bapaknya Meytha kala Utomo mengatakan niatnya untuk menikahi Meytha, saat mereka telah menjalin kasih selama lima tahun. “Maaf Pak.., untuk acara besar-besarannya saya belom ada dana. Tapi kalau untuk acara syukuran dan makan bersama keluarga besar bapak saya punya sedikit tabungan, Pak,” sahut Utomo yang tak gentar mendengar penolakan atas dirinya. Dikeluarkan uang sejumlah dua puluh

    Last Updated : 2022-12-02
  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 5 : Kenekatan Meytha

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo yang keluar dari kamar mandi dan telah memakai boxer serta membelitkan handuk pada bagian pinggangnya terbelalak kala dilihat pakaian Meytha, kekasih yang dicintanya telah berserakan di lantai keramik kamarnya. “Meytha..! Apa yang kamu lakukan? Gila kamu..!” pekik Utomo saat memunguti pakaian kekasihnya yang berserakan di lantai keramik. “Pakai lagi.., aku nggak akan merusak kamu, Mey..., Please.., pakai pakaianmu. Kalau mau.., sudah dari lama aku merusak dirimu. Jangan lakukan ini sayang..,” tuturnya lembut sembari memberikan pakaian Meytha yang saat ini menyelimuti tubuhnya dalam balutan selimut tebal di atas tempat tidur.Meytha yang mendapatkan penolakan, menatap kecewa pada Utomo dan membalikkan tubuhnya ke arah dinding pada sisi kiri tempat tidur itu. Utomo yang tahu Meytha kecewa dengan membalikkan tubuhnya ke arah dinding kala ia memberikan pakaiannya, berdiri dari sisi tempat tidur dan beranjak menuju lemari untuk mengambil pakaia

    Last Updated : 2022-12-19
  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 6 : Kegalauan Utomo

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# Sejak saat itu, hubungan cinta kasih antara Utomo dan Meytha pun selalu diikuti dengan pergumulan penuh hasrat. Kini Utomo sudah tak segan lagi untuk meminta Meytha melakukan hubungan layaknya suami istri. Dan kejadian itu terjadi hingga empat bulan ke depan. Sampai akhirnya pada suatu hari, saat Utomo yang satu kantor dengan Meytha telah sampai dikantor terlebih dahulu, namun tak mendapati Meytha di kantor, membuat hatinya sangat gusar. Karena telepon Meytha tidak aktif. Walaupun sudah berulang kali Utomo dihubungi.“Napa elo..? Kayak orang bingung begitu,” tanya Rifai sahabat dan teman satu kantor Utomo. “Meytha belum sampai kantor, apa memang dia sakit yaa, sampai nggak kerja?” tanya Utomo bermonolog sembari memandang ke arah Rifai.“Laah.., elo tanya ke gue.., mana gue tahu. Bukannya elo yang jadi pacarnya..? Hehehehe.., dasar lelaki kagak punya tanggung jawab,” umpat Rifai seraya bercanda. “Udah elo fokus aja kerjain. Akhir bulan ini.., na

    Last Updated : 2023-01-04
  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 7 : Tangisan Seorang Lelaki

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Sekitar jam sembilan malam Utomo ke kosnya, usai dia mencari penghasilan tambahan sebagai tukang ojek Online. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menabung dan bertekad untuk bertanggung jawab sepenuhnya dari diri Meytha. Sering kali Utomo berkhayal suatu ketika Meytha mengatakan padanya kalau gadis itu hamil. Dan itu sudah menjadi mimpi dan harapannya setiap kali akan terlelap dari tidurnya. Seperti hari ini, saat Meytha tidak masuk kerja, Dia berpikir kalau kekasihnya enggak enak badan karena hamil. Tetapi, rekan kantornya yang dimintai tolong belum juga menghubunginya. Maka Utomo berpikir untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia menghubungi Rifai, rekan kerjanya. “Ya udahlah gue lebih baik mandi dulu aja. Apalagi ini badan pada lengket semuanya,” ucapnya pada diri sendiri seraya menaruh pakaian kotornya pada sebuah ember hitam. Selama ini Utomo mencuci pakaiannya sendiri. Biasanya sehabis mandi di pagi hari, pasti dia akan mencuci

    Last Updated : 2023-01-07
  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 8 : Ingin Mati Saja

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# “Fai.., gue harus denger sendiri penjelasan dari Meytha. Dia sama sekali nggak ngomong apa-apa sama gue. Pasti terjadi sesuatu sama Meytha. Buktinya dia nggak hubungi gue,” ungkap Utomo seraya mengambil celana panjangnya. “Tomo..! Tolong denger gue, Broo..! Sekarang udah jam sebelas lebih. Elo kesana dalam keadaan hati elo panas seperti ini, bisa-bisa malah jadi berat urusannya. Emang elo mau digebukin ramai-ramai di lingkungan rumahnya si Meytha!” cegah Rifai pada sahabat yang juga rekan kantornya. “Tapi.., gue harus minta kejelasan sama dia. Gue kagak terima kalau nikah sama lelaki lain. Padahal kemarin dia masih tidur bareng gue. Masa iya Meytha simpen lelaki lain. Gue kagak terima, Fai..,” ucap Utomo tetap ngotot pada Rifai. Rifai yang tahu kalau temannya bersikeras ingin menemui Meytha, akhirnya mengikuti keinginannya, asal Utomo mau terima sarannya. Rifai pun berkata, “Ok..! Gue kasih elo ke rumah Meytha. Tapi elo harus satu motor sama g

    Last Updated : 2023-01-08
  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 9 : Plan Utomo

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo dan Rifai akhirnya memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju kos Utomo. Tak ada percakapan yang terjadi dalam perjalanan itu. Kedua lelaki yang berboncengan itu, masing-masing berpikir dalam sudut pandang yang berbeda atas peristiwa yang terjadi hari ini. Hingga akhirnya, mereka sampai di rumah yang berisi sekitar sepuluh kamar kos, dan salah satunya adalah kamar kos Utomo.Sekitar jam satu malam mereka sampai di kos, usai memasukkan motor milik Rifai, mereka berdua masuk ke dalam kamar kos. Utomo masuk ke kamar mandi. Terdengar jelas dini hari ia membersihkan diri, sedangkan Rifai menunggu dengan duduk di lantai keramik kamar itu.Sekitar sepuluh menit kemudian, Utomo keluar dari dalam kamar mandi dengan memegang handuk yang ia gosokan pada rambut dikepalanya yang basah. Kini giliran Rifai masuk ke dalam kamar mandi hanya untuk membasuh wajah dan mencuci tangan dan kakinya. Setelah itu menyeka wajahnya dengan handuk kecil.“Kagak di

    Last Updated : 2023-01-10

Latest chapter

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 91 : SAH..! (THE END / TAMAT)

    Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 90 : Meytha menikah, Elmira melahirkan

    Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 89 : Gerakan Bayi Elmira

    Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 88 : Rumah Kenangan untuk Meytha

    Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 87 : Cemburu tapi Malu

    Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 86 : Solusi untuk Elmira

    Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 85 : Elmira Hamil..?

    Widyawati dan Reynaldi pun menemui Imelda bersama putrinya di ruang tamu. Reynaldi langsung duduk di sofa panjang dan Richard duduk pada sofa tunggal di bagian tengah. Sedangkan Elmira dan Imelda duduk pada sofa tunggal yang berdampingan. Terlihat Widyawati berjalan menuju sofa yang di duduki Imelda dan wanita paruh baya itu mendekati Imelda dan membungkuk untuk melihat kaki palsu Imelda. “Mel.., apa terasa sakit waktu kamu pakai?” tanya Widyawati mengamati kaki palsu yang digunakan Imelda. “Yaa agak sakit. Tapi, hatiku ini lebih sakit.., Wid,” ucapnya dengan kelopak mata yang telah basah. Melihat sahabatnya menangis tanpa bersuara, Widyawati pun terkejut dan memegang tangannya dan berucap, “Ada apa Mel..? Apa ada masalah?” Mendengar pertanyaan sahabatnya, isak tangis Imelda pun semakin kuat. Dan Elmira yang melihat Imelda menangis tanpa mampu mengatakan tujuan mereka ke rumah itu, bersimpuh di hadapan Widyawati. Gadis cantik itu memegang kaki Widyawati dan menangis pula. “Hey..,

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 84 : Kedatangan Imelda & Elmira

    Kepergian Reynaldi kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini kedua anaknya melepas kepergian Reynaldi dengan memeluk dan menyampaikan pesan untuk seorang papa yang kini hadir dalam kehidupan mereka. “Papa ingat ya, sampai Jakarta telepon kakak sama adek..,” pinta Bintang saat memeluk Reynaldi. “Iyaa.., nanti sampai di bandara Surabaya aja udah Papa telepon. Gitu juga waktu di Bandara Jakarta Papa akan telepon lagi,” janji Reynaldi dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Papa.., bisa setiap hari telepon Bulan? Kalau bisa Papa teleponnya pagi sebelum Papa kerja, kalau siangnya waktu Papa makan siang dan malamnya waktu Bulan lagi belajar. Biar Bulan bisa denger suara Papa tiap hari,” tutur putri cantik Reynaldi dengan manjanya. “Yaa, sayang Papa akan telepon setiap nggak sibuk. Papa juga pastinya kangen sama kalian semua,” ucap Reynaldi memandang putri kecilnya, mencium pipinya dan memandang mesra ke arah Meytha. Setelah itu, Meytha mencium punggung tangan Reynaldi. Lalu, tanp

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 83: Lamaran

    Satu hari sebelum acara seserahan, Widyawati yang meminta tolong kakak sepupunya untuk membawakan kebaya berwarna jingga berikut aksesoris serta lengkap dengan selop dan make up yang akan dipakai acara seserahan pun datang. “Widya.., apa cukup ukuran tubuhnya ‘L’? Katamu kan udah pernah punya anak, 2 pula,” tanya Pipit kakak sepupu Widyawati kala ia telah berada di kamar hotel. “Badannya masih bagus.., nggak melar kayak Mbak Pipit.., hehehehe,” canda Widyawati ada saudara sepupunya. Lalu, mereka mengobrol tentang Reynaldi dan kondisi perusahaannya di Jakarta. Kemudian, Pipit pun meminta pada Widyawati untuk memperkenalkan Meytha padanya. “Kenalkan aku sama calon menantumu, sekalian coba kebaya yang aku bawa ini..,” pinta pipit. Sesaat Widyawati melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia pun berucap, “Sore aja sekalian liat kedua cucuku. Soalnya kalau gini hari kita kesana.., calon menantuku baru pulang dari pasar. Kasihan kalau kita ganggu. Apa lagi dia tiap ha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status