Home / CEO / C E O Dingin itu Mantan - Ku / BAB 6 : Kegalauan Utomo

Share

BAB 6 : Kegalauan Utomo

Author: Parikesit70
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#

Sejak saat itu, hubungan cinta kasih antara Utomo dan Meytha pun selalu diikuti dengan pergumulan penuh hasrat. Kini Utomo sudah tak segan lagi untuk meminta Meytha melakukan hubungan layaknya suami istri. Dan kejadian itu terjadi hingga empat bulan ke depan.

Sampai akhirnya pada suatu hari, saat Utomo yang satu kantor dengan Meytha telah sampai dikantor terlebih dahulu, namun tak mendapati Meytha di kantor, membuat hatinya sangat gusar. Karena telepon Meytha tidak aktif. Walaupun sudah berulang kali Utomo dihubungi.

“Napa elo..? Kayak orang bingung begitu,” tanya Rifai sahabat dan teman satu kantor Utomo.

“Meytha belum sampai kantor, apa memang dia sakit yaa, sampai nggak kerja?” tanya Utomo bermonolog sembari memandang ke arah Rifai.

“Laah.., elo tanya ke gue.., mana gue tahu. Bukannya elo yang jadi pacarnya..? Hehehehe.., dasar lelaki kagak punya tanggung jawab,” umpat Rifai seraya bercanda.

“Udah elo fokus aja kerjain. Akhir bulan ini.., nanti si Bos kagak kasih gaji kita,” ungkap Rifai seraya menyalakan komputernya dan mulai melalukan rutinitas pekerjaannya.

Walau dalam keresahan memikirkan Meytha yang tidak masuk kerja, namun Utomo tetap melakukan rutinitas pekerjaannya sehari-sehari dengan sesekali menghubungi Meytha namun hingga sampai waktu istirahat ponsel kekasihnya masih tidak dapat dihubungi.

“Rifai.., aneh aja kok Meytha nggak bisa dihubungi ya?” tanya kembali Utomo dengan kegelisahan yang kian bertambah.

“Iya nanti aja elo hubungi dia lagi. Mungkin ada acara keluarga dadakan makanya dia nggak sempat bawa ponsel. Ayoo gue udah laper nih, nanti aja elo telepon dia sembari makan,” ajak Rifai rekan kantornya.

Utomo pun berboncengan ke tempat warung makan tegal. Sebuah warung makan yang diminati oleh sebagian besar karyawan karyawati dengan Standard gaji yang hanya cukup untuk makan seadanya.

Sesampai di tempat makan, seperti biasa mereka makan dengan Standard harga sepuluh ribu tanpa memilih menu lauk yang akan dimakan, tetapi untuk sayurnya mereka bisa dipilih sesuai selera..

Yang terpenting mereka berdua bisa mengisi perut walaupun menunya berupa tempe, tahu, sayur, bakwan jagung dan kuah kari ayam, kalau si pedagang sedang baik hati, terkadang mereka memberikan sedikit ayam. Dan nasi sepuluh ribu itu sudah termasuk teh hangat tawar.

“Utomo.., udahlah elo makan dulu nanti telepon lagi. Kalau memang sampe sore si Meytha kagak bisa dihubungi, nanti gue yang ke rumahnya,” janji Rifai pada Utomo.

Karena sejak peristiwa keinginan Utomo untuk melamar Meytha ditolak dan dihina sedemikian rupa, mereka memilih berhubungan secara Backstreet.

Selama ini semua teman kantor sudah tahu kalau Utomo ditolak oleh orang tua Meytha dan Rifai rekan kantornya juga sudah sangat paham, tentang hubungan mereka yang telah kelewat jauh layaknya sepasang suami istri. Maka dari itu, Rifai pun berjanji akan mencari tahu tentang Meytha si rumahnya.

“Tolong bantu gue yaa.., Fai,” pinta Utomo usai makan siang dengan menikmati secangkir kopi ditemani sebatang rokok yang dihisapnya dalam-dalam.

“Iya elo tenang aja. Moga aja si Meytha baik-baik aja.., kalau gue rasa sih memang dia lagi ada acara keluarga,” balas Rifai ikut menikmati sebatang rokok yang diambil dari kantung kemeja Utomo.

“Tomo.., ngomong-ngomong elo udah berapa lama berhubungan intim sama si Meytha?” tanya Rifai menoleh ke arah Utomo.

Sembari menghembuskan kepulan asap rokok di bibirnya, Utomo berucap, “Udah hampir empat bulan. Emang kenapa..? Bukannya elo sendiri udah begituan juga sama pacar elo.”

“Iyaa.., tapi ya gitu dah.., bolak balik pacar gue hamil. Dan ada tiga kali pacar gue gugurin kandungannya. Kesel dan rasanya pengen gue putusin aja itu pacar gue,” keluh Rifai saat mereka duduk berdua di deket pohon palem.

“Ngapaen juga elo gugurin.. kawinlah elo cepet-cepet,” ucap Utomo sembari menggelengkan kepalanya.

“Masalahnya pacar gue belom siap. Makanya dia gugurin kandungannya. Kadang gue aja kagak tau.., udah kejadian baru dah pacar gue cerita,” keluh Rifai kembali.

“Coba kalau Meytha bisa hamil, kita pasti udah nikah, mau keluarganya kagak setuju.., yaa kita berdua tetap nikah. Makanya si Meytha nekat begituan sama gue, dia pengen hamil.., tapi udah empat bulan kira ngelakuin, dia belom juga hamil,”

“Ooh... Berarti si Meytha kagak pernah hamil.? Apa elo lepas diluar makanya Meytha kagak hamil?” tanya Rifai seraya menghisap rokok yang terselip di bibirnya.

“Kagaklah.., gimana sih lo.., namanya gue pengen dia hamil ya gue lepas di dalem. Udah yukk.., balik ke kantor. Nanti inget tuh janji elo ke gue,” ungkap Utomo seraya mengajak Rifai untuk kembali ke kantor.

Kedua pemuda itu pun kembali berboncengan. Hanya sepuluh menit mereka telah sampai di sebuah perusahaan pembiayaan. Mereka bekerja pada sebuah gedung tingkat lima. Dan mereka bekerja di bagian administrasi yang berada di lantai tiga.

Sesampai di meja kerjanya, mereka kembali berkutat dengan pekerjaan sehari-hari hingga waktu pun bergulir dengan cepatnya. Tepat pukul lima tiga puluh menit, Utomo dan Rifai keluar bersama dari gedung kantornya yang berada di sebuah kompleks pertokoan.

“Nanti elo kabari gue yaa.., inget sekarang elo ke rumah Meytha..,” pinta Utomo saat mereka di tempat parkir dan berada di sepeda motor masing-masing.

“Iyaa.., gue langsung ke rumah Meytha sekalian gue menghindari pacar gue. Males gue sama dia yang cuman mau Happy Fun aja tanpa mau nikah,” keluh Rifai lagi seraya memberikan jempolnya.

“Gue mau ngojek dulu yah.., biar cepet waktunya berlalu,” sahut Utomo seraya menyalakan aplikasi untuk mendapatkan penumpang. Syukur-syukur sekalian jalan pulang ke kos nya, pikir Utomo saat itu.

Mereka keluar dari gedung pertokoan secara bersama-sama namun berpisah di pertigaan jalan. Dan Utomo berteriak ke Rifai yang berada di sisinya sebelum Utomo ke kiri, “Gue dapat order.., nanti elo chat gue aja yaa.. Makasih.. byee.”

Setelah itu, Rifai yang sudah berjanji dengan Utomo untuk ke rumah Meytha, mengendarai sepeda motornya ke rumah kekasih Utomo. Akhirnya motor yang dikendarai oleh Rifai pun sampai di sebuah rumah yang terlihat ramai oleh orang banyak.

Dengan perasaan deg’deg’an Rifai memarkir kendaraannya di depan rumah tetangga Meytha. Karena di depan rumah Meytha terlihat telah begitu banyak kendaraan terparkir di depan halamannya dan di seberang rumahnya. Dan tampak pula sebuah tenda.

“Bener kan dugaan gue ada acara.., tapi acara apa yaa..? Sunatan..? Tapi bukannya si Meytha adiknya udah besar?” dengan penuh tanda tanya, Rifai berjalan ke rumah Meytha usai memarkir kendaraan di depan rumah tetangganya.

Tanpa disengaja, Rifai yang baru aja memarkir motornya seorang wanita dengan ramah berkata, “Pak.., bawa masuk aja motornya ke halaman saya, nanti ilang. Temen kantornya Meytha ya.. pada mau kundangan?”

“Nggak usah Buu.., terima kasih saya parkir si luar.., tapi.. apa maksud ibu kondangan..? Saya ke rumah Meytha karena dia kagak masuk kerja.., memang siapa yang sunatan Buu..?” tanya Rifai memandang pada seorang wanita tetangga Meytha.

“Ah, si bapak ini bisa aja bercandanya. Nanti malem tuh.., lakinya si Meytha disunat sama si Meytha.., hehehehe..,” ujar wanita paruh baya itu terkekeh.

“Maksud Ibu..?” tanya Rifai dengan jantung yang berdetak kencang.

“Laah.., bukan si Meytha pada kasih undangan ke temen kantornya kalau dia nikah..!” ujar wanita paruh baya itu lagi seraya berjalan lebih dulu ke rumah Meytha.

Seketika tubuh Rifai seolah lemas tak berdaya. Dia terpaku memandang ke arah tenda di depan rumah Meytha. Lalu ia pun berbicara sendiri pada dirinya, “Aduh! Gimana cara gue bicara sama si Utomo? Kenapa begini sih..? Bikin gue bingung.”

Akhirnya Rifai memutuskan untuk pulang ke kos nya tanpa ke rumah Meytha, karena ia bingung dan tak tahu harus berbicara apa jika saat ia menemui Meytha seperti yang dikatakan tetangganya.

“Mendingan gue bilang kagak jadi ke rumah si Meytha dah.. dari pada gue liat si Utomo bunuh diri,” ucap Rifai pada dirinya sendiri sembari balik ke arah kos-kos’an nya.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Hai kakak semua.. seru kan ceritanya..⊂(◉‿◉)つ Yukk lanjut bacanya...⁽⁽ଘ( ˊᵕˋ )ଓ⁾⁾ Makasih banyak.. salam sayang dari Parikesit70(●’3)♡(ε`●)
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 7 : Tangisan Seorang Lelaki

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Sekitar jam sembilan malam Utomo ke kosnya, usai dia mencari penghasilan tambahan sebagai tukang ojek Online. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menabung dan bertekad untuk bertanggung jawab sepenuhnya dari diri Meytha. Sering kali Utomo berkhayal suatu ketika Meytha mengatakan padanya kalau gadis itu hamil. Dan itu sudah menjadi mimpi dan harapannya setiap kali akan terlelap dari tidurnya. Seperti hari ini, saat Meytha tidak masuk kerja, Dia berpikir kalau kekasihnya enggak enak badan karena hamil. Tetapi, rekan kantornya yang dimintai tolong belum juga menghubunginya. Maka Utomo berpikir untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia menghubungi Rifai, rekan kerjanya. “Ya udahlah gue lebih baik mandi dulu aja. Apalagi ini badan pada lengket semuanya,” ucapnya pada diri sendiri seraya menaruh pakaian kotornya pada sebuah ember hitam. Selama ini Utomo mencuci pakaiannya sendiri. Biasanya sehabis mandi di pagi hari, pasti dia akan mencuci

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 8 : Ingin Mati Saja

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# “Fai.., gue harus denger sendiri penjelasan dari Meytha. Dia sama sekali nggak ngomong apa-apa sama gue. Pasti terjadi sesuatu sama Meytha. Buktinya dia nggak hubungi gue,” ungkap Utomo seraya mengambil celana panjangnya. “Tomo..! Tolong denger gue, Broo..! Sekarang udah jam sebelas lebih. Elo kesana dalam keadaan hati elo panas seperti ini, bisa-bisa malah jadi berat urusannya. Emang elo mau digebukin ramai-ramai di lingkungan rumahnya si Meytha!” cegah Rifai pada sahabat yang juga rekan kantornya. “Tapi.., gue harus minta kejelasan sama dia. Gue kagak terima kalau nikah sama lelaki lain. Padahal kemarin dia masih tidur bareng gue. Masa iya Meytha simpen lelaki lain. Gue kagak terima, Fai..,” ucap Utomo tetap ngotot pada Rifai. Rifai yang tahu kalau temannya bersikeras ingin menemui Meytha, akhirnya mengikuti keinginannya, asal Utomo mau terima sarannya. Rifai pun berkata, “Ok..! Gue kasih elo ke rumah Meytha. Tapi elo harus satu motor sama g

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 9 : Plan Utomo

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo dan Rifai akhirnya memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju kos Utomo. Tak ada percakapan yang terjadi dalam perjalanan itu. Kedua lelaki yang berboncengan itu, masing-masing berpikir dalam sudut pandang yang berbeda atas peristiwa yang terjadi hari ini. Hingga akhirnya, mereka sampai di rumah yang berisi sekitar sepuluh kamar kos, dan salah satunya adalah kamar kos Utomo.Sekitar jam satu malam mereka sampai di kos, usai memasukkan motor milik Rifai, mereka berdua masuk ke dalam kamar kos. Utomo masuk ke kamar mandi. Terdengar jelas dini hari ia membersihkan diri, sedangkan Rifai menunggu dengan duduk di lantai keramik kamar itu.Sekitar sepuluh menit kemudian, Utomo keluar dari dalam kamar mandi dengan memegang handuk yang ia gosokan pada rambut dikepalanya yang basah. Kini giliran Rifai masuk ke dalam kamar mandi hanya untuk membasuh wajah dan mencuci tangan dan kakinya. Setelah itu menyeka wajahnya dengan handuk kecil.“Kagak di

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 10 : Arti Persahabatan

    #FLASHBACK MASA LALU REYNALDI/UTOMO#Sekitar pukul sembilan kedua pemuda yang semalam mengalami peristiwa kesedihan atas nama cinta bangun dengan mengerjapkan matanya. Terlihat Utomo mengusap wajahnya sedangkan Rifai mengaruk-garuk kepalanya. Melihat kelakuan Rifai yang menggaruk-garuk kepalanya, Utomo menoleh ke arah sahabatnya dan berkata, “Aduh! Ketombe elo pada jatoh nih ke bantal. Jorok!” “Sana kek elo.., bau naga itu mulut elo,” balas Rifai seraya menutup hidungnya. “Ala elo ini lagunya. Mulut elo juga bau jigong..!” sergah Utomo tertawa lebar. Melihat tawa pada wajah Utomo, sahabatnya Rifai pun menggodanya, “Eh.., katanya mau mati. Sono sekarang elo ke jalan. Mumpung banyak banget mobil lewat jam segini.” “Hahahhahaha.., sialan elo. Udah nih gue mau ke warung depan dulu apa kita bareng sarapan di depan sembari minum kopi?” tanya Utomo yang telah terduduk di sisi tempat tidur. “Ya udah kita kesana aja sekarang, sembari ngopi. Di kos elo kagak ada kopi kan?” tanya Rifai yang

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 11 : Wayan teman pertama Utomo

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/ REYNALDI#Pesawat yang membawa Utomo pun mendarat mulus di Bandara Ngurah Rai. Hatinya begitu bergetar saat untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di tanah Pulau Dewata. Pulau dengan seribu Dewa dan penuh mistis serta daya magis yang luar biasa. Utomo turun dari pesawat dengan mengucapkan Bismillah. Ia sangat yakin dan penuh harap, Pulau Dewata akan merubah nasibnya. Entah mengapa ada suara keras menggema ditelinganya yang menyatakan, kalau hidupnya akan berubah dari yang tak punya orang tua menjadi punya orang tua. Dari tak ada tempat bersandar jadi punya sandaran hidup. Dalam hati Utomo berbisik, ‘Kenapa gue merasa Pulau ini buat hati nyaman yaa.., padahal baru pertama kali, gue menginjakkan kaki di pulau ini.’ Selain angannya mengingini Meytha hamil ia juga sering mengkhayal, kalau ia akan bertemu orang tuanya agar tidak ada lagi hinaan yang ditujukan padanya. Walau itu sebuah angan-angan yang sangat sulit di raihnya, namun tiada henti Utomo selal

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 12 : Hari Pertama di Pulau Dewata

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo yang menunggu Teja di Gazebo akhirnya tertidur lelap usai menikmati makan siangnya. Terlihat Teja telah berada di depan Gazebo memandang Utomo dalam dengkur dengan tas gendong sebagai bantalnya. “Tomo.., Tomo.., bangun..,” Teja menepuk-nepuk betis Utomo dan duduk di sisi Gazebo. Utomo mengerjapkan mata, mengusap kasar wajah dan menggeliatkan tubuhnya. Ia terdiam sejenak, memandang ke langit-langit bangunan Gazebo lalu beralih memandang Teja yang duduk di pinggir Gazebo. “Eehh.., Iya. Maaf Teja.., kok saya jadi sedikit bingung. Hehehehehe.., udah selesai kerjanya?” tanya Utomo bangun dari tidurnya dengan meregangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. “Iya udah.., Ayo ikut saya ke rumah,” ajak Teja pada Utomo. Utomo pun memakai lagi sepatu sport dan meraih tas gendongnya. Terlihat Teja menarik kopernya berjalan di depan Utomo sampai akhirnya Utomo melangkah panjang dan kini berjalan sejajar dengan Teja. “Jauh dari sini rumahnya?” tanya Utomo

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 13 : Ke Night Club

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# Tepat satu minggu berada di Bali. Utomo yang telah mencoba mencari pekerjaan lewat lowongan Online, tidak mendapatkan satu kali pun panggilan dari lima tempat yang ia kirimkan lamarannya. Walaupun hanya untuk sekedar Interview. Seperti malam ini saat ia termenung sendiri di kamarnya, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Tok.. Tok.. Tok.. “Tomo.., Tom.., kamu sudah tidur..?” suara Teja terdengar di luar pintu kamarnya. “Belom..,” sahut Utomo dari dalam kamar dan pintu pun di buka oleh Teja yang telah terlihat rapi, menggunakan kaos polo, celana jeans memakai sabuk yang berisi rantai khas anak muda. “Ikut hangout yukk?” tanya Teja. Daripada malam minggu sendirian aja di kamar.” “Ayo deh..! Tunggu mau ganti pakaian dulu. Masa Teja aja ganteng dan wangi, saya kayak gini. Hehehehehe,” sahut Utomo seraya mengambil pakaian dari lemari plastik serta sepatu yang diletakan di depan kamar mandi. Terlihat Teja duduk di pinggiran tempat tidur Utomo seraya

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 14 : Cobaan Di Bulan Pertama

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Telah satu bulan ini, Utomo yang hanya kerjanya makan dan tidur, sudah merasa tidak betah tinggal di Bali. Terlebih tabungan yang seharusnya untuk melangsungkan pernikahan dengan Meytha, akhirnya terkikis untuk hangout kembali bersama teman-teman barunya usai satu minggu menyatakan tobat untuk tidak ke tempat itu lagi. Seperti semalam, saat Arta ulang tahun, mereka kembali hangout mencari kesenangan. Dan memang bisa dikatakan, mayoritas lelaki Bali suka ke diskotek dan tempat dugem lainnya. Dari yang tempatnya ala kadarnya dengan musik keras, bangunan tampak dari luar dari batako serta terkadang berada di antara sawah yang membentang di kanan kirinya. Anehnya lagi, yang namanya Cafe di Bali dan di Jakarta jelas berbeda fungsi. Kalau di Jakarta, Cafe adalah tempat nongkrong anak-anak muda untuk minum kopi dan camilannya. Sementara Cafe di Bali mayoritas dijadikan tempat untuk minum alkohol, di barengi dengan karaoke dan ditemani oleh wanita seksi

Pinakabagong kabanata

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 91 : SAH..! (THE END / TAMAT)

    Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 90 : Meytha menikah, Elmira melahirkan

    Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 89 : Gerakan Bayi Elmira

    Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 88 : Rumah Kenangan untuk Meytha

    Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 87 : Cemburu tapi Malu

    Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 86 : Solusi untuk Elmira

    Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 85 : Elmira Hamil..?

    Widyawati dan Reynaldi pun menemui Imelda bersama putrinya di ruang tamu. Reynaldi langsung duduk di sofa panjang dan Richard duduk pada sofa tunggal di bagian tengah. Sedangkan Elmira dan Imelda duduk pada sofa tunggal yang berdampingan. Terlihat Widyawati berjalan menuju sofa yang di duduki Imelda dan wanita paruh baya itu mendekati Imelda dan membungkuk untuk melihat kaki palsu Imelda. “Mel.., apa terasa sakit waktu kamu pakai?” tanya Widyawati mengamati kaki palsu yang digunakan Imelda. “Yaa agak sakit. Tapi, hatiku ini lebih sakit.., Wid,” ucapnya dengan kelopak mata yang telah basah. Melihat sahabatnya menangis tanpa bersuara, Widyawati pun terkejut dan memegang tangannya dan berucap, “Ada apa Mel..? Apa ada masalah?” Mendengar pertanyaan sahabatnya, isak tangis Imelda pun semakin kuat. Dan Elmira yang melihat Imelda menangis tanpa mampu mengatakan tujuan mereka ke rumah itu, bersimpuh di hadapan Widyawati. Gadis cantik itu memegang kaki Widyawati dan menangis pula. “Hey..,

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 84 : Kedatangan Imelda & Elmira

    Kepergian Reynaldi kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini kedua anaknya melepas kepergian Reynaldi dengan memeluk dan menyampaikan pesan untuk seorang papa yang kini hadir dalam kehidupan mereka. “Papa ingat ya, sampai Jakarta telepon kakak sama adek..,” pinta Bintang saat memeluk Reynaldi. “Iyaa.., nanti sampai di bandara Surabaya aja udah Papa telepon. Gitu juga waktu di Bandara Jakarta Papa akan telepon lagi,” janji Reynaldi dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Papa.., bisa setiap hari telepon Bulan? Kalau bisa Papa teleponnya pagi sebelum Papa kerja, kalau siangnya waktu Papa makan siang dan malamnya waktu Bulan lagi belajar. Biar Bulan bisa denger suara Papa tiap hari,” tutur putri cantik Reynaldi dengan manjanya. “Yaa, sayang Papa akan telepon setiap nggak sibuk. Papa juga pastinya kangen sama kalian semua,” ucap Reynaldi memandang putri kecilnya, mencium pipinya dan memandang mesra ke arah Meytha. Setelah itu, Meytha mencium punggung tangan Reynaldi. Lalu, tanp

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 83: Lamaran

    Satu hari sebelum acara seserahan, Widyawati yang meminta tolong kakak sepupunya untuk membawakan kebaya berwarna jingga berikut aksesoris serta lengkap dengan selop dan make up yang akan dipakai acara seserahan pun datang. “Widya.., apa cukup ukuran tubuhnya ‘L’? Katamu kan udah pernah punya anak, 2 pula,” tanya Pipit kakak sepupu Widyawati kala ia telah berada di kamar hotel. “Badannya masih bagus.., nggak melar kayak Mbak Pipit.., hehehehe,” canda Widyawati ada saudara sepupunya. Lalu, mereka mengobrol tentang Reynaldi dan kondisi perusahaannya di Jakarta. Kemudian, Pipit pun meminta pada Widyawati untuk memperkenalkan Meytha padanya. “Kenalkan aku sama calon menantumu, sekalian coba kebaya yang aku bawa ini..,” pinta pipit. Sesaat Widyawati melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia pun berucap, “Sore aja sekalian liat kedua cucuku. Soalnya kalau gini hari kita kesana.., calon menantuku baru pulang dari pasar. Kasihan kalau kita ganggu. Apa lagi dia tiap ha

DMCA.com Protection Status