#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Sekitar jam sembilan malam Utomo ke kosnya, usai dia mencari penghasilan tambahan sebagai tukang ojek Online. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menabung dan bertekad untuk bertanggung jawab sepenuhnya dari diri Meytha. Sering kali Utomo berkhayal suatu ketika Meytha mengatakan padanya kalau gadis itu hamil. Dan itu sudah menjadi mimpi dan harapannya setiap kali akan terlelap dari tidurnya. Seperti hari ini, saat Meytha tidak masuk kerja, Dia berpikir kalau kekasihnya enggak enak badan karena hamil. Tetapi, rekan kantornya yang dimintai tolong belum juga menghubunginya. Maka Utomo berpikir untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia menghubungi Rifai, rekan kerjanya. “Ya udahlah gue lebih baik mandi dulu aja. Apalagi ini badan pada lengket semuanya,” ucapnya pada diri sendiri seraya menaruh pakaian kotornya pada sebuah ember hitam. Selama ini Utomo mencuci pakaiannya sendiri. Biasanya sehabis mandi di pagi hari, pasti dia akan mencuci
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# “Fai.., gue harus denger sendiri penjelasan dari Meytha. Dia sama sekali nggak ngomong apa-apa sama gue. Pasti terjadi sesuatu sama Meytha. Buktinya dia nggak hubungi gue,” ungkap Utomo seraya mengambil celana panjangnya. “Tomo..! Tolong denger gue, Broo..! Sekarang udah jam sebelas lebih. Elo kesana dalam keadaan hati elo panas seperti ini, bisa-bisa malah jadi berat urusannya. Emang elo mau digebukin ramai-ramai di lingkungan rumahnya si Meytha!” cegah Rifai pada sahabat yang juga rekan kantornya. “Tapi.., gue harus minta kejelasan sama dia. Gue kagak terima kalau nikah sama lelaki lain. Padahal kemarin dia masih tidur bareng gue. Masa iya Meytha simpen lelaki lain. Gue kagak terima, Fai..,” ucap Utomo tetap ngotot pada Rifai. Rifai yang tahu kalau temannya bersikeras ingin menemui Meytha, akhirnya mengikuti keinginannya, asal Utomo mau terima sarannya. Rifai pun berkata, “Ok..! Gue kasih elo ke rumah Meytha. Tapi elo harus satu motor sama g
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo dan Rifai akhirnya memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju kos Utomo. Tak ada percakapan yang terjadi dalam perjalanan itu. Kedua lelaki yang berboncengan itu, masing-masing berpikir dalam sudut pandang yang berbeda atas peristiwa yang terjadi hari ini. Hingga akhirnya, mereka sampai di rumah yang berisi sekitar sepuluh kamar kos, dan salah satunya adalah kamar kos Utomo.Sekitar jam satu malam mereka sampai di kos, usai memasukkan motor milik Rifai, mereka berdua masuk ke dalam kamar kos. Utomo masuk ke kamar mandi. Terdengar jelas dini hari ia membersihkan diri, sedangkan Rifai menunggu dengan duduk di lantai keramik kamar itu.Sekitar sepuluh menit kemudian, Utomo keluar dari dalam kamar mandi dengan memegang handuk yang ia gosokan pada rambut dikepalanya yang basah. Kini giliran Rifai masuk ke dalam kamar mandi hanya untuk membasuh wajah dan mencuci tangan dan kakinya. Setelah itu menyeka wajahnya dengan handuk kecil.“Kagak di
#FLASHBACK MASA LALU REYNALDI/UTOMO#Sekitar pukul sembilan kedua pemuda yang semalam mengalami peristiwa kesedihan atas nama cinta bangun dengan mengerjapkan matanya. Terlihat Utomo mengusap wajahnya sedangkan Rifai mengaruk-garuk kepalanya. Melihat kelakuan Rifai yang menggaruk-garuk kepalanya, Utomo menoleh ke arah sahabatnya dan berkata, “Aduh! Ketombe elo pada jatoh nih ke bantal. Jorok!” “Sana kek elo.., bau naga itu mulut elo,” balas Rifai seraya menutup hidungnya. “Ala elo ini lagunya. Mulut elo juga bau jigong..!” sergah Utomo tertawa lebar. Melihat tawa pada wajah Utomo, sahabatnya Rifai pun menggodanya, “Eh.., katanya mau mati. Sono sekarang elo ke jalan. Mumpung banyak banget mobil lewat jam segini.” “Hahahhahaha.., sialan elo. Udah nih gue mau ke warung depan dulu apa kita bareng sarapan di depan sembari minum kopi?” tanya Utomo yang telah terduduk di sisi tempat tidur. “Ya udah kita kesana aja sekarang, sembari ngopi. Di kos elo kagak ada kopi kan?” tanya Rifai yang
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/ REYNALDI#Pesawat yang membawa Utomo pun mendarat mulus di Bandara Ngurah Rai. Hatinya begitu bergetar saat untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di tanah Pulau Dewata. Pulau dengan seribu Dewa dan penuh mistis serta daya magis yang luar biasa. Utomo turun dari pesawat dengan mengucapkan Bismillah. Ia sangat yakin dan penuh harap, Pulau Dewata akan merubah nasibnya. Entah mengapa ada suara keras menggema ditelinganya yang menyatakan, kalau hidupnya akan berubah dari yang tak punya orang tua menjadi punya orang tua. Dari tak ada tempat bersandar jadi punya sandaran hidup. Dalam hati Utomo berbisik, ‘Kenapa gue merasa Pulau ini buat hati nyaman yaa.., padahal baru pertama kali, gue menginjakkan kaki di pulau ini.’ Selain angannya mengingini Meytha hamil ia juga sering mengkhayal, kalau ia akan bertemu orang tuanya agar tidak ada lagi hinaan yang ditujukan padanya. Walau itu sebuah angan-angan yang sangat sulit di raihnya, namun tiada henti Utomo selal
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo yang menunggu Teja di Gazebo akhirnya tertidur lelap usai menikmati makan siangnya. Terlihat Teja telah berada di depan Gazebo memandang Utomo dalam dengkur dengan tas gendong sebagai bantalnya. “Tomo.., Tomo.., bangun..,” Teja menepuk-nepuk betis Utomo dan duduk di sisi Gazebo. Utomo mengerjapkan mata, mengusap kasar wajah dan menggeliatkan tubuhnya. Ia terdiam sejenak, memandang ke langit-langit bangunan Gazebo lalu beralih memandang Teja yang duduk di pinggir Gazebo. “Eehh.., Iya. Maaf Teja.., kok saya jadi sedikit bingung. Hehehehehe.., udah selesai kerjanya?” tanya Utomo bangun dari tidurnya dengan meregangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. “Iya udah.., Ayo ikut saya ke rumah,” ajak Teja pada Utomo. Utomo pun memakai lagi sepatu sport dan meraih tas gendongnya. Terlihat Teja menarik kopernya berjalan di depan Utomo sampai akhirnya Utomo melangkah panjang dan kini berjalan sejajar dengan Teja. “Jauh dari sini rumahnya?” tanya Utomo
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# Tepat satu minggu berada di Bali. Utomo yang telah mencoba mencari pekerjaan lewat lowongan Online, tidak mendapatkan satu kali pun panggilan dari lima tempat yang ia kirimkan lamarannya. Walaupun hanya untuk sekedar Interview. Seperti malam ini saat ia termenung sendiri di kamarnya, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Tok.. Tok.. Tok.. “Tomo.., Tom.., kamu sudah tidur..?” suara Teja terdengar di luar pintu kamarnya. “Belom..,” sahut Utomo dari dalam kamar dan pintu pun di buka oleh Teja yang telah terlihat rapi, menggunakan kaos polo, celana jeans memakai sabuk yang berisi rantai khas anak muda. “Ikut hangout yukk?” tanya Teja. Daripada malam minggu sendirian aja di kamar.” “Ayo deh..! Tunggu mau ganti pakaian dulu. Masa Teja aja ganteng dan wangi, saya kayak gini. Hehehehehe,” sahut Utomo seraya mengambil pakaian dari lemari plastik serta sepatu yang diletakan di depan kamar mandi. Terlihat Teja duduk di pinggiran tempat tidur Utomo seraya
#FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Telah satu bulan ini, Utomo yang hanya kerjanya makan dan tidur, sudah merasa tidak betah tinggal di Bali. Terlebih tabungan yang seharusnya untuk melangsungkan pernikahan dengan Meytha, akhirnya terkikis untuk hangout kembali bersama teman-teman barunya usai satu minggu menyatakan tobat untuk tidak ke tempat itu lagi. Seperti semalam, saat Arta ulang tahun, mereka kembali hangout mencari kesenangan. Dan memang bisa dikatakan, mayoritas lelaki Bali suka ke diskotek dan tempat dugem lainnya. Dari yang tempatnya ala kadarnya dengan musik keras, bangunan tampak dari luar dari batako serta terkadang berada di antara sawah yang membentang di kanan kirinya. Anehnya lagi, yang namanya Cafe di Bali dan di Jakarta jelas berbeda fungsi. Kalau di Jakarta, Cafe adalah tempat nongkrong anak-anak muda untuk minum kopi dan camilannya. Sementara Cafe di Bali mayoritas dijadikan tempat untuk minum alkohol, di barengi dengan karaoke dan ditemani oleh wanita seksi
Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula
Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..
Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat
Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu
Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s
Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan
Widyawati dan Reynaldi pun menemui Imelda bersama putrinya di ruang tamu. Reynaldi langsung duduk di sofa panjang dan Richard duduk pada sofa tunggal di bagian tengah. Sedangkan Elmira dan Imelda duduk pada sofa tunggal yang berdampingan. Terlihat Widyawati berjalan menuju sofa yang di duduki Imelda dan wanita paruh baya itu mendekati Imelda dan membungkuk untuk melihat kaki palsu Imelda. “Mel.., apa terasa sakit waktu kamu pakai?” tanya Widyawati mengamati kaki palsu yang digunakan Imelda. “Yaa agak sakit. Tapi, hatiku ini lebih sakit.., Wid,” ucapnya dengan kelopak mata yang telah basah. Melihat sahabatnya menangis tanpa bersuara, Widyawati pun terkejut dan memegang tangannya dan berucap, “Ada apa Mel..? Apa ada masalah?” Mendengar pertanyaan sahabatnya, isak tangis Imelda pun semakin kuat. Dan Elmira yang melihat Imelda menangis tanpa mampu mengatakan tujuan mereka ke rumah itu, bersimpuh di hadapan Widyawati. Gadis cantik itu memegang kaki Widyawati dan menangis pula. “Hey..,
Kepergian Reynaldi kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini kedua anaknya melepas kepergian Reynaldi dengan memeluk dan menyampaikan pesan untuk seorang papa yang kini hadir dalam kehidupan mereka. “Papa ingat ya, sampai Jakarta telepon kakak sama adek..,” pinta Bintang saat memeluk Reynaldi. “Iyaa.., nanti sampai di bandara Surabaya aja udah Papa telepon. Gitu juga waktu di Bandara Jakarta Papa akan telepon lagi,” janji Reynaldi dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Papa.., bisa setiap hari telepon Bulan? Kalau bisa Papa teleponnya pagi sebelum Papa kerja, kalau siangnya waktu Papa makan siang dan malamnya waktu Bulan lagi belajar. Biar Bulan bisa denger suara Papa tiap hari,” tutur putri cantik Reynaldi dengan manjanya. “Yaa, sayang Papa akan telepon setiap nggak sibuk. Papa juga pastinya kangen sama kalian semua,” ucap Reynaldi memandang putri kecilnya, mencium pipinya dan memandang mesra ke arah Meytha. Setelah itu, Meytha mencium punggung tangan Reynaldi. Lalu, tanp
Satu hari sebelum acara seserahan, Widyawati yang meminta tolong kakak sepupunya untuk membawakan kebaya berwarna jingga berikut aksesoris serta lengkap dengan selop dan make up yang akan dipakai acara seserahan pun datang. “Widya.., apa cukup ukuran tubuhnya ‘L’? Katamu kan udah pernah punya anak, 2 pula,” tanya Pipit kakak sepupu Widyawati kala ia telah berada di kamar hotel. “Badannya masih bagus.., nggak melar kayak Mbak Pipit.., hehehehe,” canda Widyawati ada saudara sepupunya. Lalu, mereka mengobrol tentang Reynaldi dan kondisi perusahaannya di Jakarta. Kemudian, Pipit pun meminta pada Widyawati untuk memperkenalkan Meytha padanya. “Kenalkan aku sama calon menantumu, sekalian coba kebaya yang aku bawa ini..,” pinta pipit. Sesaat Widyawati melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia pun berucap, “Sore aja sekalian liat kedua cucuku. Soalnya kalau gini hari kita kesana.., calon menantuku baru pulang dari pasar. Kasihan kalau kita ganggu. Apa lagi dia tiap ha