Home / CEO / C E O Dingin itu Mantan - Ku / BAB 3 : Sikap kasar Reynaldi

Share

BAB 3 : Sikap kasar Reynaldi

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Meytha pun keluar dari ruangan Reynaldi dengan tisu yang masih di pegangnya. Dan ia menemui Dinda yang terbiasa melayani kebutuhan Reynaldi. Maka Meytha pun menemui Dinda di ruang kerjanya.

“Mbak Dinda.., bapak minta dibuatkan kopi. Pantry yang dipakai itu yang di ujung sana ya?” tanya Meytha.

“Bukan Buu.., sini biar aku aja yang buat. Karena aku tau takaran kopi buat bapak Rey. Hmmm.., barusan ibu Andini bilang, Bu Meytha jadi sekretaris juga?” tanya Dinda menggeser kursi kerjanya.

Dinda berjalan keluar ruangannya dan masuk ke ruangan yang dekat dengan ruang kerja Reynaldi. Lalu ke bagian sisi kanan dari ke empat sofa besar itu berada.

“Disini Bu Meytha pantry si Bos. Ini takaran untuk gulanya dua, kopinya satu dan panaskan dulu air di teko listrik ini, kita tunggu tiga menit.”

Terlihat Dinda memasukkan air ke dalam teko listrik dan menekan tombol on lalu mengambil saru sendok teh kopi, dua sendok teh gula. Ia juga terlihat mengeluarkan susu cair rasa vanila dalam kemasan satu liter.

“Buu.., kenapa kok bisa dipindah ke bagian sekretaris?” tanya Dinda saat menunggu air mendidih pada teko listrik.

“Mbak Dinda.., panggil nama aja. Saya juga panggil nama juga ya,” pinta Meytha sisa air mata yang membekas di pipi usai diseka oleh tisu.

“Ooh.. Iya.. ya.. Meytha.., aduh kok kayaknya, aku jadi canggung Buu.., hehehehe,” tutur Dinda seraya menutup bibirnya.

“Udah santai aja, Din.., panggil aku, Mey,” pinta Meytha tersenyum manis dengan memperlihatkan lesung pipinya.

“Sini aku bawa ke tempat, si Bos,” minta Dinda usai membuatkan kopi buat Reynaldi.

“Tapi.., Dinda.., nanti si Bos marah, soalnya kan dia nyuruh aku yang buat kopi,” ucap Meytha yang meragukan keinginan Dinda.

“Udah tenang aja.., ayo kita bareng ke dalam. Sekalian aku juga mau tanya pembagian Job Description sama si Bos,” ajak Dinda seraya membawa baki berisi kopi susu buatannya dan Meytha berjalan dibelakang Dinda.

Saat pintu ruangan Reynaldi terbuka, terlihat ia tampak terkejut karena dilihat Dinda dan Meytha bersama-sama masuk ke ruangannya. Terlebih ia melihat, kalau Dinda yang membawa kopi tersebut.

“Meytha..! Untuk buat kopi aja kamu sampai minta bantuan, Dinda?!” bentak Reynaldi memandang kesal pada Meytha.

“Bukan Mbak Meytha yang salah Pak. Tadi...”

“Diam kamu.., Dinda..! Aku nggak bicara sama kamu!” seru Reynaldi padanya.

“Jawab.., Meytha..! Kamu nggak bisa buat kopi? Hah?!” bentaknya lagi.

“Baik.., Pak.., saya buatkan lagi,” ucap Meytha menunduk dengan menelan salivanya.

“Biarkan kopi itu disana..! Nggak usah kamu bawa lagi,” perintah Reynaldi pada Dinda.

Dalam hati Meytha pun mengutuk perilaku Reynaldi atau Utomo yang biasa Meytha panggil, pada masa lampau. Meytha berbalik arah usai Dinda meletakan kembali kopi susu yang akan ia ambil pada meja yang berada di ruang tamu ruangan Reynaldi.

“Tunggu.., dulu!” perintah Reynaldi saat Metha dan Dinda balik badan menuju pintu keluar ruangannya.

Kedua wanita itu membalikkan tubuhnya dan berdiri tegak memandang ke arah Reynaldy yang duduk di meja kerjanya dengan jarak delapan kaki.

“Dinda.., tugas kamu mengurusi semua email masuk, surat masuk yang bersifat administrasi. Dan Meytha mengurusi seluruh kebutuhanku dari makan, kopi dan mengatur ruang meeting. Dan satu lagi.., untuk meeting keluar, Meytha yang ikut denganku.”

Kedua wanita itu bersamaan menganggukkan kepalanya dan keluar dari pintu tersebut. Sesampai diluar, Meytha pun berkata pada Dinda, “Din.., maaf yaa, kamu jadi kena semprot juga.”

“Tenang aja.., Mey. Mungkin si bos lagi ada masalah, karena tumben aja sih.., dia garang kayak orang lagi PMS. Biasanya sih diem aja.., emang galak tapi, nggak sekasar itu.”

Setelah itu, Dinda kembali keluar dari ruangan pertama menuju ruangannya sedangkan Meytha berjalan menuju pantry yang ada di ruangan pertama.

“Hmm.. jangan-jangan dia mau minum kopi buatan gue kayak dulu. Bukannya yang tadi di meja ruang tamu dia itu kopi susu? Ok! Gue bikinin kopi tanpa susu,” ucap Meyta bermonolog saat ia memanaskan teko listrik.

Tiga menit kemudian, kopi hitam yang ia buat pun dibawa ke dalam ruangan Reynaldi.

“Saya taruh dimana, Pak?” tanya Meytha saat dilihat Reynaldi serius di depan komputernya.

Tak sahutan dari Reynaldi, Meytha pun berjalan dan kini berdiri disisi meja kerja Reynaldi. Sekitar dua menit berlalu, dan Meytha masih berdiri tegak disisi meja sang Bos.

“Pak.., ini kopinya saya taruh disini...,” tutur Meytha meletakan kopi hitam di sisi kanan meja kerja Reynaldi.

Usai meletakan kopi di meja kerja si Bos. Baru saja Meytha melangkahkan kakinya beberapa langkah, Reynaldi telah menegurnya.

“Siapa yang suruh kamu pergi dari sini?!” tegur Reynaldi tersenyum mengejek Meytha kala wanita itu membalikkan tubuhnya.

“Ada yang bisa saya kerjakan lagi, Pak?” tanya Meytha dengan kaki yang sudah pegal. Karena sedari tadi ia berdiri dan mondar-mandir mengurusi urusan Reynaldi, terlebih sepatu high heels yang digunakan setinggi 7inchi.

“Tugas kamu itu sekarang mengurusi aku. Jadi diamlah di ruangan ini,” perintah Reynaldi.

Merasa sakit pada bagian betisnya, Meytha pun berjalan menuju ruang tamu di ruangan itu. Baru saja ia menghempaskan diri pada sebuah sofa tunggal nan empuk, suara Reynaldi telah terdengar begitu menyakitkan hatinya.

“Siapa yang suruh kamu duduk disana? Bangun kamu..! Enak sekali kerja hanya duduk-duduk seperti itu mau dapat gaji!” ketus Reynaldi meminta Meytha berdiri disisinya.

“Pak.., berikan saya kerjaan.., saya pasti akan mengerjakannya,” pinta Meytha pada Reynaldi dengan raut wajah kesal.

Dalam hati Reynaldi, ‘Rasakan pembalasan gue.., kalau saja waktu itu elo mau gue ajak pergi dari sini. Mungkin elo kagak susah payah kerja cari duit buat hidup elo.’

“Pak Rey... Kasih saya kerjaan,” pinta Meytha lagi pada Reynaldi yang sedang menikmati penyiksaan yang sedikit-dikit ia lakukan.

“Aku sudah kasih kerjaan buat kamu dengan mengurus keperluanku. Apa itu nggak cukup?” tanya Reynaldi seraya meraih cangkir kopi yang ada di atas meja kerjanya.

Telepon di meja Reynaldi pun berdering. Untuk keempat kalinya teleponnya berdering. Ia membiarkan telepon direct itu berdering, karena saat itu ia tengah menyesap kopi yang dibuat Meytha.

‘Hmmm..., masih terasa sama buatan kopi yang dibuat oleh tangannya. Rasanya pas.., sama seperti dulu,’ bisiknya dalam hati seraya menyesap perlahan kopi tersebut.

Sementara telepon direct terus berdering di mejanya. Setelah ia telah puas menghirup aroma kopi dan menyesapnya, ia pun menghubungi Dinda sekretarisnya.

“Ada apa?!” tanyanya singkat.

“Lapor Pak.., hari ini bapak ada pertemuan diluar dengan Pengusaha Muda Indonesia. Jam dua siang ini harus sudah berada disana, Pak.”

“Baik..! Siapkan saja sopirnya,” perintah Reynaldi pada Dinda.

Setelah menutup hubungan telepon dengan Dinda, Reynaldi pun berujar pada Meytha.

“Hari ini jam satu siang, kamu ikut aku menghadiri pertemuan dengan Pengusaha Muda Indonesia. Berdandan yang rapi dan jadi notulenku!” titah Reynaldi.

“Tetapi.. Pak jam dua belas saya baru menjemput anak saya. Kira-kira jam satu siang baru saya sampai di kantor. Apa bisa untuk undangan keluar seperti ini untuk bisa...”

“TIDAK..!” tegas ucap Reynaldi memotong apa yang jadi permintaan Meytha.

“Pak.., tadi saya dengar.., Mbak Dinda bilang jam dua pertemuan itu. Tolonglah saya Pak..,” ucap Meytha mengiba pada Reynaldi yang terlihat puas saat melihat kepanikan di dalam mata Indah Meytha.

“Yaa..,” ujarnya melembut saat dilihat kesedihan dalam raut wajah Meytha.

Dering ponsel Reynaldi membuat lelaki itu menjawab panggilan dari benda pipih yang di raihnya dari meja komputernya.

“Yaa.., Miii.., Ooh.., Ok.., saya kesana,” ucapnya dengan wajah manis dan senyum yang mengembang pada saat menjawab panggilan telepon dari ponselnya.

Usai menutup ponselnya, Reynaldi meraih telepon direct dan berkata “Dinda.., siapkan sopir di depan Lobby. Aku akan makan siang!”

Setelah itu, terlihat Reynaldi meraih ponselnya dan berkata pada Meytha, “Ingat! Jam satu kamu sudah disini!”

Setelah itu, tanpa mengatakan apa pun Reynaldi meninggalkan Meytha yang masih terdiam, berdiri mematung di depan meja sang CEO. Melihat pintu ditutup oleh si empu ruangan itu, Meytha dengan betis sakit, langsung duduk pada kursi yang ada di hadapan meja kerja Reynaldi.

“Aduh.., betisku sakit sekali berdiri dari tadi. Pasti Utomo mau gue capek makanya nyuruh berdiri. Rasanya gue harus udah mulai cari kerja tempat lain deh.., gue kagak kuat ikutin maunya..”

“Maunya siapa.., Mey...?” tanya Dinda saat tak disadari sudah masuk ke ruangan itu.

“Uhmm.., bukan apa-apa..., Sekarang aku mau jemput anak di sekolah dulu ya.., Din.”

“Mey.., baru mau aku ajak makan bareng. Bukannya nanti jam dua, bapak ada pertemuan diluar? Apa kamu nggak ikut?” tanya Dinda saat dilihat Meytha bangun dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu keluar.

“Iyaa.., Din.., nanti aku balik jam satu. Makanya aku jemput anakku dulu,” ucap Meytha menoleh pada Dinda yang duduk di sofa dan menikmati kopi susu buatannya sendiri.

“Pakai apa kamu jemput anak-anak, Mey?” tanya Dinda seraya menikmati kopi susu yang dibiarkan di ruangan itu.

“Motor...! Byee..!”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ela Ela
jangan2 anaknya Mey, bapaknya Ceo dingin itu yg sombong dan kejam
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Salam kenal dengan saya Parikesit70(◍•ᴗ•◍)... Mohon bantuannya untuk kakak & pembaca setia Good Novel kasih bintang 5 & komentar pada bagian depan serta tambahkan pada pustaka kakak╰(^3^)╯ semoga kebaikan kakak mendapatkan Pahala Aamiin(。♡‿♡。) Terima Kasihヾ(˙❥˙)ノ
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 4 : Mengenang Masa Lalu

    Reynaldi keluar kantor dengan seorang sopir menuju sebuah restoran seafood untuk bertemu dengan kedua orang tua angkatnya. Di sepanjang jalan menuju restoran tersebut, lamunan dan bayangan atas sosok Meytha di masa lampau, berhamburan keluar dalam pikirannya. Selama sembilan tahun berada di Jerman tidak membuatnya mampu mengikhlaskan semua yang telah terjadi diantara mereka.~ FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI~ “Kamu itu..! Kalau mau menikah sama anak saya, harus punya modal! Masak anak saya mau kamu nikahi cuman di KUA aja? Kamu pikir Meytha nggak punya keluarga, macam kamu? Hah!” sengit Bimantoro, bapaknya Meytha kala Utomo mengatakan niatnya untuk menikahi Meytha, saat mereka telah menjalin kasih selama lima tahun. “Maaf Pak.., untuk acara besar-besarannya saya belom ada dana. Tapi kalau untuk acara syukuran dan makan bersama keluarga besar bapak saya punya sedikit tabungan, Pak,” sahut Utomo yang tak gentar mendengar penolakan atas dirinya. Dikeluarkan uang sejumlah dua puluh

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 5 : Kenekatan Meytha

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo yang keluar dari kamar mandi dan telah memakai boxer serta membelitkan handuk pada bagian pinggangnya terbelalak kala dilihat pakaian Meytha, kekasih yang dicintanya telah berserakan di lantai keramik kamarnya. “Meytha..! Apa yang kamu lakukan? Gila kamu..!” pekik Utomo saat memunguti pakaian kekasihnya yang berserakan di lantai keramik. “Pakai lagi.., aku nggak akan merusak kamu, Mey..., Please.., pakai pakaianmu. Kalau mau.., sudah dari lama aku merusak dirimu. Jangan lakukan ini sayang..,” tuturnya lembut sembari memberikan pakaian Meytha yang saat ini menyelimuti tubuhnya dalam balutan selimut tebal di atas tempat tidur.Meytha yang mendapatkan penolakan, menatap kecewa pada Utomo dan membalikkan tubuhnya ke arah dinding pada sisi kiri tempat tidur itu. Utomo yang tahu Meytha kecewa dengan membalikkan tubuhnya ke arah dinding kala ia memberikan pakaiannya, berdiri dari sisi tempat tidur dan beranjak menuju lemari untuk mengambil pakaia

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 6 : Kegalauan Utomo

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# Sejak saat itu, hubungan cinta kasih antara Utomo dan Meytha pun selalu diikuti dengan pergumulan penuh hasrat. Kini Utomo sudah tak segan lagi untuk meminta Meytha melakukan hubungan layaknya suami istri. Dan kejadian itu terjadi hingga empat bulan ke depan. Sampai akhirnya pada suatu hari, saat Utomo yang satu kantor dengan Meytha telah sampai dikantor terlebih dahulu, namun tak mendapati Meytha di kantor, membuat hatinya sangat gusar. Karena telepon Meytha tidak aktif. Walaupun sudah berulang kali Utomo dihubungi.“Napa elo..? Kayak orang bingung begitu,” tanya Rifai sahabat dan teman satu kantor Utomo. “Meytha belum sampai kantor, apa memang dia sakit yaa, sampai nggak kerja?” tanya Utomo bermonolog sembari memandang ke arah Rifai.“Laah.., elo tanya ke gue.., mana gue tahu. Bukannya elo yang jadi pacarnya..? Hehehehe.., dasar lelaki kagak punya tanggung jawab,” umpat Rifai seraya bercanda. “Udah elo fokus aja kerjain. Akhir bulan ini.., na

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 7 : Tangisan Seorang Lelaki

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Sekitar jam sembilan malam Utomo ke kosnya, usai dia mencari penghasilan tambahan sebagai tukang ojek Online. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menabung dan bertekad untuk bertanggung jawab sepenuhnya dari diri Meytha. Sering kali Utomo berkhayal suatu ketika Meytha mengatakan padanya kalau gadis itu hamil. Dan itu sudah menjadi mimpi dan harapannya setiap kali akan terlelap dari tidurnya. Seperti hari ini, saat Meytha tidak masuk kerja, Dia berpikir kalau kekasihnya enggak enak badan karena hamil. Tetapi, rekan kantornya yang dimintai tolong belum juga menghubunginya. Maka Utomo berpikir untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum dia menghubungi Rifai, rekan kerjanya. “Ya udahlah gue lebih baik mandi dulu aja. Apalagi ini badan pada lengket semuanya,” ucapnya pada diri sendiri seraya menaruh pakaian kotornya pada sebuah ember hitam. Selama ini Utomo mencuci pakaiannya sendiri. Biasanya sehabis mandi di pagi hari, pasti dia akan mencuci

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 8 : Ingin Mati Saja

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI# “Fai.., gue harus denger sendiri penjelasan dari Meytha. Dia sama sekali nggak ngomong apa-apa sama gue. Pasti terjadi sesuatu sama Meytha. Buktinya dia nggak hubungi gue,” ungkap Utomo seraya mengambil celana panjangnya. “Tomo..! Tolong denger gue, Broo..! Sekarang udah jam sebelas lebih. Elo kesana dalam keadaan hati elo panas seperti ini, bisa-bisa malah jadi berat urusannya. Emang elo mau digebukin ramai-ramai di lingkungan rumahnya si Meytha!” cegah Rifai pada sahabat yang juga rekan kantornya. “Tapi.., gue harus minta kejelasan sama dia. Gue kagak terima kalau nikah sama lelaki lain. Padahal kemarin dia masih tidur bareng gue. Masa iya Meytha simpen lelaki lain. Gue kagak terima, Fai..,” ucap Utomo tetap ngotot pada Rifai. Rifai yang tahu kalau temannya bersikeras ingin menemui Meytha, akhirnya mengikuti keinginannya, asal Utomo mau terima sarannya. Rifai pun berkata, “Ok..! Gue kasih elo ke rumah Meytha. Tapi elo harus satu motor sama g

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 9 : Plan Utomo

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/REYNALDI#Utomo dan Rifai akhirnya memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju kos Utomo. Tak ada percakapan yang terjadi dalam perjalanan itu. Kedua lelaki yang berboncengan itu, masing-masing berpikir dalam sudut pandang yang berbeda atas peristiwa yang terjadi hari ini. Hingga akhirnya, mereka sampai di rumah yang berisi sekitar sepuluh kamar kos, dan salah satunya adalah kamar kos Utomo.Sekitar jam satu malam mereka sampai di kos, usai memasukkan motor milik Rifai, mereka berdua masuk ke dalam kamar kos. Utomo masuk ke kamar mandi. Terdengar jelas dini hari ia membersihkan diri, sedangkan Rifai menunggu dengan duduk di lantai keramik kamar itu.Sekitar sepuluh menit kemudian, Utomo keluar dari dalam kamar mandi dengan memegang handuk yang ia gosokan pada rambut dikepalanya yang basah. Kini giliran Rifai masuk ke dalam kamar mandi hanya untuk membasuh wajah dan mencuci tangan dan kakinya. Setelah itu menyeka wajahnya dengan handuk kecil.“Kagak di

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 10 : Arti Persahabatan

    #FLASHBACK MASA LALU REYNALDI/UTOMO#Sekitar pukul sembilan kedua pemuda yang semalam mengalami peristiwa kesedihan atas nama cinta bangun dengan mengerjapkan matanya. Terlihat Utomo mengusap wajahnya sedangkan Rifai mengaruk-garuk kepalanya. Melihat kelakuan Rifai yang menggaruk-garuk kepalanya, Utomo menoleh ke arah sahabatnya dan berkata, “Aduh! Ketombe elo pada jatoh nih ke bantal. Jorok!” “Sana kek elo.., bau naga itu mulut elo,” balas Rifai seraya menutup hidungnya. “Ala elo ini lagunya. Mulut elo juga bau jigong..!” sergah Utomo tertawa lebar. Melihat tawa pada wajah Utomo, sahabatnya Rifai pun menggodanya, “Eh.., katanya mau mati. Sono sekarang elo ke jalan. Mumpung banyak banget mobil lewat jam segini.” “Hahahhahaha.., sialan elo. Udah nih gue mau ke warung depan dulu apa kita bareng sarapan di depan sembari minum kopi?” tanya Utomo yang telah terduduk di sisi tempat tidur. “Ya udah kita kesana aja sekarang, sembari ngopi. Di kos elo kagak ada kopi kan?” tanya Rifai yang

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 11 : Wayan teman pertama Utomo

    #FLASH BACK MASA LALU UTOMO/ REYNALDI#Pesawat yang membawa Utomo pun mendarat mulus di Bandara Ngurah Rai. Hatinya begitu bergetar saat untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di tanah Pulau Dewata. Pulau dengan seribu Dewa dan penuh mistis serta daya magis yang luar biasa. Utomo turun dari pesawat dengan mengucapkan Bismillah. Ia sangat yakin dan penuh harap, Pulau Dewata akan merubah nasibnya. Entah mengapa ada suara keras menggema ditelinganya yang menyatakan, kalau hidupnya akan berubah dari yang tak punya orang tua menjadi punya orang tua. Dari tak ada tempat bersandar jadi punya sandaran hidup. Dalam hati Utomo berbisik, ‘Kenapa gue merasa Pulau ini buat hati nyaman yaa.., padahal baru pertama kali, gue menginjakkan kaki di pulau ini.’ Selain angannya mengingini Meytha hamil ia juga sering mengkhayal, kalau ia akan bertemu orang tuanya agar tidak ada lagi hinaan yang ditujukan padanya. Walau itu sebuah angan-angan yang sangat sulit di raihnya, namun tiada henti Utomo selal

Latest chapter

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 91 : SAH..! (THE END / TAMAT)

    Tepat pukul delapan pagi suasana rumah Meytha telah ramai. Tenda telah di pasang di depan rumah dan di depan rumah tetangganya. Suasana hari ini berbeda dengan suasana sepuluh tahun lalu, dimana semua serba mendadak. Bahkan beberapa kerabat Wulandari dan almarhum Bimantoro tidak ke Jakarta, karena acara pernikahan Meytha yang dianggap terlalu tergesa-gesa.Hiasan Janur kuning dipasang di depan pintu pagar kanan dan kiri yang dibuka lebar. Ruang tamu disulap dengan sentuhan permadani berwarna biru. Disediakan dua kursi untuk mempelai, dua kursi untuk saksi dan wali serta dua kursi untuk orang tua. Untuk kerabat dekat semua berkumpul di ruang keluarga, dimana seluruh sofa diletakan diluar rumah menyatu dengan kursi plastik yang di pinjam di kantor RW, tempat duduk beberapa tetangga kanan kiri dan samping kanan dan kiri pula. Hari ini, Meytha menggunakan pakaian kebaya putih dan kain batik berwarna coklat dengan rambut disanggul modern. Tampak wajah Meytha sangat cantik, sampai Bula

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 90 : Meytha menikah, Elmira melahirkan

    Satu hari sebelum hari bersejarah bagi Reynaldi dan Meytha akan dilakukan, tampak kesibukan terlihat di rumah Meytha Kasturi. Ibu-ibu pengajian dekat kompleks perumahan tempat tinggal mereka, datang ke rumah, melakukan doa bersama untuk kelancaran ijab kabul yang akan dilakukan esok hari dan atas permintaan Wulandari, pernikahan pun akan dilakukan di rumah itu, karena wanita itu merasa almarhum suaminya akan hadir dan melihat kalau putrinya menikah dengan orang yang dicintainya.Sementara itu, Reynaldi yang mengikuti tradisi dan aturan yang diberlakukan oleh Widyawati, tidak diperbolehkan bertemu dengan mempelai wanita selama tujuh hari sebelum hari pernikahan. Maka, ia pun wajib mengikuti tradisi dari keluarga Widyawati. Bahkan, untuk menanyakan kabar Meytha lewat ponsel saja, dilarang oleh Widyawati dan itu membuat Reynaldi menjadi uring-uringan.“Mami.., boleh ya Rey hubungi Meytha.., juga besok kami udah bertemu.., yaa.., Mii,” rajuk Reynaldi layaknya seorang anak kecil.“Rey..

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 89 : Gerakan Bayi Elmira

    Kedua anak kembar mereka banyak bertanya tentang rumah yang akan mereka tempati dan Meytha pun menjelaskan hal yang tidak terlalu mendetail pada si kembar yang selalu bertanya banyak hal.Untuk rumah yang pernah ditempati sampai dua puluh lima tahun itu tidak mengalami perubahan, walaupun pada bagian dalamnya, telah banyak yang direnovasi mengikuti gaya dapur atau pun kamar mandi jaman sekarang, namun pada setiap bagian kamarnya tidak diubah oleh Reynaldi. Bulan menempati kamar yang dulu ditempati oleh Meytha, dan Bintang menempati kamar yang di tempati oleh almarhum adiknya Meytha. Kedua kamar itu berada di depan ruang keluarga. Untuk Wulandari menempati kamarnya yang dulu, sedangkan kamar khusua untuk tamu yang berada di depan ruang tamu, menjadi kamar Meytha. Untuk Siti, pembantu rumah tangga yang telah ada di rumah itu, rencananya akan tidur bersama Wulandari. “Buu.., rencananya saya mau buat satu kamar lagi di dekat halaman belakang untuk Siti, hanya saja saya mau minta pendapat

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 88 : Rumah Kenangan untuk Meytha

    Hubungan yang berlanjut antara Meytha dan Reynaldi lewat LDR selama dua bulan ini kian bertambah mesra, hingga akhirnya kenaikan kelas si kembar menjadi satu jalan menuju jarak antara keduanya kian mendekat. Seperti saat ini, Reynaldi datang pada hari kenaikan kelas si kembar. Meytha mengambil rapor Bintang Hutama Putra dan Reynaldi mengambil rapor Bulan Hutami Putri. Selama enam bulan berada dalam lingkungan pedesaan membuat si kembar sangat mengerti, arti sebuah kesederhanaan dari teman-teman sekelasnya yang mayoritas orang tuanya menjadi petani dan pedagang. Reynaldi mengabadikan perpisahan si kembar bersama temen sekelasnya dengan berfoto dan memvideokan kebersamaan mereka. Sementara, Reynaldi sendiri cukup dikenal oleh kepala sekolah dan semua guru, setelah melakukan perbaikan halaman sekolah anaknya, yang awalnya hanya berupa tanah berwarna merahan, kini berisi paving dan di tata juga bagian tamannya.Bukan hanya itu, Reynaldi pun memperbaiki ruang UKS dan tiga kamar mandi untu

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 87 : Cemburu tapi Malu

    Kehamilan Elmira membuat Widyawati dan Richard memiliki rasa kasihan pada gadis muda nan cantik jelita itu. Walaupun Elmira pernah melakukan sebuah kesalahan, namun bagi Richard kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik diberikan olehnya. Dan keputusan Reynaldi untuk mengambil bayi yang sedang dikandung oleh Elmira disetujui oleh kedua orang tuanya serta mendapat dukungan penuh dari Meytha. Bagi Meytha keadaan buruk yang dialaminya dulu, lebih buruk yang dialami Elmira, karena itu membuat hati Meytha tergerak untuk mengambil bayi yang dikandung Elmira saat bayi itu dilahirkannya. Dan atas permintaan Elmira, ia ingin Reynaldi bisa mengantarkannya ke dokter kandungan ketika akan memeriksa kehamilannya.Hingga jadwal seminggu sekali Reynaldi untuk menemui kedua anak kembarnya pun pastinya, akan menjadi berubah akibat kewajibannya mengantar Elmira ke dokter kandungan. Seperti pada hari ini, putrinya mengeluh saat Reynaldi membatalkan kepulangannya pada minggu pertama ke Surabaya, s

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 86 : Solusi untuk Elmira

    Widyawati yang mendengar ucapan Richard jelas sangat terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya. Richard pun tersenyum lebar melihat raut wajah Widyawati yang tampak tersenyum kecut. “Emang Papi punya niat untuk nikah lagi?” tanya Widyawati serius. “Sayang.., bukannya kamu ingin kita membantu Elmira untuk mencari ayah dari bayi yang dikandungnya?” tanya Richard masih tersenyum lebar. “Nggak lucu..! Kenapa Papi yang harus maju? Maksud Mami kan.., Rey bisa minta izin sama Meytha.., siapa tahu dia setuju,” ucap Widyawati tetap ada keinginannya karena kasihan pada Elmira. “Sayang.., sekarang coba kamu tempatkan dirimu menjadi Meytha.., kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Apa lagi Elmira berperilaku tidak baik. Apa kamu pikir, Meytha akan mau terima usulan itu?” tanya Richard memandang Widyawati yang terlihat baru menyadari kesalahannya. “Hmm.., gimana dong Pii.., aku kasihan sama Elmira. Aku takut dia stress dan akan berpengaruh pada janin yang dikandungnya,” tutur Widyawati dengan

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 85 : Elmira Hamil..?

    Widyawati dan Reynaldi pun menemui Imelda bersama putrinya di ruang tamu. Reynaldi langsung duduk di sofa panjang dan Richard duduk pada sofa tunggal di bagian tengah. Sedangkan Elmira dan Imelda duduk pada sofa tunggal yang berdampingan. Terlihat Widyawati berjalan menuju sofa yang di duduki Imelda dan wanita paruh baya itu mendekati Imelda dan membungkuk untuk melihat kaki palsu Imelda. “Mel.., apa terasa sakit waktu kamu pakai?” tanya Widyawati mengamati kaki palsu yang digunakan Imelda. “Yaa agak sakit. Tapi, hatiku ini lebih sakit.., Wid,” ucapnya dengan kelopak mata yang telah basah. Melihat sahabatnya menangis tanpa bersuara, Widyawati pun terkejut dan memegang tangannya dan berucap, “Ada apa Mel..? Apa ada masalah?” Mendengar pertanyaan sahabatnya, isak tangis Imelda pun semakin kuat. Dan Elmira yang melihat Imelda menangis tanpa mampu mengatakan tujuan mereka ke rumah itu, bersimpuh di hadapan Widyawati. Gadis cantik itu memegang kaki Widyawati dan menangis pula. “Hey..,

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 84 : Kedatangan Imelda & Elmira

    Kepergian Reynaldi kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini kedua anaknya melepas kepergian Reynaldi dengan memeluk dan menyampaikan pesan untuk seorang papa yang kini hadir dalam kehidupan mereka. “Papa ingat ya, sampai Jakarta telepon kakak sama adek..,” pinta Bintang saat memeluk Reynaldi. “Iyaa.., nanti sampai di bandara Surabaya aja udah Papa telepon. Gitu juga waktu di Bandara Jakarta Papa akan telepon lagi,” janji Reynaldi dengan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Papa.., bisa setiap hari telepon Bulan? Kalau bisa Papa teleponnya pagi sebelum Papa kerja, kalau siangnya waktu Papa makan siang dan malamnya waktu Bulan lagi belajar. Biar Bulan bisa denger suara Papa tiap hari,” tutur putri cantik Reynaldi dengan manjanya. “Yaa, sayang Papa akan telepon setiap nggak sibuk. Papa juga pastinya kangen sama kalian semua,” ucap Reynaldi memandang putri kecilnya, mencium pipinya dan memandang mesra ke arah Meytha. Setelah itu, Meytha mencium punggung tangan Reynaldi. Lalu, tanp

  • C E O Dingin itu Mantan - Ku   BAB 83: Lamaran

    Satu hari sebelum acara seserahan, Widyawati yang meminta tolong kakak sepupunya untuk membawakan kebaya berwarna jingga berikut aksesoris serta lengkap dengan selop dan make up yang akan dipakai acara seserahan pun datang. “Widya.., apa cukup ukuran tubuhnya ‘L’? Katamu kan udah pernah punya anak, 2 pula,” tanya Pipit kakak sepupu Widyawati kala ia telah berada di kamar hotel. “Badannya masih bagus.., nggak melar kayak Mbak Pipit.., hehehehe,” canda Widyawati ada saudara sepupunya. Lalu, mereka mengobrol tentang Reynaldi dan kondisi perusahaannya di Jakarta. Kemudian, Pipit pun meminta pada Widyawati untuk memperkenalkan Meytha padanya. “Kenalkan aku sama calon menantumu, sekalian coba kebaya yang aku bawa ini..,” pinta pipit. Sesaat Widyawati melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, ia pun berucap, “Sore aja sekalian liat kedua cucuku. Soalnya kalau gini hari kita kesana.., calon menantuku baru pulang dari pasar. Kasihan kalau kita ganggu. Apa lagi dia tiap ha

DMCA.com Protection Status