Share

Bab 3

Di sisi lainnya, Scarlett mengikuti wawancara di sebuah perusahaan farmasi internasional.

Dia sebenarnya menginginkan posisi sebagai manajer penjualan. Namun, karena dia sudah berusia 30 tahun dan belum memiliki anak, serta sudah keluar dari dunia kerja selama dua tahun, dia akhirnya diberikan posisi sebagai asisten penjualan.

Gaji pokoknya sembilan juta sebelum komisi. Jika dia tidak berhasil mendapatkan penjualan dalam waktu tiga bulan, dia akan dikeluarkan dari perusahaan ini.

Scarlett teringat saat dia mengundurkan diri dua tahun yang lalu, dia adalah tulang punggung perusahaannya. Manajernya terus-menerus membujuknya agar dia tidak buta akan cinta. Namun, dia keras kepala dan langsung menikah secara terburu-buru untuk menyambut kehidupan yang bahagia.

Tak disangka, kehidupan yang dia dapatkan malah begitu menderita.

Sedangkan sekarang, sudah tidak mudah baginya untuk kembali ke dunia kerja.

Inilah pengorbanannya demi pernikahan itu.

Scarlett tersenyum getir dan menandatangani kontrak kerjanya.

Dia yakin pada dirinya sendiri, dia tidak akan berhenti di tahap ini.

Besok, pekerjaannya baru dimulai. Oleh karena itu, setelah menyelesaikan prosedurnya, Scarlett meninggalkan perusahaan ini.

Dia pergi ke alamat yang diberikan Fabian padanya, lalu mengetuk pintu rumah tersebut.

Pintu itu segera dibuka. Fabian berdiri di dalam. Dengan ekspresi datar, dia berkata dengan sopan, "Kamu sudah pulang, ya."

Scarlett juga tersenyum dengan sungkan sambil berkata, "Ya, aku beli makanan. Kalau kamu belum makan, bagaimana kalau kita makan bareng?"

Fabian mengangguk. Scarlett sebenarnya mengira bahwa dia akan menolak, tetapi dia malah menyetujui tawaran Scarlett. "Baiklah, biar aku pergi ambil piring."

Pria ini bahkan sekaligus mengambil sebotol anggur.

Saat mereka sedang makan, Scarlett bersulang dengan Fabian dan berkata, "Hari ini, terima kasih sudah membelaku di KUA."

Fabian memegang gelasnya sambil tersenyum kecil dan berkata dengan suara rendah, "Anggap saja aku pemberani. Bagaimanapun, kita partner kerja sama."

Karena Fabian mengungkit hal ini, Scarlett berkata dengan agak malu, "Aku akan bayar uang sewa padamu sesuai dengan harga pasar. Tapi, untuk dua bulan pertama, aku harus berutang sedikit, ya. Setelah aku dapat gaji, aku baru bayar sekaligus."

Fabian menganggukkan kepalanya.

Setelah makan, Fabian bertanya, "Masih pagi, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan? Karena ada orang baru di rumah, ada banyak barang yang perlu dibeli, biayanya masing-masing."

Scarlett pun berdiri sambil berkata, "Baiklah."

Keduanya tidak punya mobil, jadi mereka hanya bisa berjalan. Untung saja, pusat perbelanjaannya tidak jauh dari rumah mereka. Dalam waktu belasan menit, mereka sudah tiba.

Kedua orang ini berjalan masuk sambil mendorong troli. Saat mereka tiba di bagian perlengkapan rumah tangga, Fabian tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Scarlett memandang ke arah tatapan Fabian. Tubuhnya langsung menjadi kaku.

Dunia ini memang sangat sempit.

Tidak jauh dari mereka, Celine sedang merangkul lengan Caleb dan bersandar di bahu Caleb dengan penuh kasih.

Rebecca Carter, adiknya Caleb, berdiri di samping mereka.

Celine menatap mereka dengan tatapan terkejut sambil berkata, "Kak Scarlett, sungguh kebetulan! Kamu juga datang membeli perlengkapan untuk hidup bersama, ya?"

Ekspresi Caleb seketika menjadi masam.

Rebecca yang berada di satu sisi menyilangkan tangannya dan tertawa sinis, lalu berkata, "Scarlett, kamu benar-benar nggak tahu malu, ya?! Baru saja kamu bercerai, kamu sudah langsung menikah lagi! Kamu benar-benar mempermalukan Keluarga Carter!"

Begitu dia mengucapkan kata-kata ini, orang-orang di sekitar seketika melihat ke arah Scarlett.

Gadis ini sangat cantik, tetapi ternyata dia pemain, ya?

Tanpa disadari, Scarlett mencengkeram perlengkapan tempat tidur di tangannya.

Hubungannya dengan Rebecca tidak pernah baik. Selama dua tahun dia menikah dengan Caleb, Rebecca terus menindas dirinya karena latar belakang keluarganya. Rebecca bahkan pernah menuangkan jus buah pir yang mendidih pada dirinya dan sering sekali mempermalukannya seperti ini di hadapan banyak orang.

Sebelumnya, dia selalu menahan diri demi Caleb.

Meskipun begitu, hal ini tidak membawakan kebahagiaan bagi semua orang.

Scarlett merasa frustrasi dan bahkan agak sesak. Dia menatap Rebecca dan berkata dengan suara yang sangat pelan, "Aku memang baru bercerai, lalu sudah langsung menikah lagi. Tapi, bukankah kakakmu juga begitu? Aku dan suamiku sudah menikah secara sah, sedangkan kakakmu dan Celine belum menikah. Jadi, bukannya semuanya sama saja, ya?"

Mendengar ucapan ini, ekspresi Caleb seketika menggelap. Dia menahan api amarah dalam hatinya sambil berkata, "Scarlett, untuk apa kamu menyindir kami seperti itu? Aku dan Celine saling mencintai dengan tulus, kamu nggak berhak berkomentar! Tahu diri, deh!"

Rebecca juga tersenyum sinis sambil berkata, "Ya! Lihatlah statusmu sendiri! Dasar pasangan tercela! Berani sekali kamu bilang kalian pasangan suami istri yang sah?! Memangnya kamu berhak untuk dibandingkan dengan Kak Celine? Bisa-bisanya seorang pemain sepertimu membanggakan dirimu seperti ini?!"

Scarlett merasa sakit hati, seakan-akan hatinya diremas dengan sangat kuat.

Status? Saat Caleb menjalin hubungan dengan Celine, Scarlett memiliki status sebagai menantu yang sah di Keluarga Carter, yaitu istri sahnya Caleb!

Jelas-jelas dialah yang melepaskan diri dari hubungan ini, dialah yang mewujudkan harapan mereka untuk bisa bersama, tetapi akhirnya, dia pula yang direndahkan seperti ini.

Dia menatap Caleb dengan tatapan tenang dan berkata dengan suara yang sangat pelan, "Sebenarnya, kamu nggak usah khawatir. Aku benar-benar nggak ingin terlibat lagi dengan kalian."

Saat dia mengucapkan kata-kata ini, ekspresinya gelap, seakan-akan dia sudah benar-benar kecewa dan sudah kehilangan semua energinya dalam waktu singkat.

Entah mengapa, sejenis perasaan aneh melintas dalam hatinya Caleb. Dia tidak bisa menahan diri dari teringat akan hari pernikahan mereka dua tahun yang lalu. Pada saat itu, Scarlett tersenyum dengan sangat menawan padanya dan berkata, "Mohon bimbinganmu untuk sisa hidupku."

Celine tiba-tiba menggoyangkan tangannya Caleb dan berbisik, "Caleb, sudahlah, Kak Scarlett seharusnya nggak berniat buruk ...."

Caleb seketika tersadar. Dulu, menikah dengan Scarlett hanyalah solusi sementara untuk masalahnya, sedangkan orang yang dia cintai adalah Celine.

Dia pun menatap Scarlett dengan kesal sambil berseru, "Baguslah kalau begitu!"

Dia menarik Celine untuk pergi. Namun, Rebecca masih tidak rela, dia tiba-tiba menabrak ke arah Scarlett dengan kuat!

Scarlett sedang lengah. Saat dia mengira bahwa dia hendak terjatuh, sebuah tangan tiba-tiba terulur dari sampingnya dan menarik pinggangnya, membawanya ke satu sisi.

Rebecca menabrak Scarlett dengan kekuatan penuh. Tak disangka, Scarlett malah menghindar, sehingga Rebecca langsung terjatuh menabrak rak.

"Brak!"

Barang-barang di atas rak pun jatuh berserak di lantai.

Dalam sekejap, makin banyak orang datang untuk menonton keramaian ini.

Rebecca merasa sangat malu. Dia pun berseru dengan penuh amarah, "Scarlett Sanders, kamu sengaja, 'kan?!"

Staf di pasar swalayan ini bergegas menghampiri mereka. Melihat kekacauan ini, dia bertanya dengan terkejut, "Ada apa ini?"

Rebecca menunjuk Scarlett sambil menjawab dengan kesal, "Minta pertanggungjawabannya! Semuanya terjadi gara-gara dia!"

Staf itu menatap Scarlett dengan tatapan ragu dan berkata, "Nona, kalau Anda merusak barang sebanyak ini di pasar swalayan kami, Anda harus ganti rugi ...."

Semua orang menatap ke arah Scarlett, tetapi tidak ada satu pun yang membela dirinya, termasuk Caleb dan Celine yang melihat tindakan Rebecca dengan mata kepala mereka sendiri.

Di hadapan semua orang ini, Scarlett merasakan kesepian dan ketidakberdayaan dalam hatinya.

Dia pun berkata, "Bukan aku ...."

Hanya saja, karena dia sendirian, penjelasannya terdengar lemah.

Pada saat ini, sebuah tangan tiba-tiba merangkul pinggangnya dari belakang, seakan-akan memberinya kekuatan. Sosok yang tinggi pun berdiri di sampingnya dengan tegas.

"Aku bersaksi, istriku nggak menyentuh rak-rak ini. Nona Rebecca-lah yang tiba-tiba menabrak kemari dan merobohkan rak-rak ini," kata Fabian.

Rebecca seketika membelalakkan matanya sambil berseru, "Omong kosong! Menurutku, kalian bersekongkol untuk memfitnah diriku dan membela wanita jalang ini!"

Dengan ekspresi datar dan tatapan gelap, Fabian menatap staf itu dan berkata, "Kalian bisa memeriksa rekaman kamera pemantau. Kalau ada yang nggak benar, kalian boleh lapor polisi. Tapi, istriku nggak akan mengakui sebuah tuduhan palsu seperti ini."

Suaranya tenang dan kuat, membuat hati Scarlett menjadi tenang secara perlahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status