Share

Bab 7

Fabian melepaskannya, lalu menggenggam tangan Scarlett dan pergi begitu saja.

Caleb menggosok pergelangan tangannya yang kesakitan dan menggertakkan giginya sambil melihat punggung kedua orang itu.

Dia tidak pernah dipermalukan seperti ini seumur hidupnya!

Celine meraih tangannya dengan sedih sambil berkata dengan agak kesal, "Kak Scarlett benar-benar keterlaluan, deh. Kenapa dia menyerangmu seperti itu?"

Tatapan Caleb menggelap. Dia tidak mengucapkan apa pun.

Di seluruh Kota Norta, tidak ada seorang pun yang berani menantang Keluarga Carter.

Dia berpikir, 'Scarlett, kali ini, kamu yang cari masalah sendiri!'

Di sisi lainnya.

Setelah keluar dari kompleks perumahan itu, Scarlett melepaskan tangannya dari pegangan Fabian dan berkata dengan rasa bersalah, "Sebenarnya, aku bisa minta maaf pada mereka, aku nggak apa-apa, kok. Sekarang, kamu malah terlibat, Keluarga Carter nggak akan melepaskan kita dengan mudah."

Tanpa disadari, Fabian mengepalkan tangannya yang kosong dan tersenyum sambil berkata, "Nggak apa-apa. Aku punya teman pengacara, dia sangat hebat, dia bisa memenangkan perkara hukum itu."

Scarlett membuang napas pelan. Dia berpikir, 'Dunia orang kaya nggak sesederhana itu! Grup Carter memiliki banyak pengacara, masing-masing ahli dalam memenangkan perkara hukum, mana mungkin seorang pengacara biasa bisa melawan orang-orang itu?'

Namun, masalahnya sudah mencapai tahap ini, jadi tidak ada gunanya Scarlett banyak bicara lagi. Bagaimanapun, Fabian membantunya.

Scarlett menoleh dan bertanya pada Fabian, "Kamu belum makan siang, 'kan? Biar aku traktir, deh. Kamu mau makan apa?"

"Terserah saja, nanti kamu masih harus pergi kerja," jawab Fabian.

Scarlett menganggukkan kepalanya. Kedua orang ini pun pergi makan kwetiau goreng.

Restorannya sangat kecil, hanya ada beberapa meja dan kursi, dekorasinya juga sederhana. Di dalam toko ini, Fabian yang memancarkan aura mulia terlihat sangat berkilau.

Dia pergi mengambil air minum dan mendorongnya ke hadapan Scarlett. "Minumlah."

Scarlett berterima kasih padanya. Sepanjang pagi, Scarlett tidak sempat minum air. Dia juga sudah berdiri di bawah sinar matahari selama dua jam, jadi bahkan bibirnya sudah kering hingga terkelupas. Dia pun menyesap air itu seteguk demi seteguk.

Keduanya tidak berbicara untuk sejenak, suasananya juga agak canggung. Saat Fabian memakan kwetiau goreng itu, dia terlihat sangat elegan, seperti sedang memakan makanan Barat.

Scarlett tidak bisa menahan diri dari melirik jam tangan di pergelangan tangan pria ini.

Seingatnya, Caleb juga memiliki jam tangan yang sama persis dengan jam tangan ini, yaitu jam tangan edisi terbatas dari sebuah merek mahal. Jam tangan ini tidak mudah untuk dibeli. Caleb mendapatkannya dengan bantuan orang lain, dia bahkan harus menambahkan biayanya.

Jam tangan seharga miliaran ini jelas-jelas bukanlah sesuatu yang sanggup dibeli oleh seorang agen asuransi kecil-kecilan.

Setelah ragu-ragu sejenak, Scarlett berkata, "Jam tangan ini ...."

"Pinjaman teman, jasku juga," kata Fabian dengan sangat santai. "Kamu juga tahu, kadang-kadang, aku harus tampil lebih baik untuk pekerjaanku."

Mendengar ucapan Fabian, keraguan dalam hati Scarlett langsung menghilang. Industri penjualan berbeda dengan industri lainnya. Orang yang ingin bergabung dalam lingkaran ini memerlukan batu loncatan.

Setelah makan, Fabian menyeka bibirnya dengan tisu, lalu meletakkan kedua tangannya di atas meja dan bertanya dengan santai, "Bagaimana kamu bisa kenal dengan Caleb?"

Scarlett seketika terdiam.

Fabian menatapnya sambil bertanya, "Kamu nggak mau bahas tentang ini, ya?"

"Bukan," jawab Scarlett sambil menggeleng. Dengan tatapan penuh kesedihan, dia berkata, "Tiga tahun yang lalu, orang tuaku terlibat dalam kecelakaan lalu lintas. Ibuku meninggal di tempat, ayahku mengalami cedera tulang punggung, sehingga kedua kakinya lumpuh. Sedangkan pelakunya melarikan diri. Pada saat aku merasa paling putus asa, aku bertemu dengannya. Dia membantuku menemukan keberadaan pelaku itu dan mencarikan dokter terbaik untuk ayahku, sehingga kedua kaki ayahku tetap terselamatkan."

Tatapan Fabian mendalam. "Pantas saja sebuah pernikahan membuatmu begitu menderita, ternyata kamu dimanfaatkan olehnya."

Scarlett tercengang sesaat, lalu tertawa getir. Dia menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku bukan orang yang nggak mau mengalah, tapi ...."

Namun, baginya, arti Caleb tidak sesederhana cinta. Bertemu dengan Caleb dua tahun yang lalu adalah sejenis penebusan, ketenangan dan juga cahaya dalam kegelapan hidupnya.

Tidak ada yang abadi di dunia ini, semua orang datang dan pergi. Namun, hal yang paling menyakitkan adalah saat orang yang paling kamu percayai menyerangmu dengan paling kejam. Serangan ini tidak mematikan, tetapi akan menjadi bayangan dan pelajaran, serta luka yang menyakitkan kapan pun itu.

Suara Scarlett tercekat, dia pun tidak lagi melanjutkan ucapannya.

Karena kepalanya tertunduk, dia melewatkan kerumitan yang melintas melalui tatapan pria di hadapannya.

Fabian menyodorkan selembar tisu padanya dan berkata dengan suara rendah, "Ada yang merasa bahwa kamu nggak cukup baik, tapi ada juga yang merasa bahwa kamu sangat baik. Kamu nggak perlu menyia-nyiakan dirimu demi orang yang nggak layak untukmu."

Scarlett mengangguk dengan tegas sambil berusaha untuk menahan air matanya dan menghabiskan makanannya.

Fabian menatapnya lekat-lekat dan berkata, "Mungkin saja ada yang lebih baik lagi di masa depan."

Scarlett pun tersenyum sambil berkata, "Ada atau nggak, itu sudah nggak penting. Tapi, terima kasih atas kata-kata baiknya."

Setelah makan, saat Scarlett hendak berpamitan dengan Fabian, Fabian malah berkata, "Aku mau naik taksi ke perusahaan, kebetulan kita sejalan. Bagaimana kalau aku antarkan kamu kembali?"

Scarlett seketika tercengang, tetapi dia tidak menolak. "Kalau begitu, nanti, aku akan kirimkan biaya taksinya padamu."

Fabian tidak menanggapi ucapannya.

Setibanya di perusahaan, Scarlett turun dari mobil dan mengirimkan uang sebanyak 60 ribu untuk Fabian.

Namun, uangnya langsung dikembalikan.

"Nggak usah."

Mungkin karena takut Scarlett merasa malu, Fabian mengirimkan pesan lagi padanya: "Tetangga memang harus saling membantu."

Scarlett pun diam-diam mengingat kebaikan ini dalam hatinya.

Setelah pelatihan siang, pada jam pulang kerja, Scarlett membereskan barangnya dan hendak pergi. Pada saat ini, dia tiba-tiba menerima panggilan dari Sherla. Dengan nada bicara yang agak kasar, Sherla berkata, "Scarlett, pulanglah, ada yang mau aku dan ayahmu bicarakan denganmu!"

Scarlett sudah tahu bahwa Sherla tidak akan membiarkannya bercerai begitu saja. Jadi, hari ini, dia pulang untuk membicarakan hal ini dengan baik.

Dia pun berkata, "Baiklah, aku akan pergi sekarang juga."

Ayahnya tinggal di rumah yang didapatkan dari pekerjaannya sebelumnya. Beberapa orang yang sedang main kartu di lantai bawah menyapa Scarlett dengan ramah. "Scarlett, kamu pulang untuk mengunjungi ayahmu, ya?"

Scarlett tersenyum sambil menjawab, "Ya."

Saat dia naik ke lantai atas, beberapa wanita saling bertatapan, arti ekspresi mereka sudah sangat jelas.

Sebelumnya, saat Scarlett menikah dengan keluarga kaya, dia seperti tiba-tiba mencapai kesuksesan. Siapa yang tidak iri dengan ayahnya Scarlett karena dia sudah membesarkan putri yang sebaik ini?

Namun, hari ini, Sherla pulang sambil marah-marah. Semua orang pun sudah mengetahui perihal Scarlett diusir dari keluarga kaya itu. Semuanya pun menebak bahwa Scarlett bertingkah buruk. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia diusir orang lain?

Mereka menganggap bahwa Scarlett adalah seseorang yang tidak bisa duduk diam di rumah, jadi pantas saja Scarlett diusir.

Scarlett benar-benar sudah mempermalukan keluarganya.

Para wanita ini terus mengarang rumor yang tidak benar dan mendapatkan kepuasan dari hal ini.

Sedangkan Scarlett tidak mengetahui bahwa hal-hal ini terjadi di belakangnya. Begitu dia naik ke lantai atas dan masuk ke rumahnya, dia melihat Sherla yang sedang mengemas dua koper. Sherla menatapnya dengan kesal dan berkata, "Kamu datang tepat waktu. Aku mau bercerai dengan ayahmu!"

David Sanders duduk di kursi rodanya dengan ekspresi tertekan.

Scarlett tidak menyangka bahwa dia akan menghadapi situasi seperti ini begitu dia kembali. Dia terdiam beberapa detik sebelum bertanya dengan pelan, "Karena perceraianku, ya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status