Share

Bab 8

David memalingkan wajahnya dan berkata dengan agak canggung, "Apa hubungannya hal ini denganmu? Jangan berpikir terlalu jauh, aku hanya nggak bisa cocok dengannya."

Sherla memelototi David dengan penuh amarah. Dia berkacak pinggang dan menunjuk David sambil berseru dengan amarah yang menggebu-gebu, "Berani sekali kamu mengatakan kata-kata itu! Aku sudah melayanimu dengan susah payah selama tiga tahun. Aku hanya menyuruhmu untuk membujuk putrimu, memangnya ucapanku salah, ya? Bukankah aku hanya memikirkan kebaikannya? Kalau dia bercerai begitu saja, bagaimana dia mau menghidupi keluarga kita?"

David adalah pria yang jujur dan baik hati, dia tidak bisa mengucapkan kata-kata kasar. Namun, ekspresinya sangat masam karena amarahnya. Dia memegang sandaran lengan kursi rodanya erat-erat sambil berseru, "Bukan itu yang kamu katakan tadi!"

Tidak ada ayah di dunia ini yang mampu mendengar ucapan sekejam itu.

Scarlett tidak ingin membuat ayahnya kesusahan, jadi dia pergi mendorong kursi roda ayahnya dan berkata, "Ayah, Ayah kembali ke kamar saja dulu, biar aku bicara dengan Bibi Sherla."

David meraih tangan Scarlett dan menatap putrinya ini dengan tatapan yang sangat tegas. "Scarlett, jangan merasa terbebani, ya. Ayah bisa jaga diri. Kalau dia mau pergi, biarkan saja dia pergi. Ayah nggak mau melihatmu berkompromi dengannya."

Tangan ayahnya Scarlett sangat kasar, tetapi membuat Scarlett merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Scarlett berpura-pura tersenyum dengan santai dan berkata, "Nggak apa-apa, Ayah. Tenang saja. Tadi siang, ada kesalahpahaman antara aku dengan Bibi Sherla, jadi Bibi marah padaku. Kami akan membicarakannya dengan baik."

David membuang napas panjang, dia tidak lagi berkomentar dan membiarkan putrinya mendorongnya kembali ke kamarnya.

Scarlett menutup pintu kamar dan berjalan keluar. Dengan ekspresi penuh kekesalan, Sherla berkata, "Nggak ada gunanya kamu memohon padaku. Kamu bisa minta maaf pada Keluarga Carter dan memohon agar mereka menerimamu lagi, atau menuntut banyak uang dari mereka. Kalau nggak, aku nggak akan tinggal di sini lagi!"

Scarlett menatapnya sambil berkata, "Pikiran Bibi terlalu sederhana. Caleb nggak mungkin menikah lagi denganku. Kalau nggak, Keluarga Carter akan kehilangan muka mereka. Bagi keluarga kaya seperti mereka, harga diri bahkan lebih penting daripada nyawa."

Sherla mengernyit dan berkata dengan enggan, "Kalau begitu, minta uang dari mereka! Properti Keluarga Carter adalah milik kalian bersama! Kamu seharusnya bisa mendapatkan setidaknya ratusan miliar!"

Scarlett menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak bisa. Sebelum kami menikah, kami sudah tanda tangan perjanjian pisah harta. Selain itu, Caleb sudah terlebih dahulu membayar gaji untuk sepuluh tahun, jadi ke depannya, penghasilannya per tahun hanya 200 ribu."

Hal ini adalah syarat yang ditentukan Gianna untuk menyetujui pernikahan ini karena dia mewaspadai Scarlett.

Oleh karena itu, secara hukum, Scarlett tidak akan mendapatkan apa pun dari perceraian ini.

"Selain itu ...." Scarlett menatap Sherla dan berkata, "Tahukah Bibi apa yang terjadi pada orang terakhir yang membuat onar di Grup Carter? Orang itu dituntut oleh Grup Carter dan harus bayar ganti rugi sebesar 2,4 miliar."

Wajah Sherla seketika memucat.

Dia tidak memiliki uang sebanyak 2,4 miliar!

Sampai saat ini, Sherla baru memahami bahwa dia tidak akan mendapatkan apa pun dari perceraian Scarlett.

Dia menatap Scarlett dengan ekspresi masam dan tatapan galak. "Jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar. Kamu sendiri juga sudah lihat bagaimana aku merawat ayahmu selama tiga tahun terakhir. Sekarang, kamu sudah cerai, kamu juga nggak punya pekerjaan tetap. Sedangkan ayahmu memerlukan biaya lebih dari 10 juta setiap bulan, uang sekolah Samuel delapan jutaan per bulan, totalnya sudah hampir 20 juta. Kalau ditambah lagi dengan uang makan, kami setidaknya memerlukan uang 30 juta per bulan. Bagaimana kamu mau memberikan uang ini pada kami? Aku nggak mau mati di rumah kalian!"

Scarlett mengerti mengapa Sherla begitu mendesak.

Sekarang, Samuel, putra tunggalnya, bersekolah di SMA swasta, dengan nilai terburuk di kelas. Dia hidup tanpa tujuan yang jelas dan selalu membuat onar. Sherla harus mengkhawatirkan perihal kuliah putranya, pekerjaan, pernikahan dan melahirkan anak, semuanya memerlukan uang.

Namun, sekarang, Keluarga Sanders sama sekali tidak bisa memberikan uang ini padanya.

Sebelumnya, dia mengincar uangnya Keluarga Carter, tetapi sekarang, target ini juga sudah menghilang.

Namun, Scarlett juga tidak memiliki pilihan lain. Tidak ada yang bisa dia tawarkan pada Sherla, tetapi dia masih memerlukan Sherla untuk menjaga ayahnya.

Dia hanya bisa berkata pada Sherla, "Aku akan memberimu uang 30 juta per bulan, tapi bisakah kamu memberiku waktu tiga bulan? Dalam waktu tiga bulan ini, kamu bisa cari pria baru. Aku hanya memerlukan waktu tiga bulan. Setelah itu, kalau aku masih saja nggak ada perkembangan, aku akan memberimu tambahan 20 juta dan kamu bisa pergi kapan saja."

Bagaimanapun, tawaran ini menguntungkan.

Sherla menghitung dalam hatinya. Jika dia mendapatkan uang 30 juta dalam sebulan, dia bisa mendapatkan uang 14 juta untuk dirinya sendiri. Dalam waktu tiga bulan, totalnya sudah 42 juta. Kalau ditambah lagi dengan tambahan 20 juta dari Scarlett, dia akan mendapatkan 62 juta.

Terlebih lagi, Scarlett tidak melarangnya mencari pria lain.

Hatinya sudah tergerak. Namun, saat dia teringat akan permintaan orang tua murid di sekolah tadi siang, dia menggertakkan giginya dan berkata, "Aku harus menilai ketulusanmu terlebih dahulu, 'kan? Berikan aku 200 juta sebagai deposit, aku akan mengembalikannya padamu tiga bulan lagi!"

Scarlett langsung mengernyit. "200 juta? Jumlah ini terlalu keterlaluan, deh."

Kondisi yang dia tawarkan pada Sherla sudah merupakan jumlah uang terbesar yang bisa dia berikan pada Sherla.

Ekspresi Sherla menjadi agak masam. Dia menyilangkan tangannya dan berkata dengan kesal, "Kalau nggak ada uang 200 juta itu, lupakan saja!"

Scarlett menggertakkan giginya dan berkata dengan nada memelas, "Bibi Sherla, tolonglah ...."

Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Sherla tersenyum sinis sambil menyela, "Tolong? Aku bukan organisasi amal! Kalau aku membantumu, siapa yang membantuku?"

"Bibi ...." Scarlett mengepalkan tangannya. Untuk sejenak, dia merasa tidak berdaya. "Aku benar-benar nggak mampu mengeluarkan uang sebanyak itu."

Sherla tertawa dengan sinis dan berkata, "Aku nggak peduli. Jangan bilang aku nggak membantumu. Kuberi kamu waktu tiga hari. Dalam waktu tiga hari, kalau kamu nggak memberiku uang itu, aku akan langsung pergi!"

Seusai berbicara, dia langsung berjalan menuju kamarnya sendiri dan membanting pintu kamar.

Scarlett duduk diam di ruang tamu dengan suasana hati yang berat.

Sekarang, uangnya hanya tersisa sekitar 100 juta. Perawatan ayahnya memerlukan uang, begitu pula dengan anak yang dia bantu secara finansial, jadi dia harus menghitung semuanya dengan saksama.

Sherla meminta uang 200 juta. Katanya, dia akan mengembalikan uang ini dalam waktu tiga bulan. Namun, pada saatnya, apakah dia benar-benar akan mengembalikan uang itu?

Biaya untuk menyewa pekerja rumah tangga sangat mahal. Tiga tahun yang lalu, Scarlett juga sudah pernah mencari tahu tentang hal ini. Dengan kondisi seperti ayahnya, yang memerlukan perawatan sepanjang hari, dia setidaknya harus membayar 60 juta per bulan, ditambah lagi dengan biaya pemulihan. Dia tidak sanggup membayarnya.

Selain itu, pekerja rumah tangga tidak tentu bisa dipercaya. Dalam beberapa bulan pertama, pergantian pekerja rumah tangga pasti akan sering terjadi. Meskipun dia bisa membayar biaya itu, pekerjaannya sekarang tidak akan cukup.

Dia sudah mencapai jalan buntu.

Setelah sekian lama, Scarlett menarik napas dalam-dalam dan memaksakan seulas senyuman di bibirnya. Dia tersenyum sambil berjalan ke kamar ayahnya.

David sedang duduk bengong di depan meja kerjanya. Di atas meja itu, terdapat sebuah foto keluarga, yaitu foto mereka bertiga dari tiga tahun yang lalu.

Dalam waktu sekejap, sebuah kecelakaan lalu lintas menghancurkan keluarga mereka.

"Ayah."

Scarlett menahan kesedihan dalam hatinya dan memanggil ayahnya dengan tenang.

David seperti tiba-tiba ditarik kembali ke kenyataan dari ingatan buruk itu. Tubuhnya bergetar sejenak. Kemudian, saat dia melihat Scarlett, dia langsung menjadi normal kembali. "Sudah selesai bicara?" tanya David.

Scarlett tersenyum sambil menjawab, "Sebenarnya, hanya ada kesalahpahaman kecil. Aku sudah minta maaf pada Bibi Sherla. Ayah tenang saja, Bibi Sherla sudah berjanji padaku kalau dia akan menjaga Ayah dengan baik. Kita akan melewati kesulitan ini bersama."

David baru membuang napas dengan lega. Dia menepuk-nepuk tangannya Scarlett dan berkata, "Kamu harus jaga diri dengan baik. Ayah tahu, suasana hatimu juga nggak baik. Jangan merasa terlalu tertekan. Kalau nggak bisa, kita bisa jual rumah ini. Kamulah yang paling penting bagi Ayah."

Scarlett seketika berlinang air mata. Dia berusaha keras untuk menahan air matanya dan berkata, "Ayah, tenang saja, aku baik-baik saja."

Dia takut David akan menyadari keanehannya, jadi dia bergegas mencari alasan untuk pergi.

David duduk di depan meja sambil mengambil bingkai foto itu dengan linglung. Dalam foto itu, sekeluarga beranggotakan tiga orang itu sedang tersenyum dengan manis ....

Setelah melihat foto ini untuk sangat lama, dia memejamkan matanya dan air mata pun mengalir dari sudut matanya ....

Dia berpikir, 'Scarlett, Ayah sudah bersalah padamu ....'

Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa dan tidak berani dia katakan ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status