Begitu Scarlett turun ke lantai bawah, dia langsung melihat Fabian.Aura pria ini tiada duanya, membuatnya sangat menarik perhatian di antara kerumunan orang. Dia mengenakan setelan jas berwarna abu-abu dan terlihat lebih seperti seorang elite tingkat atas daripada seorang agen asuransi.Di belakangnya, terdapat sebuah mobil Volkswagen Jetta berwarna putih, yang sudah agak tua dan tertutup lapisan debu. Pintu penumpang terbuka dan dia bersandar di pintu mobil sambil merokok.Saat dia melihat Scarlett, dia langsung mematikan rokoknya dan membuangnya ke tong sampah. Dia menegakkan tubuhnya dan berkata, "Naik mobil dulu, mari kita bicara di mobil."Seusai berbicara, dia langsung duduk di jok penumpang di depan.Scarlett pun hanya bisa membuka pintu belakang mobil.Orang yang mengemudi adalah seorang pria yang sangat unik. Rambutnya sangat panjang, begitu pula dengan janggutnya. Dia mengenakan kacamata berbingkai emas, membuat penampilannya sangat kontras.Mobil ini melaju dengan suara ber
Pintu rumah ini langsung terbuka.Orang yang membuka pintu rumah ini adalah seorang wanita tua dengan tubuh proporsional. Wanita ini mengenakan gaun tradisional berwarna hijau muda yang terbuat dari sutra, dengan pola yang elegan. Rambutnya yang putih disisir ke belakang. Meskipun wanita ini sudah tua, dia memancarkan aura mulia."Kamu lagi-lagi datang sendiri?" tanya wanita itu.Scarlett terhalang di belakang oleh Fabian, jadi neneknya Fabian hanya melihat sosok cucunya yang tinggi. Neneknya pun seketika kehilangan antusiasmenya dan berkata dengan kesal, "Lain kali, kalau kamu masih saja pulang sendirian, jangan datang lagi. Kamu menyia-nyiakan waktuku saja."Fabian bergegas memiringkan tubuhnya, meraih tangan Scarlett dan menarik Scarlett ke depan. "Nenek, ini istriku."Entah mengapa, Scarlett merasa bahwa Fabian seperti sedang memamerkan dirinya. Rasa tegang yang dia rasakan karena dia harus bertemu dengan neneknya Fabian tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Dia menatap Jemma, neneknya
Setelah sup ayam tersebut siap disajikan, Scarlett membantu Jemma menghidangkan makanan yang mereka persiapkan.Saat mereka sedang makan, Jemma berkata dengan antusias, "Scarlett, biasanya, Nenek tinggal sendirian di sini, jadi Nenek berharap agar suasana di rumah bisa lebih ramai. Kamu jarang-jarang bisa datang, bagaimana kalau malam ini kamu menginap di sini saja?"Tubuh Scarlett seketika menjadi kaku. Apartemen ini tidak luas dan hanya dilengkapi dua kamar tidur. Jika Jemma tidur di salah satu kamar tersebut, apakah Scarlett harus tidur sekamar dengan Fabian?Tanpa disadari, Scarlett ingin menolak.Tatapan Fabian menyapu wajahnya Scarlett. Kemudian, dia membantu Scarlett menolak. "Besok Scarlett masih harus kerja. Rumah Nenek terlalu jauh dari perusahaannya. Kalau kami menginap di sini, besok dia setidaknya harus bangun jam enam. Sungguh melelahkan. Lupakan sajalah."Jemma diam-diam memelototi cucunya.Dia berpikir, 'Dasar bocah bodoh! Sudah kubantu, dia malah menolak!'Fabian sudah
Scarlett menjawab, "Masalah uang memang harus dihitung dengan jelas. Terlebih lagi, Bibi bahkan mau menceraikan ayahku. Uang yang sudah kujanjikan pada Bibi nggak akan kurang. Tapi, sebelumnya, Bibi sudah bilang, uang 200 juta ini deposit. Menurutku, sebaiknya hal ini diperjelas terlebih dahulu."Setelah terdiam sejenak, dia menatap Sherla dan berkata lagi, "Meskipun kontraknya sudah ditandatangani, dalam waktu tiga bulan, Bibi harus mengembalikan uang ini secara utuh padaku, apa pun yang ayahku katakan.""Tapi, dalam kontrak ini, tertulis bahwa setelah waktu tiga bulan ini berakhir, makin lama hubungan pernikahan Bibi dengan ayahku berlangsung, uang yang perlu Bibi kembalikan akan makin sedikit.""Kalau kalian nggak bercerai, Bibi nggak perlu mengembalikan uang ini lagi.""Bibi, kontrak ini menguntungkan bagimu."Selama beberapa hari ini, Sherla benar-benar lelah karena masalah yang dibuat Samuel di sekolah. Dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Hari ini, dia harus mendapatkan uang 20
Tak disangka, pria itu masih bersikeras, sehingga ponsel Scarlett terus berdering. Cherria pun bertanya dengan penasaran, "Siapa itu? Kenapa nggak diangkat?""Caleb," jawab Scarlett sambil tersenyum.Kemudian, dia mematikan suara di ponselnya dan meletakkan ponselnya di atas meja.Selain besok, di sidang itu, tidak ada lagi yang perlu dia bicarakan dengan Caleb.Namun, dia sudah bersepakat dengan Fabian untuk membiarkan Benny menangani kasus ini. Oleh karena itu, dia tidak perlu untuk berbicara dengan Caleb lagi.Cherria mendecakkan lidahnya dan berkata, "Jangan-jangan setelah kalian bercerai, mantan suamimu tiba-tiba menyadari kalau orang yang sebenarnya dia cintai itu kamu? Jadi dia mau selingkuh lagi? Rendahan sekali!"Scarlett mengerutkan bibirnya dan berkata, "Orang yang dia cintai itu Celine."Adapun Scarlett hanyalah pelarian ...."Dia main-main, ya?"Di tengah suara musik yang keras dari karaoke, Caleb menatap panggilan yang tidak juga diterima itu. Entah mengapa, dia merasa ag
Ludah Cherria bahkan terus bersemburan ke wajahnya Caleb, sehingga Caleb bergegas bergerak mundur selangkah. Caleb mengernyit dan berkata dengan dingin, "Ini urusanku dengan Scarlett, kamu nggak berhak ikut campur!""Terima kasih, ya! Kamu kira aku senang ikut campur dalam urusanmu yang nggak berguna itu? Terserah kamu mau ngapain, tapi jangan ganggu Scarlett! Sejak Scarlett kenal denganmu, dia benar-benar jatuh sial!" seru Cherria.Cherria mengabaikan ekspresi Caleb yang masam dan terus menyerang Caleb dengan amarahnya. Tiba-tiba, tatapannya tertuju ke belakang Caleb, sehingga dia tersenyum dengan penuh arti."Hei, Caleb, cinta sejatimu sudah datang, cepat pergi jelaskan padanya bahwa bukan Scarlett-lah yang nggak mau melepaskanmu, tapi kami sudah jalan baik-baik, sedangkan kamu bersikeras untuk mengganggu Scarlett!" kata Cherria.Celine seperti tidak menyadari situasi yang menegangkan ini. Dengan seulas senyuman hangat di wajahnya, dia berjalan ke sisi Caleb dan bertanya, "Kak Scarle
Celine meraih lengan Caleb sambil menangis dengan sedih. "Caleb, jangan menyusahkan Kak Scarlett lagi. Aku tahu dia bukan sengaja, aku juga nggak apa-apa. Asalkan aku bisa tetap bersamamu, apa pun yang Kak Scarlett katakan, aku nggak takut ...."Cherria mengepalkan tangannya erat-erat. Dia takut dia akan silap dan meninju orang-orang itu.Setelah menghibur Celine, Caleb menatap Scarlett dengan tatapan dingin, tidak seperti menatap mantan istrinya, melainkan seperti menatap seorang musuh.Kemudian, dia memberi peringatan pada Scarlett. "Suruh temanmu minta maaf pada Celine. Kalau nggak, aku nggak akan sungkan-sungkan untuk mengirimkan kalian ke kantor polisi. Kamu seharusnya tahu kalau aku mampu melakukannya."Wajah Cherria seketika memucat. Dia berkata dengan dingin, "Akulah yang memarahi kalian. Kalau mau balas dendam, cari aku! Jangan libatkan temanku!"Dia tidak akan meminta maaf pada orang-orang itu. Asalkan sahabatnya tidak terlibat, dia juga tidak takut jika dia harus ditahan seh
Sesaat kemudian, mereka tiba di depan bangunan yang disebut. Caleb pun menyuruh sopir itu untuk menghentikan mobilnya. "Tunggu di sini," katanya.Kemudian, dia turun mobil dan memasuki bangunan itu.Lampu di dalam bangunan itu seketika menyala. Sopir itu pun menenangkan dirinya. 'Dia pasti hanya pulang untuk ambil barang. Namanya saja orang kaya, bukannya semua orang kaya di televisi juga begini, ya? Mereka bisa pergi ke ujung kota lainnya hanya demi sebuah dokumen. Jangan menakut-nakuti diri sendiri, deh,' pikirnya.Caleb masuk ke lift dan menekan tombol ke lantai dua di bawah tanah.Pintu lift kembali terbuka, sehingga lampu sensor suara menyala dan menerangi lantai tersebut.Lantai ini terdiri dari tiga koridor yang mengarah ke tempat yang berbeda. Koridornya menyeramkan, menyebarkan bau lembap dan busuk.Caleb pun berjalan menyusuri salah satu koridor itu.Tempat ini sunyi senyap, sehingga saat dia melangkah, sepatu kulitnya menimbulkan suara di lantai, membuat suasananya makin men