Share

Bab 10

Begitu Scarlett turun ke lantai bawah, dia langsung melihat Fabian.

Aura pria ini tiada duanya, membuatnya sangat menarik perhatian di antara kerumunan orang. Dia mengenakan setelan jas berwarna abu-abu dan terlihat lebih seperti seorang elite tingkat atas daripada seorang agen asuransi.

Di belakangnya, terdapat sebuah mobil Volkswagen Jetta berwarna putih, yang sudah agak tua dan tertutup lapisan debu. Pintu penumpang terbuka dan dia bersandar di pintu mobil sambil merokok.

Saat dia melihat Scarlett, dia langsung mematikan rokoknya dan membuangnya ke tong sampah. Dia menegakkan tubuhnya dan berkata, "Naik mobil dulu, mari kita bicara di mobil."

Seusai berbicara, dia langsung duduk di jok penumpang di depan.

Scarlett pun hanya bisa membuka pintu belakang mobil.

Orang yang mengemudi adalah seorang pria yang sangat unik. Rambutnya sangat panjang, begitu pula dengan janggutnya. Dia mengenakan kacamata berbingkai emas, membuat penampilannya sangat kontras.

Mobil ini melaju dengan suara berderu, sehingga Scarlett langsung meraih sandaran tangan.

Melihat adegan ini melalui kaca spion, pria yang mengemudi tertawa dan berkata dengan usil, "Jangan takut, Kakak Ipar. Mobilnya nggak akan hancur."

Scarlett seperti ketahuan, sehingga dia merasa agak canggung. Panggilan "kakak ipar" juga membuatnya merasa tidak nyaman.

Fabian seperti menyadari kegelisahannya, jadi Fabian berkata, "Ini Benny Liam, temanku. Tahun ini, dia baru mendapatkan izin advokatnya. Dia akan mengantarkan kita ke tempat tujuan, supaya kita bisa membahas kasus ini dalam perjalanan."

Dia baru mendapatkan izin advokatnya tahun ini?

Untuk sesaat, Scarlett tidak tahu apa yang harus dia katakan. Setelah ragu-ragu sejenak, dia tetap memilih untuk menghargai Fabian dan temannya Fabian, dia tidak langsung berbicara dengan terus terang. "Bagaimana pendapat Pak Benny tentang kasus ini?"

Benny sepertinya agak ragu. Selama belasan tahun dia bergelut di bidang hukum, ini pertama kalinya kliennya menanyakan hal seperti ini padanya.

Dalam kasus sesederhana ini, bukankah mereka hanya perlu langsung mengalahkan lawan dan meminta kompensasi yang ideal? Memangnya dia perlu mengutarakan pendapatnya lagi?

Dia berpikir sejenak, tetapi dia tidak berani menjawab dengan gegabah. Dia pun menghindari pertanyaan ini dan bertanya kembali, "Bagaimana pendapat Kak Scarlett?"

Scarlett mengernyit sambil menjawab, "Berdasarkan pengetahuanku, Grup Carter memiliki belasan pengacara yang sangat hebat. Keluarga Carter juga memiliki koneksi yang sangat luas dalam bidang hukum di Kota Norta. Tahun lalu, ada karyawan yang bertengkar dengan bosnya di Grup Carter. Kemudian, dia dituntut dan harus membayar kompensasi sebesar 1,2 miliar."

Ketika keputusannya dijatuhkan, Scarlett masih ingin membela karyawan itu, tetapi dia dikatakan terlalu naif oleh Caleb.

Pada saat itu, hubungan mereka masih tidak seburuk sekarang. Caleb masih menjelaskan situasinya dengan sabar pada Scarlett, tetapi Scarlett hanya merasa bahwa Caleb sedang memutarbalikkan fakta.

Sedangkan sekarang, dialah yang terlibat dalam tuduhan seperti ini.

Dia terdiam sejenak, lalu mengutarakan pendapatnya secara realistis. "Menurutku, kita nggak mungkin bisa menang. Aku mau mengajukan mediasi pribadi sebisa mungkin."

Setelah Scarlett mengucapkan kata-kata ini, suasana di dalam mobil seketika menjadi hening.

Benny meragukan telinganya sendiri, dia menoleh dan menatap pria di sampingnya dengan tatapan tidak percaya. Dia berkata dengan agak ragu, "Fabian, jangan-jangan kamu nggak ...."

Jendela di tempat duduk penumpang terbuka. Fabian menopang sikunya di jendela mobil, menunjukkan setengah pergelangan tangannya dan menatap Benny dengan tatapan penuh peringatan.

Benny seketika memahami situasinya. Dia pun langsung membungkam.

Sedangkan Scarlett tidak menyadari kejanggalan ini. Dia hanya mengernyit. Pada saat ini, Fabian tiba-tiba berkata dengan suaranya yang rendah, "Coba saja, anggap saja kita berikan Benny kesempatan untuk berlatih."

Benny pun merasa kebingungan.

Scarlett juga merasa ragu. Bukankah nilai dari kesempatan ini terlalu besar?

Fabian berkata lagi, "Kalau kalah, aku akan cari cara untuk ganti rugi."

Karena Fabian sudah berbicara seperti ini, Scarlett juga tidak bisa berkomentar lagi. Dia hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Dalam hatinya, dia berpikir, 'Orang ini sepertinya terlalu gampang untuk ditipu uangnya, deh?'

Namun, dia langsung mengingat orientasi Fabian. Jika Fabian bersedia untuk mengambil risiko sebesar ini untuk memberikan Benny kesempatan untuk berlatih, bukankah hubungan mereka sudah jelas?

Dia pun menatap Fabian dengan tatapan penuh arti.

Dia berpikir, 'Orang ini sungguh penyayang, bisa mengeluarkan uang ratusan juta agar pacarnya bisa berlatih.'

Dalam sebuah hubungan, hal yang paling menakutkan adalah pertemuan antara orang yang buta cinta dengan orang yang licik. Namun, Scarlett berharap agar Fabian tidak berakhir seperti dirinya sendiri.

Mobil Jetta yang sudah tua ini mengemudi ke daerah kota tua dan berhenti di sebuah gang yang sempit. Di depannya, terdapat sebuah bangunan kecil setinggi lima lantai, dengan dinding yang berbercak.

Scarlett membuka pintu mobil dan tercengang melihat sekeliling.

Entah mengapa, dia merasa familier dengan tempat ini.

Namun, dia jelas-jelas belum pernah datang ke tempat ini.

Benny yang berada di dalam mobil melambaikan tangannya pada mereka dan berkata, "Fabian, Kak Scarlett, aku pergi dulu, ya."

Fabian mengangguk sambil berkata, "Ya."

Scarlett juga tersenyum sambil berkata, "Sampai jumpa, Pak Benny."

Mobil yang sudah tua itu pun kembali melaju dengan cepat.

Scarlett menatap pria di sampingnya dan bertanya, "Tuan Fabian, kita mau naik ke atas, ya?"

Fabian berkata dengan nada bercanda, "Ke depannya, panggil Fabi saja. Kalau kamu memanggilku Tuan Fabian lagi, nenekku nggak akan percaya kalau kamu istriku."

Ucapan terakhirnya terlalu terus terang, sehingga Scarlett langsung tersipu malu. Dia hanya datang untuk membantu Fabian dengan sandiwaranya. Namun, ucapan Fabian membuatnya merasa seakan-akan mereka benar-benar pasangan suami istri.

Benar. Semalam, Fabian meminjamkannya uang 200 juta dengan syarat dia akan makan malam di rumah neneknya Fabian, dengan status sebagai istrinya Fabian.

Kata Fabian, dia dibesarkan oleh neneknya, jadi dia tidak ingin membuat neneknya mengkhawatirkan masalah pernikahannya terus-menerus. Oleh karena itu, dia secara khusus pulang untuk memberi tahu neneknya bahwa dia sudah menikah, agar neneknya bisa merasa lebih tenang.

Hal ini memang sudah mereka sepakati sebelum mereka mengurus surat nikah, jadi tentu saja Scarlett tidak menolaknya.

Fabian tidak mengalihkan tatapannya. Dia terus menatap Scarlett dengan tatapan penuh ekspektasi.

Sesaat kemudian, Scarlett baru menyadarinya. Apakah Fabian sedang menunggu Scarlett mengubah panggilannya?

Panggilan ini sebenarnya sangat biasa. Namun, mungkin karena Fabian terus menatapnya lekat-lekat, Scarlett merasa kurang nyaman. Dia pun memberanikan dirinya dan memanggil nama Fabian. "Fa ... Fabi."

Suaranya memang sudah relatif pelan, tetapi karena dia merasa malu, suaranya menjadi makin lembut, seperti menggelitik ujung hatinya Fabian.

Tatapan Fabian menggelap untuk sejenak. Dia menelan air liurnya. Sesaat kemudian, dia baru mengangguk dan berkata dengan nada yang agak tegang, "Ayo kita naik ke lantai atas."

Kedua orang ini pun berjalan memasuki koridor bangunan, dengan Scarlett mengikuti di belakang Fabian.

Bangunan apartemen ini sudah tua dan tidak dilengkapi dengan lift. Daerah tangganya sangat gelap. Dengan badannya yang tinggi, Fabian hampir sepenuhnya menghalangi pandangan Scarlett. Karena Scarlett tidak bisa melihat apa pun, dia hanya bisa menundukkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki pria ini sambil berjalan naik tangga.

Entah kapan, langkah kaki pria ini sudah berhenti. Namun, Scarlett tidak menyadarinya. Dia pun langsung menabrak punggung pria ini. Jaket pria ini terasa dingin. Scarlett berseru dengan terkejut, lalu bergegas bergerak mundur.

Akan tetapi, dia lupa bahwa dia sedang berada di tangga. Dia seketika kehilangan keseimbangannya. Dia pun berteriak dan tubuhnya terjatuh ke belakang dengan tidak terkendali.

Pada saat ini, Fabian mengulurkan tangannya dan menarik tubuh Scarlett, sehingga Scarlett terjatuh ke dalam pelukan pria ini.

Daerah tangga ini sempit. Fabian takut Scarlett terjatuh, jadi dia memeluk Scarlett dengan sangat erat. Pelukannya sangat hangat, tubuhnya yang tenang juga membuat Scarlett merasa sangat aman. Detak jantung pria ini tiba-tiba menjadi sangat cepat.

Scarlett seketika tersadar. Dia bergeser ke satu sisi dan berterima kasih pada Fabian dengan malu-malu.

Fabian seperti terhibur melihat Scarlett seperti ini. Dia tertawa dan berkata, "Sama-sama."

Awalnya, Scarlett masih merasa malu. Namun, saat dia teringat bahwa Fabian menyukai pria, dia menjadi jauh lebih tenang. Dia menoleh dan menatap pintu di depan sambil bertanya, "Rumah yang ini, ya?"

"Ya," jawab Fabian sambil mengangguk.

Dia melangkah maju, melewati Scarlett dan pergi mengetuk pintu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status