Sherla membelalakkan matanya dan memelototi Scarlett dengan penuh amarah. "Kamu bodoh, ya? Keluarga Carter sangat kaya. Atas dasar apa kalian bercerai begitu saja, tanpa imbalan apa pun?"Dia mendengus, lalu berkata, "Ayahmu menghabiskan beberapa juta untuk pemulihannya tiap bulan, biaya sekolah Samuel juga mahal. Aku nggak sehebat kamu, jadi kalau kalian menikah, mereka harus kasih imbalan! Kalau nggak, kamu saja yang bayar biaya hidup kami!"Scarlett merasa agak tidak berdaya. "Bibi Sherla, akulah yang selalu bayar uang ini.""Itu berbeda. Dulu, kamu mengandalkan Keluarga Carter, jadi kamu mampu memberikan kami uang itu. Sekarang, kamu sudah nggak punya apa-apa. Ke depannya, bagaimana kamu bisa bayar?!" seru Sherla.Scarlett hanya bisa berkata, "Aku nggak pernah meminta sepeser pun uang dari Keluarga Carter. Uang yang kuberikan pada kalian selama dua tahun terakhir adalah tabunganku sendiri. Sekarang, tabunganku masih tersisa sedikit, aku juga akan mendapatkan uang secepatnya. Aku ja
Celine berjalan maju sambil berkata dengan lembut, "Kak Scarlett, jangan bersedih lagi, ya. Percintaan memang nggak beralasan. Kemarin, baru saja kamu bercerai dengan Caleb, kamu sudah langsung menikah dengan pria lain. Bukankah Caleb juga nggak meminta pertanggungjawabanmu karena kamu sudah selingkuh selama kalian menikah? Kenapa kamu nggak bersedia untuk melepas dan merestui hubunganku dengan Caleb?""Berani sekali kamu berselingkuh di balik putraku?!" seru Gianna.Gianna masih belum mengetahui kejadian ini. Begitu dia mendengar ucapan Celine, dia langsung naik darah. "Dasar wanita kotor, licik! Sudah kuduga, dari wajahmu itu, kamu bukan orang baik-baik! Bagus sekali, aku benar-benar sudah memandang rendah dirimu!"Sambil mengumpat, Gianna langsung mendorong Celine dan menampar Scarlett dengan kuat.Sebelum Scarlett sempat bereaksi, dia sudah merasakan rasa sakit di wajahnya.Gianna berkacak pinggang dan menunjuk Scarlett sambil berteriak, "Sudah lama kuduga, kamu memang pembawa sial
Fabian melepaskannya, lalu menggenggam tangan Scarlett dan pergi begitu saja.Caleb menggosok pergelangan tangannya yang kesakitan dan menggertakkan giginya sambil melihat punggung kedua orang itu.Dia tidak pernah dipermalukan seperti ini seumur hidupnya!Celine meraih tangannya dengan sedih sambil berkata dengan agak kesal, "Kak Scarlett benar-benar keterlaluan, deh. Kenapa dia menyerangmu seperti itu?"Tatapan Caleb menggelap. Dia tidak mengucapkan apa pun.Di seluruh Kota Norta, tidak ada seorang pun yang berani menantang Keluarga Carter.Dia berpikir, 'Scarlett, kali ini, kamu yang cari masalah sendiri!'Di sisi lainnya.Setelah keluar dari kompleks perumahan itu, Scarlett melepaskan tangannya dari pegangan Fabian dan berkata dengan rasa bersalah, "Sebenarnya, aku bisa minta maaf pada mereka, aku nggak apa-apa, kok. Sekarang, kamu malah terlibat, Keluarga Carter nggak akan melepaskan kita dengan mudah."Tanpa disadari, Fabian mengepalkan tangannya yang kosong dan tersenyum sambil
David memalingkan wajahnya dan berkata dengan agak canggung, "Apa hubungannya hal ini denganmu? Jangan berpikir terlalu jauh, aku hanya nggak bisa cocok dengannya."Sherla memelototi David dengan penuh amarah. Dia berkacak pinggang dan menunjuk David sambil berseru dengan amarah yang menggebu-gebu, "Berani sekali kamu mengatakan kata-kata itu! Aku sudah melayanimu dengan susah payah selama tiga tahun. Aku hanya menyuruhmu untuk membujuk putrimu, memangnya ucapanku salah, ya? Bukankah aku hanya memikirkan kebaikannya? Kalau dia bercerai begitu saja, bagaimana dia mau menghidupi keluarga kita?"David adalah pria yang jujur dan baik hati, dia tidak bisa mengucapkan kata-kata kasar. Namun, ekspresinya sangat masam karena amarahnya. Dia memegang sandaran lengan kursi rodanya erat-erat sambil berseru, "Bukan itu yang kamu katakan tadi!"Tidak ada ayah di dunia ini yang mampu mendengar ucapan sekejam itu.Scarlett tidak ingin membuat ayahnya kesusahan, jadi dia pergi mendorong kursi roda ayah
Saat Scarlett keluar dari rumah ayahnya, para bibi di bawah masih main kartu. Mereka pun menyapanya dengan ramah. "Scarlett sudah mau pergi, ya?"Scarlett tersenyum sambil menjawab, "Ya, aku pulang untuk mengunjungi ayahku. Kalau Ayah baik-baik saja, aku pun merasa lebih tenang.""Hati-hati di jalan, ya!""Baik."Scarlett pun merasakan kehangatan dalam hatinya. Namun, sebelum dia bisa pergi jauh, dia mendengar suara gunjingan para wanita itu."Cih, bisa-bisanya dia masih sok hebat! Dia bahkan sudah diusir dari keluarga itu, tapi masih pura-pura mau pulang!""Lihatlah penampilannya. Mana ada gadis baik-baik yang pakai sepatu hak tinggi? Mungkin saja dia mau pergi jual diri!""Sudah jam delapan, dia juga entah mau ke mana. Ke mana lagi kalau bukan pergi cari pria?"Langkah Scarlett terhenti. Tubuhnya juga menegang. Karena amarahnya, napasnya pun menjadi kasar. Dia tidak bisa menyangka bahwa para tetangga yang sudah melihatnya tumbuh besar dari kecil dan bersikap sebaik itu di hadapannya
Begitu Scarlett turun ke lantai bawah, dia langsung melihat Fabian.Aura pria ini tiada duanya, membuatnya sangat menarik perhatian di antara kerumunan orang. Dia mengenakan setelan jas berwarna abu-abu dan terlihat lebih seperti seorang elite tingkat atas daripada seorang agen asuransi.Di belakangnya, terdapat sebuah mobil Volkswagen Jetta berwarna putih, yang sudah agak tua dan tertutup lapisan debu. Pintu penumpang terbuka dan dia bersandar di pintu mobil sambil merokok.Saat dia melihat Scarlett, dia langsung mematikan rokoknya dan membuangnya ke tong sampah. Dia menegakkan tubuhnya dan berkata, "Naik mobil dulu, mari kita bicara di mobil."Seusai berbicara, dia langsung duduk di jok penumpang di depan.Scarlett pun hanya bisa membuka pintu belakang mobil.Orang yang mengemudi adalah seorang pria yang sangat unik. Rambutnya sangat panjang, begitu pula dengan janggutnya. Dia mengenakan kacamata berbingkai emas, membuat penampilannya sangat kontras.Mobil ini melaju dengan suara ber
Pintu rumah ini langsung terbuka.Orang yang membuka pintu rumah ini adalah seorang wanita tua dengan tubuh proporsional. Wanita ini mengenakan gaun tradisional berwarna hijau muda yang terbuat dari sutra, dengan pola yang elegan. Rambutnya yang putih disisir ke belakang. Meskipun wanita ini sudah tua, dia memancarkan aura mulia."Kamu lagi-lagi datang sendiri?" tanya wanita itu.Scarlett terhalang di belakang oleh Fabian, jadi neneknya Fabian hanya melihat sosok cucunya yang tinggi. Neneknya pun seketika kehilangan antusiasmenya dan berkata dengan kesal, "Lain kali, kalau kamu masih saja pulang sendirian, jangan datang lagi. Kamu menyia-nyiakan waktuku saja."Fabian bergegas memiringkan tubuhnya, meraih tangan Scarlett dan menarik Scarlett ke depan. "Nenek, ini istriku."Entah mengapa, Scarlett merasa bahwa Fabian seperti sedang memamerkan dirinya. Rasa tegang yang dia rasakan karena dia harus bertemu dengan neneknya Fabian tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Dia menatap Jemma, neneknya
Setelah sup ayam tersebut siap disajikan, Scarlett membantu Jemma menghidangkan makanan yang mereka persiapkan.Saat mereka sedang makan, Jemma berkata dengan antusias, "Scarlett, biasanya, Nenek tinggal sendirian di sini, jadi Nenek berharap agar suasana di rumah bisa lebih ramai. Kamu jarang-jarang bisa datang, bagaimana kalau malam ini kamu menginap di sini saja?"Tubuh Scarlett seketika menjadi kaku. Apartemen ini tidak luas dan hanya dilengkapi dua kamar tidur. Jika Jemma tidur di salah satu kamar tersebut, apakah Scarlett harus tidur sekamar dengan Fabian?Tanpa disadari, Scarlett ingin menolak.Tatapan Fabian menyapu wajahnya Scarlett. Kemudian, dia membantu Scarlett menolak. "Besok Scarlett masih harus kerja. Rumah Nenek terlalu jauh dari perusahaannya. Kalau kami menginap di sini, besok dia setidaknya harus bangun jam enam. Sungguh melelahkan. Lupakan sajalah."Jemma diam-diam memelototi cucunya.Dia berpikir, 'Dasar bocah bodoh! Sudah kubantu, dia malah menolak!'Fabian sudah