Share

Bab 4

Begitu Rebecca mendengar kata-kata "lapor polisi", amarahnya langsung mereda. Dia menatap Caleb dengan agak bersalah. "Kak ...."

Jika adiknya berulah, sebagai seorang kakak, Caleb tentu saja tidak akan hanya menonton dalam diam. Dia berjalan maju sambil menatap Scarlett dan berkata, "Aku akan ganti rugi atas kerugian yang dibuat. Nggak usah lapor polisi, nggak ada bagusnya juga bagimu kalau masalah ini dibesar-besarkan."

Meskipun dia mengucapkan kata-kata ini untuk bernegosiasi dengan Scarlett, nada bicaranya tidak menerima penolakan.

Scarlett mendengar nada peringatan yang tersembunyi di balik ucapan Caleb, jadi dia hanya bisa mengangguk dalam diam.

Di Kota Norta, Keluarga Carter menduduki posisi yang sangat tinggi, jadi Scarlett tidak berani, juga tidak bisa bertindak gegabah.

Kemudian, Rebecca membayar biaya ganti rugi dan staf itu membersihkan tempat kejadiannya.

Scarlett dan Fabian tidak berniat untuk berlamaan di tempat ini lagi, jadi mereka langsung pergi.

Setelah keributan ini, keduanya juga tidak ingin berbelanja lagi. Mereka pun mendorong troli untuk pergi melakukan pembayaran.

Antrean pembayaran sangat panjang. Saat giliran mereka tiba, Caleb dan yang lainnya juga secara kebetulan datang mengantre.

Mendengar harga yang dibayar Scarlett dan Fabian, Rebecca berkata dengan sinis, "Setelah meninggalkan kakakku, ada yang hidupnya terlalu menyedihkan, hingga dia bahkan nggak sanggup beli seprai yang layak. Memangnya seprai seharga 200-an ribu layak untuk ditiduri?"

Scarlett bukanlah orang yang sama sekali tidak pernah marah. Namun, saat dia menghadapi Keluarga Carter, dia tidak bisa marah-marah, jadi dia hanya bisa menunduk, seakan-akan dia tidak mendengar apa pun.

Melihat Scarlett seperti ini, tatapan Fabian agak menggelap. Dia tiba-tiba berkata dengan penuh arti, "Setelah kakaknya diceraikan pun, ada mantan adik ipar yang masih terus mengoceh dan mempermalukan dirinya, entah apa yang dibanggakan."

Rebecca seketika marah besar. "Siapa yang kamu bilang memalukan?! Coba katakan sekali lagi!"

Fabian mengangkat alisnya dan menoleh dengan heran sambil bertanya, "Aku nggak sebut nama, kenapa kamu malah merasa? Jangan-jangan kamu juga begitu, ya?"

"Kamu!"

Rebecca berkacak pinggang dan hendak memarahi Fabian, tetapi Caleb langsung memelototinya sambil berseru, "Diam! Kamu nggak cukup malu, ya?!"

Rebecca mengentakkan kakinya dengan kesal. "Kak, Scarlett membawa seorang gigolo untuk mempermalukanmu, aku nggak bisa menahan amarahku!"

Caleb mengerutkan bibirnya sambil menatap dua orang yang berada tidak jauh dari mereka dengan tatapan dingin.

Bagaimana mungkin dia bisa menahan amarah ini?

Namun, saat dia teringat bahwa asistennya sudah membuat janji untuk bertemu dengan bosnya Asuransi Graha dua hari kemudian, sudut bibirnya kembali terangkat.

Dia berpikir, 'Nggak apa-apa. Sebentar lagi, Scarlett akan menangis sambil memohon bantuanku!'

Di sisi lainnya, sejak mereka keluar dari pasar swalayan itu, Scarlett tidak mengucapkan sepatah kata pun. Fabian menunduk untuk menatapnya dan bertanya, "Kamu sedih, ya?"

Scarlett tersenyum getir. Tanpa menyembunyikan apa pun, dia menjawab, "Ya."

Menyerahkan seseorang yang sangat dicintai dan kehilangan sebuah hubungan yang tidak terlupakan sangatlah menyakitkan, jadi tentu saja Scarlett merasa sedih.

Setelah terdiam sejenak, Scarlett menatap Fabian dengan penuh rasa terima kasih dan berkata, "Terima kasih sudah membelaku tadi, tapi ...."

Dia takut Caleb akan melampiaskan amarahnya pada Fabian.

Fabian seperti menyadari kekhawatiran Scarlett, dia pun berkata, "Tenang saja. Aku berhubungan keluarga dengan bosku. Selain itu, aku agen terbaik di departemenku. Jadi, mantan suamimu nggak akan bisa menyentuhku segampang itu."

Suaranya rendah dan tegas, sehingga kekhawatiran Scarlett mereda.

Sepulangnya ke rumah, Fabian membiarkan Scarlett untuk mandi terlebih dahulu. Setelah mandi, Scarlett pergi ke kamarnya. Dia ragu-ragu sejenak, lalu mengunci pintu kamarnya.

Keesokan paginya, Scarlett harus pergi melapor ke perusahaan. Sebelum pergi, Scarlett melihat Fabian keluar dari kamar dengan piamanya. Dia pun bertanya dengan heran, "Kamu nggak perlu tiba di perusahaan pada jam tetap, ya?"

Gerakan Fabian seketika terhenti. Kemudian, dia mengiakan pertanyaan Scarlett dengan tenang.

Tanpa berpikir panjang, Scarlett berkata dengan iri, "Bebas sekali, ya. Aku pergi dulu."

Karyawan baru di perusahaan harus mengikuti pelatihan, tetapi Scarlett sudah sangat menguasai pengetahuan ini. Oleh karena itu, pagi hari berlalu dengan sangat cepat. Saat dia hendak pergi membeli makan siang, ponselnya tiba-tiba berdering.

Dia pun menerima panggilan ini. "Halo?"

Dari ujung telepon lainnya, terdengar suara tajam ibunya Caleb yang penuh amarah.

"Scarlett Sanders! Putraku sudah bercerai denganmu, kenapa kamu masih membiarkan ibumu yang miskin itu datang ke rumahku? Kamu nggak bisa membiarkan putraku hidup dengan baik, ya?!"

Scarlett seketika tercengang. "Apa? Ibuku pergi ke sana?"

Gianna Lane berseru dengan amarah yang menggebu-gebu, "Nggak usah pura-pura nggak tahu! Kalau bukan karena kamu, mana mungkin dia datang ke rumahku? Kalian sama saja, nggak berguna, sama-sama pembawa sial! Sudah bercerai, tapi masih mau memanfaatkan putraku!"

Scarlett membuang napas dengan pelan dan berkata, "Aku akan ke sana sekarang juga."

Pelatihan akan dimulai lagi pada pukul 2.30 siang. Sekarang masih pukul 11.30, jadi Scarlett masih memiliki waktu tiga jam.

Dia turun ke lantai bawah dengan terburu-buru dan memanggil taksi. Situasi sekarang sangat mendesak, jadi dia tidak memedulikan uangnya lagi.

"Pak, ke Kompleks Montana, tolong cepat, ya," kata Scarlett.

"Baik!"

Si sopir menginjak gas, sehingga mobil melaju cepat.

Scarlett merasa cemas dan gelisah. Mengapa Sherla Ford tiba-tiba pergi ke vilanya Keluarga Carter?

Jangan-jangan keluarganya kehabisan uang? Namun, bulan lalu, Scarlett baru mengirimkan 20 juta untuk mereka ....

Apakah Samuel Ford membuat onar lagi? Apakah ayahnya Scarlett mengetahui bahwa Sherla pergi ke Kediaman Carter?

Pikiran Scarlett sangat kacau. Sambil berharap agar taksi ini bisa melaju lebih cepat lagi, dia terus berdoa dalam hatinya agar Sherla tidak membesar-besarkan masalahnya.

Untung saja ini hari kerja, jadi jalanan pun tidak macet. Setengah jam kemudian, taksi ini berhenti di depan Kompleks Montana.

Scarlett membayar biaya taksi ini dan turun dari mobil.

Dia sudah tinggal di tempat ini selama dua tahun, jadi petugas keamanan kompleks perumahan ini sudah mengenalinya. Saat petugas keamanan itu membukakan gerbang depan untuk Scarlett, dia tersenyum sambil berkata, "Nyonya Scarlett, cepat masuk. Hari ini, ibu Nyonya juga datang."

Scarlett mengucapkan terima kasih dengan suara rendah, lalu berjalan cepat ke dalam.

Dari kejauhan, dia sudah melihat Sherla yang bersikap layaknya orang gila di luar vila Keluarga Carter. Sherla memegang pagar besi dengan kedua tangannya sambil berteriak dengan histeris.

"Dulu, kalianlah yang memohon agar putriku dinikahkan dengan putra kalian! Sekarang, karena mereka nggak punya anak, kalian langsung mengusir putriku? Alasan macam apa ini?!"

"Mereka boleh cerai! Tapi, kalian nggak boleh nggak memberikan putriku uang sepeser pun! Atas dasar apa kalian mau mempermainkan putriku secara percuma selama dua tahun? Biar kuberi tahu kalian! Hari ini, kalau kalian nggak memberiku uang itu, mereka harus menikah kembali! Kalau nggak, masalah ini nggak akan berakhir!"

Langkah Scarlett seketika terhenti. Dia tahu bahwa Sherla bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi. Namun, Sherla tidak pernah mengucapkan kata-kata sekotor itu sebelumnya.

Apakah Sherla merasa bahwa setelah Scarlett bercerai, dia akan kehilangan dukungannya, sehingga dia menunjukkan sifat aslinya?

Dua staf perumahan yang berada di satu sisi saling bertatapan. Mereka jelas-jelas sudah menenangkan Sherla untuk sangat lama dan sudah kehabisan ide, tetapi mereka juga tidak bisa membiarkannya begitu saja.

Saat mereka melihat Scarlett, mereka langsung membuang napas dengan lega. Tanpa disadari, mereka ingin memanggil Scarlett dengan sebutan "Nyonya Scarlett". Namun, mereka teringat bahwa wanita gila ini baru mengatakan bahwa Scarlett sudah bercerai dengan Caleb, sehingga mereka merasa agak canggung untuk sejenak.

Scarlett langsung meminta maaf pada mereka. "Maaf sudah menyusahkan kalian. Aku akan membawanya pergi secepat mungkin."

Pihak perumahan juga tidak ingin ikut campur dalam kekacauan seperti ini. Setelah berpesan pada Scarlett, mereka langsung pergi.

Saat Sherla menoleh dan menatap Scarlett, amarahnya seketika meluap lagi. "Scarlett, kamu datang tepat waktu, cepat buka pintunya! Berani sekali para bajingan ini mengunciku di luar! Aku harus masuk untuk minta pertanggungjawaban mereka!"

Scarlett tidak ingin melawan Sherla, jadi dia berkata dengan baik-baik, "Bibi, akulah yang memutuskan untuk bercerai. Sekarang, kita sudah nggak berhubungan dengan Keluarga Carter, jadi nggak ada yang perlu dibicarakan lagi. Ayo pulang, jangan buat keributan lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status