Share

Bye, Mantan Suamiku!
Bye, Mantan Suamiku!
Penulis: Zara Naraya

Bab 1

Pada hari perceraiannya, Scarlett Sanders secara khusus mengenakan sweter berwarna merah, berias dengan cantik, persis dengan penampilannya dua tahun yang lalu.

Pada pukul 10 pagi, dia tiba di depan pintu pengadilan.

Caleb Carter sudah menunggunya di tempat itu.

Pria ini mengenakan jaket berwarna abu muda. Dengan sosoknya yang tinggi dan wajahnya yang tampan, hanya dengan berdiri di tempat saja dia sudah sangat menarik perhatian.

"Kamu bawa KTP, 'kan?" tanya Caleb.

Scarlett mengangguk sambil menjawab, "Ya."

"Baiklah."

Caleb pun berjalan ke dalam pintu pengadilan.

Scarlett tiba-tiba teringat akan hari pernikahan mereka dua tahun yang lalu. Mereka bergandengan tangan sambil berjalan memasuki Kantor Urusan Agama, keduanya terlihat sangat bahagia. Saat mereka mengucapkan janji pernikahan mereka, Caleb bahkan berlinang air mata dan menggenggam tangan Scarlett sambil berjanji bahwa dia akan menyayangi Scarlett dengan sepenuh hatinya untuk selamanya.

Sedangkan sekarang ....

Staf pengadilan bertanya, "Apakah kalian sudah yakin bahwa hubungan suami istri yang sudah pecah ini nggak bisa diperbaiki lagi?"

"Ya," jawab Scarlett.

Begitu pula dengan Caleb.

Mereka tidak memiliki anak, tidak ada juga sengketa properti.

Staf itu menstempel akta cerai mereka dan menandatanganinya. Prosedur perceraian ini berlangsung dengan sangat lancar.

Scarlett melihat akta cerai di tangannya dengan tatapan getir.

Waktunya sama, tetapi mereka sudah berubah.

Pria yang dulunya berjanji untuk menjaga Scarlett seumur hidupnya akhirnya menyerah di tengah jalan.

Scarlett berpikir, 'Bagus juga kalau kita bercerai.'

Selama dua tahun terakhir, dia tidak pernah merasa bahagia.

Keluarga Carter adalah keluarga kaya, sedangkan Scarlett hanya berasal dari keluarga biasa. Pernikahannya dengan Caleb memang sudah tidak sepadan.

Demi mendapatkan pijakan di Keluarga Carter, Scarlett mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk menjadi seorang ibu rumah tangga. Dia juga harus mengkhawatirkan segala urusan baik di dalam maupun di luar rumah.

Namun, setelah mencoba untuk mengandung selama dua tahun, dia tidak juga berhasil.

Ibu mertuanya pemilih, sedangkan adik iparnya sering menyusahkan dirinya. Karena hubungannya dengan ibu mertuanya kurang baik, hubungannya dengan suaminya pun ikut terpengaruh.

Demi Caleb, dia bisa menahan semuanya.

Akan tetapi, baru-baru ini, Celine Simpson, cinta pertamanya Caleb, kembali.

Akhirnya, istrinya tidak bisa menandingi wanita dambaannya.

Dalam hubungan cinta segitiga, di mana Scarlett tidak pernah dicintai, dia akhirnya memilih untuk melepaskan diri.

Scarlett dan Caleb berjalan keluar dari pengadilan tanpa mengucapkan apa pun.

Celine menunggu di luar. Dengan gaunnya yang berwarna putih dan rambutnya yang panjang, dia terlihat seperti bidadari.

Tanpa menatap Caleb, dia malah menatap Scarlett dengan berlinang air mata sambil berkata dengan perasaan bersalah, "Kak Scarlett, aku benar-benar minta maaf. Aku nggak tahu kenapa semuanya bisa menjadi seperti ini .... Aku benar-benar nggak bermaksud untuk merusak pernikahanmu."

Scarlett berkata dengan suara yang sangat pelan, "Nggak usah minta maaf ...."

Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, Caleb langsung menoleh dengan kesal dan berkata, "Akulah yang memutuskan untuk bercerai, nggak ada hubungannya dengan Celine. Kalau kamu nggak senang, kamu boleh menyalahkanku, jangan bawa-bawa Celine."

Scarlett seketika terdiam. Selama masa tenggang perceraian dalam sebulan terakhir, dia sudah berulah dan memohon, hingga akhirnya, dia sudah mati rasa.

Celine berkata dengan agak kesal, "Caleb, Kak Scarlett nggak salah, kitalah yang bersalah padanya. Aku nggak membiarkanmu berbicara seperti itu pada Kak Scarlett."

Caleb menatap Celine dengan tatapan yang penuh akan rasa sayang dan ketidakberdayaan. "Kamu terlalu baik hati. Apa yang akan terjadi kalau aku nggak berada di sisimu?"

Melihat mereka seperti ini, Scarlett merasa seakan-akan hatinya disayat dengan pisau.

Pada hari ulang tahun kedua pernikahan mereka, Scarlett memergoki Caleb dan Celine di ranjang hotel. Saat Celine menangis dan berlutut sambil meminta maaf pada Scarlett, Caleb juga melindungi Celine seperti ini.

Bagi Caleb, Celine sangat baik hati dan polos.

Namun, apakah seseorang yang benar-benar tidak bersalah akan pergi ke hotel dengan Caleb saat dia jelas-jelas mengetahui bahwa Caleb sudah berkeluarga?

Scarlett tidak ingin mengungkapkan kejanggalan ini, tetapi bukan berarti dia tidak mengetahui apa pun. Hanya saja, dalam sebuah hubungan, jika perasaan seseorang sudah berubah, tidak ada gunanya pasangannya menahannya atau berdebat dengannya.

Scarlett tersenyum getir dan berkata, "Takdir kalian belum berakhir, aku seharusnya mengucapkan selamat pada kalian. Semoga kalian berbahagia."

Sikap Scarlett malah membuat Caleb merasa agak terkejut, sehingga dia menatap Scarlett dengan tatapan heran.

Scarlett menganggukkan kepalanya pada Caleb dan berkata, "Selamat tinggal."

Saat dia hendak berbalik, Caleb tiba-tiba bertanya, "Dalam perceraian ini, kamu nggak meminta rumah, mobil atau harta apa pun. Apa rencanamu ke depannya?"

Langkah Scarlett seketika terhenti.

Caleb mengeluarkan selembar cek dan berkata, "Ambillah. Anggap saja aku sudah menghabiskan waktumu selama dua tahun."

Dengan ekspresi rumit, dia berkata lagi, "Ke depannya, hiduplah dengan baik. Kalau ada masalah yang nggak bisa kamu atasi, kamu bisa menghubungiku. Kalau masalah itu nggak merepotkan, aku akan membantumu."

Scarlett menatap tangan yang terulur ke hadapannya itu, putih dan kurus, seperti tangan yang selama ini menggenggam tangannya.

Namun, cincin nikah yang sudah dipakai selama dua tahun sudah dilepas oleh pria ini.

Scarlett pun mendorong tangan Caleb dan berkata, "Nggak usah."

Dengan ekspresi tidak tega, Celine berkata, "Kak Scarlett, terima saja. Anggap saja untuk membuatku merasa lebih baik ...."

Scarlett tetap menggeleng dan berkata, "Serius, nggak usah."

Tangan Caleb membeku di udara. Melihat Scarlett yang berjalan menjauh, entah mengapa, dia merasa kurang nyaman.

Celine berkata dengan perasaan bersalah, "Caleb, menurutmu, apakah Kak Scarlett menyalahkan kita?"

Caleb mengelus kepala wanita ini sambil menjawab, "Nggak akan."

Mata Celine memerah. Dengan suara yang sedih, tetapi sangat tegas, dia berkata, "Kalaupun dia menyalahkanku, aku mengakui kesalahanku. Demi kamu, aku bersedia untuk bermusuhan dengan seluruh dunia ini."

Kilatan emosi melintas di tatapan Caleb. Dia memeluk Celine sambil berkata dengan emosional, "Dasar gadis bodoh."

Dalam dunia percintaan, tidak ada ruang bagi orang ketiga. Begitu Scarlett membelakangi kedua orang itu, matanya memerah.

Tidak ada yang namanya urutan dalam percintaan. Namun, jika dia mengetahui bahwa hati Caleb sudah ditempati oleh wanita lain, dia tidak akan menikah dengan pria ini.

Jelas-jelas Caleb-lah yang terlebih dahulu menyatakan perasaannya pada Scarlett, melamar Scarlett dan mengatakan bahwa dia ingin memberikan Scarlett sebuah rumah, serta akan menjaga Scarlett seumur hidupnya.

Ternyata, cinta bukan hanya bisa menghilang, tetapi juga bisa dipalsukan.

Scarlett berhenti di samping sebuah pilar untuk menyeka air matanya, lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Halo, kamu sudah sampai, belum? Aku di depan pintu, pakai sweter warna merah," kata Scarlett.

Beberapa menit kemudian, seorang pria bertubuh tinggi dan besar berjalan menghampirinya melawan cahaya.

"Nona Scarlett."

"Tuan Fabian?"

Scarlett tercengang sesaat.

Kemarin, di bar itu, lingkungannya sangat gelap, jadi dia tidak bisa melihat wajah pria ini dengan jelas.

Sekarang, Scarlett baru menyadari bahwa pria ini sangat tampan.

Pria ini mengenakan kemeja dan celana panjang berwarna hitam. Wajahnya tampak dingin, garis rahangnya tajam, sepasang matanya gelap, seperti kolam yang tidak berdasar. Pria ini terlihat seperti orang yang sangat dingin dan tidak bisa ditebak.

Setelah terpana untuk sejenak, Scarlett mengalihkan tatapannya dan bertanya dengan sopan, "Apakah sekarang kamu punya waktu?"

Matanya dan ujung hidungnya masih merah, suaranya juga agak sengau. Fabian Collins mengamatinya untuk sesaat, lalu mengangguk dan berkata, "Ya."

"Kalau begitu, ayo jalan," kata Scarlett.

Kedua orang ini pun berjalan berdampingan ke aula Kantor Urusan Agama.

Tak disangka, mereka kebetulan bertemu dengan Caleb dan Celine.

Celine berseru dengan terkejut, lalu menutup mulutnya dengan tangannya sambil bertanya, "Kak Scarlett, ini pacar barumu, ya?"

Langkah Scarlett pun terhenti.

Tatapan Caleb menyapu Fabian. Ekspresinya langsung menjadi masam. Dia mengernyit sambil menatap Scarlett dan berkata, "Apa lagi yang mau kamu lakukan? Hubungan kita sudah berakhir. Sebaiknya kamu jaga sikap, aku nggak mau masalah ini dibesar-besarkan lagi."

Dia tidak merasa bahwa Scarlett mampu mencari pacar baru. Bagaimanapun, seminggu yang lalu, Scarlett masih menangis sambil bertanya padanya mengapa mereka tidak bisa kembali lagi ke hubungan mereka yang lalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status