Share

Bab 72. Buket Bunga

Daniel seperti menghabiskan tenaganya untuk menuntaskan petualangan. Pulang dari pasar, dia langsung aku suruh membersihkan diri. Bagaimana tidak, bajunya kotor dengan lumpur. Wajahnya terlihat letih, tetapi sorot matanya menunjukkan kegembiraan yang sarat.

“Dingin?” tanyaku ketika dia menggelar selimut.

“Iya, Ma.” Selimut ditangkupkan di tubuhnya. “Daniel mandi pakai air hangat, keluar kamar mandi justru kedinginan.”

Aku tersenyum sambil menyeduh teh yang sudah disiapkan di teko panas. Tangannya menyibak selimut, kemudian menangkup cangkir yang menguarkan kehangatan.

“Mama tadi tidak dingin?”

“Dingin banget. Mama saja sampai gemetaran. Minum tehnya supaya perutmu tidak kaku.”

Setelah makan tadi, aku mengendus badanku yang beraroma daging bakar. Niatnya ingin keramas, menghilangkan bau di rambut, tapi udara yang dingin bisa jadi membuatku membeku. Apalagi aku lupa tidak membawa pengering rambut.

“Om Dokter kemana, Ma?”

“Tidak tahu. Setelah mandi, dia sudah tidak ada. Mungkin d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status