Kinanti meminta agar sang sopir untuk menghentikan mobilnya. Rangga pun merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kinan. Sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya sesuai permintaan Kinan.
"Kenapa harus berhenti?" tanya Rangga menatap Kinan. Kinanti menepak jidatnya, dia merasa lupa kalau dia tidak sendiri, akan tetapi bersama atasannya. Wanita itu mengigit bibir bawahnya karena merasa bingung harus berkata apa. Tidak mungkin, dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi karena ini urusan kerja bukan waktunya untuk mengurusi masalah pribadi. "Kinan, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rangga sekali. "Eh, enggak, kok, Pak, tadi kebelet sih, pingin ke air makanya nyuruh sang sopir untuk berhenti," jawab Kinan dengan berbohong. Rangga menatap aneh Kinanti. Mana mungkin, di perjalanan ada toilet, dia merasa yakin pasti ada sesuatu yang terjadi tadi. Ingin rasanya Rangga menanyakan, akan tetapi itu bukan urusan pribadinya, dia pun memilih untuk tidak bertanya. "Oh, gitu ya. Oya, kebetulan di depan tuh ada cafe, kebetulan juga kita bertemu Klien disana, jadi bisa ke toilet dulu disana," ucap Rangga. "Oh, ya, udah, Pak, jalan lagi," pinta Kinan. Sang sopir pun dengan segera menjalankan mobilnya kembali. Kinan langsung menatap ke tempat dimana Revan bersama wanita itu berada disana. Akan tetapi, sayang, mereka sudah tidak ada disana. Kinanti pun semakin kesal dan sudah tidak sabar ingin menanyakan apa yang sudah dia lakukan tadi bersama wanita lain. #Mereka pun kini sudah sampai di sebuah cafe, dengan segera mereka keluar dari kendaraan roda empat tersebut. Mereka dengan segera masuk ke dalam cafe untuk bertemu dengan Klien yang sudah menunggu dirinya. Kinan pamit kepada Rangga untuk ke toilet karena tiba-tiba ingin buang air kecil. "Aku permisi dulu ya, Pak, ingin ke toilet bentar," ucap Kinan. "Iya, silahkan. Kalo gitu aku tunggu di tempat dimana Klien menunggu disana ya," ucap Rangga. "Iya, baik, Pak." Kinanti segera berjalan menuju toilet, tanpa sengaja seseorang tidak sengaja menabraknya. Dia pun langsung mencaci makinya. Kinan merasa heran karena dirinya tidak bersalah, justru wanita itu yang jalannya terlalu terburu-buru. "kalo jalan, tuh, pakai mata, dong!" sentak wanita itu. "Lho, kenapa marah padaku? Bukannya kamu yang menabrakku?" ucap Kinan menatap wanita itu. "Ya jelas kamu yang salah. Aku mau jalan kesini, kenapa kamu malah ikut jalan kesini juga!" Wanita itu menatap kesal Kinan. "Benar-benar gila, ya, ini orang." Kinan mengelengkan kepalanya. "Kamu ...." Wanita cantik itu, tidak terima dengan ucapan Kinan. Kinanti pun merasa sangat malas bila harus berurusan dengan orang yang tidak tahu malu. Dia mencoba untuk pergi dari hadapan wanita cantik itu, akan tetapi dia tahan tangannya untuk tidak pergi. Kinanti mencoba untuk menghempaskan tangannya, akan tetapi sangat sulit karena wanita itu menahannya sangat kuat. "Lepaskan tanganku!" sentak Kinanti menatap tajam wanita itu. "Enggak! Aku enggak akan melepaskan tanganmu!" Wanita itu masih menahan tangan Kinanti. "Sayang ...." Seorang pria tiba-tiba berjalan menghampiri mereka. Pria itu langsung membungkam bibirnya saat mengenali wanita yang bersama Ica. Dia merasa bingung harus apa yang di lakukannya karena salah bicara. Kinanti pun langsung menatap heran karena sang suami tiba-tiba ada disana memanggil perkataan romantis. "Eh, Kinan lagi apa disini?" tanya Revan dengan gugup. "Aku lagi ada pertemuan Klien disini, Mas," jawab Kinan. "Kamu sendiri lagi apa disini, Mas?" lanjutnya. "Tentu saja aku dengan dia ...." Perkataan Ica harus terputus karena Revan langsung memotong pembicaraannya. Dia pun memberikan kode agar dia diam tidak menceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Ica pun memilih untuk menuruti apa yang Revan suruh, wanita itu langsung memalingkan wajah dengan kesal. "Aku sama dia juga sama ada pertemuan Klien disini. Kebetulan sudah selesai sih, jadi aku mau pulang dulu ya, harus balik lagi ke kantor." Revan menarik tangan Ica untuk pergi dari sana. Kinan pun menatap kecewa sang suami yang pergi begitu saja. Dia menatap jam tangannya, sungguh sangat aneh dengan pertemuan Kliennya karena terlalu sebentar. Karena tidak mau berpikir yang membuat kepalanya pusing, Kinan pun segera pergi menuju toilet. #Ica yang kini berada di dalam mobil merasa sangat kesal karena Revan tidak mau jujur dengan istrinya itu. Sudah hampir satu tahun mereka menjalin hubungan terlarang, Ica pun merasa tidak sudi hubungannya harus seperti itu terus, dia ingin Revan segera menikahinya. "Kapan kamu akan menikahiku?" tanya Ica menatap kesal Revan. "Sabar dong, Sayang, jangan terburu-buru. Pasti aku akan menikahi kamu," jawab Revan. "Iya, kapan? Masa iya, hubungan kita mau terus di sembunyiin dari istrimu terus," kesal Revan. Revan menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia meraih tangan kanan lalu, memegang tangan Ica. "Jangan meragukanku, Sayang. Pasti aku akan menikahimu. Aku akan cari cara dulu biar istriku bisa menerimamu jadi istri keduaku, dan aku janji akan kasih warisan untukmu paling banyak," jelas Revan. "Serius?" tanya Ica. Revan memanggukan kepalanya. Ica pun merasa sangat senang, dia langsung merangkul lengannya. Dia tersenyum sinis dan suatu saat nanti, jika dia jadi istri Revan akan menyingkirkannya, hanya dia yang mendapatkan semua warisannya. "Makasih, Sayang." #Siang pun berganti malam, kini Olivia sedang membereskan meja kerjanya. Kebetulan hari ini, Olivia harus lembur sehingga harus pulang malam. Saat semuanya sudah beres, Olivia pun berjalan menghampiri atasannya yang kini masih sibuk dengan pekerjaanya. "Oya, Pak, aku pamit mau pulang dulu ya, kebetulan aku udah selesai mengerjakan tugasnya," ucap Olivia. "Iya, silahkan, hati-hati di jalannya," ucap Rangga. "Iya, makasih, Pak, kalo gitu, aku permisi ya," ucap Kinan. Kinanti pun segera pergi dari ruangan tersebut, dia melangkahkan kakinya menuju keluar dari kantor. Saat ada di luar, Kinan menatap ke kiri ke kanan, tidak ada mobil yang menjemputnya. Dia pun merasa kecewa karena sang suami tidak menjemput, padahal dari sore sudah menelpon akan lembur dan minta untuk di jemput. Kinanti pun mencoba untuk menelpon sang suami, akan tetapi ponsel yang di tuju sedang tidak aktip. Sudah beberapa kali meneleponnya, masih sama tidak aktip ponselnya. Kinanti merasa sangat emosi, kesal karena bingung pulang naik apa, kebetulan taksi online langgangannya kini sedang tidak beroperasi karena ada aksi demo buruh. "Kinan?" panggil seseorang. Kinan membalikan tubuhnya menatap seseorang yang memanggil dirinya, "iya, ada apa, Pak?" tanya Kinan menatap atasannya. "Belum pulang juga?" tanya Rangga. "Belum lagi nunggu jemputan, tapi belum datang juga. Mana udah malam lagi," jawab Kinan. "Ya udah, bareng sama aku aja," ucap Rangga. "Enggak apa-apa, emangnya kalo Pak Rangga anterin aku pulang?" tanya Kinan. "Napa malah bertanya begitu? lagian, enggak apa-apa, kok, ya udah ayo, kita pulang." Mereka pun segera berjalan menuju mobil yang terparkir disana. Mereka segera masuk ke dalam mobil, saat sudah siap, Rangga dengan segera menjalankan mobilnya. Setengah jam mobil sudah mereka melakukan perjalan menuju rumah Kinan. Wanita itu segera keluar dari mobil atasannya. Dia merasa sangat berterima kasih karena telah mengantarkan pulang. Kinan pun segera pamit untuk segera masuk ke dalam rumah. Saat Kinan sudah masuk ke dalam rumah, seseorang pun tiba-tiba bertepuk tangan dan Kinan merasa terkejut. "Prok ... prok ... ""Hebat, benar-benar, hebat!" sentak Bu Gina sambil melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Kinanti.Kinanti merasa terkejut, sekaligus merasa heran karena tiba-tiba mertuanya berkata seperti itu. Kinanti mencoba untuk tetap tenang. Dia tersenyum kepada Ibu Gina, akan tetapi mertuanya malah menatap sinis Kinanti."Eh, Bu." Kinanti merasa gugup, serta merasakan ada sesuatu yang tidak beres."Habis dari mana kamu?" tanya Bu Gina sambil menyilangkan kedua tangannya."Kan Ibu tau aku habis kerja, Bu. Lagian, Ibu juga tau aku sering lembur dan pulang malam," jawab Kinanti.Kinanti merasa heran sama mertuanya itu, jelas dia selalu tahu kalau dirinya kadang suka pulang malam. Dulu dia tidak pernah mempermasalahkan pulang kerja malam. Akan tetapi, kenapa kini dia tidak mau ngerti dan malah bertanya seperti itu."Alah, itu cuma akal-akalan kamu aja," ketus Bu Bu Gina."Maksudnya apa, Bu?" Kinanti merasa tidak mengerti dengan perkataan Ibu mertuanya itu."Kamu habis dari mana tadi bersama seor
"Aku bisa menjelaskannya, Mas," ucap Kinan menatap suaminya."Menjelaskan apalagi? Aku percaya kalau ucapan Ibu itu benar. Jadi katakanlah yang jujur, kalo memang selingkuh 'kan?" tanya Revan."Enggak, Mas, aku enggak selingkuh!" jawab Kinanti.Revan merasa sangat kesal karena Kinanti tidak mau jujur kalau dia telah selingkuh. Pria itu meraih dagunya dengan kasar. Kini, Kinan meringis kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu. Dengan sekuat tenaga Kinanti menghempaskan tangan Revan, sehingga membuat pria itu sangat emosi."Tadi aku diantar pulang sama atasan kerjaku. Emang salah ya? Lagian, kenapa tadi kamu tidak menjemput ku? Andai saja, kamu menjemputku pasti tidak akan seperti ini, Mas! Ibu telah salah paham, Mas!" Kinanti dengan suara tinggi."Kurang ajar, kamu ...." # Plak.Revan menampar keras Kinanti sehingga pipi putihnya kini menjadi merah, serta terasa panas yang dirasakan oleh wanita itu, dengan apa yang telah dilakukan oleh suaminya. Kinanti merasa tidak menge
"Bagaimana dengan Kinan? Apakah dia mau menerima aku sebagai istrimu?" tanya Ica. Wanita itu jadi patah semangat saat mengingat istri pertamanya Revan. Dia merasa jadi khawatir, Kinan malah berhasil membuat Revan untuk meninggalkan dirinya. Pria yang kini ada di samping Ica langsung memegang tangannya. "Jangan khawatir kalo masalah dia, biarkan aku yang mengurusi semua ini. Mau, tidak, mau, Kinan harus menerimanya!" Revan tersenyum sinis saat mengingat istrinya itu. "Makasih, sayang. Aku benar-benar sangat menyayangimu," ucap Ica. Revan kini mengusap perut Kinan yang masih rata. Dia benar-benar sangat senang, serta tidak menyangka akan menjadi seorang Ayah. Begitu pun dengan Ica, dengan tersenyum ikut bahagia saat Revan berkata seperti itu. Dia semakin yakin kalau Kinan pasti akan tersingkirkan dari hidup Revan. * * # Di tempat lain. "Kita pergi ke cafe sekarang juga!" ucap Rangga menghampiri Kinan yang kini sedang mengerjakan tugasnya. Kinan kemudian menghentikan pe
Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya. "Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan. "Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan. Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya. "Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga. Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi. "Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan. Mata Kinan langsung mendeli
Kinan menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil sayang kepada suaminya. Kinan memutarkan badanya lalu menatap ke arah suami. Dia membulatkan matanya merasa tidak percaya. "Maaf, lama, Sayang," ujar Ica. Revan menjadi bingung untuk saat ini. Bagaimana tidak, dia melihat sang istri berjalan menghampirinya. Hatinya kini merasa tidak senang dan takut sesuatu terjadi yang akan membuat semuanya tahu. "Kamu siapa?" tanya Kinan menatap wanita yang kini sedang duduk di samping Revan. Ica membulatkan matanya merasa sangat terkejut saat melihat wanita yang sangat dia kenali. Benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Kinanti saat seperti ini. Karena tidak mau membuat curiga Kinan, Ica mencoba untuk tetap santai. "Hello ... kenalkan aku ...." perkataan Ica harus terputus karena tiba-tiba Kinan memotong pembicaraannya. "Apa ini!" Kinanti merebut tespeck yang ada di tangan Ica. Wanita itu merasa sangat penasaran dengan apa yang di pegangnya, karena merasa sa
"Dasar wanita kurang ajar! Tega sekali kamu telah mengambil pria sudah beristri!" geram Kinanti. "Loh, kenapa emangnya? Lagian kita suka sama suka, kok," ucap Ica tersenyum sinis menatap Kinan. Kinanti benar-benar tidak menyangka dengan wanita yang kini ada di depannya. Dia pikir akan malu telah merebut suaminya, akan tetapi dia malah bangga telah mendapatkan Revan. Kinan mengepalkan kedua tangannya merasa sangat emosi. "Kenapa tega kamu sakiti aku dengan seperti ini, Mas? Kalo memang udah bosen bilang aja, dan biarkan aku pulang dari kehidupanmu, Mas. Dasar pria brengsek!" Kinan sambil memukul dada bidang sang suami. "Sudahlah kamu harus terima saja dengan takdirmu itu," ketus Ica. Kinanti langsung menatap Ica saat berkata seperti itu. Dia harus menerima takdirnya? Sungguh, ini bukan takdir tapi karena Ica yang telah tega merebut suaminya. Dia langsung mengangkat satu tangannya lalu, melayang mengenai pipi Ica. #Plakk# "Rumah tangga kita hancur karena kehadiran wanita ya
"A-apa?" Rangga merasa sangat terkejut. Dia tidak percaya dengan suaminya yang telah berselingkuh. Terlebih, dia telah menghamili wanita yang ada disampingnya. Dia mengelengkan kepala serta, baru tahu kalau pria itu suami Kinanti. "Dia suami kamu, Kinan?" tanya Rangga menatap Kinanti. "Iya." Kinanti menganggukkan kepalanya. "Hebat, sungguh hebat punya suami. Macam suami apaan dia, telah menuduh kamu yang enggak-enggak tapi dia tidak berkaca pada dirinya sendiri yang telah mengkhianati kamu, Kinan!" Rangga menatap sinis Revan. Revan yang mendengarkan perkataan Rangga merasa sangat emosi. Dia mengepalkan kedua tangannya. Lalu, mencengkram kerah Rangga dan menatap tajam. "Maksudnya apa berbicara seperti itu, hah?" kesal Revan. "Lho, kenapa emangnya? Ada yang salah dengan ucapanku? Lagian, itu fakta 'kan kalo kamu pria yang tidak punya otak!" sentak Rangga. "Kamu ...." Revan merasa sangat emosi, pria itu langsung menghajar Rangga. #Bugkh Tangan kekarnya mengenai bibir
"Jangan, Pak. Biarkan ini urusan aku dengan suamiku. maaf, telah membuat Bapak ikut campur dengan kejadian ini," ujar Kinanti. Kinanti merasa tidak enak hati kepada atasannya itu. Mungkin, dia tidak akan memaafkan dirinya karena sesuatu telah terjadi yang membuat bibir atasannya terluka. "Hey, wanita sial! Dengan kehadiranmu membuat semuanya jadi kacau!" sentak Ica menatap tajam Ica. Kinanti tidak menghiraukan perkataan Ica. Dia langsung berjalan menghampiri suaminya. Dia mencoba untuk membantu Revan untuk berdiri. Akan tetapi, Revan langsung menghempaskan tangan istrinya itu. Kinanti hanya menatap sinis suamianya saat melihat dia tidak menolak bantuan Ica untuk berdiri. "Mas, aku ingin bicara denganmu," ucap Kinan. "Mau bicara apa, hah?" ketus Revan. apa hem?" "Aku cuma ingin bilang sama kamu, izinkan lah aku pergi dari hidupmu, jika tidak ada lagi surga untukku! Percuma aku bertahan, jika hatiku selalu kau sakiti. Aku ini manusia punya hati, juga perasaan! Sekali lagi
Kinan yang kini berada di dalam kamar, langsung mengambil sebuah koper. Dia tidak sudi lagi harus tinggal bersama suaminya serta, sang mertua yang toxic itu. Dia memilih untuk pergi. Kinan segera mengambil baju miliknya kemudian, di masukan ke dalam koper tersebut. 'Lebih baik aku pergi dari sini, dari pada terus-terusan orang menyakiti aku dan tidak menghargai aku. Mungkin, ini jalan terbaik harus mengakhiri semuanya,' gumam Kinan. Wanita cantik itu mencoba mengikhlaskan apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin, ini akan jadi pelajaran buat dirinya agar selalu tidak gegabah memilih pasangan. #Revan kini sudah sampai di rumah. Dia terburu-buru ke dalam karena ingin menemui istrinya. Dia menatap wanita paruh baya yang kini sedang duduk di sofa yang berada di ruang tamu. "Bu, apakah Kinan ada disini?" tanya Revan menatap wanita paruh baya itu. "Ada, dia pergi ke kamar, sih," jawab wanita paruh baya itu. "Oke, makasih, Bu." Saat Revan akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba Bu S
"Kinan, semangat!" ucap Rangga mencoba menyemangati wanita cantik yang baru saja turun dari mobil. Kinan langsung menatap atasannya itu. Lalu, dia tersenyum, "makasih," ucap Kinan. Kinanti pun berpamitan kepada atasannya itu. Dia berterima kasih kepada pria yang telah mengantarkan dirinya pulang. "Aku pamit duluan ya, Pak," ujar Kinan menatap Rangga. "Iya, silahkan," ucap Rangga. Kinanti segera pergi meninggalkan Rangga.Dia segera berjalan masuk ke dalam rumah. Rangga yang melihat punggung Kinanti merasa sangat kasihan. Benar-benar sangat disayangkan, wanita cantik serta sopan menurutnya, sampai di selingkuhi. 'Semoga suatu saat nanti, kamu mendapatkan pendamping hidup yang jauh lebih baik, serta menyayangimu, Kinan,' gumam Rangga. Saat Kinanti sudah masuk ke dalam rumah, Rangga pun segera pergi dari halaman rumah itu. Ketika Kinanti melangkahkan kakinya berjalan menuju ruang tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya berjalan menghampirinya. "Tumben jam segini baru pul
Kinanti yang kini berada di dalam mobil, terus menangis. Dia merasa sangat tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Sakit, sungguh sakit hatinya melihat seseorang yang sangat dia cintai, kini telah mengkhianatinya. 'Aku benci kamu, Mas! Kamu enggak tau berapa besar pengorbananku agar bisa menikah denganmu? Aku rela pergi dari rumah serta, bertengkar dengan orangtua aku demi kamu. Demi bisa hidup selamanya dengan kamu. Nyatanya, ini balasanmu kepadaku? Sungguh, kau pria brengsek!' gumam Kinanti benar-benar sangat kecewa. Pipinya terus di banjiri oleh air mata. Dia tidak kuasa menahan sakitnya hati yang telah tergores luka yang begitu dalam. Seseorang masuk ke dalam mobil. Dia merasa sangat khawatir kepada Kinanti. "Kamu baik-baik ajakan, Kinan?" tanya Rangga. Pria itu kini langsung duduk di dalam mobil di samping Kinan. "Lihatlah, aku sedang tidak baik-baik saja," ujar Kinanti menatap kesal Rangga. Wanita itu sambil menghapus air matanya yang membasahi pipi. "Maa
"Jangan, Pak. Biarkan ini urusan aku dengan suamiku. maaf, telah membuat Bapak ikut campur dengan kejadian ini," ujar Kinanti. Kinanti merasa tidak enak hati kepada atasannya itu. Mungkin, dia tidak akan memaafkan dirinya karena sesuatu telah terjadi yang membuat bibir atasannya terluka. "Hey, wanita sial! Dengan kehadiranmu membuat semuanya jadi kacau!" sentak Ica menatap tajam Ica. Kinanti tidak menghiraukan perkataan Ica. Dia langsung berjalan menghampiri suaminya. Dia mencoba untuk membantu Revan untuk berdiri. Akan tetapi, Revan langsung menghempaskan tangan istrinya itu. Kinanti hanya menatap sinis suamianya saat melihat dia tidak menolak bantuan Ica untuk berdiri. "Mas, aku ingin bicara denganmu," ucap Kinan. "Mau bicara apa, hah?" ketus Revan. apa hem?" "Aku cuma ingin bilang sama kamu, izinkan lah aku pergi dari hidupmu, jika tidak ada lagi surga untukku! Percuma aku bertahan, jika hatiku selalu kau sakiti. Aku ini manusia punya hati, juga perasaan! Sekali lagi
"A-apa?" Rangga merasa sangat terkejut. Dia tidak percaya dengan suaminya yang telah berselingkuh. Terlebih, dia telah menghamili wanita yang ada disampingnya. Dia mengelengkan kepala serta, baru tahu kalau pria itu suami Kinanti. "Dia suami kamu, Kinan?" tanya Rangga menatap Kinanti. "Iya." Kinanti menganggukkan kepalanya. "Hebat, sungguh hebat punya suami. Macam suami apaan dia, telah menuduh kamu yang enggak-enggak tapi dia tidak berkaca pada dirinya sendiri yang telah mengkhianati kamu, Kinan!" Rangga menatap sinis Revan. Revan yang mendengarkan perkataan Rangga merasa sangat emosi. Dia mengepalkan kedua tangannya. Lalu, mencengkram kerah Rangga dan menatap tajam. "Maksudnya apa berbicara seperti itu, hah?" kesal Revan. "Lho, kenapa emangnya? Ada yang salah dengan ucapanku? Lagian, itu fakta 'kan kalo kamu pria yang tidak punya otak!" sentak Rangga. "Kamu ...." Revan merasa sangat emosi, pria itu langsung menghajar Rangga. #Bugkh Tangan kekarnya mengenai bibir
"Dasar wanita kurang ajar! Tega sekali kamu telah mengambil pria sudah beristri!" geram Kinanti. "Loh, kenapa emangnya? Lagian kita suka sama suka, kok," ucap Ica tersenyum sinis menatap Kinan. Kinanti benar-benar tidak menyangka dengan wanita yang kini ada di depannya. Dia pikir akan malu telah merebut suaminya, akan tetapi dia malah bangga telah mendapatkan Revan. Kinan mengepalkan kedua tangannya merasa sangat emosi. "Kenapa tega kamu sakiti aku dengan seperti ini, Mas? Kalo memang udah bosen bilang aja, dan biarkan aku pulang dari kehidupanmu, Mas. Dasar pria brengsek!" Kinan sambil memukul dada bidang sang suami. "Sudahlah kamu harus terima saja dengan takdirmu itu," ketus Ica. Kinanti langsung menatap Ica saat berkata seperti itu. Dia harus menerima takdirnya? Sungguh, ini bukan takdir tapi karena Ica yang telah tega merebut suaminya. Dia langsung mengangkat satu tangannya lalu, melayang mengenai pipi Ica. #Plakk# "Rumah tangga kita hancur karena kehadiran wanita ya
Kinan menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil sayang kepada suaminya. Kinan memutarkan badanya lalu menatap ke arah suami. Dia membulatkan matanya merasa tidak percaya. "Maaf, lama, Sayang," ujar Ica. Revan menjadi bingung untuk saat ini. Bagaimana tidak, dia melihat sang istri berjalan menghampirinya. Hatinya kini merasa tidak senang dan takut sesuatu terjadi yang akan membuat semuanya tahu. "Kamu siapa?" tanya Kinan menatap wanita yang kini sedang duduk di samping Revan. Ica membulatkan matanya merasa sangat terkejut saat melihat wanita yang sangat dia kenali. Benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Kinanti saat seperti ini. Karena tidak mau membuat curiga Kinan, Ica mencoba untuk tetap santai. "Hello ... kenalkan aku ...." perkataan Ica harus terputus karena tiba-tiba Kinan memotong pembicaraannya. "Apa ini!" Kinanti merebut tespeck yang ada di tangan Ica. Wanita itu merasa sangat penasaran dengan apa yang di pegangnya, karena merasa sa
Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya. "Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan. "Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan. Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya. "Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga. Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi. "Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan. Mata Kinan langsung mendeli
"Bagaimana dengan Kinan? Apakah dia mau menerima aku sebagai istrimu?" tanya Ica. Wanita itu jadi patah semangat saat mengingat istri pertamanya Revan. Dia merasa jadi khawatir, Kinan malah berhasil membuat Revan untuk meninggalkan dirinya. Pria yang kini ada di samping Ica langsung memegang tangannya. "Jangan khawatir kalo masalah dia, biarkan aku yang mengurusi semua ini. Mau, tidak, mau, Kinan harus menerimanya!" Revan tersenyum sinis saat mengingat istrinya itu. "Makasih, sayang. Aku benar-benar sangat menyayangimu," ucap Ica. Revan kini mengusap perut Kinan yang masih rata. Dia benar-benar sangat senang, serta tidak menyangka akan menjadi seorang Ayah. Begitu pun dengan Ica, dengan tersenyum ikut bahagia saat Revan berkata seperti itu. Dia semakin yakin kalau Kinan pasti akan tersingkirkan dari hidup Revan. * * # Di tempat lain. "Kita pergi ke cafe sekarang juga!" ucap Rangga menghampiri Kinan yang kini sedang mengerjakan tugasnya. Kinan kemudian menghentikan pe